Oleh:
KARMANIAR YUNISE
DIDIT KUSWADI
1615011002
1515011103
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan digunakan sebagai pedoman dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep perencanaan konstruksi jembatan baja?
2. Bagaimanakah langkah-langkah metode pelaksanaan konstruksi jembatan
baja?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi hal-hal sebagi berikut :
Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian jembatan, material yang
digunakan, pembagian jenis jembatan, struktur dan anatomi jembatan khusus
jembatan baja
Mulai
Survey Data
Perhitungan Pembebanan
Tidak
Kontrol
Lendutan
Ya
Perencanaan Abutment
Perhitungan Abutment
Perhitungan Pondasi
Tidak
Kontrol
Stabilitas
Ya
Gambar
Rencana
Selesai
Jenis jembatan dapat dibagi berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan
tipe struktur, yaitu :
a) Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut :
a1). Jembatan jalan raya (highway bridge),
a2). Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
a3). Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
d) Berdasarkan tipe struktur, khusus jembatan baja dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain :
d1). Jembatan gelagar I (rolled steel girder bridge), tersusun dari beberapa gelagar I
canai panas, panjang bentang berkisar 10 meter sampai dengan 30 meter.
Jembatan gelagar ini dapat bersifat komposit atau non komposit, tergantung
penggunaan penghubung geser (shear connector), juga tergantung kepada
penggunaan bahan untuk lantai jembatan misal dari kayu (jembatan konvensional)
atau beton.
Gambar 3 : Jembatan baja multi girder, dengan cross bracing dan stiffener, komposit.
Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, Federal Highway Administration, U.S. Department of
Transportation, 2006
Gambar 5 : Jembatan gelagar pelat multi span, dengan cross bracing dan stiffener, komposit.
Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, Federal Highway Administration, U.S. Department of Transportation, 2006..
Gambar 8 : Jembatan kereta api gelagar pelat (plate girder), dengan dek dibawah.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Girder_bridge
Gambar 9 : Jembatan kereta api gelagar pelat (plate girder), dengan dek diatas, multi span.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Girder_bridge
d3). Jembatan gelagar kotak (box girder bridge), terbuat dari pelat-pelat berbentuk
kotak empat persegi atau berbentuk trapesium, umumnya digunakan dengan panjang
bentang 30 meter sampai dengan 60 meter.
Jembatan dapat terdiri dari gelagar kotak tunggal maupun tersusun dari beberapa
gelagar, seperti terlihat dalam gambra berikut.
Jembatan Sungai Ular pada gambar 22 diatas merupakan jembatan untuk lalu
lintas kereta api yang terletak pada kabupaten Serdang-Bedagai, propinsi Sumatera
Utara. Tipe struktur adalah pelengkung tiga sendi, dimana sendi ketiga terletak pada
puncak atas. Keistimewaan dari struktur pelengkung tiga sendi ini adalah momen
yang terjadi lebih kecil karena tereduksi oleh adanya gaya horisontal pada perletakan
yang menghasilkan momen negatip.
Pada jembatan struktur kabel (cable-stayed bridge) sepenuhnya gaya-gaya vertical dipikul
oleh tiang (pylon) yang disalurkan melalui kabel-kabel penggantung. Jembatan struktur
kabel terpanjang yang pernah dibangun adalah jembatan Sutong yang melintasi sungai
Yangtze, RRC., dengan bentang 1088 meter, selesai dibangun tahun 1998, dengan
memiliki 2 (dua) pylon.
5. Struktur Jembatan.
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur
atas (superstructures) dan struktur bawah (Substructures) dan Pondasi.
a) Trotoar :
Sandaran dan tiang sandaran,
Peninggian trotoar (Kerb),
Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
Macam Metode
Dari berbagai cara tersebut perlu dipilih cara yang paling sesuai dengan keadaan
pekerjaan yang akan dihadapi.
1) Kondisi/sungai ditempat jembatan akan dibangun, misalnya lebar, sempit, dalam,
dangkal, berarus deras, banyak mengandung batu/karang, berpasir dan sebagainya.
2) Daerah sekitar dan jalan yang menyambung ke jembatan, lurus, rata, miring,
berbelok, berada pada dasar suatu galian atau berada diatas timbunan, tinggi, rendah, dan
sebagainya.
3) Apakah material, mesin-mesin/peralatan, dan tenaga kerja cukup tersedia di sekitar
lokasi jembatan, atau harus didatangkanndari tempat yang cukup jauh.
4) Bagaimana cara untuk mencapai lokasi jembatan, baik untuk orang, material
maupun peralatan, melalui darat, sungai atau udara.
Menggunakan Perancah.
· Dasar Sungai berpasir, atau lempung atau tanah keras, sehingga
memudahkan pemasangan tiang perancha.
Dangkal, atau tidak terlalu dalam, sehingga tidak memerlukan tiang perancah
yang terlalu tinggi.
Kecepatan arus rendah, yang akan mengurangi gaya gaya mendatar terhadap tiang
perancah.
Bebas dari barang hanyutan, yang bisa merusak atau merobohkan tiang perancah.
Terdapat bangunan lama, yang dapat dipakai sebagai penyangga sementara bagi
bangunan/jembatan baru yang akan dibangun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data diatas kita dapat menyimpulkan bahwa :
Jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang batang baja
yang dihubungkan satu dengan yang lain.
Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada
batang batang baja struktur tersebut, sebagai gaya gaya tekan dan tarik, melalui titik titik
pertemuan batang (Titik Buhul). Gaya gaya eksentrisitas yang dapat menimbulkan momen
sekunder selalu dihindari. Oleh karena itu garis netral tiap tiap batang yang bertemu pada titik
buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen
sekunder.
Dengan demikian ada hal hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruksi rangka
baja yaitu :
· Mutu dan dimensi tiap tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang
batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagainya. Oleh karena itu batang
batang rangka jembatan harus dijaga selama pengangkutan, penyimpanan, dan
pemasangan.
· Kekuatan pelat penyambung harus lebih besar daripada batang yang disambung
(Struktur sambungan harus lebih kuat dari batang utuh).
· Untuk mencegah terjadinya eksentrisitas gaya yang dapat menyebabkan momen
sekunder, maka garis netral tiap batang yang bertemu harus berpotongan melalui satu
titik (harus merencanakan bentuk pelat buhul yang tepat).
Pelat buhul yang paling ujung, baik pelat buhul bawah maupun atas, Biasanya panjangnya
dilebihi, untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila diperlukan.
B. Saran
Penulis makalah ini tentulah banyak sekali kekuranganya,sehingga diharapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah Study Teknologi Bahan Bangunan
maupun dari rekan-rekan mahasiswa.