Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BESAR

STRUKTUR BETON II

Dosen Pengampu Tugas :


Dian Rahmawati, MT.

Kelompok II :
Richa Fitamala 41117010078
Ahmad Fajri Nur Akbar 41117010080
Muhammad Haris 41117010079
Fajar Nur Sihab 41117010092

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2020/2021
SOAL TUGAS BESAR STRUKTUR BETON BERTULANG II DIAGRAM INTERAKSI
KOLOM

Buatlah diagram interaksi kolom berdasarkan konfigurasi struktur dan pembebanan yang
disediakan. Lakukan pengecekan kapasitas aksial dan momen kolom terhadap gaya yang terjadi.
Diketahui struktur portal sederhana dengan konfigurasi sebagai berikut:

qD, qL

Pada portal tersebut dibebani beban mati (qD) dan beban hidup (qL). Berat sendiri struktur
diabaikan.

Kelompok b h (m) qD (kN/m) qL(kN/m)


(m)
6 6 3,5 7,5 6
Kombinasi pembebanan ultimit
yang digunakan:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
3. 1,2D + L
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar beton 2. Adapun tujuan dari
penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas besar dosen pada mata kuliah Struktur
Beton 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Rahmawati, MT, selaku dosen mata
kuliah Struktur Beton 2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucap terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas besar ini. Kami menyadari, tugas yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan tugas besar ini.

Jakarta, 30 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kolom merupakan bagian dari suatu kerangka bangunan yang menempati posisi terpenting
dalam sistem struktur bangunan. Bila terjadi kegagalan pada kolom maka dapat berakibat
keruntuhan komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan terjadi
keruntuhan total pada keseluruhan struktur bangunan ( Istimawan D., 1999).

Kolom meneruskan beban – beban dari elevasi atas ke elevasi dibawahnya hingga
akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Didalam analisa maupun perencanaan kolom, dasar-
dasar teori yang digunakan dalam analisis balok dapat diterapkan dalam analisis kolom, tetapi
ada tambahan faktor baru (selain momen lentur) yaitu gaya-gaya normal tekan yang diikutkan
dalam perhitungan. Karena itu perlu adanya penyesuaian dalam menyusun persamaan
keseimbangan dengan meninjau kombinasi momen lentur dan gaya normal tekan. Pada lentur
balok, banyaknya tulangan yang terpasang dapat direncanakan agar balok berperilaku daktail,
tetapi pada kolom biasanya gaya normal tekan adalah dominan sehingga keruntuhan yang
bersifat tekan sulit untuk dihindari.

Tugas besar ini bertujuan untuk membuat suatu diagram interaksi yang dapat menentukan
jumlah tulangan yang digunakan serta menentukan tipe daerah keruntuhan kolom dengan
memasukan variabel Pu–Mu, khususnya pada kolom yang telah ditentukan.

1.2. Identifikasi Masalah


a. Bagaimana diagram gaya normal dan momen strukturnya?
b. Berapa besar gaya dalam berdasarkan kombinasi pembebanan ultimitnya?
c. Berapa besar gaya normal dan momen yang ditentukan untuk desain kolom yang
digunakan?
d. Bagaimana cara menghitung titik-titik kritis pada diagram interaksi dalam kondisi tekan
murni, seimbang, dan lentur murni?
1.3. Tujuan dan Manfaat
a. Dapat menganalisis diagram interaksi kolom yang telah direncanakan.
b. Dapat menentukan besarnya gaya dalam berdasarkan kombinasi pembebanan ultimate.
c. Mengetahui besarnya gaya normal dan momen yang ditentukan untuk desain kolom
yang digunakan.
d. Dapat menghitung titik-titik kritis pada diagram interaksi dalam kondisi tekan murni,
seimbang, dan lentur murni.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
2.1. Kolom
2.1.1. Definisi Kolom
Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur. (Sudarmoko, 1996)
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan bagian vertikal dari suatu struktur rangka yang menerima beban
tekan dan lentur. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang
lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. (Nawy,1998).

2.1.2. Jenis Kolom


Dalam buku struktur beton bertulang (Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak
spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada
tempatnya.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.

2.1.3. Perencanaan Kolom


Dalam perencanaan kolom yang dibebani beban aksial dan lentur harus memenuhi
peraturan pada SNI 03-2847-2013, hal 74-75, yaitu sebagai berikut :
a. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau kombinasi beban
lentur dan aksial harus didasarkan atas kompatibilitas regangan dan tegangan
dengan menggunakan asumsi dalam 10.2 SNI 03-2847-2013.
b. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan tarik tepat
mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh fy pada saat yang
bersamaan dengan tercapainya regangan batas 0.003 pada bagian beton yang
tertekan.
c. Penampang adalah terkendali tekan jika regangan tarik neto dalam baja tarik
terjauh, ξt, sama dengan atau kurang dari batas regangan terkontrol tarik bila
beton tekan mencapai batas regangan asumsi sebesar 0,003. Batas regangan
terkendali tekan adalah regangan tarik neto dalam tulangan pada kondisi
regangan seimbang. Untuk tulangan Mutu 420 MPa,dan untuk semua tulangan
prategang, diizinkan untuk menetapkan batas regangan. terkendali tekan sama
dengan 0,002.
d. Penampang adalah terkendali tarik jika regangan tarik neton dalam baja tarik
terjauh, ξt, sama dengan atau lebih besar dari 0,005 bila beton tekan mencapai
batas regangan asumsi sebesar 0,003. Penampang dengan ξt antara batas
regangan terkendali tekan dan 0,005 membentuk daerah transisi antara
penampang terkendali tekan dan terkendali tarik.
e. Desain beban aksial ØPn dari komponen struktur tekan tidak boleh lebih besar
dari ØPn,max, yang dihitung dengan Persamaan sebagai berikut :
 Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral yang
memenuhi 7.10.4 atau komponen struktur komposit yang memenuhi 10.13:
ØPn (max) = 0.85 (0.85 fc’(Ag –Ast) +fy Ast)
 Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan pengikat yang
memenuhi 7.10.5: ØPn(max) = 0.80 (0.85 fc’(Ag –Ast) +fy Ast)

2.2. Diagram Interaksi Kolom


Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan kombinasi gaya aksial dan
momen lentur dapat digambarkan dalam bentuk suatu kurva interaksi antara kedua gaya
dalam tersebut. Contoh berikut ini mengilustrasikan pembuatan diagram P-M untuk
penampang segiempat tipikal. (Nawy,1998).

Setiap titik dalam kurva ini menunjukkan kombinasi kekuatan gaya nominal Pn dan
kekuatan momen nominal Mn yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya. Diagram
interaksi tersebut dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah yang ditentukan oleh
keruntuhan tarik dan dearah yang ditentukan oleh keruntuhan tekan, dengan pembatasnya
adalah titik balanced (titik B).

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

qD, qL Dik :
Q
 qD = 7,5 kN/m
C D
 qL = 6 kN/m
 Kombinasi pembebanan ultimit yang
h = 4m digunakan :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L
A B
3. 1,2D + L
HA HB
b = 6m
VA VB

QqD = qD.b
= 7,5 (6)
= 45 kN Qtotal = QqD + QqL
QqL = qL.b = 45 + 36
= 6 (6) = 81 kN
= 36 kN

3.1. Kombinasi Pembebanan Ultimit


 1,4 qD = 1,4 (7,5)
= 10,5 kN/m
 1,2 qD + 1,6 qL = 1,2 (7,5) + 1,6 (6)
= 18,6 kN/m

 1,2 qD + qL = 1,2 (7,5) + 6


= 15 kN/m

3.2. Reaksi Perletakan


 ∑MA = 0
-VB.b + QqD. ½ .b + QqL. ½ .b = 0
-6VB + 45 (3) + 36 (3) = 0
6VB = 135 + 108
VB = 40,5 kN

 ∑MB = 0
VA.b - QqD. ½ .b - QqL. ½ .b = 0
6VA - 45 (3) - 36 (3) = 0
6VA = 135 + 108
VA = 40,5 kN

 Cek !
VA + VB = QqD + QqL
40,5 + 40,5 = 45 + 36
81 kN = 81 kN ..... OK!

3.3. Diagram Gaya Dalam


 Diagram Momen
 Diagram Normal

 Diagram Geser
3.4. Memperkirakan Ukuran Kolom

Misal :
f’c = 28 Mpa
fy = 400 Mpa
ρg = 0,02

Pu
Agtrial ≥ '
0,4 (f c + fy . ρg)
67
Agtrial ≥
0,4 (28+ 400.0,0 2)
67000 N
Agtrial ≥
N N
0,4 (28 2
+ 400 .0,0 2)
mm m m2

Agtrial ≥ 4652,8 m m2

Ag = d2
4652,8 mm2 = d2
√ 4652,8 m m2 = d2
68,211 mm = d
69 mm ≅ d

Ast = ρg x Ag
Ast = 0,02 x (69mm)2
Ast = 95,22 mm2

1.2. Menentukan Tulangan

1 Pu
As ≥ [ −0,85 x f ' c x Ag]
( fy−0,85 x f c ) ∅ x 0,65
'

1
As ≥ ¿
(
400
N
mm
2
−0,85 x 28
N
mm
2 )
As ≥ 41,29 mm

Maka, gunakan tulangan 4D10


Ast = 4 x 1/4 π x d2
Ast = 4 x 1/4 π x 102
Ast = 314 mm2 ≥ 95,22 mm2

1.3. Cek kekuatan


∅ Pn=0,65 x 0,8 ( 0,85 x f c ( Ag− As ) + fy x As )
'

∅ Pn=0,65 x 0,8 ( 0,85 x 28 ( 69 −314 ) +400 x 314 )


2

∅ Pn=120348 N ≥ 67000 N
1.4. Perhitungan Titik Kritis

Data kolom :
Kolom persegi b x h = 75mm x 75mm
Tulangan Longitudinal = 4D10
Tebal Selimut Beton = 6mm
f’c = 28Mpa
f’y = 400Mpa
Ast = 314 mm2

1) Kondisi Tekan Murni , M = 0

P0 = [ 0.85 f’c x b x h + As(fy – 0.85 f’c) ]


= [ 0.85 (28) x 75 x 75 + 314 (400-0.85(28)]
= 252.001,80 N
= 252,002 kN

Pn = 0.80 P0 Sengkang Ikat


= 0.80 x 252.001,80
= 201.601,44 N
= 201,601 kN

Pn = 0.85 P0 Sengkang Spiral


= 0.85 x 252.001,80
= 214.201,53 N
= 214,202 kN

2) Kondisi Balanced
0.003
Cb = xd
0.003+0.002
0.003
= x 69mm
0.005
= 41,4mm

β1 = 0.85

ab = β1 x Cb
= 0.85 x 41,4
= 35,19mm

Karena nilai Cb =41,4mm, garis netral berada diantara tulangan layer 1 & layer 2,
sehingga tulangan layer 1 berada di area tekan dan tulangan layer 2 berada di area tarik.

Cc = 0.85 f’c x b x a
= 0.85 (28) x 75 x 35,19
= 62814,15 N

Tulangan terluar pada serat atas (layer 1) telah leleh, maka gunakan fs1 = fy

As = ¼ x ᴫ x d2
= ¼ x ᴫ x 102
= 78,5 mm

Cs1 = As (fy – 0.85 f’c)


= 2 x 78,5 (400 – 0.85(28))
= 59063,4 N
Tulangan pada layer 2 telah leleh, maka gunakan fs2 = fy

Ts2 = As x fy
= 2 x 78,5 x 400
= 62800 N

Gaya aksial nominal pada kondisi balanced :

Pnb = Cs1 + Cc – Ts
= 59063,4 + 62814,15 – 62800
= 59077,55 N
= 59,08 kN

Momen nominal (dihitung terhadap (c.g.c) pada kondisi balanced :

Mnb = Cc (h/2 - a/2) + Cs1 (h/2 – d’) – Ts2 ( d - h/2)


= 62814,15 (75/2 – 35,19/2) + 59063,4 ( 75/2 – 6) – 62800 ( 69 – 75/2)
= 1132612,756 N.mm
= 1,133 kN.m

Eksentrisitas pada kondisi balanced :

Mnb
eb =
Pnb
1, 133 kNm
=
59,08 kN
= 0,0192 m = 19,2 mm
3) Kondisi Lentur Murni ( P=0)

Nilai c diperoleh dengan coba-coba sehingga ∑H = 0 Pn = 0


C = 2,536184 mm
ab = β1 x C
= 0,836 x 2,536184
= 2,12025 mm
Cc = 0,85 f’c x b x a
= 0,85 (28) x 75 x 2,12025
= 3784,65 N

Karena nilai c berubah, maka sumbu netral ikut berubah, sehingga tulangan pada leyer 1
& 2 berada diarea Tarik.

Cek Leleh !!!

'
d −c
ɛs1 = x ɛy
d−c
6−2.536184
= x 0 ,002 = 0,0001042
69−2.536184

fs1 = ɛs1 x Es
= 0,0001042 x 200000 = 20,84

Tulangan terluar pada serat bawah (layer 2) telah leleh , maka gunakan fs2 = fy

Ts1 = As1 x fs1


= 2 x 78,5 x 20,84 = 3271,88 N
Ts2 = As2 x fy
= 2 x 78,5 x 400 = 62800 N

Mn = Cc (h/2 – a/2) – Ts1 (h/2 – d’) – Ts2 (d – h/2)


75 2,12025 75 75
= 3784,65 ( − ) – 3271,88 ( −6) – 62800 ( 69− )
2 2 2 2
= 2013047,95 N.mm
= 2,013 kN.m ( )
DIAGRAM INTERAKSI(BERDASARKAN TITIK KRITIS)

Kondisi Mn Pn

Tekan Murni 0 201,601

Balanced 1,133 59,08

Lentur Murni 2,013 0

Diagram Interaksi
250

200

150
Pn

100

50

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Mn
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai