Disusun Oleh :
TINGKOS HUTABARAT
0531 17 122
Pada bangunan tingkat tinggi diperlukan sebuah perencanaan konstruksi yang baik
agar menghasilkan bangunan yang kokoh dan kuat. Bangunan ini harus mampu memilkul
semua beban yang bekerja didalamnya, baik beban sendiri maupun beban lain seperti beban
hidup atau pun beban gempa. Pada bangunan tingkat tinggi untuk mengatasi beban gempa
dapat diakukan dengan pembuatan shear wall. Shear wall yaitu semacam dinding yang
berfungsi untuk mengatasi beban yang masuk secara horizontal termasuk adalah beban
gempa. Dengan adanya ini, struktur bangunan tingkat tinggi akan fleksibel terhadap beban
gempa yang masuk ke dalam bangunan. Beban gempa akan direduksi oleh shear wall
sehingga beban gempa yang mencapai bangunan utama lebih kecil. Dengan beban gempa
yang relatif kecil ini bangunan tidak akan rusak atau roboh oleh beban gempa.
Konsep ini dapat diterapkan pada perencanaan rumah tanah gempa. Sistem kerja dari shear
wall untuk gedung bertingkat maupun rumah sendiri adalah sama, yaitu untuk memberikan
kekuatan yang lebih pada bangunan terhadap ancaman dari gaya horizontal yang mengancam
bangunan. Akan tetapi penerapan shear wall pada bangunan tingkat tinggi dengan shear wall
rumah tentu berbeda. Pembuatan shear wall untuk rumah lebih sederhana dibandingkan pada
bangunan tingkat tinggi. Pembuatan shear wall ini harus sesuai dengan standar perencanaan
bangunan yang telah ditetapkan yaitu memenuhi standar kekuatan yang diijinkan.
Abstrak ...................................................................................................................................... i
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Isi
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 17
B. Saran ...................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 18
Lampiran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Perbedaan letak shear wall pada gedung dan rumah .......................................... 12
Gambar 5. Perkuatan pada dinding bata metode jaringan kawat ayam ................................. 15
Gambar 6. Metode Reinforced grouted mansory dan Reinforced hollow mansory ................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan gedung yang menggunakan jasa suatu kontraktor sudah pasti dibuat
dengan perencanaan yang matang dan teliti, sehingga hasilnya pun menghasilkan
gedung yang baik, berkualitas dan kokoh. Pembangunan gedung yang menggunakan
jasa kontraktor ini biasanya gedung lebih dari tiga lantai. Yang menjadi permasalahan
adalah pembangunan gedung yang tidak menggunakan jasa kontraktor. Biasanya
adalah pembangunan rumah berlantai satu dan dua. Pembangunan rumah ini hanya
dilakukan oleh tukang-tukang yang hanya mengandalkan pengalaman yang dijalani
saat dalam membangun rumah. Sehingga dalam proses pembangunannya pun tidak
disertai oleh perencanaan dan perhitungan secara analitis berdasarkan ilmu
ketekniksipilan. Meskipun rumahnya dapat terbangunan tetapi belum tentu kokoh
terhadap terjadinya bencana yang tidak terduga seperti beban gempa. Bila terjadi
gempa rumah tidak akan mampu menahan beban gempa karena dalam
perencanaannya tidak memasukan beban gempa dalam perhitungan secara analitis.
Inilah yang menyebabkan rumah banyak yang hancur saat terjadi gempa dan tentunya
menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian yang besar.
Oleh karena itu perlua adanya perencanaan yang matang pembangunan rumah
khususnya untuk didaerah yang rawan gempa. Dengan perencaan yang matang ini
akan tercipta rumah yang kokoh dari bahaya gempa dan sejenisnya.
1
B. Tujuan
Tujuan dari karya tulis ini adalah:
1) Mengetahui perencanaan sederhana dalam membangun gedung berlantai.
2) Mengetahui penyebab kegagalan konstruksi dalam pembangunan gedung.
3) Mengetahui perhitungan analitis sederhana dalam perencanaan pebuatan
komponen-komponen gedung.
4) Mengetahui konsep shearwall sederhana pada rumah tahan gempa.
5) Mengetahui penerapan shearwall pada rumah tahan gempa.
C. Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari karya tulis ini adalah:
1) Menghasilkan konsep baru dalam perencanaan pembangunan rumah yang handal
tahan gempa.
2) Menghasilakan perencanaan pembangunan rumah yang berbasis teknologi dan
green building.
3) Menghasilkan pembangunan rumah yang hemat tetapi kokoh dan berkualitas
dengan perhitungna analitis berdasarkan ilmu ketekniksipilan.
4) Menghasilkan konsep shearwall sederhana dalam pembanguan rumah tahan
gempa.
D. Sistematka Penulisan
2
BAB II
ISI
Dalam melakukan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan, perlu
adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besarnya beban yang bekerja
pada struktur. Hal penting yang berkaitan dengan karakteristik beban untuk struktur
adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat statis dan dinamis. Beban statis
adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu struktur. Beban statis
juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara perlahan-lahan timbul serta
mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap (steady states). Sedangkan beban
dinamis adalah beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumya,
beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik besaran
dan arah yang berubah dengan cepat.
Jika suatu beban diterapkan pada suatu struktur dalam jangka waktu yang lebih
lama dari pada periode dasarnya, maka beban tersebut dikatakan bekerja secara statis
(statically) pada struktur, dengan demikian beban tersebut harus ditentukan
berdasarkan intensitas, arah dan posisinya. Tekanan angin yang bekerja mulai dari nol
sampai ke harga maksimumnya dalam waktu tiga detik, merupakan suatu gaya statik
untuk struktur yang kaku dengan periode getar struktur lebih kecil dari tiga detik. Jika
waktu bekerjanya beban adalah lebih pendek dibandingkan dengan periode dasar
struktur, maka beban ini dikatakan bekerja secara dinamis (dynamically). Beban-
beban dinamis harus dianalisis berdasarkan intensitasnya yang maksimum dan variasi
waktunya.
3
Beban Mati :
• Beban akibat berat sendiri struktur
• Beban akibat berat elemen struktur
Beban Hidup :
• Beban akibat hunian atau penggunaan
( peralatan, kendaraan )
Beban
Statik
• Beban akibat air hujan
• Beban pelaksanaan / konstruksi
Beban Khusus :
Beban Pada • Pengaruh penurunan pondasi
B. Fenomena Gempa
Gempa bumi (earthquake) adalah salah satu peristiwa alam yang dapat
menimbulkan bencana, yang pada umumnya terjadi akibat rusak atau runtuhnya
gedung, rumah, atau bangunan buatan manusia.
4
Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100 km mempunyai temperatur relatif jauh
lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya ( mantel dan inti bumi ), sehingga
terjadi aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah
temperatur rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang
untuk menerangkan terjadinya pergeseran pelat tektonik yang menjadi penyebab
utama terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu juga mengenal gempa vulkanik,
gempa runtuhan, gempa imbasan, dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan
oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan
yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam,
sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan
nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih
besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya, sehingga efeknya lebih banyak
terhadap bangunan.
Hampir setiap tahun bencana gempa bumi terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia. Walaupun bencana ini berpengaruh sangat besar terhadap perekonomian
regional dan pembangunan, kelihatannya masih sangat sedikit usaha-usaha yang
dilakukan untuk mengantisipasi, mempersiapkan, atau mengurangi pengaruh bencana
dari gempa-gempa yang akan datang. Sepanjang sejarah manusia, gempa bumi telah
menimbulkan banyak korban jiwa serta harta benda di seluruh dunia. Bencana ini pada
umumnya disebabkan oleh gagalnya bangunan-bangunan buatan manusia. Sampai
saat ini manusia belum dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya gempa bumi,
meskipun demikian manusia dapat berihtiar dan berusaha untuk mengurangi dampak
buruk yang dapat ditimbulkan oleh bencana gempa. Oleh karena itu, salah satu upaya
nyata untuk mengurangi atau mencegah pengaruh gempa bumi yang akan datang
adalah dengan memberikan ketahanan gempa yang cukup terhadap bangunan-
bangunan tersebut.
6
1) Perilaku struktur beton bertulang
Baja merupakan material yang baik digunakan untuk struktur bangunan tahan
gempa karena daktilitasnya yang tinggi, serta mempunyai rasio yang tinggi antara
kekuatan terhadap beratnya. Struktur baja juga masih mempunyai kekuatan cukup
untuk memikul beban setelah terjadi gempa. Meskipun struktur baja termasuk struktur
yang paling baik di dalam hal ketahanannya terhadap gempa dibandingkan dengan
struktur beton bertulang, tetapi beberapa faktor yang berhubungan dengan
ketidakstabilan struktur (instability) perlu mendapatkan perhatian. Beberapa hal yang
termasuk masalah ketidakstabilan pada struktur baja adalah :
• Tekuk lokal atau setempat dari elemen plat karena adanya rasio yang besar
antara lebar dan tebalnya.
• Tekuk dari kolom atau batang-batang yang panjang akibat kelangsingan batang
atau akibat gaya tekan yang besar.
• Tekuk lateral pada balok dan kolom yang mempunyai penampang tidak
kompak
7
• Pengaruh beban pada struktur akibat simpangan dan pengaruh beban vertikal
yang besar
Selain pengaruh ketidakstabilan, pada struktur baja perlu juga diperhatikan
masalah retak (crack) dan masalah kelelahan bahan (fatigue). Retak pada struktur
baja dapat terjadi akibat kegagalan tarik pada sambungan baut atau paku keling,
retak yang diakibatkan adanya konsentrasi tegangan, retak atau robekan pada plat
akibat momen. Kelelehan atau fatigue pada bahan dapat terjadi akibat beban siklik.
• Materialnya getas dan mudah retak, sehingga mempunyai kekuatan yang rendah
untuk memikul beban gempa yang sifatnya bolak-balik / siklik.
• Karena cukup berat, maka beban gempa yang merupakan gaya inersia juga
akan besar.
• Karena kaku, struktur pasangan batu bata mempunyai waktu getar yang pendek,
sehingga gaya gempa yang bekerja akan menjadi besar.
• Kekuatannya bervariasi tergantung dari kualitas konstruksi.
8
Jika akan digunakan sebagai konstruksi yang harus tahan terhadap gempa,
maka struktur kayu perlu diperiksa kekuatannya dan diberi perkuatan-perkuatan
struktural, serta perlu detil konstruksi yang baik. Struktur kayu tahan gempa biasanya
terdiri elemen-elemen balok, kolom, diafragma dan dinding. Beberapa faktor yang
menyebabkan kerusakan dari bangunan kayu pada saat terjadi gempa adalah :
C .I
V = Wt
R
9
Untuk struktur bangunan gedung yang berperilaku elastik penuh harga R=1,6,
sedangkan untuk bangunan gedung yang berperilaku daktail penuh harga R=8,5.
Periode atau waktu getar struktur yang besarnya dipengaruhi oleh massa dan
kekakuan struktur, merupakan faktor penting yang mempengaruhi respon struktur
terhadap getaran gempa. Struktur yang kaku dengan periode getar yang pendek,
misalnya struktur portal dengan dinding geser, akan menerima beban gempa yang lebih
besar dibandingkan struktur yang fleksibel dengan periode getar yang panjang, misalnya
struktur portal biasa. Penggunaan dinding geser pada sistem struktur sering tidak dapat
dihindari, khususnya pada bangunan-bangunan tinggi atau pada bangunan- bangunan
yang didirikan di wilayah atau zona gempa yang berat. Fungsi dari dinding geser disini
adalah untuk membatasi besarnya simpangan horisontal yang terjadi pada struktur.
1) Struktur Pondasi
Pondasi merupakan struktur bawah yang menahan struktur semua beban
diatasnya. Sehingga fondasi harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
• Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap
• Pondasi harus dihubungkan dengan sabuk fondasi (sloff)
10
• Pondasi harus diberi lapisan pasir sebagai peredam getaran
• Balok fondasi (sloff) harus diangkerkan pada fondasinya
• Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding
2) Struktur Kolom
Kolom berfungsi membantu dinding dalam menahan beban diatasnya baik beban
vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut
:
• Bangunan harus menggunakan kolom sebagai elemen pemikul beban
• Kolom harus diangker pada balok fondasi (sloff)
• Pada bagian ujung atas kolom beton harus diikat dan disatukan dengan balok
keliling
• Rangka bangunan (sloff, balok, dan kolom) harus memiliki hubungan kuat dan
kokoh
• Kolom harus dilengkapi dengan balok pengaku (ring, balk, balok latai) untuk
menahan gaya lateral gempa
• Dinding harus diberikan kolom praktis yang mempunyai luas lebih dari 12 m²
3) Struktur Balok
Balok pada bangunan rumah sederhana terdiri dari ring balok dan balok lateral
yang mempunyai fungsi sebagai penguat horisontal dan umumnya terletak di atas
kusen.
4) Struktur Atap
Struktur atap perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Atap harus memiliki bobot yang ringan
• Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap dan harus diangker pada
dukungannya
• Pada arah memanjang, atap harus diperkuat dengan ikatan angin antara
rangka kuda-kuda.
5) Struktur Dinding
Dinding khususnya dinding tembok yang terbuat dari batu-bata memiliki kegunaan
antara lain sebagai berikut :
• Dinding bangunan pada saat terjadi gempa akan menerima beban permukaan
pada arah tegak lurus dinding dan beban geser pada arah sejajar dinding
• Kekuatan dinding dalam menahan beban dipengaruhi oleh adanya angker
pada sisi dinding dan dinding harus diangker pada kolom
11
E. Konsep Shear Wall Pada Rumah
1) Hal yang pertama yang dilakukan adalah menghitung seluruh beban bangunan
dengan cara menganbil perencanaan pembebanan kolom untuk dianalisa (beban
yang bekerja pada kolom tersebut).
2) Bila berat bangunan sudah diketahui sebesar Wt, untuk selanjutnya dimasukkan
kedalam rumus gaya gempa sesuai SNI 03-1726-2002 yaitu :
12
𝐶.𝐼.𝑊𝑡 jika besar gempa rencana (C), berat bangunan (Wt) dan nilai
𝑉=
𝑅
reduksi gempa (R) dimasukkan maka dihasilkan gaya lintang (gaya horizontal)
pada bangunan yang diakibatkan oleh gempa sebesar V.
3) Gaya lintang ini akan digunakan untuk menentukan besar momen maksimal yang
ada pada bangunan untuk menentukan jumlah tulangan yang dipakai pada
pembuatan shear wall. Alurnya sebagai berikut:
Besar gempa → Gaya lintang 𝑉 = 𝐶.𝐼.𝑊𝑡 → Gaya moment 𝑀 = 𝑉 → Jumlah
𝑅 2
Gambar 4. Efek tulangan melintang pada kolom untuk pencegahan tekuk pada
tulangan utama. (a) Tekuk pada tulangan longitudinal. (b) Tanpa tulangan geser
tambahan . (c) Dengan tulangan geser tambahan.
13
G. Perbaikan Dan Perkuatan Bangunan Yang Sudah Ada
Kerusakan bangunan gedung akibat gempa harus diperbaiki dengan cara yang
tepat, sehingga dapat dipastikan bahwa tingkat kekuatan semula dari bangunan dapat
dicapai atau dilampaui. Dengan demikian struktur bangunan akan dapat bertahan jika
terjadi gempa di masa depan. Beberapa usaha untuk perbaikan dan perkuatan struktur
adalah :
• Membuang elemen rusak dan mengganti dengan yang baru.
• Menebalkan, memperluas,dan memperkuat elemen yang lama
• Menambah dinding geser baru, pengaku vertikal, dan kolom pada struktur
• Merubah sambungan geser menjadi sambungan penahan momen
• Mengurangi massa struktur dengan menghilangkan tingkat teratas
• Memeriksa karakteristik dinamik dari perbaikan dan perkuatan struktur
Selain dengan usaha tersebut, pemeriksaan dan perkuatan material pada bangunan
juga harus diperhatikan. Pemeriksaan material ini meliputi bahan-bahan material yang
ada pada bangunan seperti baja, beton, batu-bata dan kayu.
1) Struktur Baja
Perkuatan struktur baja dapat dilakukan dengan beberapa metode tanpa harus
mengubah sistem strukturnya :
• Mengganti baut dan paku keling yang ada dengan baut mutu tinggi
• Menyatukan dengan baik sambungan yang kurang kuat
• Mengurangi bentang elemen yang panjang
• Menambah luasan penampang melintang dari profil
• Mengganti dengan baja mutu tinggi
2) Struktur Beton Bertulang
Beberapa usaha perbaikan untuk material beton bertulang dapat dilakukan dengan
cara :
• Jika retak yang terjadi cukup lebar atau beton hancur, teknik injeksi sudah
tidak cocok lagi. Dalam hal ini penggunaan shotcrete lebih tepat. Tulangan
tambahan bisa digunakan jika terdapat ruang yang cukup.
• Kerusakan tulangan dapat diperbaiki dengan cara pengelasan tumpuan
atau penyambungan tulangan. Pelaksanaan pengelasan harus hati-hati
agar distribusi kekuatan dalam sistem struktur dapat terjamin.
Perkuatan pada struktur beton dapat dilakukan dengan penambahan batang
tulangan pada balok dan kolom struktur, atau dengan penebalan dinding geser.
14
3) Struktur Kayu
Metode perbaikan dan perkuatan pada struktur kayu yang telah terpasang indentik
dengan metode pelaksanaan konstruksi baru. Langkah pertama adalah memeriksa
kualitas material kayu yang digunakan. Beberapa bagian dari elemen struktur kayu
yang rusak perlu dibuang dan diganti dengan elemen yang baru dengan kualitas
yang sama. Untuk beberapa kasus, disarankan adanya modifikasi dari sistem
struktur gedung untuk meningkatkan ketahanannya terhadap gempa.
Gambar 5 : Perkuatan pada dinding bata dengan menggunakan jaringan kawat ayam.
Perkuatan dari konstruksi pasangan dinding batu bata dapat pula dilakukan
dengan cara Reinforced grouted mansory dan Reinforced hollow mansory.
15
Pada Reinforced grouted mansory, tulangan baja ditempatkan diantara
dua lapisan pasangan bata, kemudian ruang antara diisi dengan beton.
Sedangkan pada Reinforced hollow mansory, pada lubang-lubang dari beton
block diberi tulangan vertikal dan horisontal, kemudian diisi mortar.
16
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan pada karya tulis ini dapat diambil kesimpulan
bahwa konsep shear wall pada konstruksi gedung dapat juga diterapkan pada
pembangunan rumah tahan gempa. Akan tetapi pembuatan shear wall pada rumah
berbeda dengan shear wall yang ada pada gedung. Konsep shear wall pada rumah
lebh mirip tembok beton yang diapit dengan kolom beton bertulang. Fungsi dari shear
wall ini untuk memberikan kekakuan yang lebih pada bangunan. Dengan adanya shear
wall ini bangunan akan lebih kuat terhadap gempa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
• Sebelum membuat bangunan harus terlebih dahulu membuat perencanaan
konstruksi.
• Perencanaan yang dapat dibuat adalah perencanaan pondasi, kolom, balok
dan plat lantai.
• Menghitung semua pembebanan yang bekerja pada bangunan.
• Melasanakan pekerjaan sesuai hasil perhitungan.
17
Daftar Pustaka
Indarto, Himawan. 2011. Analisis Struktur 2. Teknik Sipil Universitas Diponegoro : Semarang
Schueller, Wolfgang. 1989. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi. PT. Eresco : Bandung
18
Lampiran
1
2. Detail shear wall