ABSTRAK
Suatu jembatan direncanakan untuk mampu memikul beban baik beban hidup maupun beban mati.
Gelagar adalah bagian struktur atas jembatan yang berfungsi mendukung semua beban yang bekerja
pada lantai jembatan. Dua tipe penampang gelagar yaitu gelagar penampang persegi dan gelagar
penampang T dianalisis untuk mengetahui besarnya perbedaan luas tulangan perlu dari kedua
penampang ini, menggunakan metode Bridge Management System 1992 (BMS 1992), dengan bentang
jembatan 8.00 m sampai 25.00 dan tinggi gelagar 0.60 m sampai 1.80 m terhadap perencanaan
tulangan lentur gelagar yang menggunakan mutu beton (fc’) 30 MPa, mutu baja (fy) 300 MPa.
Hasil analisis menunjukkan perhitungan luas tulangan dengan analisa penampang T akan sedtkit
lebih ekonomis (paling kecil 85%), dibandingkan dengan perhitungan analisa penampang persegi,
pada tinggi gelagar yang relatif rendah. Namun, pada tinggi gelagar yang semakin tinggi, hasil
perhitungan luas tulangan kedua metode ini, akan mendekati sama (mendekati 100%). Sehingga
perhitungan luas tulangan dengan analisa penampang persegi akan lebih dianjurkan dari pada
analisa penampang T untuk tulangan tunggal.
Kata Kunci : Gelagar Persegi, Gelagar T, BMS 1992, Luas Tulangan
767
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
6. Perbandingan tinggi gelagar terhadap lebar bagian jalan yang terputus oleh rintangan–
gelagara adalah1 : 2. rintangan. Ada juga jembatan yang dibangun
7. Perencanaan tulangan menggunakan tulangan selain untuk keperluan transportasi tetapi juga
tunggal metode BMS 1992. untuk pariwisata. Secara struktural jembatan
terbagi atas dua bagian yaitu: Struktur Bangunan
Tujuan Penelitan Atas dan Struktur Bangunan Bawah.
Penelitian ini memiliki tujuan:
1. Menentukan variasi tinggi gelagar yang dapat Struktur Bangunan Atas
digunakan pada bentang tertentu dengan Struktur bangunan atas jembatan adalah
menggunakan gelagar penampang persegi dan komponen struktur yang terletak pada bangunan
gelagar penampang T. atas jembatan dan berfungsi untuk menampung
2. Menentukan tinggi gelagar tertentu yang bisa seluruh beban yang timbul akibat lintasan
digunakan pada variasi bentang tertentu kendaraan maupun orang, yang nantinya
dengan menggunakan gelagar penampang disalurkan ke bangunan bawah. Pada umumnya
persegi dan gelagar penampang T. struktur bangunan atas jembatan terdiri dari:
3. Membandingkan luas tulangan perlu pada 1. Tiang sandaran
gelagar penampang persegi dan gelagar Tiang sandaran digunakan untuk member rasa
penampang T yang dapat digunakan pada aman bagi kendaraan dan orang yang akan
bentang jembatan yang sama. melewati jembatan tersebut. Fungsi dari tiang
sandaran adalah sebagai perletakan dari pipa
Manfaat Penelitian sandaran.
Dengan adanya penelitian ini, dapat 2. Trotoar
diperoleh manfaat : Trotoar adalah bagian yang digunakan bagi
1. Untuk memilih tinggi balok dan metode pejalan kaki. Biasanya memiliki lebar 0.5 m –
analisa penampang yang akan digunakan pada 2.0 m
desain panjang bentang jembatan tertentu. 3. Lantai kendaraan yang diatasnya terdapat
2. Sebagai informasi besarnya perbedaan lapis perkerasan jalan.
tulangan yang diperlukan antara gelagar Lantai kendaraan adalah bagian tengah dari
penampang persegi dan penampang T. plat jembatan yang berfungsi sebagai
3. Sebagai bahan referensi dalam perencanaan pelintasan kendaraan.
gelagar jembatan dan balok beton bertulang
yang terletak diatas dua tumpuan sederhana.
LANDASAN TEORI
768
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
Balok memanjang adalah balok utama yang Pemilihan Bentang dan Tipe Gelagar
memikul beban dari lantai kendaraan maupun Jembatan
beban kendaraan yang melewati jembatan Pemilihan panjang bentang didasarkan pada
tersebut dan kemudian beban- beban tersebut jenis bangunan atas, untuk jembatan beton
didistribusikan menuju pondasi. Besarnya bertulang gelagar beton “T” bisa digunakan pada
ukuran balok memanjang tergantung panjang variasi bentang 6.00 m samapai 25.00 m.
bentang.
Tabel 1. Konfigurasi Bangunan Atas Tipikal
769
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
770
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
Tabel 3. Faktor Reduksi Kekuatan ULS untuk Beton Tabel 4. Berat Bahan Nominal dan ULS
Beban Lalulintas
• Beban lajur “D”
Beban lajur “D” adalah beban lalu lintas yang
bekerja diatas perkerasan jalan
jembatan.Beban lajur “D” ditempatkan
Sumber: Bridge Management system 1992 melintang pada lebar dari jalan kendaraan
jembatan yang ekuivalen dengan rangkaian
Perhitungan Pembebanan Gelagar Jembatan kendaraan sebenarnya. Beban lajur “D”
Dalam perhitungan pembebanan jembatan, terbagi atas dua, yaitu Beban Terbagi Rata
beban ada yang berupa beban terpusat dan beban dan Beban Garis.Beban Terbagi Rata adalah
terbagi rata yang berada diatas dua perletakan beban yang ditempatkan tegak lurus arah lalu
sederhana yaitu sendi-rol. Seluruh perhitungan lintas dan bekerja disepanjang bentang
akan dibuat menjadi persamaan umum dengan jembatan. Beban Garis adalah beban lalu
menganggap seluruh variabel adalah konstan lintas yang ditempatkan dalam kedudukan
kecuali bentang jambatan dan tinggi gelagar. sembarang pada bentang jembatan dan tegak
lurus dengan arah lalu lintas.
Beban Rencana Secara umum,beban “D” akan menjadi beban
Beban rencana adalah beban yang penentu dalam peritungan jembatan yang
digunakan dalam perhitungan perencanaan mepunyai bentang sedang sampai panjang,
jembatan.Karena beban dari gelagar tengah lebih
besar dari gelagar tepi maka dipenelitian ini
gelagar tepi dibuat seragam dengan gelagar
tengah.
Berat Permanen
• Berat sendiri
Berat sendiri merupakan beban mati dari
struktur jembatan dan merupakan berat isi
atau berat volume dari material jembatan.
Berikut ini adalah berat volume nominal dan
Gambar 4. Beban Lajur “D”
berat volume terfaktor dari beberapa jenis
material yang disarankan oleh BMS 1992.
• Beban mati tambahan
Beban mati tambahan adalah berat semua
elemen tidak struktural yang dapat bervariasi
selama umur jembatan seperti:
o Perawatan permukaan khusus
o Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm
aspal beton hanya digunakan dalam kasus
menyimpang dan dianggap nominal 22
kN/m3 Gambar 5. Penyebaran Beban Lajur “D”
771
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
L ≤ 30 m ; q = 8.0 kPa
L > 30 m ; q = 8.0 ( 0.5 + 15/L ) kPa Gambar 6. Diagram Tegangan Regangan Balok
Persegi Tulangan Tunggal
Sumber: Bridge Management system 1992
Dimana, L adalah bentang jembatan dan q
adalah beban terbagi rata dengan satuan Pada kondisi seimbang yaitu Cc = Ts
kPa.
A f sy 1
▪ Beban Garis (Knife Edge Load) k u = st '
Beban garis tergantung pada bentang bd f c 0.85γ
jembatan karena beban ini merupakan Dari gambar diperoleh persamaan momen
beban terpusat yang ditempatkan pada ultimate desain pada tulangan tunggal:
kedudukan sembarang dimana yang M ud A A f sy
menghasilkan nilai yang paling maksimum 0.75 st f sy 1 − 0.6 st '
bd bd f c
2
dengan arah tegak lurus lalulintas. Berikut
bd
adalah beban garis yang disarankan oleh
Dari diagram regangan:
BMS 1992:
P = 44.0 kN/m d − Ku d
st = u sy
Ku d
Dimana, P adalah beban garis dengan 600 f sy
Ku sy =
satuan kN/m 600 + f sy Es
▪ Faktor Beban Dinamik (DLA)
Pada beban lalulintas yang merupakan 600
K u(max) = 0.75 ( ) Ast 1.4
suatu beban terpusat seperti beban garis 600 + f sy =
(KEL) lajur “D” dan beban Truk “T” bd min f sy
Ast 600 f c'
berlaku suatu faktor yang muncul akibat = 0.75 0.85
bd max 600 + f sy f sy
dari kejut yaitu Faktor Beban Dinamik
(DLA). Faktor beban dinamik berlaku
Kekuatan Lentur Balok T Tulangan Tunggal
untuk semua bagian struktur sampai
pondasi.Faktor dinamik untuk truk adalah
0.3 untuk “KEL” nilai DLA diberikan
dalam Tabel 2.5.
Tabel 5. Faktor Beban Dinamik untuk “KEL”
Lajur “D”
772
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
Presentasi Data
Penampang Melintang Jembatan
773
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
( )
M* = 2.031L2 h 2 − 0.406L2 h + 0.975L2 + M MS2 + 0.807L2 + 2.4L2 + 36.96L
Gambar 11. Hubungan Tinggi Gelagar dan Panjang
Bentang Sehubungan dengan Kapasitas Penampang
M* = 2.031L2 h 2 − 0.406L2 h + 4.182L2 + 36.96L + M MS2 Gelagar Persegi
774
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
Saran
1. Pada penelitian, analisa kapasitas penampang
yang diteliti adalah analisa penampang
persegi dan analisa penampang T untuk
tulangan tunggal. Disarankan untuk dilanjut-
kan penelitian ini dengan menggunakan
PENUTUP
gelagar penampang persegi dan gelagar
penampang T tulangan rangkap.
Kesimpulan
2. Penelitian ini juga perlu dilanjutkan dengan
Dari hasil analisa yang telah dilakukan,
menggunakan penampang bukan persegi dan
dapat disimpulkan sebagai berikut:
dengan tipikal jembatan yang lain dan dengan
1. Pada panjang bentang jembatan tertentu,
bentang lebih besar dari 25.00 m.
tinggi gelagar bisa bervariasi dari tinggi
gelagar minimum dimana digunakan luas
DAFTAR PUSTAKA
Asroni Ali, 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu, Surakarta.
775
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.7 Juli 2019 (767-776) ISSN: 2337-6732
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2005. SNI T–02–2005, Standar Pembebanan untuk
Jembatan, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2014. SNI 2052 – 2014, Baja Tulangan Beton, Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga, 2008. Perencanaan Struktur Beton Bertulang untuk Jembatan
(No. 009/BM/2008), Jakarta.
Direktorat Jendral Bina Marga, 2010. Spesifikasi Umum (Revisi 3), Indonesia.
Direktorat Jendral Bina Marga, Standard Jembatan Beton Bertulang Balok T, Indonesia.
776