STRUKTUR BETON II
Kelompok II :
Richa Fitamala 41117010078
Ahmad Fajri Nur Akbar 41117010080
Muhammad Haris 41117010079
Fajar Nur Sihab 41117010092
Buatlah diagram interaksi kolom berdasarkan konfigurasi struktur dan pembebanan yang
disediakan. Lakukan pengecekan kapasitas aksial dan momen kolom terhadap gaya yang terjadi.
Diketahui struktur portal sederhana dengan konfigurasi sebagai berikut:
qD, qL
Pada portal tersebut dibebani beban mati (qD) dan beban hidup (qL). Berat sendiri struktur
diabaikan.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar beton 2. Adapun tujuan dari
penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas besar dosen pada mata kuliah Struktur
Beton 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Rahmawati, MT, selaku dosen mata
kuliah Struktur Beton 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucap terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas besar ini. Kami menyadari, tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan tugas besar ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kolom merupakan bagian dari suatu kerangka bangunan yang menempati posisi terpenting
dalam sistem struktur bangunan. Bila terjadi kegagalan pada kolom maka dapat berakibat
keruntuhan komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan terjadi
keruntuhan total pada keseluruhan struktur bangunan ( Istimawan D., 1999).
Kolom meneruskan beban – beban dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga
akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Didalam analisa maupun perencanaan kolom, dasar-
dasar teori yang digunakan dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi
ada tambahan faktor baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan yang diikutkan
dalam perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian dalam menyusun persamaan
keseimbangan dengan meninjau kombinasi momen lentur dan gaya normal tekan. Pada lentur
balok, banyaknya tulangan yang terpasang dapat direncanakan agar balok berperilaku daktail,
tetapi pada kolom biasanya gaya normal tekan adalah dominan sehingga keruntuhan yang
bersifat tekan sulit untuk dihindari.
Tugas besar ini bertujuan untuk membuat suatu diagram interaksi yang dapat menentukan
jumlah tulangan yang digunakan serta menentukan tipe daerah keruntuhan kolom dengan
memasukan variabel Pu–Mu, khususnya pada kolom yang telah ditentukan.
1.
2.
2.1. Kolom
2.1.1. Definisi Kolom
Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur. (Sudarmoko, 1996)
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan bagian vertikal dari suatu struktur rangka yang menerima beban
tekan dan lentur. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. (Nawy,1998).
Setiap titik dalam kurva ini menunjukkan kombinasi kekuatan gaya nominal Pn dan
kekuatan momen nominal Mn yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya. Diagram
interaksi tersebut dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah yang ditentukan oleh
keruntuhan tarik dan dearah yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan pembatasnya
adalah titik balanced (titik B).
BAB III
qD, qL Dik :
Q
qD = 7,5 kN/m
C D
qL = 6 kN/m
Kombinasi pembebanan ultimit yang
h = 4m digunakan :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
A B
3. 1,2D + L
HA HB
b = 6m
VA VB
QqD = qD.b
= 7,5 (6)
= 45 kN Qtotal = QqD + QqL
QqL = qL.b = 45 + 36
= 6 (6) = 81 kN
= 36 kN
∑MB = 0
VA.b - QqD. ½ .b - QqL. ½ .b = 0
6VA - 45 (3) - 36 (3) = 0
6VA = 135 + 108
VA = 40,5 kN
Cek !
VA + VB = QqD + QqL
40,5 + 40,5 = 45 + 36
81 kN = 81 kN ..... OK!
Diagram Geser
3.4. Memperkirakan Ukuran Kolom
Misal :
f’c = 28 Mpa
fy = 400 Mpa
ρg = 0,02
Pu
Agtrial ≥ '
0,4 (f c + fy . ρg)
67
Agtrial ≥
0,4 (28+ 400.0,0 2)
67000 N
Agtrial ≥
N N
0,4 (28 2
+ 400 .0,0 2)
mm m m2
Agtrial ≥ 4652,8 m m2
Ag = d2
4652,8 mm2 = d2
√ 4652,8 m m2 = d2
68,211 mm = d
69 mm ≅ d
Ast = ρg x Ag
Ast = 0,02 x (69mm)2
Ast = 95,22 mm2
1 Pu
As ≥ [ −0,85 x f ' c x Ag]
( fy−0,85 x f c ) ∅ x 0,65
'
1
As ≥ ¿
(
400
N
mm
2
−0,85 x 28
N
mm
2 )
As ≥ 41,29 mm
∅ Pn=120348 N ≥ 67000 N
1.4. Perhitungan Titik Kritis
Data kolom :
Kolom persegi b x h = 75mm x 75mm
Tulangan Longitudinal = 4D10
Tebal Selimut Beton = 6mm
f’c = 28Mpa
f’y = 400Mpa
Ast = 314 mm2
2) Kondisi Balanced
0.003
Cb = xd
0.003+0.002
0.003
= x 69mm
0.005
= 41,4mm
β1 = 0.85
ab = β1 x Cb
= 0.85 x 41,4
= 35,19mm
Karena nilai Cb =41,4mm, garis netral berada diantara tulangan layer 1 & layer 2,
sehingga tulangan layer 1 berada di area tekan dan tulangan layer 2 berada di area tarik.
Cc = 0.85 f’c x b x a
= 0.85 (28) x 75 x 35,19
= 62814,15 N
Tulangan terluar pada serat atas (layer 1) telah leleh, maka gunakan fs1 = fy
As = ¼ x ᴫ x d2
= ¼ x ᴫ x 102
= 78,5 mm
Ts2 = As x fy
= 2 x 78,5 x 400
= 62800 N
Pnb = Cs1 + Cc – Ts
= 59063,4 + 62814,15 – 62800
= 59077,55 N
= 59,08 kN
Mnb
eb =
Pnb
1, 133 kNm
=
59,08 kN
= 0,0192 m = 19,2 mm
3) Kondisi Lentur Murni ( P=0)
Karena nilai c berubah, maka sumbu netral ikut berubah, sehingga tulangan pada leyer 1
& 2 berada diarea Tarik.
'
d −c
ɛs1 = x ɛy
d−c
6−2.536184
= x 0 ,002 = 0,0001042
69−2.536184
fs1 = ɛs1 x Es
= 0,0001042 x 200000 = 20,84
Tulangan terluar pada serat bawah (layer 2) telah leleh , maka gunakan fs2 = fy
Kondisi Mn Pn
Diagram Interaksi
250
200
150
Pn
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Mn
DAFTAR PUSTAKA