Anda di halaman 1dari 20

3.3.

GAMBAR JALAN Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan
jalan secara tepat dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik
koordinat. Masing-masing wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu
koordinatnya dimana sumbu X dan Y dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh
karena itu agar arah sumbu jalan dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada
gambar tersebut. Simbol mata angin menunjukkan arah Utara (North) dengan tanda panah seperti
contoh gambar dibawah ini dan biasanya diikuti dengan ukuran skala yang dipakai pada gambar
tersebut.

3.4. GAMBAR BETON BERTULANG

 Ukuran ketebalan plat beton dengan simbol t = thickness = tebal. Contoh : t = 20 cm.

 Untuk balok, lebar disebut lebih dahulu dari pada tinggi, misalnya 25 x 60. Tinggi balok adalah jarak
antara tepi bawah balok dan tepi atas lantai. Bila balok terletak diatas lantai, maka tingginya diukur dari
tepi bawah balok sampai tepi atas balok.

 Ukuran tinggi dipakai simbol H atau h = high = tinggi. Contoh : h = 40 cm.

 Ukuran diameter = d atau D atau Ø. Contoh : d = 8 mm, D = 40 cm.

 Ukuran diameter dan jumlah penulangan pada beton. Misalnya 4 Ø 20 artinya dipakai tulangan baja d
= 20 mm jumlahnya 4 buah.

 Ukuran diameter dan jarak tulangan. Misalnya Ø 8 – 20 artinya pelat beton tersebut menggunakan
tulangan baja dengan diameter 8 mm dipasang pada jarak 20 cm.

 Kemiringan digunakan simbol I yang artinya inclination. Contoh : I = 1 % = 1 : 100 Gambar beton
biasanya dibuat dalam skala 1 : 20, kecuali bila perlu lebih jelas dipakai skala lebih besar. Penampang
biasanya ditengah-tengah antara 2 tumpuan dan ditepi balok dekat tumpuan. Gambar-gambar tulangan
dan jarak antara tulangan harus jelas. Jika letak batang tak jelas, maka tempatkanlah di tempat batang
itu suatu segitiga, dengan puncaknya menunjuk ke sebelah dalam pelat, misalnya :
DESAIN JEMBATAN
4.1. DATA PERENCANAAN

Perencanaan utama yang harus dilaksanakan minimal dan tidak terbatas pada :

1). Jembatan baru

 Perencanaan bangunan atas jembatan

 Perencanaan bangunan bawah jembatan (pilar, abutment dan pondasi)

 Perencanaan jalan pendekat / oprit jembatan

2). Jembatan lama

 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan atas jembatan

 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan komponen perletakan jembatan

 Perencanaan perbaikan atau pemeliharaan bangunan bawah jembatan

4.2. RENCANA KELAS JEMBATAN & KRITERIA PERENCANAAN

Sistem jembatan harus direncanakan berdasar kriteria sebagai berikut :

 Estimasi biaya konstruksi terendah

 Kuat

 Kenyamanan

 Estetika struktur

 Kemudahan pelaksanaan Suatu penampang melintang jembatan yang normal harus sesuai dengan
kriteria perencanaan geometrik yang diberikan, meliputi :

 Lebar jalan kendaraan.

 Bentang jembatan.

 Tinggi ruang bebas jembatan.

 Muka air banjir.

4.3. PEMILIHAN JENIS BANGUNAN ATAS JEMBATAN

maksimum bangunan atas jembatan tergantung pada jenis konstruksi yang akan dipilih. Bila panjang
keseluruhan jembatan memerlukan lebih dari satu bentang Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab IV
Desain Jembatan Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) IV - 2 untuk suatu jenis konstruksi maka
diperlukan satu pilar atau lebih. Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

 Balok dan pelat (beam & slab).

 Pelat (slab).

 Culvert.

 Box girder.

 Rangka baja.

Untuk kepentingan syarat pemilihan jenis jembatan yang sangat penting ini disarankan memakai jenis
jembatan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Persyaratan fungsinya a. Panjang span
: Panjang span jembatan merupakan faktor terpenting dalam menentukan jenis jembatan. Mengenai
seleksi jpendekatan enis struktur bangunan atas dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3 b.
Perbandingan tinggi gelagar terhadap panjang span : Formula ini dibuat untuk tujuan mendapatkan
biaya konstruksi yang ekonomis. Pada Tabel 4.1, 4.2., dan 4.3 disajikan formula sebagai pendekatan
penentuan tinggi gelagar. 2. Persyaratan lingkungan Sistem jembatan yang direncanakan estetikanya
harus harmonis dengan lingkungan sekitarnya baik dipandang dari jarak jauh maupun dipandang dari
bawah. Standarisasi jembatan juga dibuat untuk pandangan estetis yang lebih baik. 3. Persyaratan
pelaksanaan konstruksi a. Metode konstruksi Metode pracetak dan metode pengangkatan dengan crane
adalah yang disarankan dalam pelaksanaan jembatan beton karena kemudahan pelaksanaannya,
ekonomi dan pendeknya periode pelaksanaan. Alternative metode konstruksi dapat dilihat pada Tabel
4.4. b. Periode pelaksanaan Untuk mengoptimalkan jangka waktu pelaksanaan maka kecepatan
pelaksanaan jembatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis jembatan.
Jembatan rangka baja dibagi dalam dua kelas : A dan B, pembagian kelas ini didasarkan pada perbedaan
lebar lantai dan lebar trotoar.

a. Kelas A
 Lebar lantai kendaraan : 7,00 m
 Trotoar : 2 x 1,00 m
 Clearance height : 5,10 m
b. Kelas B
 Lebar lantai kendaraan : 6,00 m
 Trotoar : 2 x 0,50 m
 Clearance height : 5,10 m
c. Mutu baja
 Struktur utama : SM 490 YB
 Struktur sekunder : SM 400 YB
 Semua baut mutu tinggi : Grade 8.8 (kecuali untuk sandaran)

Jembatan sistim rangka baja umumnya dengan bentang 40 ~ 60 meter, kecuali jembatan gantung atau
jembatan yang di-desain secara khusus dapat berbentang panjang.

Kriteria perencanaan pembebanan

Pembebanan mengacu pada BMS7-C2-BRIDGE DESIGN CODE1992 termasuk kombinasi dan faktor
beban. Prinsip pembebanannya adalah :
 Lalu lintas : Kelas A dan B – 2 jalur penuh ditambah jalur tidak penuh kedua sisi jalan. 100 % beban D
dan beban T. Ditambahkan pengaruh lain jika diketahui.

 Trotoar : Kelas A - 2 kPa s/d 5 kPa pembebanannya. Kelas B - Nil.

 Sandaran : 0,7 kN/m ditransfer secara vertikal kesetiap simultannya.

 Angin : Desain beban angin  Maksimal : 35 m/s.  Beban Layan : 30 m/s.

 Gempa : Koefisien gempa = 0,2 sesuai dengan spesifikasi kontrak.

 Arus : Bangunan atas dianggap terletak diatas permukaan air banjir

 Temperatur : Minimum 15ºC

 Maksimum : 40 ºC

Berdasarkan spesifikasi desain jembatan AASHTOLRFD tahun 1998.

Catatan : Beban & faktor beban yang digunakan berdasarkan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992.

4.4. PERENCANAAN LAJUR LALU-LINTAS RENCANA

Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 3,50 m (per lajur). Jumlah rencana lajur lalu-lintas yang
digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat dalam Tabel 4.6.

4.5. PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN

1. Metode analisis

Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada struktur
dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier

 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan

 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur

2. Tahapan analisis

Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan penampang non
komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di lapangan.

3. Penempatan beban lalu lintas

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal), maka beban lalu lintas
diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat diletakkan di tengah bentang.

Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban lalu lintas
harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang
dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini.

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 1 (bentang 5 serupa), beban KEL harus
diletakkan pada bentang 1 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S1; S1 + S3; atau S1 + S3 + S5.
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 3, beban KEL harus diletakkan pada
bentang 3 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S3; S1 + S3; atau S3 + S5.

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada
bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur
maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah
pengaruh terburuk S4; S2 + S4.
Untuk mendapatkan momen lentur maksimum pada bentang 2, beban KEL harus diletakkan pada
bentang 2 dan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2; S2 + S4. Untuk mendapatkan momen lentur
maksimum pada bentang 4, beban KEL harus diletakkan pada bentang 4 dan mengambil L adalah
pengaruh terburuk S4; S2 + S4.

Untuk mendapatkan momen lentur maksimum di pilar 2, beban KEL harus diletakkan pada bentang 2
dan 3; dengan mengambil L adalah pengaruh terburuk S2 + S3; S3 + S5.

4.6. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN

1. Tumpuan / perletakan

Fungsi tumpuan / perletakan ialah untuk meneruskan gaya-gaya dari bangunan atas jembatan ke
bangunan bawah jembatan.

a. Tumpuan tetap
Rotasi terbatas bangunan atas jembatan dapat terjadi, tetapi perpindahan tempat kearah
horizontal akan dicegah oleh perletakan tetap tersebut.
b. Tumpuan yang dapat bergerak
Rotasi terbatas dan perpindahan tempat kearah horizontal dapat terjadi pada perletakan yang
dapat bergerak

2. Jenis perletakan
a. Sendi dan Rol

Sendi merupakan tumpuan tetap dan Rol merupakan perletakan yang dapat bergerak. Jenis tumpuan ini
merupakan tumpuan yang paling umum digunakan pada jembatan-jembatan di Indonesia.

b. Tumpuan Garis
Dapat berupa tumpuan tetap dan perletakan rol.
c. Tumpuan Elastomer
Tumpuan elastomer dapat mengikuti perpindahan tempat kearah vertikal dan horizontal dan
rotasi atau kombinasi gerakan-gerakan bangunan atas jembatan.
d. Tumpuan Pelat Untuk jembatan bentang pendek, tumpuan dapat diberikan berupa pelat-pelat
baja rata.

3. Pondasi

Konstruksi pondasi mendukung dan meneruskan gaya-gaya dari bangunan bawah jembatan ke lapis
daya dukung tanah. Pemilihan konstruksi pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :

 Gaya-gaya dari konstruksi jembatan.

 Kapasitas daya dukung tanah.

 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi.

 Tersedianya alat transportasi, kemungkinan adanya bahan pondasi dan pelaksanaannya.

 Pengaruh sungai, besarnya gerusan dan sedimentasi harus se-minimum mungkin

4.7. PERANGKAT LUNAK PERENCANAAN

Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel
seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara compturized
program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain terkait harus
mendapat persetujuan Pengguna Jasa

BAB V KELENGKAPAN GAMBAR

5.1. UMUM Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan konflik atau
interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan proyek tersebut. Biasanya
gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :

1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.

3. Daftar singkatan dan simbol.

4. Gambar situasi.

5. Denah perencanaan jalan (plan).

6. Potongan memanjang (profile).

7. Potongan melintang jalan (cross section).

8. Denah perencanaan drainase.

9. Potongan memanjang saluran.

10. Gambar detail.

11. Gambar perencanaan traffic engineering.

12. Gambar standard.

5.2. HALAMAN SAMPUL

Pada halaman ini tercantum keterangan tentang :

 Siapa pemilik dari proyek tersebut atau yang biasa disebut sebagai Pengguna Jasa.

 Apa nama proyek tersebut beserta keterangan-keterangannya apabila diperlukan.

 Siapa konsultan perencana-nya.

5.3. DAFTAR GAMBAR

Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat daftar judul gambar
secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan menggunakan huruf kapital sebagai
singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan.
Untuk membedakan antaralembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang
diletakkan setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah lembarnya.

5.4. DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah (khususnya istilah asing)
maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah
yang digunakan dalam gambar perencanaan / kerja.

5.5. GAMBAR SITUASI


Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah sekitarnya yang
telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini merupakan gambar peta untuk
suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya
diberikan keterangan-keterangan seperlunya.

5.6. DENAH PERENCANAAN JALAN (PLAN)

Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer. Oleh karena itu
gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya pada sumbu jalan dipasang titik-titik
pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau
disingkat STA. Angka dibelakang huruf STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu
STA. 0. Dari denah, dapat diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar
jalan serta fasilitas-fasilitas jalan.

5.7. POTONGAN MEMANJANG (PROFILE)

Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan ketinggian
(peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan rencana dasar saluran.

5.8. POTONGAN MELINTANG JALAN (CROSS SECTION)

Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya diambil potongan
pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan melintang diluar titik station apabila pada
tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb.
Dari potongan melintang ini dapat diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar
maupun tinggi, kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.

5.9. DENAH PERENCANAAN DRAINASE

Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap badan jalan, arah
pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran tertutup.

5.10. POTONGAN MEMANJANG SALURAN

Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan ketinggian permukaan
tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui gambar potongan ini dapat dihitung
jumlah galian maupun urugan tanah untuk pembuatan saluran air.

5.11. GAMBAR DETAIL

Gambar detail adalah gambar-gambar konstruksi dengan skala kecil misalnya 1 : 5, 1 : 10 atau 1 : 20.
Pada gambar potongan dilengkapi ukuran-ukuran dengan jelas dan lengkap disamping keterangan-
keterangan gambar. Bahkan dibuat tabel-tabel misalnya untuk kebutuhan pembesian pekerjaan beton.
Gambar detail biasanya meliputi pekerjaan : detail saluran air terbuka dan tertutup, detail trotoir dan
kanstin (side walk & curb), detail dinding penahan tanah, detail pagar, pondasi, detail jembatan, pelat
penutup saluran dll.

5.12. GAMBAR PERENCANAAN TRAFFIC ENGINEERING

Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambargambar yang
lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain : perencanaan rambu lalu-lintas,
marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light, dll.

5.13. GAMBAR DESAIN JEMBATAN

Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :

a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.

b) Daftar isi.

c) Peta lokasi proyek.

d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)

e) Daftar simbol dan singkatan.

f) Daftar bangunan pelengkap

g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

h) Alinyemen Horizontal (plan)

digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan
dilengkapi dengan data yang dibutuhkan. i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala
horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan. j)
Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50 meter),
dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.

Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :

 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan

 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana

 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan

 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)

k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section)

harus digambar dengan skala yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.

 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbedabeda.

 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.

 Rincian konstruksi perkerasan.

 Penampang bangunan pelengkap.

 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.

 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).

l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan,
marka jalan, dan sebagainya.

m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.

n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.


BAB VI SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR

6.1. SISTEMATIKA GAMBAR

Pada umumnya susunan / sistematika gambar akan terdiri dari


6.2. CONTOH GAMBAR

Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan contoh dari proyek-
proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero).
Nampak bahwa masing-masing instansi mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya
mempunyai pengertian gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.

RANGKUMAN Gambar secara garis besar mempunyai 2 fungsi, yaitu :

 Sebagai alat untuk menyampaikan informasi.

 Untuk menyimpan data atau sebagai arsip.

Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan
lambang-lambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal jenis-jenis gambar, yaitu :

 Gambar rencana

 Gambar kerja (shop drawing)

 Gambar hasil pelaksanaan (as-built drawing)

Kepala gambar harus dibubuhkan pada lembar kertas gambar. Pada ruang kepala gambar tercantum
hal-hal penting antara lain sebagai berikut :

 Nomor gambar

 Judul gambar

 Nama perusahaan

 Tanda-tangan petugas yang bertanggung-jawab

 Keterangan gambar, seperti skala gambar

 Tempat untuk menulis catatan penting, dll.

Dalam gambar dipergunakan bermacam jenis garis baik bentuknya maupun ukurannya. Karena gambar
adalah alat untuk komunikasi maka penggunaan garis tersebut harus sesuai dengan maksud dan
tujuannya.

Huruf biasanya digunakan untuk keperluan menulis keterangan, catatan, judul dan sebagainya.
Sedangkan angka biasanya digunakan untuk penomoran, menulis ukuran, peng-kode-an dan lain-lain.
Huruf maupun angka tidak boleh menimbulkan keraguraguan bagi yang membaca. Oleh karena itu yang
perlu diperhatikan dalam membuat huruf maupun angka, ialah :

 Dapat terbaca dengan jelas

 Bentuknya seragam, konsisten

Dalam menggambar denah badan jalan harus ditetapkan dulu letak dan arah badan jalan secara tepat
dan benar. Untuk mengetahui letak yang benar perlu ada pedoman titik-titik koordinat. Masing-masing
wilayah atau kota biasanya sudah ada titik tertentu sebagai sumbu koordinatnya dimana sumbu X dan Y
dari koordinat tersebut menunjukkan arah Utara dan Selatan. Oleh karena itu agar arah sumbu jalan
dapat digambar dengan benar, perlu ditetapkan arah mata angin pada gambar tersebut.

Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth pavement)
pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen No. SNI 1732-1989-F.

Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Balok dan pelat (beam & slab).

 Pelat (slab).

 Culvert.

 Box girder.

 Rangka baja.

Perencanaan struktur jembatan meliputi:

1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh aksi pada
struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan sebagai berikut :
 Struktur diasumsikan elastis linier
 Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
 Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit
dan penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.
3. Penempatan beban lalu lintas Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu
(bentang tunggal), maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban
terpusat diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak) maka beban
lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan gaya-gaya dalam terbesar
di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di bawah ini.

Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang


kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan secara
compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis perencanaan teknis lain
terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai
berikut ini jika tidak ditentukan lain :

a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.


b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk jembatan
dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan dan
skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum interval 50
meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50. Dalam gambar
potongan melintang harus mencakup :
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
 Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala yang pantas
dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbedabeda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan.
 Penampang bangunan pelengkap.
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase, rambu
jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
o)

Anda mungkin juga menyukai