Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Perancangan
Struktur
Jembatan

Memperkenalkan materi mengenai peraturan perkuliahan dan


teori perancangan struktur jembatan secara umum.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

1-2
Teknik Teknik Sipil TS 3245 Prima Sukma Yuana, S.T., M.T.

Abstrak Kompetensi
Materi yang dibahas adalah Mahasiswa memiliki kemampuan
mengenai peraturan perkuliahan, untuk mengetahui materi dasar yang
referensi dan peraturan yang akan dipelajari dalam perkuliahan
digunakan untuk menunjang mata Rekayasa Jembatan.
kuliah Rekayasa Jembatan.
Unit 1
1 Pengantar Perkuliahan

Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk merencanakan dan
merancang struktur jembatan, mulai dari struktur atas sampai dengan struktur bawah
dengan didasari konsep perencanaan jembatan, sesuai peraturan jembatan yang berlaku
dengan penuh rasa tanggung jawab.

Pokok Bahasan Mata Kuliah

Berikut adalah topik bahasan untuk mata kuliah Rekayasa Jembatan


1. Pendahuluan & pengenalan jenis-jenis jembatan.
2. Pengenalan komponen-komponen jembatan secara umum.
3. Perencanaan jembatan secara umum.
4. Pembebanan struktur atas jembatan.
5. Desain struktur atas (gelagar, pelat jembatan, diafragma, expantion joint).
6. Pembebanan struktur bawah jembatan.
7. Desain struktur bawah (abutment, pilar, & pondasi).
8. Desain Bangunan Pelengkap Jembatan (wingwall & dinding penahan tanah).

Unit 2
2 Komponen Struktur Jembatan

Komponen Jembatan

Definisi jembatan:
Menurut KBBI:
Jembatan adalah jalan (dari bambu, kayu, beton, dan sebagainya) yang direntangkan di
atas sungai (jurang, tepi pangkalan, dan sebagainya);

Tang, 2014:
The basic purpose of a bridge is to carry traffic over an opening or discontinuity in the
landscape.Various type of bridge traffic can include pedestrians, vehicles, pipelines, cables,
water and trains, or a combination there of. An opening can occur over a highway, a river, a

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


2 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
valley, or any other type of physical obstacle. The need to carry over such opening defines a
function of a bridge.

Berdasarkan SE Dirjen BM No. 05 tahun 2017 tentang Ketentuan Desain Jalan dan
Jembatan bahwa perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan
sebagai berikut:
1. Kekuatan dan Stabilitas struktur,
2. Kenyamanan dan keselamatan,
3. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan),
4. Ekonomis,
5. Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan,
6. Keawetan dan kelayakan jangka panjang,
7. Estetika.

Gambar 1 Jembatan Sederhana

Secara sederhana, struktur pada Gambar 1 merupakan suatu jembatan jika ditinjau secara
definisi. Bagaimana suatu jembatan memiliki fungsi untuk menghubungkan dua daerah yang
terpisah. Dilihat dari bagian strukturnya pun termasuk lengkap dimana terdapat girder dan
lantai. Namun dalam mata kuliah ini pembahasan perancangan struktur jembatan diarahkan
agar mahasiswa mampu merancang jembatan sederhana untuk kendaraan. Secara prinsip
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


3 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Gambar 2 Komponen Jembatan

Struktur jembatan secara umum dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu struktur atas dan
struktur bawah. Batasan dari struktur atas dan bawah terletak pada perletakan (bearing).
Dalam perencanaan jembatan bentang sederhana terdapat beberapa jenis perletakan yang
dapat digunakan, antara lain sendi dan rol seperti terlihat dalam Gambar 3 dan 4 berikut.

Gambar 3 Tumpuan Sendi Gambar 4 Tumpuan Rol

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


4 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Namun saat ini penggunaan tumpuan seperti di atas sudah terhitung jarang. Dalam
penggunaannya saat ini lebih dipilih penggunaan elastomeric bearing yang tentu akan lebih
sederhana namun dengan fungsi yang sama.

Gambar 5 Penggunaan Elastomeric Bearing Pada Jembatan

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat beberapa komponen jembatan antara lain


abutment/kepala jembatan, pier/pilar, pondasi, dan girder/gelagar. Disamping itu ada
komponen lain yang tidak terlihat jelas pada Gambar 2 antara lain diafragma,
berrier/parapet, dinding penahan tanah, wingwall, oprit dan pelat injak. Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing komponen tersebut:

1. Abutment/kepala jembatan dan Wingwall


Abutment berfungsi sebagai kepala jembatan yang terletak pada pangkal jembatan.
Semua gelagar yang ada di bagian bentang ujung/tepi bertumpu pada abutment.
Komponen lain yang berada pada abutment adalah wingwall atau tembok sayap
yang secara fungsi sebagai dinding penahan tanah di posisi abutment seperti terlihat
pada Gambar 6.

2. Pier/pilar
Pilar berfungsi sama dengan abutment yaitu sebagai pemikul beban gelagar. Namun
yang paling membedakan dengan abutment adalah pada pilar tidak menahan beban
tekanan tanah.

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


5 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Gambar 6 Abutment dan Wingwall

Pilar yang direncanakan di sungai dengan arus lalu lintas air yang tinggi, perlu ada
struktur tambahan sebagai pelindung pilar berupa Fender. Fender adalah struktur
tersendiri disekeliling pilar yang berfungsi melndungi pilar saat ada hanyutan besar
seperti kayu atau saat tertabrak kapal. Secara prinsip, pilar dan fender dapat dilihat
pada Gambar 7.

Gambar 7 Pilar Jembatan

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


6 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
3. Pondasi
Pondasi pada jembatan secara prinsip akan sama dengan pondasi pada struktur
lainnya, dimana pondasi jembatan ditempatkan pada abutment dan pilar. Kedalaman
pondasi sebaiknya diatur sedemikian rupa agar bisa mencapai tanah keras (NSPT >
50), namun jika tidak tercapai bisa direncanakan dengan memperhitungkannya
terhadap penurunan. Tipe pondasi yang biasa digunakan dalam perancangan
jembatan antara lain sumuran, pondasi bor, dan tiang pancang seperti terlihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Jenis-jenis Pondasi Jembatan

Penentuan Jenis pondasi jembatan:


a. Pondasi dangkal/pondasi telapak/pondasi langsung (dihindarkan untuk daerah
potensi scouring besar)
• Bebas dari pengaruh scouring, kedalaman maksimum 3 meter.
b. Pondasi sumuran (caisson)
• Diameter 3,0 s/d 4,0 meter, kedalaman maksimum 6 meter.
c. Pondasi tiang pancang pipa baja
• Diameter 0,4 s/d 1,0 meter, kedalaman maksimum 60 meter.
d. Pondasi tiang pancang beton pratekan
• Diameter 0,4 s/d 1,2 meter, kedalaman maksimum 50 meter.
e. Pondasi tiang bor
• Diameter 0,8 s/d 1,2 meter, kedalaman maksimum 60 meter.

4. Girder/gelagar
Gelagar pada jembatan berfungsi sebagai penghubung antar abutment atau dengan
pilar. Gelagar jembatan bisa terbentuk dari material beton atau menggunakan baja.

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


7 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Gambar 9 Gelagar Jembatan

5. Diafragma
Struktur diafragma berfungsi sebagai penyatu antara girder yang satu dengan yang
lainnya. Setiap girder harus bisa bekerja bersama-sama dalam menerima beban
supaya distribusi ke struktur bawah lebih baik. Oleh karena itu diperlukan diafragma
yang dipasang setiap 5 meter atau bahkan lebih tergantung panjang bentang
jembatan.

Gambar 10 Diafragma Jembatan

Diafragma jembatan bisa terbuat dari beton atau bisa juga dari baja tergantung
material yang digunakan untuk gelagarnya. Pada Gambar 10 terlihat dua jenis
diafragma yaitu diafragma beton dan diafragma baja yang berupa rangka batang.

Secara prinsip diafragma tidak secara langsung memikul beban gravitasi dari
gelagar, tetapi lebih berfungsi sebagai stabilitas pada gelagar terutama untuk

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


8 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
menghindari terjadinya tekuk torsi lateral (lateral tortional buckling) pada girder
dengan bentang panjang.

6. Berrier/parapet
Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata, hand railing/parapet
dapat dibuat khusus atas persetujuan Pengguna Jasa dengan tetap
mempertimbangkan aspek keselamatan jalan. Gambar 11 merupakan contoh
parapet yang direkomendasikan.

Gambar 11 Parapet/Hand Railing/Berrier

7. Dinding penahan tanah


Dinding penahan tanah diperlukan sebagai bangunan pelengkap jembatan dan
ditempatkan di area sekitar jembatan utamanya. Fungsi utamanya adalah menahan
tanah agar tidak terjadi longsor. Bentuk dinding penahan tanah secara tipikal dapat
dilihat pada Gambar 12.

8. Pelat injak
Pelat injak berfungsi untuk mencegah penurunan pada area Oprit. Pelat injak terdiri
dari material beton bertulang yang ditempatkan di atas tanah timbunan belakang
abutment seperti terlihat pada Gambar 13.

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


9 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Gambar 12 Dinding Penahan Tanah

Gambar 13 Pelat Injak

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


10 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Unit 3
3 Jenis-Jenis Struktur Jembatan

Bentang Ekonomis

Jenis struktur jembatan yang dapat dipilih oleh Perencana dalam merancang sebuah
jembatan harus disesuaikan dengan standar Bina Marga dengan tujuan memperoleh
bentang ekonomis. Istilah bentang ekonomis ditujukan pada suatu jenis struktur yang
bernilai paling ekonomis bila diterapkan pada suatu jembatan dengan bentangan tertentu.

Berikut beberapa pilihan bentang ekonomis jembatan:


a. Box Culvert (single, double, triple) bentang 6 s/d 10 meter.
b. Corrugated steel plate bentang 6 s/d 12 meter.
c. Voided Slab sampai dengan bentang 6 s/d 16 meter.
d. Gelagar Beton Bertulang Tipe T Bentang 6 s/d 20 meter.
e. Gelagar Beton Pratekan Tipe I bentang 16 s/d 60 meter, TipeTee bentang 16 s/d 60
meter dan Tipe Box bentang 30 s/d 60 meter.
f. Girder Komposit Tipe I bentang 20 s/d 60 meter dan Tipe Box bentang 20 s/d 60
meter.
g. Rangka Baja Bentang 40 s/d 100 meter.

Sementara itu, untuk bentang di atas 100 meter direkomendasikan menggunakan jembatan
bentang panjang seperti Suspention Bridge dan Cable Stayed Bridge seperti terlihat pada
Gambar 14 dan 15.

Contoh dari jembatan Cable Stayed adalah Jembatan Pasopati di Bandung, Jembatan
Suramadu (Surabaya-Madura), Jembatan Teluk Kendari, Jembatan Merah Putih di Teluk
Ambon.
Sedangkan Jembatan Gantung antara lain Jembatan Barito di Kalimantan Selatan,
Jembatan di Kutai Kartanegara yang sempat runtuh di tahun 2011 (saat ini sudah dibangun
kembali dan berdiri kokoh). Jembatan gantung (suspention) adalah tipe jembatan dengan
kemampuan bentang terpanjang yang dapat direncanakan.

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


11 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Gambar 14 Jembatan Suspention (Gantung)

Gambar 15 Jembatan Cable Stayed

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


12 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik
Daftar Pustaka

Berikut beberapa peraturan dan referensi yang bisa digunakan dalam perancangan struktur
jembatan:
1. Peraturan Pembebanan Jembatan SNI 1725-2016
2. Peraturan Perancangan Jembatan Terhadap Beban Gempa SNI 2833-2016
3. SE Dirjen Binamarga No 05 Tahun 2017 tentang Ketentuan Desain Jalan dan
Jembatan
4. SNI 2451-2008 Spesifikasi Pilar& Kepala Jembatan
5. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI T-12- 2004), sesuai Kepmen
PU No.260/KPTSIM/2005.
6. Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan (RSNI T-03- 2005), sesuai Kepmen PU
No.498/KPTSIM/2005
7. SNI 03-6747-2002 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang Untuk Jembatan
8. SNI 03-3446-1994 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Langsung Untuk
Jembatan
9. SNI 03-3447-1994 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran Untuk
Jembatan
10. Bridge Mangement System (BMS) tahun 1992
11. Bambang Supriyadi, Dr. Ir, Jembatan
12. W.C. Vis, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang
13. Suhardjito Pradoto, PhD, Teknik Pondasi
14. Indarto, Dr, Hidrologi Dasar Teori dan Aplikasi Model

‘20 Perancangan Struktur Jembatan Jurusan Teknik Sipil


13 Prima Sukma Yuana, S.T.,M.T. Fakultas Teknik

Anda mungkin juga menyukai