Kehilangan gaya prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon pada
tahap-tahap pembebanan.
Reduksi atau kehilangan gaya prategang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori:
1) Immediate elastic losses (kehilangan elastis), yaitu kehilangan gaya prategang
langsung atau segera setelah beton diberi gaya prategang. Kehilangan gaya prategang
secara langsung ini disebabkan oleh:
perpendekan elastik beton
kehilangan pada sistem pengangkuran, antara lain akibat slip pada angkur
kehilangan akibat friksi sepanjang kelengkungan dari tendon, yang terjadi pada
beton prategang dengan sistem post-tension
2) Time dependent losses (kehilangan yang bergantung waktu), yaitu kehilangan gaya
prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini disebabkan oleh:
rangkak (creep) pada beton
susut (shrinkage) pada beton
relaksasi baja prategang
Karena banyaknya faktor yang saling terkait, perhitungan kehilangan gaya prategang
(losses) secara eksak sangat sulit untuk dilaksanakan, sehingga banyak dilakukan metode
pendekatan, misalnya metode lump-sum (AASHTO), PCI method dan ASCE- ACI methods.
Kehilangan total
Jenis baja prategang
fc’ = 27, 6 MPa fc’ = 34,5 MPa
1. strand pratarik - 310 MPa
2. strand/wire pasca-tarik 221 MPa 228 MPa
3. batang/bar 152 MPa 159 MPa
Pi
fc
Ac
Pi
sehingga ES
Ac Ec
Es
dimana n (1.3.4)
Ec
Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek (perpendekan
elastis) dan diikuti dengan perpendekan baja prategang yang mengikuti perpendekan
beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja prategang, maka akan menyebabkan
terjadinya kehilangan tegangan yang ada pada baja prategang tersebut.
Tegangan pada beton di pusat berat baja akibat prategang awal adalah:
Pi
fC (1.3.5)
Ac nAs
Penyelesaian:
Gaya prategang awal, Pi f s As 1035 780 807 .300 N
Es 200000
Rasio modulus elastisitas, n 6,06
Eci 33000
2) Elemen pasca-tarik
Pada metode pasca-tarik yang hanya menggunakan kabel tunggal, tidak terjadi
kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton, karena gaya prategang
diukur setelah perpendekan elastis beton terjadi. Tetapi jika digunakan kabel
prategang lebih dari satu, sehingga penarikan kabel menyebabkan perpendekan elastis
beton, maka kehilangan gaya prategang ditentukan oleh kabel yang pertama ditarik,
dan digunakan harga setengahnya untuk mendapatkan harga rata-rata semua kabel.
Contoh-2:
Jika contoh-1 di atas digunakan metode pasca-tarik, menggunakan baya prategang
dengan As = 780 mm2 terdiri dari 4 buah kabel prategang, masing-masing dengan luas
195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu dengan tegangan 1.035 MPa. Hitunglah
kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis.
Penyelesaian:
Kehilangan prategang tendon-1
Kehilangan gaya prategang pada tendon-1 disebabkan oleh gaya prategang pada
ketiga kabel yang lain:
Gaya prategang pada ketiga kabel:
Pi 3( f s As ) 3(1035 195) 605.475 N
Es 200000
n 6,06
Eci 33000
nPi 6,06 0
ES3 0
Ac 144400
Pi 807300
fc 5,59 MPa
Ac 144400
Es
ES 0,5 f c 0,5 6,06 5,59 16,94 MPa
Ec
16,94
Jadi persentase kehilangan gaya prategang: 100% 1,64%
1035
Jika dibandingkan dengan perhitungan di atas, ternyata lebih besar
Ada dua cara dalam menghitung kehilangan gaya prategang akibat creep beton, yaitu:
1) Metode regangan rangkak batas
Besar kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak dapat ditentukan
dengan persamaan:
CR ce f c Es (1.3.9)
cr f
cr cr c
ce Ec
Es
n
Ec
dimana : koefisien rangkak (creep)
cr: regangan akibat rangkak
ce: regangan elastis
fc: tegangan beton pada posisi baja prategang
Es: modulus elastisitas baja prategang
Ec: modulus elastisitas beton
CR f pCR K CR
Es
f ci f cd (1.3.11)
Ec
2) Unbonded tendon
Untuk struktur dimana tidak terjadi lekatan yang baik antara tendon dan beton
unbonded members), besar kehilangan gaya prategang dapat ditentukan dengan
persamaan:
Es
CR f pCR K CR f cp (1.3.12)
Ec
dimana fcp: tegangan tekan beton rata-rata pada pusat berat tendon
Hitung kehilangan gaya prategang akibat rangkak dengan cara regangan rangkak batas dan
dengan cara koefisien rangkak.
Penyelesaian:
Perhitungan penampang:
Luas penampang beton, A 250 400 100.000 mm2
250 400 3
Momen inersia, I 1,33 109 mm4
12
250 400 2
Section modulus, W 6,67 10 6 mm3
6
400
Eksentrisitas tendon, e 75 125 mm
2
12,7 2
Luas penampang total kabel prategang, Ap 5 633,4 mm2
4
Gaya prategang awal, P Ap xf i 633,4 1200 760.080 N
Contoh-4:
Suatu balok beton prategang dengan sistem pasca-tarik bentang 19,80 m, dimensi
penampang seperti gambar
- beban mati: 6,9 kN/m
- beban mati tambahan: 10,6 kN/m
- gaya prategang: 2.758 kN
600 - modulus elastisitas beton, Ec = 30.290 MPa
- modulus elastisitas baja prategang, Es = 189.750 MPa
100 - tegangan tarik batas tendon, fpu = 1.862 N/mm2
- koefisien rangkak, Kcr = 1,6
400
Penyelesaian:
Perhitungan penampang:
Luas penampang beton, A 400 600 240.000 mm2
400 600 3
Momen inersia, I 7,20 109 mm4
12
400 600 2
Section modulus, W 24 10 6 mm3
6
600
Eksentrisitas tendon, e 100 200 mm
2
6,9 19,80 2
Momen akibat beban mati, M g 338,13 kNm
8
11,6 19,80 2
Momen akibat beban mati tambahan, M s 568,46 kNm
8
Tegangan beton pada pusat tendon akibat gaya prategang:
tekan Pe Mg
W W
tarik tekan
y
sumbu netral
e tarik e
y
P
100
Pe2 M ge
tekan
Wy Wy
P/A
CR K CR
Es
f ci f cd 1,6 189750 17,40 15,80 16,04 N/mm2
Ec 30290
200 10 6
untuk pasca-tarik, CS
log 10 t 2
Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton dapat pula dihitung dengan persamaan:
SH sh K sh ES (1.3.14)
Contoh-5:
Suatu balok beton prategang, diberi gaya prategang setelah + 48 jam pengecoran.
Kelembaban udara relatif 75% dan rasio volume terhadap luas permukaan adalah 3.
Tegangan tarik batas (ultimate tensile stress) baja prategang, fpu = 1.862 N/mm2 dan
modulus elastisitas baja prategang, Es = 189.750 N/mm2. Hitunglah persentase kehilangan
gaya prategang akibat penyusutan beton
Penyelesaian:
Menggunakan persamaan 1.3.13:
Regangan susut sisa total untuk pasca-tarik, untuk t = 48 jam = 2 hari
200 10 6 200 10 6
CS 0,00033
log10 t 2 log10 2 2
Bila diambil tegangan awal baja prategang 75% dari tegangan batas kabel prategang,
maka tegangan awal adalah:
f si 75% f pu 75% 1862 1.396,5 N/mm2
Sebenarnya balok prategang mengalami perubahan regangan baja yang konstan di dalam
tendon bila terjadi rangkak yang tergantung pada waktu, dan dapat dimodifikasi
perhitungan kehilangan tegangan akibat relaksasi, RE, untuk mencerminkan hal tersebut.
Komisi ACI-ASCE menghasilkan persamaan:
RE K RE J SH CR ES C (1.3.17)
dimana KRE, J, dan C adalah nilai-nilai yang diambil dari Tabel 3.5 dan 3.6
KRE: koefisien relaksasi, harga berkisar 41 – 138 N/mm2
J: faktor waktu, harga berkisar 0,05 – 1,15
C: faktor relaksasi yang besarnya tergantung pada jenis kawat/baja prategang
RE: kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang
SH: kehilangan tegangan akibat penyusutan (shrinkage) beton
CR: kehilangan tegangan akibat rangkak (creep) beton
ES: kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis
0,80 1,28
0,79 1,22
0,78 1,16
0,77 1,11
0,76 1,05
0,75 1,45 1,00
0,74 1,36 0,95
0,73 1,27 0,90
0,72 1,18 0,85
0,71 1,09 0,80
0,70 1,00 0,75
0,69 0,94 0,70
0,68 0,89 0,66
0,67 0,83 0,61
0,66 078 0,57
0,65 0,73 0,53
0,64 0,68 0,49
0,63 0,63 0,45
0,63 0,58 0,41
0,61 0,53 0,37
0,60 0,49 0,33
Px A
1/2 Ps
B
Ps
Ps(X)
s
D C
1/2 X
Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang (tendon) sebelum pengangkuran. Garis DB
adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran. Di sepanjang bentang L terjadi
penurunan tegangan pada ujung pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu
titik yang berjarak X dari ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik
arah ini tergantung pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal, maka
kemiringan garis DB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya berlawanan.
Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang penyetelan angkur d,
sehingga kehilangan tegangan pada ujung penarikan kabel dapat dirumuskan sbb:
d
Ps 2E p (1.3.21)
X
dimana Ps: gaya prategang di ujung angkur
Ps Px e KLx
Px: tegangan pada baja prategang di ujung pengangkuran
L: panjang bentang, atau jarak yang ditentukan sepanjang kabel (dengan asumsi
kabel ditarik pada satu sisi saja)
K: koefisien wobble
: koefisien geseran tendon
Lx: panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau
d: penyetelan angkur (anchorage set)
Ep: modulus elastisitas baja prategang
Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 47
Nilai X tergantung dari tegangan pada tendon akibat gaya penarikan tendon Px dan
karakteristik gesekan dari tendon () yang dapat dilihat pada Tabel 3.7. di bawah.
KX
Profil tendon X jika kurang dari L
X
Epd
linier KX X
KPx
2 a Epd
parabolis K X
b2 Px
Epd
melingkar K X
R Px
Epd
X
Bentuk lain
Z
L
Contoh-6:
Tentukan kehilangan tegangan akibat slip pada angkur, jika panjang tendon L = 3 m,
tegangan beton pada penampang fc = 1.035 N/mm2, modulus elastisitas baja prategang Es
= 200.000 N/mm2, dan harga rata-rata slip adalah 2,5 mm.
Penyelesaian:
fc 1035
Perpanjangan kabel total, L L 3000 15,53 mm
Es 200000
Srerata 2,5
Persentase kehilangan gaya prategang, ANC 100% 100% 16,10%
L 15,53
7,50 7,50
Tegangan tendon pada ujung pengangkuran Ps = 1.200 N/mm2. Modulus elastisitas baja
prategang Ep = 195.000 N/mm2, koefisien wobble K = 0,0025/m, koefisien geseran tendon
= 0,15/rad. Jika anchorage set d = 5,0 mm, maka:
a. tentukan nilai X dan gaya prategang pada ujung angkur (Ps)
b. tentukan nilai tegangan di pengangkuran
c. gambar diagram tegangan sebelum dan sesudah pengangkuran
Penyelesaian:
Dari gambar di atas, a = 0,45 m, b = 7,50 m
Anchorage set, d = 5 mm = 0,005 m
Dari Tabel 3.7 untuk profil tendon parabolik, maka:
2a 2 0,15 0,45
2
K 0,0025 0,0049
b 7,52
Px = 1.200 N/mm2 = 1,2 x 109 N/m2
Ep = 195.000 N/mm2 = 1,95 x 1011 N/m2
d 0,005
Ps 2E p 2 1,95 1011 151,4 MPa
X 12,88
Px – Ps = 1200 – 151,4 = 1.048,60 MPa
Kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon akan sangat dipengaruhi oleh:
Pergerakan selongsong (wobble) kabel prategang. Untuk itu digunakan koefisien
wobble K
Kelengkungan tendon/kabel prategang. Untuk itu digunakan koefisien geseran
Untuk tendon tipe 7 wire strand pada selongsong yang fleksibel, harga koefisien wobble K
= 0,0016 – 0,0066 dan koefisien kelengkungan = 0,15 – 0,25
Ujung
pendongkrakan
P1 P2
P1
P1
P
2
Kehilangan gaya prategang total akibat gesekan di sepanjang tendon yang dipasang
melengkung sepanjang titik 1 dan 2 adalah:
L
P1 P2 P1 dimana (1.3.22)
R
L
P1 P2 P1
R
Untuk pengaruh gerakan selongsong (wobble), substitusi KL = , sehingga:
P1 P2 KLP1 (1.3.23)
Persamaan (1.3.22) adalah kehilangan gaya prategang akibat gesekan di sepanjang tendon,
sedangkan (1.3.23) adalah akibat pengaruh gerakan/goyangan dari selongsong kabel
(cable duct).
Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 50
Jadi kehilangan gaya prategang total sepanjang kabel akibat lengkungan kabel asalah:
P1 P2 KLP1 P1 atau
P1 P2
KL (1.3.24)
P1
Menurut SNI, kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon post-tension harus
dihitung dengan rumus:
Ps Px e KLx (1.3.25)
Jika nilai (KLx + ) < 0,3, maka kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon
dapat dihitung dengan persamaan:
Ps Px 1 KLx (1.3.26)
Koefisien friksi tendon psot-tension untuk persamaan (1.3.25) dan (1.3.26) dapat dilihat
pada SNI, sedangkan menurut ACI-318, kehilangan gaya prategang akibat friksi pada
tendon dapat dihitung dengan persamaan:
1 p L pa
Ps Px e (1.3.27)
Contoh-8:
Suatu balok prategang dengan bentang 18,30 m, diberi gaya prategang dengan
kabel/tendon yang dipasang melengkung seperti gambar di bawah.
0,60
A D
0,60
B C
5.35 3.80 3.80 5.35
18.30
Tentukan kehilangan gaya prategang total akibat gesekan pada tendon, jika koefisien
gesekan m = 0,4 dan koefisien wobble = 0,0026 per meter
PC PB
(0,0026 7,6 0,4 0,132 ) 0,986 0,072
PB