Anda di halaman 1dari 24

I.

STRUKTUR BETON PRATEGANG


I.3. KEHILANGAN GAYA PRATEGANG

1.3. KEHILANGAN GAYA PRATEGANG (LOSSES OF PRESTRESSED)


Adalah suatu kenyataan bahwa gaya prategang awal yang diberikan ke komponen struktur
beton mengalami proses reduksi yang progresif selama waktu kurang lebih lima tahun
(Nawy, 2001). Dengan demikian, tahap gaya prategang perlu ditentukan pada setiap tahap
pembebanan, dari tahap transfer gaya prategang ke beton, sampai ke berbagai tahap gaya
prategang yang terjadi pada kondisi beban kerja, hingga mencapai ultimit.

Kehilangan gaya prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon pada
tahap-tahap pembebanan.

Reduksi atau kehilangan gaya prategang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori:
1) Immediate elastic losses (kehilangan elastis), yaitu kehilangan gaya prategang
langsung atau segera setelah beton diberi gaya prategang. Kehilangan gaya prategang
secara langsung ini disebabkan oleh:
 perpendekan elastik beton
 kehilangan pada sistem pengangkuran, antara lain akibat slip pada angkur
 kehilangan akibat friksi sepanjang kelengkungan dari tendon, yang terjadi pada
beton prategang dengan sistem post-tension

Tabel 3.1. Kehilangan prategang jangka pendek


Jenis kehilangan Pre-tension Post-tension
1. perpendekan elastis beton (ES)  -
2. slip pada angkur (ANC) - 
3. friksi sepanjang kabel (FR) - 

2) Time dependent losses (kehilangan yang bergantung waktu), yaitu kehilangan gaya
prategang akibat dari pengaruh waktu, yang mana hal ini disebabkan oleh:
 rangkak (creep) pada beton
 susut (shrinkage) pada beton
 relaksasi baja prategang

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 31


Tabel 3.2. Kehilangan prategang yang bergantung waktu
Jenis kehilangan Pre-tension Post-tension
1. susut pada beton (SH)  
2. rangkak pada beton (CR)  
3. relaksasi baja (RE)  

Karena banyaknya faktor yang saling terkait, perhitungan kehilangan gaya prategang
(losses) secara eksak sangat sulit untuk dilaksanakan, sehingga banyak dilakukan metode
pendekatan, misalnya metode lump-sum (AASHTO), PCI method dan ASCE- ACI methods.

Tabel 3.3. Kehilangan lump-sum dari AASHTO

Kehilangan total
Jenis baja prategang
fc’ = 27, 6 MPa fc’ = 34,5 MPa
1. strand pratarik - 310 MPa
2. strand/wire pasca-tarik 221 MPa 228 MPa
3. batang/bar 152 MPa 159 MPa

Total kehilangan gaya prategang:


1) kehilangan gaya prategang pada sistem pratarik
Pada struktur pratarik, total losses yang terjadi:
f pT  f pES  f pR  f pCR  f pSH (1.3.1)

2) kehilangan gaya prategang pada sistem pasca-tarik


Pada struktur pasca-tarik, total losses yang terjadi:
f pT  f pA  f pF  f pES  f pR  f pCR  f pSH (1.3.2)

1.3.1. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT PERPENDEKAN ELASTIS (ES)


Beton mengalami perpendekan pada saat gaya prategang bekerja padanya. Karena tendon
melekat pada beton, maka secara simultan juga memendek, sehingga tendon tersebut akan
kehilangan sebagian gaya prategang yang dipikulnya. Pengaruh kehilangan gaya prategang
antara sistem pratarik dan pasca-tarik akibat perpendekan elastis beton sangat berbeda.
Pada sistem pratarik, perubahan regangan pada tendon prategang yang diakibatkan oleh
perpendekan elastis beton adalah sama dengan regangan beton pada tendon prategang
tersebut.

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 32


1) Elemen pratarik
Elemen (pracetak) pratarik, gaya tekan yang dikerjakan pada balok oleh tendon
menyebabkan perpendekan longitudinal pada balok. Perpendekan beton adalah:
 ES fc
 ES  , sedangkan  ES 
L Ec

Pi
fc 
Ac

Pi
sehingga  ES 
Ac Ec

Karena tendon prategang mengalami perpendekan yang sama besar, maka


Es Pi nPi
ES  f pES  Es ES    nfc (1.3.3)
Ac Ec Ac

Es
dimana n  (1.3.4)
Ec

Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek (perpendekan
elastis) dan diikuti dengan perpendekan baja prategang yang mengikuti perpendekan
beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja prategang, maka akan menyebabkan
terjadinya kehilangan tegangan yang ada pada baja prategang tersebut.

Tegangan pada beton di pusat berat baja akibat prategang awal adalah:
Pi
fC  (1.3.5)
Ac  nAs

sehingga kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis adalah:


nPi
ES  f pES  (1.3.6)
Ac  nAs

dimana ES: kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis


Pi: gaya prategang awal
Ac: luas penampang beton
As: luas penampang baja prategang
n: rasio antara modulus elastisitas baja (Es) dan modulus elastisitas beton
pada saat transfer gaya (Eci)

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 33


Contoh-1:
Komponen balok beton prategang pratarik yang lurus dengan panjang 12,2 m,
mempunyai penampang berukuran 380x380 mm. Balok diberi gaya prategang secara
konsentris dengan baja seluas 780 m2, yang diangkurkan ke dinding penahan dengan
tegangan 1.035 MPa. Jika Eci = 33.000 MPa dan Es = 200.000 MPa, hitung kehilangan
gaya prategang akibat perpendekan elastis beton pada saat peralihan prategang.

Penyelesaian:
Gaya prategang awal, Pi  f s  As  1035  780  807 .300 N

Es 200000
Rasio modulus elastisitas, n    6,06
Eci 33000

Luas penampang balok, Ac  380  380  144.400 mm2

Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis:


nPi 6,06  807300
ES  f pES    32,81 MPa
Ac  nAs 144400  6,06  780

2) Elemen pasca-tarik
Pada metode pasca-tarik yang hanya menggunakan kabel tunggal, tidak terjadi
kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis beton, karena gaya prategang
diukur setelah perpendekan elastis beton terjadi. Tetapi jika digunakan kabel
prategang lebih dari satu, sehingga penarikan kabel menyebabkan perpendekan elastis
beton, maka kehilangan gaya prategang ditentukan oleh kabel yang pertama ditarik,
dan digunakan harga setengahnya untuk mendapatkan harga rata-rata semua kabel.

Kehilangan gaya prategang pada metode pasca-tarik dapat ditentukan dengan


persamaan:
nPi
ES  f pES  (1.3.7)
Ac

dimana ES: kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis


Pi: gaya prategang awal
Ac: luas penampang beton
Es
n
Ec

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 34


Atau secara praktis untuk beton prategang pasca-tarik, kehilangan gaya prategang
dapat dihitung dengan persamaan:
Es
ES  f pES  0,5 fc (1.3.8)
Ec

dimana ES: kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis


fc: gaya prategang awal
Es: modulus elastisitas kabel/baja prategang
Ec: modulus elastisitas beton

Contoh-2:
Jika contoh-1 di atas digunakan metode pasca-tarik, menggunakan baya prategang
dengan As = 780 mm2 terdiri dari 4 buah kabel prategang, masing-masing dengan luas
195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu dengan tegangan 1.035 MPa. Hitunglah
kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis.

Penyelesaian:
 Kehilangan prategang tendon-1
Kehilangan gaya prategang pada tendon-1 disebabkan oleh gaya prategang pada
ketiga kabel yang lain:
Gaya prategang pada ketiga kabel:
Pi  3( f s  As )  3(1035 195)  605.475 N

Es 200000
n   6,06
Eci 33000

Ac  380  380  144.400 mm2

Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis:


nPi 6,06  605475
ES1    25,41 MPa
Ac 144400

 Kehilangan prategang tendon-2


Kehilangan gaya prategang pada tendon-2 disebabkan oleh gaya prategang pada
kedua kabel yang lain:
Pi  2( f s  As )  2(1035 195)  403.650 N

nPi 6,06  403650


ES2    16,94 MPa
Ac 144400

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 35


 Kehilangan prategang tendon-3
Kehilangan gaya prategang pada tendon-3 disebabkan oleh gaya prategang pada
satu kabel yang lain:
Pi  f s  As  1035 195  201 .825 N

nPi 6,06  201825


ES3    8,47 MPa
Ac 144400

 Kehilangan prategang tendon-4


Pi  0( f s  As )  0(1035 195)  0

nPi 6,06  0
ES3   0
Ac 144400

Jadi kehilangan gaya prategang rata-rata:


ES1  ES2  ES3  ES4 25,41  16,94  8,47  0
ESrata 2    12,71 MPa
4 4
Kehilangan gaya prategang rata-rata ini mendekati ½ nya kehilangan gaya prategang
pada tendon-1, yaitu: ES  1 2  25,41  12,705 MPa
12,71
Jadi persentase kehilangan gaya prategang: 100%  1,23%
1035

Bila dihitung menggunakan persamaan 1.3.7, maka:


Gaya prategang total, Pi  4( f s  As )  4 1035 195  807.300 N

Pi 807300
fc   5,59 MPa
Ac  144400

Es
ES  0,5 f c  0,5  6,06  5,59  16,94 MPa
Ec

16,94
Jadi persentase kehilangan gaya prategang: 100%  1,64%
1035
Jika dibandingkan dengan perhitungan di atas, ternyata lebih besar

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 36


1.3.2. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT RANGKAK (CREEP)
Kehilangan gaya prategang akibat rangkak beton merupakan salah satu kehilangan gaya
prategang yang tergantung pada waktu, yang diakibatkan oleh proses penuaan beton
selama pemakaian.

Ada dua cara dalam menghitung kehilangan gaya prategang akibat creep beton, yaitu:
1) Metode regangan rangkak batas
Besar kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak dapat ditentukan
dengan persamaan:
CR   ce f c Es (1.3.9)

dimana CR: kehilangan gaya prategang akibat rangkak (creep)


ce: regangan elastis
fc: tegangan beton pada posisi baja prategang
Es: modulus elastisitas baja prategang

2) Metode koefisien rangkak


Besar kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak dapat ditentukan
dengan persamaan:
fc
CR   cr Es   Es   f c n (1.3.10)
Ec

 cr f
   cr    cr  c
 ce Ec
Es
n
Ec
dimana : koefisien rangkak (creep)
cr: regangan akibat rangkak
ce: regangan elastis
fc: tegangan beton pada posisi baja prategang
Es: modulus elastisitas baja prategang
Ec: modulus elastisitas beton

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 37


Rangkak pada beton terjadi karena deformasi akibat adanya tegangan pada beton sebagai
fungsi waktu. Pada struktur beton prategang, rangkak mengakibatkan berkurangnya
tegangan pada penampang.
1) bonded tendon
Untuk struktur dengan lekatan yang baik anmembertara tendon dan beton (bonded
members), kehilangan akibat rangkak dapat diperhitungkan dengan persamaan:

CR  f pCR  K CR
Es
 f ci  f cd  (1.3.11)
Ec

dimana CR: kehilangan gaya prategang akibat rangkak (creep)


KCR: koefisien rangkak
- pratarik: 2,0
- pasca-tarik: 1,6
Es: modulus elastisitas baja prategang
Ec: modulus elastisitas beton
fci: tegangan beton pada posisi/level baja prategang sesaat setelah transfer
gaya prategang
fcd: tegangan beton pada pusat berat tendon akibat beban mati

2) Unbonded tendon
Untuk struktur dimana tidak terjadi lekatan yang baik antara tendon dan beton
unbonded members), besar kehilangan gaya prategang dapat ditentukan dengan
persamaan:
Es
CR  f pCR  K CR f cp (1.3.12)
Ec

dimana fcp: tegangan tekan beton rata-rata pada pusat berat tendon

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 38


Contoh-3:
Suatu balok beton prategang, dimensi penampang 250x400 mm, dengan lintasa tendon
berbentuk parabola. Hitung kehilangan gaya prategang akibat creep dengan cara regangan
rangkak batas dan dengan cara koefisien rangkak
- modulus elastisitas beton, Ec = 33.330 MPa
- modulus elastisitas baja prategang, Es = 200.000 MPa
- tendon terdiri dari 5 buah kawat, masing-masing dengan
diameter 12,7 mm
400
- tegangan tarik tendon akibat gaya prategang awal, fi =
1.200 N/mm2
75
- regangan elastis ce = 35x10-6

250 - koefisien rangkak,  = 1,6

Hitung kehilangan gaya prategang akibat rangkak dengan cara regangan rangkak batas dan
dengan cara koefisien rangkak.

Penyelesaian:
 Perhitungan penampang:
Luas penampang beton, A  250  400  100.000 mm2
250  400 3
Momen inersia, I   1,33 109 mm4
12
250  400 2
Section modulus, W   6,67 10 6 mm3
6
400
Eksentrisitas tendon, e   75  125 mm
2
 12,7 2
Luas penampang total kabel prategang, Ap  5   633,4 mm2
4
 Gaya prategang awal, P  Ap xf i  633,4 1200  760.080 N

Tegangan beton di tengah bentang balok:


P P e 760080 760080 125
fc      21,84 N/mm2
A W 100000 6,67 106

a) Perhitungan dengan metode regangan rangkak batas:


Dari persamaan (1.3.9), kehilangan tegangan pada baja prategang:
CR   ce f c Es  35 10 6  21,84  200000  152,88 N/mm2

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 39


Persentase kehilangan gaya prategang terhadap tegangan awal tendon:
CR 152,88
%CR  100 %  100%  12,73%
fi 1200

b) Perhitungan dengan metode koefisien rangkak:


Dari persamaan (1.3.10), kehilangan tegangan pada baja prategang:
Es 200000
CR   f c  1,6  21,84   209,68 N/mm2
Ec 33330

Persentase kehilangan gaya prategang terhadap tegangan awal tendon:


CR 209,68
%CR  100 %  100 %  17,47%
fi 1200

Contoh-4:
Suatu balok beton prategang dengan sistem pasca-tarik bentang 19,80 m, dimensi
penampang seperti gambar
- beban mati: 6,9 kN/m
- beban mati tambahan: 10,6 kN/m
- gaya prategang: 2.758 kN
600 - modulus elastisitas beton, Ec = 30.290 MPa
- modulus elastisitas baja prategang, Es = 189.750 MPa
100 - tegangan tarik batas tendon, fpu = 1.862 N/mm2
- koefisien rangkak, Kcr = 1,6
400

Hitung kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak.

Penyelesaian:
 Perhitungan penampang:
Luas penampang beton, A  400  600  240.000 mm2
400  600 3
Momen inersia, I   7,20 109 mm4
12
400  600 2
Section modulus, W   24 10 6 mm3
6
600
Eksentrisitas tendon, e   100  200 mm
2

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 40


 Menghitung tegangan-tegangan:
Asumsi tegangan awal kabel prategang 75% dari tegangan tarik batas
f si  75%  f pu  75% 1862  1.396,50 N/mm2

6,9 19,80 2
Momen akibat beban mati, M g   338,13 kNm
8
11,6 19,80 2
Momen akibat beban mati tambahan, M s   568,46 kNm
8
Tegangan beton pada pusat tendon akibat gaya prategang:
tekan Pe Mg
W W
tarik tekan
y
sumbu netral

e tarik e
y
P
100
Pe2 M ge
tekan
Wy Wy
P/A

DIAGRAM TEGANGAN DIAGRAM TEGANGAN


AKIBAT AKIBAT
GAYA PRATEGANG BEBAN MATI

P P e2 2758 2758  200 2


f cp      2,68 N/mm2 (tgangan tekan)
A W y 240000 24 10 6  300

Tegangan beton pada pusat tendon akibat beban mati:


Mg e 338130  200
fg    9,4 N/mm2 (tegangan tarik)
Wy 24 10 6  300

Tegangan beton di pusat tendon pada saat transfer gaya prategang:


f ci  f cp  f g  26,8  9,4  17,4 N/mm2

Tegangan beton di pusat tendon akibat beban mati tambahan:


M s e 568458  200
f cd    15,80 N/mm2
W y 24 10 6  300

Kehilangan tegangan pada tendon akibat rangkak, dengan persamaan 1.3.11

CR  K CR
Es
 f ci  f cd   1,6 189750 17,40  15,80   16,04 N/mm2
Ec 30290

Persentase kehilangan tegangan pada tendon:


CR 16,04
%CR  100 %  100 %  1,15% N/mm2
f si 1396 ,5

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 41


1.3.3. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT SUSUT (SHRINKAGE)
Seperti halnya pada rangkak beton, susut pada beton dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut meliputi proporsi campuran, tipe agregat, tipe semen, waktu
perawatan, waktu antara akhir perawatan dan pemberian gaya prategang, ukuran
komponen struktur, dan kondisi lingkungan. Ukuran dan bentuk komponen struktur juga
mempengaruhi susut. Dapat disimpulkan bahwa susut beton dipenagruhi oleh:
 Rasio antara volume beton dan luas permukaan beton
 Kelembaban relatif waktu antara akhir pengecoran dan pemberian gaya prategang

Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton dapat dihitung dengan persamaan:


SH   CS ES (1.3.13)

dimana SH: kehilangan tegangan akibat penyusutan beton


ES: modulus elastisitas baja prategang
CS: regangan susut sisa total,
 untuk pratarik,  CS  300 10 6

200  10 6
 untuk pasca-tarik,  CS 
log 10 t  2 

t: sisa usia beton (hari) pada waktu transfer gaya

Kehilangan tegangan akibat penyusutan beton dapat pula dihitung dengan persamaan:
SH   sh K sh ES (1.3.14)

dimana SH: kehilangan tegangan akibat penyusutan beton


ES: modulus elastisitas baja prategang
sh: regangan susut efektif yang dapat dihitung dari persamaan:
 V
 sh  8,2 10 6 1  0,06 100  RH  (1.3.15)
 S
V: volume beton dari suatu komponen struktur beton prategang
S: luas permukaan komponen struktur beton prategang
RH: kelembaban relatif
Ksh: koefisien penyusutan, yang harganya ditentukan terhadap waktu antara
akhir pengecoran dan saat pemberian gaya prategang, seperti tabel berikut:

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 42


Tabel 3.4. Koefisien susut, Ksh

selisih waktu antara


1 3 5 7 10 20 30 60
pengecoran & prategangan

Ksh 0,92 0,85 0,80 0,77 0,73 0,64 0,58 0,45

Contoh-5:
Suatu balok beton prategang, diberi gaya prategang setelah + 48 jam pengecoran.
Kelembaban udara relatif 75% dan rasio volume terhadap luas permukaan adalah 3.
Tegangan tarik batas (ultimate tensile stress) baja prategang, fpu = 1.862 N/mm2 dan
modulus elastisitas baja prategang, Es = 189.750 N/mm2. Hitunglah persentase kehilangan
gaya prategang akibat penyusutan beton

Penyelesaian:
 Menggunakan persamaan 1.3.13:
Regangan susut sisa total untuk pasca-tarik, untuk t = 48 jam = 2 hari
200 10 6 200 10 6
 CS    0,00033
log10 t  2 log10 2  2

Kehilangan tegangan baja prategang akibat penyusutan beton:


SH   CS ES  0,00033 189750  62,62 N/mm2

Bila diambil tegangan awal baja prategang 75% dari tegangan batas kabel prategang,
maka tegangan awal adalah:
f si  75% f pu  75% 1862  1.396,5 N/mm2

Jadi persentase kehilangan tegangan baja prategang akibat penyusutan beton:


SH 62,62
% SH  100 %  100 %  4,48% N/mm2
f si 1396 ,5

 Menggunakan persamaan 1.3.14:


Penyusutan efektif:
 V
 sh  8,2 10 6 1  0,06 100  RH 
 S

 sh  8,2 10 6 1  0,06  3100  75  1,68 104

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 43


Koefisien susut dari Tabel 3.4, dengan cara interpolasi linier untuk pemberian gaya
prategang setelah 2 hari, Ksh = 0,885, sehingga kehilangan tegangan pada baja
prategang adalah:
SH   sh K sh ES  1,68  0,885 189750  28,21 N/mm2

Jadi persentase kehilangan tegangan baja prategang akibat penyusutan beton:


SH 28,21
% SH  100 %  100 %  2,02% N/mm2
f si 1396 ,5

1.3.4. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT RELAKSASI


Tendon stress-relieved mengalami kehilangan gaya prategang sebagai akibat dari
perpanjangan konstan terhadap waktu. Besar pengurangan prategang bergantung tidak
hanya pada durasi gaya prategang yang ditahan, melainkan juga pada rasio antara
prategang awal (fpi) dan kuat leleh baja prategang (fpy). Kehilangan tegangan seperti ini
disebut relaksasi tegangan. Jika fpR adalah tegangan sisa pada baja setelah relaksasi, maka:
fp  log t  log t1  f pi 
 1    0,55  (1.3.16)
f pi  10  f py 

f pi
dimana  0,55
f py

Sebenarnya balok prategang mengalami perubahan regangan baja yang konstan di dalam
tendon bila terjadi rangkak yang tergantung pada waktu, dan dapat dimodifikasi
perhitungan kehilangan tegangan akibat relaksasi, RE, untuk mencerminkan hal tersebut.
Komisi ACI-ASCE menghasilkan persamaan:
RE  K RE  J SH  CR  ES C (1.3.17)
dimana KRE, J, dan C adalah nilai-nilai yang diambil dari Tabel 3.5 dan 3.6
KRE: koefisien relaksasi, harga berkisar 41 – 138 N/mm2
J: faktor waktu, harga berkisar 0,05 – 1,15
C: faktor relaksasi yang besarnya tergantung pada jenis kawat/baja prategang
RE: kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang
SH: kehilangan tegangan akibat penyusutan (shrinkage) beton
CR: kehilangan tegangan akibat rangkak (creep) beton
ES: kehilangan tegangan akibat perpendekan elastis

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 44


Tabel 3.5. Nilai-nilai KRE dan J

Tipe tendon KRE [MPa] J


1. strand atau kawat stress-relieved derajat 1860 MPa 138 0,15
2. strand atau kawat stress-relieved derajat 1720 MPa 128 0,14
3. kawat stress-relieved derajat 1655 atau 1620 MPa 121 0,13
4. strand relaksasi rendah derajat 1860 MPa 35 0,040
5. kawat relaksasi rendah derajat 1720 MPa 32 0,037
6. kawat relaksasi rendah derajat 1655 atau 1620 MPa 30 0,035
7. batang stress-relieved derajat 1000 atau 1100 MPa 41 0,05

Tabel 3.6. Nilai C

f pi Strand atau Batang stress-relieved atau strand


f pu kawat stress-relieved atau kawat relaksasi rendah

0,80 1,28
0,79 1,22
0,78 1,16
0,77 1,11
0,76 1,05
0,75 1,45 1,00
0,74 1,36 0,95
0,73 1,27 0,90
0,72 1,18 0,85
0,71 1,09 0,80
0,70 1,00 0,75
0,69 0,94 0,70
0,68 0,89 0,66
0,67 0,83 0,61
0,66 078 0,57
0,65 0,73 0,53
0,64 0,68 0,49
0,63 0,63 0,45
0,63 0,58 0,41
0,61 0,53 0,37
0,60 0,49 0,33

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 45


Kehilangan tegangan akibat relaksasi terhadap persentase nilai prategangan awal dapat
pula ditentukan dengan persamaan:
 2  ECS 
RE  R1   (1.3.18)
 f 
 pi 
dimana RE: kehilangan tegangan akibat relaksasi baja prategang
R: relaksasi yang direncanakan (%)
ECS: kehilangan tegangan akibat rangkak ditambah akibat penyusutan
fpi: tegangan pada tendon sesaat setelah pemindahan gaya prategang

1.3.5. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT SLIP PENGANGKURAN


Kebanyakan sistem pasca-tarik, kehilangan tegangan terjadi pada saat tendon ditarik
sampai nilai penuh kemudian dongkrak dilepas dan gaya prategang dialihkan ke angkur.
Peralatan angkur mengalami tegangan pada saat peralihan cenderung untuk berdeformasi,
sehingga tendon dapat tergelincir sedikit. Baji gesekan yang dipakai untuk menahan kabel
akan sedikit tergelincir sebelum kabel dijepit dengan kokoh. Besarnya gelincir tergantung
dari jenis baji dan tegangan pada kawat. Slip pengangkuran rata-rata mencapai sekitar 2,5
mm. Besarnya perpanjangan total tendon:
fc
L  L (1.3.19)
Es

Kehilangan gaya prategang akibat slip:


S rerata
ANC  100% (1.3.20)
L
dimana ANC: kehilangan tegangan akibat slip di pengangkuran
: deformasi pada angkur
fc: tegangan pada beton
Es: modulus elastisitas baja/kabel prategang
L: panjang kabel
Srerata: harga rata-rata slip angkur

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 46


Kehilangan gaya prategang akibat pemindahan gaya dapat digambarkan seperti berikut

Px A
1/2 Ps
B
Ps
Ps(X)

s
D C

1/2 X

Gambar 3.1. diagram kehilangan tegangan

Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang (tendon) sebelum pengangkuran. Garis DB
adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran. Di sepanjang bentang L terjadi
penurunan tegangan pada ujung pengangkuran dan gaya geser berubah arah pada suatu
titik yang berjarak X dari ujung pengangkuran. Karena besarnya gaya geser yang berbalik
arah ini tergantung pada koefisien geseran yang sama dengan koefisien geseran awal, maka
kemiringan garis DB akan sama dengan garis AB akan tetapi arahnya berlawanan.
Perpendekan total tendon sampai X adalah sama dengan panjang penyetelan angkur d,
sehingga kehilangan tegangan pada ujung penarikan kabel dapat dirumuskan sbb:
d
Ps  2E p (1.3.21)
X
dimana Ps: gaya prategang di ujung angkur

Ps  Px e   KLx 
Px: tegangan pada baja prategang di ujung pengangkuran
L: panjang bentang, atau jarak yang ditentukan sepanjang kabel (dengan asumsi
kabel ditarik pada satu sisi saja)
K: koefisien wobble
: koefisien geseran tendon
Lx: panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau
d: penyetelan angkur (anchorage set)
Ep: modulus elastisitas baja prategang
Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 47
Nilai X tergantung dari tegangan pada tendon akibat gaya penarikan tendon Px dan
karakteristik gesekan dari tendon () yang dapat dilihat pada Tabel 3.7. di bawah.

Kehilangan tegangan sepanjang L: Z  Px  Ps (L)

Tabel 3.7. Nilai  dan X untuk berbagai profil tendon

  KX
Profil tendon  X jika kurang dari L
X
Epd
linier   KX X
KPx

2 a Epd
parabolis  K X
b2 Px

 Epd
melingkar  K X
R Px

Epd
X
Bentuk lain
 
Z
L

Contoh-6:
Tentukan kehilangan tegangan akibat slip pada angkur, jika panjang tendon L = 3 m,
tegangan beton pada penampang fc = 1.035 N/mm2, modulus elastisitas baja prategang Es
= 200.000 N/mm2, dan harga rata-rata slip adalah 2,5 mm.

Penyelesaian:
fc 1035
Perpanjangan kabel total, L  L 3000  15,53 mm
Es 200000

Srerata 2,5
Persentase kehilangan gaya prategang, ANC  100%  100%  16,10%
L 15,53

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 48


Contoh-7:
Suatu balok prategang sistem post-tension dengan lintasan kabel seperti gambar sketsa di
bawah:

7,50 7,50

Tegangan tendon pada ujung pengangkuran Ps = 1.200 N/mm2. Modulus elastisitas baja
prategang Ep = 195.000 N/mm2, koefisien wobble K = 0,0025/m, koefisien geseran tendon
 = 0,15/rad. Jika anchorage set d = 5,0 mm, maka:
a. tentukan nilai X dan gaya prategang pada ujung angkur (Ps)
b. tentukan nilai tegangan di pengangkuran
c. gambar diagram tegangan sebelum dan sesudah pengangkuran

Penyelesaian:
Dari gambar di atas, a = 0,45 m, b = 7,50 m
Anchorage set, d = 5 mm = 0,005 m
Dari Tabel 3.7 untuk profil tendon parabolik, maka:
2a 2  0,15  0,45
 2
K   0,0025  0,0049
b 7,52
Px = 1.200 N/mm2 = 1,2 x 109 N/m2
Ep = 195.000 N/mm2 = 1,95 x 1011 N/m2

Dari Tabel 3.7, untuk profil tendon parabolik, maka:


Epd 1,95 1011  0,005
X   12,88 m
Px 0,0049 1,2 109

d 0,005
Ps  2E p  2 1,95 1011   151,4 MPa
X 12,88
Px – Ps = 1200 – 151,4 = 1.048,60 MPa

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 49


1.3.6. KEHILANGAN PRATEGANG AKIBAT FRIKSI SEPANJANG TENDON
Pada struktur beton prategang dengan tendon yang dipasang melengkung, ada gesekan
antara sistem penarik (jacking) dan angkur, sehingga tegangan yang ada pada tendon atau
kabel prategang akan lebih kecil daripada yang terbaca pada alat pressure gauge.

Kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon akan sangat dipengaruhi oleh:
 Pergerakan selongsong (wobble) kabel prategang. Untuk itu digunakan koefisien
wobble K
 Kelengkungan tendon/kabel prategang. Untuk itu digunakan koefisien geseran 

Untuk tendon tipe 7 wire strand pada selongsong yang fleksibel, harga koefisien wobble K
= 0,0016 – 0,0066 dan koefisien kelengkungan  = 0,15 – 0,25



Ujung
pendongkrakan

P1 P2
 P1 
 
 
P1
P
2

Gambar 3.2. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan

Kehilangan gaya prategang total akibat gesekan di sepanjang tendon yang dipasang
melengkung sepanjang titik 1 dan 2 adalah:
L
P1  P2   P1  dimana   (1.3.22)
R
L
P1  P2   P1
R
Untuk pengaruh gerakan selongsong (wobble), substitusi KL = , sehingga:
P1  P2  KLP1 (1.3.23)
Persamaan (1.3.22) adalah kehilangan gaya prategang akibat gesekan di sepanjang tendon,
sedangkan (1.3.23) adalah akibat pengaruh gerakan/goyangan dari selongsong kabel
(cable duct).
Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 50
Jadi kehilangan gaya prategang total sepanjang kabel akibat lengkungan kabel asalah:
P1  P2  KLP1  P1 atau
P1  P2
  KL   (1.3.24)
P1

dimana P1: gaya prategang di titik-1


P2: gaya prategang di titik-2
L: panjang kabel prategang dari titik-1 ke titik-2
: sudut pada tendon
: koefisien gesekan
K: koefisien wobble

Menurut SNI, kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon post-tension harus
dihitung dengan rumus:

Ps  Px e KLx    (1.3.25)

Jika nilai (KLx + ) < 0,3, maka kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon
dapat dihitung dengan persamaan:
Ps  Px 1  KLx    (1.3.26)

dimana Ps: gaya prategang di ujung angkur


Px: gaya prategang di titik yang ditinjau
K: koefisien wobble
Lx: panjang tendon dari angkur sampai titik yang ditinjau
: sudut pada tendon
: koefisien gesekan akibat kelengkungan kabel
E = 2,7183

Koefisien friksi tendon psot-tension untuk persamaan (1.3.25) dan (1.3.26) dapat dilihat
pada SNI, sedangkan menurut ACI-318, kehilangan gaya prategang akibat friksi pada
tendon dapat dihitung dengan persamaan:

  1   p L pa 
Ps  Px e (1.3.27)

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 51


dimana Ps: gaya prategang di ujung angkur
Px: gaya prategang di titik yang ditinjau
Lpa: jarak dari tendon yang ditarik
t: jumlah nilai absolut pada semua deviasi angular dari tenson sepanjang L pa
(dalam radian)
p: deviasi angular atau dalam wobble, dimana nilainya tergantung pada
diameter selongsong (ds). Untuk selongsong berisi strand dan mempunyai
diameter dalam:
ds < 50 mm 0,016 < p < 0,024
50 mm < ds < 90 mm 0,012 < p < 0,016
90 mm < ds < 1400 mm 0,008 < p < 0,012
Batang yang diberi gemuk (greased), dan dibungkus, p = 0,008
: koefisien gesekan akibat kelengkungan kabel, dengan nilai:
 ≈ 0,20 untuk strand dengan selongsong besi mengkilap dan dilapisi zinc
 ≈ 0,15 untuk strand yang diberi gemuk dan dibungkus
 ≈ 0,05 untuk strand pada selongsong beton yang tidak dibentuk (unlined)

Contoh-8:
Suatu balok prategang dengan bentang 18,30 m, diberi gaya prategang dengan
kabel/tendon yang dipasang melengkung seperti gambar di bawah.

0,60
A D
0,60 

B C
5.35 3.80 3.80 5.35

18.30

Tentukan kehilangan gaya prategang total akibat gesekan pada tendon, jika koefisien
gesekan m = 0,4 dan koefisien wobble = 0,0026 per meter

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 52


Penyelesaian:
 Segmen A – B (tendon lurus)
Tegangan di titik A: PA = 1,0
L = 5,35 m
KL = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PB  PA
  KL  0,014
PA

Kehilangan gaya prategang, PB – PA = - 0,014 x PA, dimana PA = 1, sehingga


Tegangan di titik B, PB = 1 – 0,014 = 0,986

 Segmen B – C (tendon melengkung)


L = 2 x = 7,60 m
0,60
1   0,066 dan   2 1  2  0,066  0,132 (lihat gambar)
5,35  3,80
PC  PB
  KL  
PB

PC  PB
 (0,0026  7,6  0,4  0,132 )  0,986  0,072
PB

Tegangan di titik C, PC = PB – 0,072 = 0,986 – 0,072 = 0,914

 Segmen C – D (tendon lurus)


L = 5,35 m
KL = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PD  PC
  KL  0,014
PC

Kehilangan gaya prategang, PD – PC = - 0,014 x PC = - 0,014 x 0,914 = - 0,013


Tegangan di titik D, PC = 0,914 – 0,013 = 0,901

Jadi kehilangan prategang total dari A sampai D:


PA – PD = 1 – 0,901 = 0,099 atau
PA  PD 0,099
100 %  100 %  9,9%
PA 1

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 53


Cara di atas dihitung per segmen, tetapi dapat pula dihitung sekaligus seperti berikut:
L = 5,35 + 3,80 + 3,80 + 5,35 = 18,30 m
 = 0,132 (sudah dihitung di atas)
Dengan menggunakan persamaan (1.3.24), maka
PD  PA
  KL    0,0026 18,3  0,4  0,132  0,10 atau 10%
PA

Titik Penta/Struktur Beton Prategang & Pracetak/KEHILANGAN GAYA PRATEGANG - 54

Anda mungkin juga menyukai