PENDAHULUAN
1
Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian
pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan.
1. Jembatan Kayu
2
kayu sebagai bahan jembatan mempunyai beberapa keuntungan antara
lain:
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah,
dan dapat dikerjakan dengan alat yang sederhana
Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan
peralatan khusus dan tenaga ahli yang tinggi
Jembatan kayu lebih populer menggunakan dek dari kayu sehingga
menguntungkan untuk lokasi yang terpencil dan jauh dari lokasi
pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat
dipasang tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat biaya
Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar
dan dipadukan dengan lingkungan sekitar
3
Gambar 1.1 Struktur jembatan kayu
2. Jembatan Baja
4
Gambar 1.2 Struktur jembatan baja
5
berbahaya bagi struktur karena merupakan tempat meresapnya air dan
udara luar kedalam baja tulangan sehingga terjadi karatan. Putusnya
baja tulangan akibat karatan fatal akibatnya bagi struktur.
Dengan kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada struktur beton
bertulang seperti diuraikan diatas, timbullah gagasan untuk
menggunakan kombinasi-kombinasi bahan beton secara lain, yaitu
dengan memberikan pratekanan pada beton melalui kabel baja
(tendon) yang ditarik atau biasa disebut beton pratekan.
Beton pratekan pertama kali ditemukan oleh EUGENE FREYSSINET
seorang insinyur Perancis. Ia mengemukakan bahwa untuk mengatasi
rangkak,relaksasi dan slip pada jangkar kawat atau pada kabel maka
digunakan beton dan baja yang bermutu tinggi. Disamping itu ia juga
telah menciptakan suatu system panjang kawat dan system penarikan
yang baik, yang hingga kini masih dipakai dan terkenal dengan system
FREYSSINET.
6
Gambar 1.3 Struktur jembatan beton bertulang
4. jembatan komposit.
7
(d) (e)
8
Dengan pendukung, selama beton belum mengeras beban mati
primer akan dipikul oleh pendukung. Setelah beton mengeras
dan penunjang dilepas maka seluruh beban akan didukung oleh
balok komposit.
Maksud dan tujuan dari penulisan tugas perencanaan Beton II adalah untuk dapat
mengetahui dan merencanakan perencanaan Beton II dikemudian hari. Adapun
tujuan penulisan penulisan tugas perencanaan Beton II dengan panjang bentang
28 meter ini :
1) Merencanakan dimensi dan penulangan balok girder pada gelagar
jembatan
2) Merencanakan dimensi dan penulangan balok diafragma pada gelagar
jembatan
9
3) Merencanakan pondasi abutmen jembatan
BAB II
PERHITUNGAN GELAGAR
10
Data-data gelagar jembatan adalah sebagai berikut :
Panjang bentang jembatan L = 28 m
Lebar jalan (jalur lalu lintas) B1 = 7,5 m
Lebar trotoar B2 = 1 m
Lebar total jembatan B1 + 2 * B2 = 9,5 m
Jarak antara girder S = 2,5 m
Dimensi girder Lebar girder b = 0,80 m
Tinggi gider h = 1,70 m
Dimensi diafragma Lebar diafragma bd = 0,60 m
Tinggi diaframa hb = 0,80 m
Tebal lantai slab jembatan ts = 0,20 m
Tebal lapisan aspal + overlay ta = 0,10 m
Tinggi genangan air hujan th = 0,05 m
Tingi bidang samping ha = 2,50 m
11
Jumlah balok diafragma sepanjang L nd = 8 bh
Mutu Baja
Specific gravity
12
2.3 ANALISA BEBAN
2.3.1 Berat Sendiri (MS)
Factor beban ultimit : Kms = 1,3
Berat sendiri (Self weight) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen structural, ditambah dengan elemen non structural yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Beban berat sendiri balok diafragma pada girder
dihitung sbb :
Panjang bentang girder L = 28,00 m
Berat satu balok diafragma Wd = bd * (hd – ts) *s* wc = 22,50 KN
Jumlah balok diafragma sepanjang bentang nd = 8 bh
Beban diafragma pada girder Qd = nd * Wd /L = 6,43 KN/m
13
MMS = 1/8 * QMS * L2 = 5053,86 KN/m
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan suatu beban
pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan mungkin besarnya
berubah selama umur jembatan. Jembatan dianalisis harus mampu memikul beban
tambahan seperti :
14
VMA = ½ * QMA * L = 78,82 KN
Beban kendaraan yang berupa beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi rata
(Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL
seperti pada gambar 2.6 UDL mempunyai intensitas q (kpa) yang besarnya
tergantung pada panjang bentang L yang dibebani lau lintas seperti gambar 2.7
atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8,00 kpa untuk L ≤ 30
q = 8,0 * (0,5 + 15 / L) kpa untuk L > 30
15
Untuk panjang bentang L = 28,00 q = 8,00 kpa
KEL mempunyai intensitas p = 44,00 KN/m
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai
berikut :
DLA = 0,40 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0,4 – 0,0025*(L-50) untuk 50 < L < 90 m
DLA = 0,30 untuk L ≥ 90 m
16
Jarak antar girder s = 2,50 m
Untuk panjang bentang L = 28,00 m maka DLA = 0,40
Beban lajur pada girder QTD = q * s = 20,00 KN/m
PTD = (1+DLA)*p*s = 154,00 KN
17
Factor beban ultimit : KTT = 2,0
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda
oleh Truk (beban T) yang besarnya, T = 100
kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0,40
Beban truk "T" : PTT = ( 1 + DLA ) * T =
140,00 kN
a= 5,00 m
b= 5,00 m
Gambar 2.10. Beban Roda Truk
Panjang bentang Girder, L =
28,00 m
Gaya geser pada Balok Gider akibat beban truk "T" :
VTT = [ 9/8 * L - 1/4 * a + b ] / L * PTT =
126,25 kN
Momen pada Balok Gider akibat beban truk "T" :
MTT = VTT * L/2 - PTT * b =
1067,50 kNm
Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalu-lintas, diambil yg
memberikan pengaruh
terbesar terhadap T-Girder di antara beban "D" dan beban "T".
18
Gaya geser maksimum akibat beban, T VTD =
357,00 kN
Momen maksimum akibat beban, D MTD =
3038,00kNm
2.3.4. GAYA REM (TB)
Faktor beban ultimit : KTB = 2,0
Pengaruh pengereman dari lalulintas diperhitungkan sebagai gaya dalam
arah memanjang, dan dianggap,bekerja pada jarak 1.80 m di atas lant
ai jembatan. Besarnya gaya rem arah memanjang jembatan,tergantun
g panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Panjang bentang Girder, L = 28,00
m
Jumlah Girder, ngirder = 8
bh
Gaya rem, HTB = 250
kN
Jarak antara Girder, s = 2,50
m
19
Gaya rem untuk Lt ≤ 80 m : TTB =HTB / ngirder = 31,25
kN
Gaya rem juga dapat diperhitungkan sebesar 5% beban lajur "D" tanpa fak
tor beban dinamis.
Gaya rem, TTB = 5 % beban lajur "D" tanpa faktor beban dinamis,
QTD = q * s = 20,00
kN/m
PTD = p * s = 110,00
kN
TTB = 0.05 * ( QTD * L + PTD ) =
33,50 kN < 50,00 kN
Maka diambil gaya rem, TTB = 50,00
kN
Lengan thd. Titik berat balok, y = 1.80 + ta + h/2 = 2,50
m
Beban momen akibat gaya rem, M = TTB * y =125,00
kNm
Gaya geser maksimum pada balok akibat gaya rem :
VTB = M / L = 4,46
kN
momen maksimum pada balok akibat gaya rem
MTB = 1/2 * M = 62,50
kNm
2.3.5. BEBAN ANGIN (EW)
Faktor beban ultimit : KEW = 1,2
20
Gaya angin tambahan arah horisontal pada permukaan lantai jembatan akibat beba
n angin yang meniup
kendaraan di atas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
TEW = 0.0012*Cw*(Vw)2 = 1,764 kN/m2
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping
kendaraan dengan tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan. h= 2,00
m
Jarak antara roda kendaraan x x= 1,75
m
Beban akibat transfer beban angin ke lantai jembatan,
QEW = 1/2*h / x * TEW = 1,008 kN/m
Panjang bentang Girder, L= 28,00
m
Gaya geser pada Girder akibat beban angin (EW) :
VEW = 1/2 * QEW * L = 14,112 kN
momen pada Girder akibat beban angin (EW)
MEW = 1/8 * QEW * L2 = 98,784 kNm
21
2.3.6. PENGARUH TEMPERATUR (ET)
Gaya geser dan momen pada Girder akibat pengaruh temperatur, diperhitung
kan terhadap gaya yang
timbul akibat pergerakan temperatur (temperatur movement) pada tumpua
n (elastomeric bearing)
dengan perbedaan temperatur sebesar : ∆T = 20
°C
Koefisien muai panjang untuk beton, α = 1,0,E-
05 °C
Panjang bentang Girder, L= 28,00
m
Shear stiffness of elastomeric bearing, k= 15000
kN/m
Temperatur movement, = α * ∆T * L=
0,0056 m
Gaya akibat temperatur movement, FET = k * =84,00
kN
Tinggi Girder h = 1,70
m
Eksentrisitas e = h/2 = 0,85
m
Momen akibat pengaruh temperatur, M = FET*e = 71,40
kNm
Gaya geser pada Girder akibat pengaruh temperatur (ET) :
VET = M/L = 2,55 kN
momen pada Girder akibat pengaruh temperatur (ET)
MET = M = 71,40 kNm
22
2.3.7. BEBAN GEMPA (EQ)
Gaya gempa vertikal pada girder dihitung dengan menggunakan percepatan ver
tikal ke bawah minimal
sebesar 0.10 * g ( g = percepatan gravitasi ) atau dapat diambil 50% koefisien
gempa horisontal statik
ekivalen.
Koefisien beban gempa horisontal : Kh = C * S
dengan: Kh = Koefisien beban gempa horisontal,
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, da
n kondisi tanah setempat
S = Faktor tipe struktur yg berhubungan dengan kapasitas penyer
apan energi gempa(daktilitas) dari struktur.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus :
Wt
𝑊𝑡g.kp
𝑇 = 2𝜋√
dengan :
Wt= Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
KP = kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang dipe
rlukan untuk menimbulkan satu satuan lendutan.
g = percepatan grafitasi bumi, g = 9,81 m/det2
Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan :
Wt = QMS + QMA
23
Panjang bentang, L= 28,00 m
Berat total, Wt = (QMS + QMA)*L = 1601,6 kN
Ukuran Girder, b = 0,80 m h= 1,70 m
Kondisi tanah dasar termasuk sedang (medium).
Lokasi wilayah gempa Wilayah = 6
Koefisien geser dasar, C= 0,30
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton beton bertulang, maka faktor
tipe struktur
dihitung dengan rumus:
S = 1.0 * F
dengan, F = 1.25 - 0.025 * n dan F harus diambil ≥ 1
F = faktor perangkaan,
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi struktur.
Untuk nilai, n = 1 maka : n= 1
F = 1.25 - 0.025 * n = 1,225
Faktor tipe struktur, S = 1.0 * F = 1,225
Koefisien beban gempa horisontal, Kh = C*S = 0,3675
Koefisien beban gempa vertikal, Kv = 50% * Kh = 0,184 > 0,10
Diambil koefisien gempa vertikal, Kv = 0,184
Gaya gempa vertikal, TEQ = Kv * Wt = 294,69 kN
Beban gempa vertikal, QEQ = TEQ / L = 10,53 kN/m
Gaya geser pada Girder akibat gempa vertikal (EQ) :
VEQ = 1/2 * QEQ * L = 147,42 kN
Momen pada Girder akibat gempa vertikal (EQ) :
24
MEQ = 1/8 * QEQ * L2 = 1031,94 kNm
25
2.3.8. KOMBINASI BEBAN ULTIMATE
26
KOMBINASI GAYA GESER ULTIMATE Komb-1 Komb-2 Komb-3
Faktor V Vu Vu Vu
No. Jenis Beban
Beban (kN) (kN) (kN) (kN)
2.4. BALOK GIRDER
2.4.1. TULANGAN LENTUR
Momen rencana ultimit Girder, Mu = 14781,44 kNm
Mutu beton : K – 350 fc' = 29,05 Mpa
Mutu baja tulangan : U - 39 fy = 390 Mpa
Tebal slab beton, ts = 200 mm
Lebar badan Girder, b= 800 mm
Tinggi Girder, h= 1700 mm
27
s= 2500 mm
12 * ts = 2400 mm
diambil lebar efektif sayap T-Girder (yang terkecil) beff = 2400 mm
Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 150 mm
rb = b1* 0.85 * fc’/ fy * 600/(600+fy) = 0,0326
Rmax = 0.75*rb*fy*[1-1/2*0.75*rb*fy/(0.85*fc')] = 7,6973
Untuk menjamin agar Girder bersifat daktail, maka tulangan
tekan diambil 30% tulangan tarik, sehingga: As' = 30% * As = 4006,161 mm2
maka diigunakan tulangan, 9 D 36
2.4.2. KONTROL KAPASITAS MOMEN ULTIMATE
28
Gambar 2.16. Tegangan dan Regangan pada Tulangan Lentur Balok Girder
Gaya internal tekan beton pada sayap, Cc = 0.85 * fc' * beff * ts = 11852400 N
Gaya internal tarik baja tulangan, Ts = As * fy = 5208009,3 N
Karena Cc > Ts maka Garis netral di dalam sayap
a = As * fy / ( 0.85 * fc' * beff ) = 194,26 mm
Jarak garis netral, c = a / b1 = 228,54 mm
Regangan pada baja tulangan tarik, es = 0.003 * (d - c) / c = 0,0102 < 0.03 OK
Momen nominal, Mn = As * fy * ( d - a / 2 ) * 10-6 = 12120,832 kNm
Kapasitas momen ultimit, * Mn = 9696,665831 kNm
karena * Mn > Mu (9392,81 kNm) OK
2.4.3. TULANGAN GESER
Gaya geser ultimit rencana, Vu = 1518,23 kN
Mutu beton : K – 350 Kuat tekan beton, fc' = 29,05 Mpa
Mutu baja tulangan: U-39 fy = 390 MPa
29
Faktor reduksi kekuatan geser, = 0,75
Lebar badan Girder, b= 800 mm
Tinggi efektif Girder, d= 1550 mm
-3
* Vc = 430,387 kN
Kontrol dimensi Girder terhadap kuat geser maksimum :
Vsmax = 2 / 3 * fc' * [ b * d ] * 10-3 = 2295,395 kN
Vs < Vsmax OK
Sehingga dimensi balok memenuhi persyaratan kuat geser
Digunakan sengkang berpenampang : D 14
Pada badan girder dipasang tulangan susut minimal dengan rasio tulangan,
rsh = 0,001
Luas tulangan susut, Ash = rh * b * d = 690 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D = 36 mm
Jumlah tulangan susut yang diperlukan, n = Ash / ( p /4 * D2 ) = 0,68
digunakan tulangan = 4 D 36
2.4.4. LENDUTAN BALOK
30
n
* As = 0,233 m2
Jarak garis netral terhadap sisi atas beton, c = n * As / b = 0,388 m
Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton dihitung sbb. :
Icr = 1/3 * b * c3 + n * As * ( d - c )2 = 0,14689 m4
yt = h/2 = 0,65 m
Momen retak : Mcr = fr * Ig / yt = 637,614 Nmm
Momen akibat beban mati dan beban hidup (MD+L)
Inersia efektif untuk perhitungan lendutan
Ie = ( Mcr / MD+L )3 * Ig + [ 1 - ( Mcr / MD+L )3 ] * Icr = 0,1468 m4
Panjang bentang balok, L= 28,00 m
2.4.4.1. LENDUTAN AKIBAT BERAT SENDIRI (MS)
Lendutan akibat berat sendiri (MS) :
dMS = 5/384*QMS*L4 / ( Ec*Ie) = 0,04239 m
2.4.4.2. LENDUTAN AKIBAT BEBAN MATI TAMBAHAN (MA)
31
Lendutan akibat berat sendiri (MS) :
dMA = 5/384*QMA*L4 / ( Ec*Ie) = 0,00769 m
2.4.4.3. LENDUTAN AKIBAT BEBAN LAJUR "D" (TD)
Lendutan akibat beban lajur "D" (TD) :
dTD = 1/48* PTD*L3 / (Ec*Ie) + 5/384*QTD*L4 / ( Ec*Ie) = 0,004083 m
2.4.4.4. LENDUTAN AKIBAT GAYA REM (TB)
Lendutan akibat gaya rem (TB) :
dTB = 0.0642 * MTB * L2 / ( Ec*Ie) = 0,00069
2.4.4.5. LENDUTAN AKIBAT BEBAN ANGIN (EW)
Beban akibat transfer beban angin pada kendaraan, QEW = 1,008 kN/m
Lendutan akibat beban angin (EW) :
dEW = 5/384*QEW*L4 / ( Ec*Ie) = 0,0014 m
2.4.4.6. LENDUTAN AKIBAT PENGARUH TEMPERATUR (ET)
Lendutan akibat pengaruh temperatur (ET) :
dET = 0,0642 * MET * L2 / ( Ec*Ie) = 0,00063
m
2.4.4.7. LENDUTAN AKIBAT BEBAN GEMPA (EQ)
32
Lendutan akibat beban gempa (EQ) :
dEQ = 5/384*QEQ*L4 / ( Ec*Ie) = 0,0055 m
Lendutan maksimum yang diizinkan, dmaks = L/240 = 0,1177 m
33
Gambar 2.5.1 pembesian pada balok girder
34
2.5. BALOK DIAFRAGMA
2.5.1. BEBAN PADA BALOK DIAFRAGMA
Distribusi beban lantai pada balok diafragma adalah sebagai berikut :
Gambar 2.16. Distribusi Beban Lantai Pada Balok Diafragma
Tabel Perhitungan Berat sendiri (MS) :
No. Jenis Lebar Tebal Berat Beban
(KN/m3) (KN/m)
1 Plat Lantai 2,50 0,20 25,00 12,50
2 Balok diafragma 0,60 0,80 25,00 12,00
Qms 24,50
Gaya geser dan momen akibat berat sendiri :
VMS = 1/2 * QMS * s = 30,625 kN
momen akibat berat sendiri
MMS = 1/12 * QMS * s2 =5,104 kNm
35
Tabel Perhitungan Beban mati tambahan (MA) :
Berat
No. Jenis Lebar Tebal (kN/m3) (kN/m)
1 Lap.Aspal+overlay 2,50 0,10 22,00 5,50
2 Air hujan 2,50 0,05 1,00 0,13
QMA = 5,63
Gaya geser akibat beban mati tambahan :
VMA = 1/2 * QMA * s = 7,031 kN
Momen akibat beban mati tambahan :
MMA = 1/12 * QMA * s2 = 2,930 kNm
Gaya geser akibat beban "T":
VTT = 1/2 * PTT = 70,00 kN
Momen akibat beban "T",
MTT = 1/8 * PTT * s = 43,75 kNm
36
Momen ultimit rencana balok diafragma, Mu = 99,994 kNm
Gaya geser ultimit rencana balok diafragma, Vu = 193,876 kN
2.5.2. TULANGAN LENTUR
b = b1* 0.85 * fc’/ fy * 600/(600+fy) = 0,0323
Rmax = 0.75*b*fy*[1-0,5*0.75*b*fy/(0.85*fc')] = 7,6973
37
2.5.3. TULANGAN GESER
Kontrol dimensi Girder terhadap kuat geser maksimum :
Vsmax = 2/3 *fc' * [ b * d ] * 10-3 =790,505 kN
Vs < Vsmax OK
Dimensi balok memenuhi persyaratan kuat geser
Luas tulangan geser sengkang, Av = p/4 * D * n = 678,24 mm2
Digunakan sengkang berpenampang D 12
38
Gambar 2.17. Pembesian Balok Diafragma
39
BAB III
PERHITUNGAN BEBAN PADA ABUTMEN
Dalam menentukan kemampuan daya dukung abutmen digunakan metoda yang dianggap
cukup sesuai dan berhubungan dengan keadaan setempat dan kontruksi yang direncanakan. Hal ini
sangat berhubungan dengan gaya-gaya atau muatan yang bekerja pada kontruksi tersebut yang
menentukan besarnya dimensi daripada kontruksi yang akan direncanakan.
Data perencanaan :
1. Panjang Jembatan(L) = 28 meter
2. Lebar jalan (B) = 7,5 meter
3. Lebar trotoar = 1 meter (kiri kanan)
4. Lebar jembatan = 9,5 meter
5. Tinggi = 1,25 meter
6. Tinggi trotoar = 0,25 meter
7. Tebal aspal = 5 cm
8. Tebal plat lantai = 20 cm
9. Mutu tulangan baja U39 = 3900 kg/cm²
10. Berat volume beton bertulang = 2500 kg/m³
11. Mutu lantai jembatan : K350 = 350 kg/cm²
12. Berat volume aspal = 2200 kg/cm³
13. Koefisen gempa = (0,3 untuk daerah gempa VI)
40
a. Beban Sandaran
Kontruksi sandaran berupa pipa besi berdiameter 76,3 mm dengan berat 13,722 kg/m.
sandaran dibuat dari beton bertulang dengan berat jenis 2400 kg/m³. terdapat didua sisi
jembatan. Banyak tiang sandaran adalah 28 buah dengan spasi 2 meter.
Luasan A3
Lebar Atas+ Lebar bawah
x tinggi
2
16+30
x 95 = 2185 cm²
2
41
Luas total A = A1 + A2 + A3
= 100,48 + 720 + 2185
= 3005,48 cm²
Volume = 3005,48 x 20 = 60109,6 cm³
Berat tiang sandaran = 60109,6 x 2500
= 144263040 kg/cm³
= 0,1443 ton.m
Pipa sandaran
Berat pipa sandaran = (1/4 x π x d2) x bentang pipa x 7,85 t/m³
= (1/4 x 3,14 x 0,0763)² x 28 x 7,85
= 1,0 ton
Untuk total beban pipa sandaran adalah :
Beban pipa sandaran = 2 x Bps
= 2 x 1,0 ton
= 2,0 ton
Untuk beban pipa sandaran yang bekerja pada satu abutment adalah:
Bps = ½ x Bpst
= ½ x 6,33 ton
= 3,165 ton
b. Beban Trotoar
42
Trotorar pada jembatan ini dibuat dari beton bertulang dengan berat jenis 2,4 t/m³, lebar 1
meter, tinggi 0,25 meter, dan panjang 28 meter.
28 m
25 cm
100 cm
c. Beban Aspal
43
= 7,5 x 28 x 480 kg/m²
= 100800 kg
e. Beban Gelagar
Direncanakan dimensi gelagar dengan panjang 28 m
A = b x (h – ts)
= 0,80 x ( 1,70 – 0,20 )
A = 1,20 m²
f. Beban Diafragma
44
Direncanakan diafragma beton :
0,60
0,40
0,30
0,88
0,60
0,80
Luas diafragma :
A = 0,60 x 0,80 = 0,48 m²
Berat Diafragma :
Qdf = 0,48 m² x 7,5 m x 2,5
= 8,64 ton/diafragma
Karena terdapat 8 buah balok diafragma, maka total berat difragma adalah :
Bg = 8,64 x 8
= 69,12 ton
g. Beban Abutmen
45
Gambar 3.5 Abutmen
Detail penampang potongan 1-1 Luas penampang
A1 = 0,25 x 0,60
= 0,15 m²
Titik berat
Y = 0,30 m
Berat segmen
W = 0,15 x 9,5 x 2,5
= 3,42 Ton
Gambar 3.5.1 detail pot. 1-1
Luasabutmen
Lebar penampang
9,5 m
A3 = 0,70 x 1,60
= 1,12 m² Luas penampang
1,6+0,70 A2 = 0,45 x 1,95
A4 = x 0,5
2 = 0,88 m²
= 0,575 m² Berat segmen
A5detail =
Gambar 3.5.2 2,95
pot. 2-2x 0,70 W = 0,88 x 9,5 x 2,5
= 2,065 m² = 20,06 Ton
Total A = 1,12 + 0,575 + Lebar
2,065 abutmen 9,5 m
= 3,76 m²
Detail penampang potongan 3-3 Berat segmen
W = 3,76 x 9,5 x 2,5
= 85,73 Ton
Lebar abutmen 9,5 m
46
Gambar 3.5.3 detail pot. 3-3
47
Total Beban Mati Super Struktur
Q total = kontruksi sandaran + beban trotoar + perkerasan aspal + lantai beton + gelagar +
diafragma + beban abutmen
= 6,33 + 33,60 + 23,10 + 100,80 + 322,56 + 69,12 + 183,31 Ton
= 738,82 Ton 738820 Kg
Muatan hidup adalah semua muatan yang berasal dari berat kendaraan yang bergerak /
lalu lintas dan berat orang yang berjalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan sesuai
PMUJJR No. 12/70.
Muatan yang ditinjau berdasarkan dua muatan yaitu muatan T dan D, muatan T merupakan
muatan dari kendaraan truk yang mempunyai beban roda sebesar 10 ton. Muatan D merupakan
susunan muatan pada setiapp jalur lalu lintas yang terdiri dari muatan terpusat (p) sebesar 12 ton,
dan muatan terbagi rata sebesar “q” (t/m) panjang jalur.
Muatan PPJJR, untuk jembatan denagn bentang < 30 m maka beban q = 2,2 t/m. besarnya
harga g (t/m) ditentukan sbb :
1,1
g = 2,2 – x (L – 30)
60
1,1
g = 2,2 – x (28 – 30) = 2,24 t/m
60
a. Muatan terpusat (P = 10 t)
berdasarkan PPJJJR – 1987 muatan terpusat diambil dari kendaraan truk seberat 10 ton
48
b. muatan hidup terbagi rata (jalur lalu lintas)
Menurut PPJJR, untuk jembatan dengan bentang < 30 m maka beban q = 2,2 t/m
1,1
P = 2,2 t/m3 – x (L – 30) t/m3
60
1,1
P = 2,2 t/m3 – x (28 – 30) t/m3 = 2,24 t/m3
60
= 22,313 ton
= 11,16 ton
Mhc = 11,16 x 28 m
= 312,48 t/m
49
3.1.3 Muatan Kejut
Untuk menghitung muatan kejut, terlebih dahulu dihitung koefisien kejut :
20
K =1+ L = panjang bentang
(50+ L)
20
K =1+ = 1,26 m
(50+28)
Muatan kejut untuk satu bentag sentries
Vks = 1,26 x 22,313 = 28,03 ton
Muatan kejut untuk setengah bentang sentries
Vk = ½ x 28,03 = 14,02 ton
Momen yang timbul terhadap sumbu x (arah memanjang jembatan) :
Mvk = 14,02 x 28 m
= 392,56 t.m
Maka muatan kejut yang bekerja pada masing-masing abutmen adalah :
Bvk = ½ x 392,56
= 196,28 t.m
Pada umumnya beban ini mengakibatkan tegangan-tegangan yang relatif lebih kecil dari
pada tegangan akibat beban primer dan biasanya tergantung dari bentang, sistem jembatan, bahan
dan keadaan setempat.
1. Beban angin
2. Gaya akibat perbedaan suhu
3. Gaya akibat rangkak dan susut
4. Gaya rem dan traksi
Dalam hal ini hanya ditinjau beban angin, gaya rem dan traksi.
50
1. Beban angin
Pengaruh tekanan angin sebesar 150 kg/m² pada jembatan ditinjau berdasarkan bekerjanya
muatan angin horizontal terbagi rata pada bidang vertikal jembatan dalam arah tegak lurus sumbu
sepanjang jembatan.
Jumlah luas bidang vertikal bangunan atas jembatan yang dianggap terkena oleh angin
ditetapkan sebesar suatu persentase tertentu terhadap luas bagian-bagian sisi jembatan dan luas
bidang vertikal beban hidup. Hal tersebut di atas berdasarkan peraturan yang terdapat di dalam
PPJJR – 1987.
Menurut PPPJJR Halaman 15 Pengaruh beban rem dan traksi di perkirakan 5 %, dari beban
“ D “ tanpa memperhitungkan beban kejut. Gaya rem tersebut dianggap bekerja gaya horizontal
dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap gaya setinggi 1,8 meter diatas permukaan lantai
kendaraan.
a. Besarnya beban rem akibat beban sentris (Hrs) :
Hrs = 5% x 20,546 = 1,027 ton
b. Besarnya muatan rem akibat beban eksentris (Hre)
Hre = 5% x 10,273 = 0,513 ton
51
3.3 MUATAN KHUSUS
Beban khusus adalah merupakan muatan yang tidak membebani kontruksi bagian atas jembatan,
muatan ini terdiri dari :
- Beban gempa
Muatan gempa bumi bekerja pada arah horizontal pada pusat kontruksi yang ditinjau. Besarnya
muatan gempa menurut SNI – 2003 ditentukan dengan persamaan :
K = E x G
Dimana :
K = gaya horizontal
E = koefisien gempa (0,30 untuk daerah gempa VI)
G = berat sendiri kontruksi yang ditinjau
Diketahui luas dari abutmen yang berupa beban mati pada kontruksi yang ditinjau adalah : A =
8,04 m²
Sehinga :
52
Tabel 3.1 Muatan dan Momen
No
Jenis Muatan P (ton) M (tm) Keterangan
.
Muatan Primer
1. Muatan Mati 783,82 - Abutment
I
2. Muatan Hidup 156,24 - Abutment
3. Muatan Kejut 196,28 - Abutment
Muatan Sekender
II 1. Muatan Angin 9,45 - Abutment
2. Muatan Rem dan Traksi 1,027 - Abutment
Muatan Khusus
III 1. Muatan Gempa 54,994 - Abutment
2. Muatan Akibat Tekanan Tanah 126,205 - Abutment
Persentasi
No.
Kombinasi Pembebanan Pembebanan
I Q1 + H + K + Ta 100 %
II Q1 + G + Ta 125%
III Kombinasi I + Rm + G 140%
IV Q1 + Rm + G + Ta 150%
Keterangan :
- Muatan Mati = Q1
- Muatan Hidup =H
- Muatan Kejut =K
- Muatan Angin =A
- Muatan Rem = Rm
- Muatan Gempa =G
- Muatan Akibat tekanan tanah = Ta
53
I = Q1 + H + K + Ta
= 783,82 + 156,24 + 196,28 + 126,205
= 1262,545 ton
II = Q1 + G + Ta
= 783,82 + 54,994
= 838,814 ton
III = Komb I + Rm + G
= 1262,545 + 1,027 + 54,994
= 1318,566 ton
IV = Q1 + Rm + G + Ta
= 783,82 + 1,027 + 54,994 + 126,205
= 966,046 ton
1262,545
1. = = 1262,545 ton
100 %
838,814
2. = = 671,051 ton
125 %
1318,566
3. = = 941,83 ton
140 %
966,046
4. = = 644,03 ton
150 %
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa gaya vertical yang terbesar dari semua kombinasi yaitu
berada pada kombinasi I = 1262,545 ton
Sedangkan Gaya horizontal yang bekerja pada abutmen adalah :
H = G + Ta = 54,994 + 126,205 = 181,199 ton
54
3.3.4 Kestabilan Abutmen Terhadap Geser
Kestabilan Abutmen Terhadap Geser ditinjau dengan menggunakan pers :
G. tanƟ
ἠs =
H
Dimana :
ἠs = Koefisien geser yang terjadi
ἠ = koefisien geser yang diizinkan = 1,5
G = gaya vertical yang dipikul abutmen (ton)
H = gaya horizontal yang diterima abutmen (ton)
Ɵ = susut geser tanah pada abutment = 35,5 ° (asumsi)
1262,545. tan35,5 °
ἠs =
181,199
ἠs = 4,97 > ἠ = 1,5 maka abutmen aman terhadap geser
Dimana :
Fb = Luas penampang tiang pancang (cm2)
N = Konstanta (15)
Fc = Luas besi tulangan
55
0,40
P tiang = 𝜎b x Atiang
= 60 x 1260,56
Dimana :
Atiang x P o+ c
𝓠tiang = +
3 5
56
Dimana :
Atiang = luas penampang tiang pancang (cm2)
P = Nilai konus dari hasil sondir (kg/cm2)
O = keliling tiang pancang
C = harga clef rata-rata (kg/cm2)
3 = factor keamanan (berdasarkan sondir)
5 = angka keamanan berdasarkan cleef (sondir)
L = panjang tiang yang masuk dalam tanah
Diketahui :
Panjang tiang (l) = 20 m
Nilai konus (p) = 46 kg/cm2
1440+1700
Harga cleef rata-rata (C) = = 1420 kg/cm
2
Keliling tiang (O) = (phi x d)
= 3,14 x 40 = 125,6 cm
Atiang = (1/4 x 3,14 x 402)
= 1256 cm2
Atiang x P o x c
𝓠tiang = +
3 5
57
1,00
1,20
4,40
1,20
58
1,20
( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Effisiensi N = 1 – Ɵ [ 90 ° (m. n) ]
Dimana :
d = Diameter tiang ( 40 cm )
d
Ɵ = arc tan
s
40
Ɵ = arc tan = 0,33 = 18,435°
s 120
( 3−1 ) 8+ ( 8−1 ) 3
Effisiensi N = 1 – 18,435° [ 90 ° (8.3) ]
= 0,982
= 0,982 x 54,930 x 24
= 1294,590 ton
59
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Jembatan beton bertulang dengan panjang bentang 28 meter dan lebar total 9,5 meter diperoleh
hasil :
1. Dimensi balok girder yang digunakan adalah sebesar 0,80 x 1,70 m dengan tulangan lentur
tarik 29D36 , tulangan tekan 9D36, dan tulangan sengkang D14-200
2. Dimensi balok diafragma yang digunakan adalah sebesar 0,60 x 0,80 m dengan tulangan
lentur tarik 2D25 dan tulangan sengkang D12-250
3. Tiang pancang yang digunakan berdiameter 40 cm dengan jumlah sebanyak 24 buah.
4.2 SARAN
1. Faktor keamanan dan kenyaman sangat penting dalam perencanaan jembatan
2. Perhitungan jembatan beton, perlu terlebih dahulu di survey lapangan agar kita ketahui
pasti kebutuhan lapangan.
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J.E, 1993, Analis dan Desain Pondasi, Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Bowles, J.E, 1986, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.
3. Das, B.M, 1983, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), Jilid 2, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
4. Dun, L.s, 1980, Dasar-dasar Analisis Geoteknik, Departemen Teknik sipil, Universitas
Negeri Utah.
61
62
63
64
65
66
67
68