Anda di halaman 1dari 13

PERMODELAN PENGEKANGAN KOLOM PADA BETON MUTU NORMAL

DENGAN METODE ELEMEN HINGGA 3-D

Ridho Saleh Silaban1, Darmansyah Tjitradi2, Syahril Taufik2


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
E-mail: ridho.saleh.silaban@gmail.com
1. Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat
2. Dosen Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Abstrak
Kolom merupakan element kritis tegangan dan regangan pada saat
pada struktur bangunan, kegagalan yielding menyebar diseluruh area kolom
kolom akan berakibat langsung pada namun pada saat mencapai ultimit
runtuhnya komponen struktur lain yang distribusi terkonsentrasi pada area
berhubungan dengannya dan atau tumpuan. Retak pertama dominan
merupakan batas runtuh total terjadi pada area tumpuan dan pada
keseluruhan. Kolom harus memiliki umumnya terjadi pada lapisan selimut
kekuatan, stabilitas dan daktilitas. beton, pada saat mencapai kondisi
Dalam meningkatkan kapasitas dan ultimit retakan sudah terjadi merata
daktilitas kolom dengan memberikan diseluruh area kolom. Rasio
pengekangan (confinement), untuk perbandingan nilai daktilitas untuk
melindungi element beton agar tidak semua model kolom dan jarak
pecah akibat pengaruh tekanan yang pengekangan relatif cukup besar dengan
bekerja. Menganalisis kemampuan nilai rasio 1,523
beban aksial ultimit, pola distribusi
tegangan-regangan dan pola retak pada Kata kunci: Kolom, Pengekangan,
element beton dan daktilitas kolom Beton Mutu Normal, FEA, Full Scale,
Pengujian beberapa model dan Daktilitas
variasi jarak pengekangan pada kolom
pendek mutu beton normal dengan Pendahuluan
tulangan longitudinal baja ulir dan Dalam SNI 03-2847-2002
tulangan transversal baja carbon. Kolom struktur bangunan dirancang bersifat
dianalisis menggunakan metode Finite daktail, kolom yang dirancang harus
Element Analisis (FEA) dengan bantuan memiliki kekuatan, stabilitas dan
Aplikasi ANSYS 3-D full scale, dengan daktilitas. Daktilitas aksial adalah
material properties untuk beton kemampuan struktur untuk berdeformasi
menggunakan SOLID65 dan tulangan aksial secara inelastis termasuk lendutan
baja menggunakan LINK8 serta loading terbesar dan menyerap energi tanpa
plat SOLID45. Jenis tumpuan yang mengalami reduksi kekuatan secara
dipakai adalah sendi-sendi dengan signifikan sebelum mencapai
pemberian pembebanan bertahap keruntuhan. Rasio antara deformasi
(loadstep) aksial arah sentris. maksimum struktur dengan deformasi
Pengaruh model pengekang dan yang terjadi saat mengalami yielding
variasi jarak pengekangan terhadap nilai leleh.
beban aksial ultimit kolom untuk Untuk meningkatkan daktilitas
seluruh model relatif kecil dengan rasio kolom yang menggunakan bahan beton
perbandingan sebesar 1,079, sedangkan adalah dengan mengontrol secara khusus
untuk rasio perbandingan nilai aksial desain penulangannya yaitu memberikan
deformasi sebesar 1,496. Pola distribusi model pengekangan (confinement). Park

1
dan Paulay (1975), mengatakan Kurva naik kurva turun dan kurva datar
sengkang dalam beton bertulang dengan persamaan-persamaan berikut:
disamping berfungsi sebagai tulangan Daerah AB :  c  0,002
pemikul gaya geser dan pengikat  2    
2
tulangan utama, namun juga berfungsi f c  f c c
 c   (1)
untuk meningkatkan daktilitas  0,002  0,002  
komponen struktur.
Analisis perilaku kolom beton Daerah BC : 0,002   c   20c
bertulang mutu normal dengan
pemasangan beberapa model dan jarak f c  f c1  Z   C  0,002  (2)
pengekangan yang diberi beban statis Daerah CD :  c   20c
arah sentris kolom untuk mengetahui f c  0,2 f c (3)
kemampuan kapasitas beban aksial
ultimit, penyebaran distribusi dan Dimana:
konsentrasi tegangan (von mises), pola 0,5
Z (4)
retak (creck) pada material beton serta  50u   50 h  0,002
daktilitas kolom
3  0,002 f c
Numerical Modeling  50u  dan
Model kolom menggunakan f c  1000
kolom pendek persegi empat, diberikan 3 b
pembebanan statis pada area penampang  50 h  s (5)
arah sentris kolom dibebani bertahap 4 sh
hingga kolom mengalami keruntuhan f c adalah kuat tekan silinder beton
ultimit. Permodelan dengan system 3-D
dalam psi;  s adalah perbandingan
full-scale solid element dan link
element. Stress dan strain beton yang volume tulangan melintang terhadap inti
digunakan menurut usulan Kent dan beton yang diukur terhadap bagian luar
Park (1971) pada kondisi terkekang. sengkang; b  adalah lebar inti
Stress dan strain baja yang digunakan kekekangan diukur terhadap bagian luar
menurut usulan Park dan Paulay (1974) sengkang; s h adalah jarak sengkang

Kurva Tegangan - Regangan Beton Kurva Tegangan - Regangan Baja


Mutu Normal Tulangan
Kurva hubungan tegangan- Dalam penelitiannya memuat
regangan beton yang dikekang dengan Perhitungan untuk menentukan nilai
sengkang usulan Kent dan Park seperti tegangan dan regangan baja tulangan
dalam Gambar 1 berikut:  f s   s  menggunakan usulan Park dan
Paulay (1974), seperti ditunjukkan pada
Gambar 2 berikut:

Gambar 1. Kurva hubungan tegangan-


regangan beton yang dikekang dengan
sengkang segi empat usulan kent dan Gambar 2. Kurva hubungan tegangan-
Park (1971) regangan baja tulangan usulan Park dan
Paulay (1974)

2
Gambar 2 Diatas kurva tegangan- pengekangan kolom beton untuk beban
regangan setelah melewati titik leleh C gempa, hasilnya menunjukkan bahwa
baja mengalami regangan plastis cukup pengekangan beton sangat berpengaruh
besar dengan tegangan yang hampir terhadap ketahanan beban gempa.
konstan yang disebut tegangan leleh ( Beberapa faktor penting dalam
f y ). Setelah melewati regangan batas pengekangan kolom yaitu kekuatan/
leleh (  sh ), tegangan mulai naik lagi mutu kolom, konfigurasi tulangan
transversal, dan jumlah tulangan
yaitu pada daerah CD yang
longitudinal. Sharif dkk (2010), meneliti
menunjukkan pengaruh strain-
pengaruh pengekangan terhadap kolom
hardening baja atau kondisi perkuatan
beton struktur pada pembebanan gempa
regangan hingga mencapai tegangan
dengan membandingkan beberapa
maksimum ( f su ) yang disebut dengan pengekang kolom terkekang, hasilnya
kuat tarik baja, dan akhirnya baja putus pengaruh ratio pengekangan dapat
setelah mengalami penyempitan luas meningkatkan kapasitas daya dukung
tampang (necking), dari kurva tersebut beban terhadap pengaruh gempa.
dapat dilihat karakteristik-karakteristik
persamaan -persamaan berikut: Setting Analisis Program
Daerah AB :  s   y Analisis kolom beton bertulang
f s =  s Es (6) pada program ANSYS dibuat dengan
model tumpuan sendi-sendi, diberi
Daerah BC :  y   s   sh (7)
beban aksial statis arah sentris kolom
fs = f (8)
y
(vertikal). Loading plat dan plat landas
Daerah CD :  sh   s   su dipasang pada tiap ujung kolom akan
(9) diberikan pembebanan tegangan
fs = f y (10) (Pressure). Pembebanan dientri dalam
20 tahap (loadstep).
 m  s   sh   2   s   sh  60  m  
  D
 60  s   sh   2 2 30r  1
2

imana:
 f su 

m =  f y   30r  1  60r  1
2

15r 2
r =  su -  sh (12)

Pengaruh Pengekangan
(Confinement) Pada Kapasitas Tekan
Kolom Gambar 3. Model tumpuan sendi-sendi
Pengekangan kolom memiliki beban statis arah sentris
tujuan utama untuk menghasilkan suatu
elemen kolom yang lebih daktail, Jumlah dan Pengelompokan Model
struktur yang daktail dibuat untuk Dalam penelitian ini dimensi model
meningkatkan ketahanan struktur kolom yang digunakan adalah ukuran
terhadap gaya gempa yang cenderung 150x150x2100 mm. Tulangan utama Ø10
bolak-balik, apabila gaya gempa mampu mm sebanyak 8 buah sedangkan, Untuk
ditahan oleh kolom, maka keruntuhan tulangan sengkang di area tumpuan Ø8 mm
mendadak suatu struktur dapat dicegah. dan tulangan sengkang pada area lapangan
Bousalem dan Chick (2007), Ø6 mm.
telah melakukan studi terhadap
Pengelompokan model berdasarkan mewakili jarak 50 mm, 100 mm, 150 mm
variasi jarak yaitu masing-masing kelompok dan 200 mm, adapun pengelompokan model
3
pengekangan menggunakan analisis elemen melakukan analisis aplikasi dengan
hingga bantuan aplikasi ANSYS dengan melakukan runing program.
berbagai variasi tersebut tercantum dalam Hasil analisis yang diperoleh
Tabel 1. berikut: dari aplikasi berupa nilai beban (kN)
Tabel 1. Pengelompokan model kolom. Mutu beton fc’=26,5 dan nilai aksial deformasi (mm).
MPa. Tulangan Utama fy/fu= 360/520 MPa. Selanjutnya nilai diplot kedalam grafik
Tulangan Sengkang fy/fu= 240/350 MPa beban (kN) vs aksial deformasi (mm),
grafik hasil dari analisis aplikasi
dibandingkan dengan hasil analisis
eksperimental dilaboratorium. Grafik
hasil penelitian eksperimental dan hasil
aplikasi ANSYS dapat dilihat pada Gambar
4 berikut:

Gambar 4. Grafik perbandingan nilai


Beban (kN) vs Aksial deformasi (mm)
antara penelitian El-Kholy dan Dahish
(2015) dengan hasil aplikasi ANSYS
Perbandingan antara nilai Beban
aksial (kN) vs Aksial deformasi (mm)
Analisis Validasi dan Verifikasi dari hasil analisis menggunakan aplikasi
Model ANSYS dan hasil analisis eksperimental
Tujuan dari analisis validasi dilaboratorium relatif nilai sama. Nilai
untuk memastikan hasil dari proses aksial deformasi hasil eksperimental
analisis aplikasi benar dan dapat diperoleh sebesar 3,27 mm, hasil
diterima. Proses analisis model-model Aplikasi ANSYS sebesar 3.33 mm
kolom akan mengacu pada analisis dengan selisih perbedaan sebesar 1,83%.
validasi sebagai standart serta parameter nilai beban aksial ultimit hasil
dalam tahapan menganalisis eksperimental dilaboratorium sebesar
Karateristik pembentuk kolom 486,98 kN. Hasil yang diperoleh
pada eksperimental yang dibuat di aplikasi ANSYS beban aksial ultimit
laboratorium berupa ukuran dimensi, sebesar 495,00 kN dengan selisih
mutu bahan, jenis tumpuan atau loading perbedaan sebesar 1,64%.
plat dan lainnya. Karakteristik dari
model kolom validasi tersebut Analisis Beban dan Deformasi Aksial
selanjutnya diolah pada aplikasi yaitu Ultimit
dengan tahapan pembuatan modeling, Perhitungan beban aksial
properties, mesh atribut, meshing dan terhadap deformasi dihitung secara
lain sebagainya, dilanjutkan dengan teoritis dan dilakukan perbandingan dari
hasil perhitungan program aplikasi
ANSYS. Perhitungan beban aksial
4
tersebut dihitung pada model yang akan
dianalisis dan model validasi
a. Pengaruh Jarak Pengekangan
Tabel 2. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi Tabel 3. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi
Model Sederhana Model Horizontal

Tabel 4. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi Tabel 5. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi
Model Vertikal dan Horizontal Model Diagonal

(b) Pengekangan Model sederhana (a) Pengekangan Model Horizontal

(d) Pengekangan Model Vertikal dan Horizontal (c) Pengekangan Model Diagonal

Gambar 5. Kurva hubungan Beban Aksial (kN) vs Aksial Deformasi (mm) pengaruh
jenis dan jarak pengekangan

5
b. Pengaruh Model Pengekangan
Tabel 6. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi Tabel 7. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi
Pengekangan 50 mm Pengekangan 100 mm

Tabel 8. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi Tabel 9. Nilai Beban Aksial Ultimit dan Deformasi
Pengekangan 150 mm Pengekangan 200 mm

a) Jarak Pengekangan 50 mm (b) Jarak Pengekangan 100 mm

(c) Jarak pengekangan 150 mm (d) Jarak pengekangan 200 mm

Gambar 6. Kurva hubungan Beban Aksial (kN) vs Aksial Deformasi (mm) pengaruh
model pengekangan dan variasi Jarak

Analisis Daktilitas Akibat Pengaruh dengan nilai deformasi yielding (Δy).


Pengekangan Untuk nilai deformasi pada saat kondisi
Nilai daktilitas displacement yielding (Δy) dari grafik deformasi vs
dianalisis dari data hasil ANSYS, nilai tegangan dimana nilai deformasi saat
ratio diperoleh dari hasil pembagian kondisi yielding (Δy) adalah nilai
nilai deformasi beban ultimit (Δ u)
6
deformasi saat tegangan (σy) telah
mencapai nilai

(a) Pengekangan Model Horizontal (b) Pengekangan Model Horizontal

(c) Pengekangan Model Vertikal dan Horizontal (d) Pengekangan Model Diagonal

Gambar 7. Kurva hubungan tegangan (MPa) vs aksial deformasi (mm)

(a) Pengekangan Model Horizontal (b) Pengekangan Model Horizontal

(c) Pengekangan Model Vertikal dan Horizontal (d) Pengekangan Model Diagonal

Gambar 8. Kurva hubungan tegangan (MPa) vs regangan

7
Konfigurasi nilai daktilitas akibat semua model dapat dilihat pada diagram
pengaruh model pengekangan dan batang pada Gambar 9 dan Gambar 10
pengaruh jarak pengekangan untuk berikut:

Gambar 9. Diagram nilai daktilitas akibat pengaruh model pengekangan

Dari Gambar 9 diatas terlihat jarak memberikan nilai daktilitas yang lebih
pengekangan memberikan pengaruh tinggi dibandingkan jarak pengekangan
terhadap nilai daktilitas. Pada yang lebih renggang. Namun untuk
pengekangan model sederhana, model model diagonal pengaruh pemberian
horizontal serta model vertikal dan jarak pengekangan relatif belum efektif
horizontal dominanan jarak untuk meningkatkan nilai daktilitas
pengekangan yang lebih rapat akan

Gambar 10. Diagram nilai daktilitas akibat pengaruh jarak pengekangan

Dari Gambar 10 diatas terlihat rasio sengkang (ρs) sangat efektif


tulangan sengkang (ρs) memberikan meningkatkan nilai daktilitas pada
pengaruh terhadap nilai daktilitas. pengekang yang lebih renggang terlihat
Semakin besar nilai rasio tulangan pada jarak pengekangan 200 mm nilai
sengkang (ρs) maka akan semakin tinggi daktilitasnya terus meningkat
nilai daktilitasnya. Rasio tulangan

8
Hasil Pembahasan selisih nilainya sebesar 49,673%
Berdasarkan analisis matematik dengan nilai aksial deformasi
dan analisis bantuan aplikasi ANSYS terbesar pada pengekangan model
dapat diambil beberapa kesimpulan Verikal & Horizontal jarak
sebagai berikut: pengekangan 50 mm yaitu sebesar
1. Kemampuan beban aksial ultimit dan 5,493 mm, sedangkan untuk nilai
aksial deformasi akibat pengaruh aksial deformasi terkecil pada
pengekangan pengekangan model Sederhana
a. Pengaruh model pengekang jarak pengekangan 200 mm yaitu
terhadap nilai beban aksial ultimit sebesar 3,670 mm
relatif kecil, diperoleh rasio
perbandingan nilai beban aksial 2. Perilaku distribusi dan konsentrasi
ultimit terbesar dengan nilai beban tegangan dan regangan (von mises)
aksial terkecil untuk semua model akibat pengaruh pengekangan
pengekang dan jarak pengekangan a. Pengaruh model penulangan dan
hanya 1,079 atau selisih nilainya variasi jarak pengekangan
sebesar 7,98% dengan nilai beban terhadap konsentrasi tegangan
aksial ultimit terbesar pada maksimum yang terjadi pada saat
pengekangan model Diagonal yielding atau retak pertama
jarak pengekangan 50 mm yaitu terdistribusi dengan merata pada
sebesar 577,350 kN, sedangkan seluruh kolom diarea tumpuan
untuk nilai beban aksial ultimit maupun diarea lapangan namun
terkecil pada pengekangan model hanya terkonsentrasi pada lapisan
Diagonal jarak pengekangan 100 selimut kolom
mm yaitu sebesar 534,680 kN b. Pengaruh model penulangan dan
b. Pengaruh model pengekang variasi jarak pengekangan
terhadap nilai aksial deformasi terhadap konsentrasi tegangan
memberikan pengaruh yang relatif yang terjadi pada saat beban
cukup besar, diperoleh rasio aksial ultimit bekerja, dari seluruh
perbandingan nilai aksial model pengekangan dan variasi
deformasi terbesar dengan nilai jarak pengekangan dominasi
aksial deformasi terkecil untuk tegangan terkonsentrasi pada area
semua model pengekang dan jarak tumpuan dan tersebar pada lapisan
pengekangan sebesar 1,523 atau kolom

Gambar 11. Konsentrasi tegangan saat ultimit

c. Pengaruh model penulangan dan variasi jarak pengekangan terhadap konsentrasi


regangan pada saat terjadi beban aksial ultimit bekerja, dari seluruh model
pengekangan dan variasi jarak pengekangan dominan terkonsentrasi pada area
tumpuan baik diarea tumpuan atas maupun diarea tumpuan bawah namun ada
beberapa model terjadi pada area lapangan

9
Gambar 12. Konsentrasi regangan saat ultimit

3. Perilaku pola retak (crack) pada berbentuk diagonal atau pada


material beton pada kolom posisi bengkokan pada tulangan
a. Retak pertama didominasi terjadi Diagonal, hal ini diperkirakan
pada lapisan selimut beton dan pengaruh dari terlalu kecilnya
pada umumnya dimulai pada area ruang yang tersedia untuk
tumpuan, seiring meningkatnya penempatan bahan spesimen
beban aksial maka retakan juga beton menyebabkan pada ruang
semakin bertambah besar menuju ini volume penempatan dari
area lapangan kolom dan spesiment beton kecil sehingga
memasuki lapisan inti kolom. mempermudah terjadinya retakan,
Terkecuali untuk pengekangan seiring meningkatnya beban maka
model Diagonal dominan retakan retakan yang awalnya hanya pada
awal terjadi pada lapisan inti inti kolom berlanjut pada lapisan
kolom tepatnya pada celah-celah selimut kolom dan terus
antara tulangan sengkang bertambah besar hingga menyebar
berbentuk persegi dan tulangan keseluruh area kolom

Gambar 13. Kondisi retak pertama pada area tumpuan bawah terkonsentrasi
dilapisan selimut kolom

b. Pada saat mencapai beban aksial untuk agregat ukuran besar bisa
ultimit maka sebagian besar lolos
bahan beton mengalami retak b. Semakin tinggi ratio tulangan
bahkan terlihat retakan pada geser maka (ρs) maka nilai
seluruh area kolom dari area daktilitas akan semakin meningkat
tumpuan hingga area lapangan, c. Pemberian jarak pengekangan
retakan juga terjadi pada lapisan pada kolom memberikan pengaruh
selimut beton maupun inti kolom yang cukup besar terhadap nilai
4. Daktilitas akibat pengaruh daktilitas, dimana ratio
pengekangan perbandingan nilai daktilitas
a. Pengekangan model vertikal dan terhadap jarak pengekangan untuk
horizontal dengan jarak model pengekangan sederhana
pengekangan 50 mm memperoleh sebesar 1,410. Pengekangan
nilai ratio daktilitas tertinggi yaitu model horizontal sebesar 1,382.
sebesar 14.121, dengan jarak 75 Pengekangan model vertikal dan
mm didapatkan nilai daktilitas horizontal sebesar 1,255 dan
sebesar 14,9605 untuk menghidari Pengekangan model diagonal
jarak sengkang yang terlalu rapat sebesar 0,893
10
d. Berdasarkan kurva hubungan terkecil untuk semua model hanya
antara jarak pengekangan (s) dan sebesar 1,079 atau selisih nilainya
daktilitas (µ), maka dapat dibuat sebesar 7,98%. Rasio tulangan
persamaan kurva fitting seperti sengkang memberikan pengaruh
pada Lampiran D maka diperoleh terhadap nilai deformasi,
persamaan sebagai berikut: meningkatnya nilai rasio tulangan
 Persamaan kurva fitting maka akan meningkatkan nilai
hubungan antara Jarak kemampuan kolom untuk
pengekangan (s) dan berdeformasi. Rasio perbandingan
nilai aksial deformasi terbesar dengan
 Daktilitas (µ) untuk model nilai aksial deformasi terkecil untuk
sederhana adalah: semua model pengekang dan jarak
µ = -7E-06 s3 + 0,0023 s2 - 0,2576 pengekangan sebesar 1,523 atau
s + 20,955 selisih nilainya sebesar 49,673%
 Persamaan kurva fitting 2. Pola distribusi tegangan dan
hubungan antara Jarak regangan yang terjadi pada saat retak
pengekangan (s) dan Daktilitas (µ) pertama merata pada seluruh area
untuk model horizontal adalah: kolom dari area tumpuan hingga area
µ = 3E-06 s3 - 0,0011 s2 + 0,1068 s lapangan. Namun pada saat mencapai
+ 10.703 kondisi ultimit pola tegangan dan
 Persamaan kurva fitting regangan terkonsentrasi pada area
hubungan antara Jarak tumpuan.
pengekangan (s) dan Daktilitas (µ) 3. Retak pertama didominasi terjadi
untuk model vertikal dan pada lapisan selimut beton dan pada
horizontal adalah: umumnya dimulai pada area tumpuan
µ = 8E-06 s3 + 0,0029 s2 + -0,2988 terkecuali untuk pengekangan model
s + 5,488 Diagonal retakan awal terjadi pada
 Persamaan kurva fitting inti kolom. Seiring meningkatnya
hubungan antara Jarak beban aksial maka retakan juga
pengekangan (s) dan Daktilitas (µ) semakin bertambah besar menuju
Untuk model diagonal adalah: area lapangan kolom dan memasuki
µ = 0,018 s3 – 5,3985 s2 + 494,94 s lapisan inti kolom. Pada saat
+ 13488 mencapai beban aksial ultimit maka
sebagian besar bahan beton
mengalami retak bahkan terlihat
retakan pada seluruh area kolom dari
Kesimpulan area tumpuan hingga area lapangan,
Berdasarkan analisis model retakan juga terjadi pada lapisan
menggunakan perhitungan manual dan selimut beton maupun inti kolom.
analisis model metode Finite Element 4. Rasio tulangan sengkang
Analisis (FEA) dengan bantual aplikasi mempengaruhi nilai daktilitas,
komputer ANSYS pada kolom dengan meningkatkan nilai rasio tulangan
beberapa model pengekangan dan sengkang pada kolom akan
variasi jarak pengekangan, dapat diambil meningkatkan nilai daktilitas,
kesimpulkan sebagai berikut: pemberian jarak pengekangan yang
lebih rapat akan memberikan nilai
1. Pemberian model dan variasi jarak daktilitas cukup besar. ratio
pengekangan pada kolom perbandingan nilai daktilitas
memberikan pengaruh relatif kecil terhadap jarak pengekangan untuk
terhadap peningkatan nilai beban model pengekangan sederhana
aksial ultimit. Rasio selisih antara sebesar 1,410. Pengekangan model
nilai beban aksial tertinggi dan horizontal sebesar 1,382.
Pengekangan model vertikal dan
11
horizontal sebesar 1,255 dan 2. Menggunakan model stress dan
Pengekangan model Diagonal strain beton bertulang modifikasi
sebesar 0,893 terbaru selain dari usulan Kent dan
Saran Park
Berdasarkan hasil analisis yang 3. Penggunaan variasi mutu beton
diperoleh dalam penelitian ini, beberapa sampai dengan 50 MPa
saran yang dapat diusulkan sebagai 4. Dimensi kolom yang lebih langsing
bahan dasar penelitian lanjutan, adalah 5. Variasi perlakuan pembebanan
sebagai berikut: dengan beban lateral
1. Dilakukan pengembangan model 6. Perbandingan dengan kolom
pengekangan yang lebih rumit komposit vs kolom terkekang

DAFTAR RUJUKAN
Eksana D., W., Triwiyono A., & pemasangan tulangan pengekang
Siswosukarto S., 2012. Perkuatan akibat Beban aksial dan lateral
geser kolom beton bertulang siklis, Jurnal Teknik Sipil
berpenampang persegi dengan Parmo, 2014. Kekuatan dan daktilitas
kawat kasa metode mortar jacketing perpindahan Kolom pendek beton
berpenampang bulat., Jurnal Inersia bertulang persegi dibawah pengaruh
Vol.VIII No. Mei pembebanan siklik, Jurnal ilmu-ilmu
El-Kholy A.M & Danish H.A., 2015. teknik Vol.10. No.2
Inproved confinement of reinforced Park, R. 1988. State of the Art Report
concrete colums, Ain Shams Ductility Evaluation from
Engineering Journal Laboratory and Analytical Testing,
Ibrahim S.I, 2012. Non Linear Finite Proceeding of 9th World Conference
Element Analysis of Confined HSC on Earthquake Engineering, August
Columns Under Concentric and 2-9, Tokyo-Kyoto, Japan.
Eccentric Loadings, Journal of Park, R. & Paulay, T., 1974. Reinforced
Engineering and Developmen, Vol. Concrete Structure, A Wiley-
16. No.3, September Interscience publication, John Wiley
Krisnamukti, Wiswamitra K.A., & Sons
Kriswardana W., 2013. Pengaruh Karimah R., & Wahyudi, 2010.
variasi bentuk penampang kolom Daktilitas kolom beton bertulang
terhadap perilaku elemen struktur dengan pengekang didaerah sendi
akibat beban gempa, Jurnal plastis, Jurnal teknik Industri,
Rekayasa Sipil, Vol. 7. No.1 Vol.11. No.2, Agustus
Kristianto A., Imran I., & Made S., Kamila A., Agoes SMD., & Tavio 2012.
2011. Studi Eksperimental Pengaruh Pengekangan GFRP
Penggunaan Tulangan Pengekang terhadap kekuatan dan daktilitis
Tidak Standar yang Dimodifikasi kolom beton bertulang persegi
pada kolom Persegi beton bertulang, akibat beban siklik, Jurnal media
Jurnal Teknik Sipil, Vol.18, No.3, Teknik Sipil, Vol.10. No.2, Agustus
Desember Sabirin B., Purwanto R., &
Kritianto A., & Yansusan I., 2015. Studi Priyosulistyo. 2004. Efek
perkuatan kolom eksisting Dengan Pengekangan Kolom Berlubang
pen-binder untuk peningkatan Beton Mutu Normal Terhadap
daktilitas kolom beton bertulang, Daktilitas Kurvatur. Journal
Jurnal teknik sipil Vol.10.No.1, Siregar Y.A.N., 2008. Evaluasi daktilitas
April pada struktur ganda, Penelitian
Kristianto A., Imran I., Made S., Depertemen Sipil, Fak. Teknik UI
Perilaku struktur kolom beton SNI 03-2847-2002., 2002. Tata cara
bertulang dengan Modifikasi perhitungan struktur beton untuk
12
bangunan gedung, Badan kolom terkekang, ULM. Tesis
Standardisasi Nasional, Jakarta Magister Teknik Sipil
Sumirin, 2006. Kajian Kekuatan dan Tjitradi D., 2008. Modifikasi Kurva
daktilitas Kolom bertulang, Jurnal Tegangan Regangan Beton Kent
Media komunikasi teknik sipil, Park (1971) Menjadi blok tegangan
Vol.14. No.1 Februari segi empat ekivalen, journal
Sharif M.B, M. Ilyas dan Baig M. M. A. Thorhallsson E.R., & Bjarnason P.V,
S., 2010. Comparison of 2012. Test of Rectangular Confined
Confinement Reinforcement in Concrete Columns for Strength and
Reinforced Concrete Structures, Ductility, journal 15 WCEE
Pakistan Journal of Science, vol.62. LISBOA
No.1, Marc Wibowo A., Hidayat M.T. & Rohim A.,
Taufik S., 2008. Behavior of Boilted Variasi rasio volume tulangan
Connection With Higt Strenght and transversal dengan inti beton
Stainless Steel. Ph.D, Theses terhadap daktilitas aksial kolom
University UK. beton bertulang, Jurnal Rekayasa
Teras D., 2013. Pengaruh tempratur Sipil, Vol.3. No.3
terhadap perilaku dan kekuatan

13

Anda mungkin juga menyukai