TINJAUAN PUSTAKA
1
Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih tinggi
dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk dua
orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0–1,5 meter dan dipasang pada
bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis dari
baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan.
3. Lantai Trotoar
Lantai trotoar adalah lantai tepi dari plat jembatan yang berfungsi menahan
beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar, dan
pejalan kaki.
4. Lantai Kendaraan
Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta
melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui
gelagar-gelagar melintang. Pelat lantai dari beton ini mempunyai ketebalan total
20 cm.
5. Balok Diafragma
Balok diafragma adalah merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang
dan tidak memikul beban plat lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.
6. Gelagar
Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan
maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut, sedangkan besarnya balok
memanjang tergantung dari panjang bentang dan kelas jembatan.
2.1.2 Bangunan Bawah (Sub Structure)
Bangunan bawah jembatan adalah bagian konstruksi jembatan yang menahan
beban dari bangunan atas jembatan dan menyalurkannya ke pondasi yang kemudian
disalurkan menuju dasartanahditinjau dari konstruksinya, struktur bawah jembatan
terdiri atas :
1. Kepala jembatan (Abutment)
Bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung
bagi bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum
abutment yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan
baru pada prinsipnya semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas,
tetapi yang paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya
dukung tanah dasar dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis
2
abutment ini dapat dibuat dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan
konstruksi seperti dinding atau tembok.Secara umum ada 3 kemungkinan
bentuk abutmen jembatan beton yang didasarkan kepada tinggi dari abutmen
tersebut.
- Tipe Dinding
- Tipe Balok Kepala/Beam Cap
- Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
Gambar
2.2 Jenis
Pilar
4
2. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran digunakan bila tanah pendukung berada pada
kedalaman 2-8 meter.Bentuk penampang pondasi ini adalah bundar, segi
empat dan oval.
c. Dinding Sayap (Wing Wall)
Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang
berfungsi untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada
posisi tanah terhadap jembatan.
d. Landasan/Perletakan
Landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari suatu bangunan
atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada
bangunan bawah.Menurut fungsinya dibedakan landasan sendi (fixed bearing)
dan landasan gerak (movable bearing).Untuklebihjelasnyamengenaibagian-
bagianjembatan dibawahinidiberikangambaranjembatansecarajelas pada
bagianjembatan.
Gelagar Jembatan
5
Dalam Perencanaan Pembangunan Jalan Layang Tol Bekasi – Cawang – Kampung
Melayu, sebagai pedoman perhitunganpembebanan, dipakai :
1. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan(RSNI T 12 – 2013)
2. Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan dengan Pondasi Tiang Pancang (SNI – 2451
– 2008 )
3. Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang Pancang untuk Jembatan (SNI 6747 –
2002)
4. Pembebanan Untuk Jembatan (SNI – 1725– 2016)
5. Standar Perencanaan Ketahan Gempa untuk Jembatan (SNI 03 – 2833 – 2008 )
6
b. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras;
c. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada
sekeliling tiang;
d. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh
dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat; dan
e. Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran.
2. Kekurangan :
a. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya;
b. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih
mahal; dan
c. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan;
2.3.3 Beton Prategang
Beton adalah campuran air, semen dan agregat serta suatu beban tambahan.
Setelah beberapa jam dicampur, bahan-bahan tersebut akan langsung mengeras
sesuai bentuk pada waktu basahnya. Campuran tipikal untuk beton dengan
perbandingan berat adalah agregat kasar 44 %, agregat halus 31 %, dan air 7 %.
Kekuatan beton ditentukan oleh kuat tekan karakteristik, pada usia 28 hari f’c. Kuat
tekan karakteristik adalah tegangan yang melampaui 95 % dari pengukuran kuat
tekan uniaksial yang diambil dari tes penekanan standar, yaitu dengan kubus ukuran
150 x 150 mm, atau silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Pengukuran kekuatan dengan kubus adalah lebih tinggi daripada dengan silinder.
Rasio antara kekuatan silinder dan kubus adalah 0,8.
Beton yang digunakan untuk beton prategang adalah yang mempunyai
kekuatan tekan yang cukup tinggi dengan nilai f’c antara 30-45 Mpa.Kuat tekan
yang tinggi diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada serat tertekan,
pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan, mempunyai modulus
elastisitas yang tinggi dan mengalami rangka lebih kecil.
Beton prategang adalah material yang sangat banyak digunakan dalam
kontruksi.Beton prategang pada dasarnya adalah beton dimana tegangan-tegangan
internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa
sehingga tegangan yang diberikan oleh beban beban luar dilawan sampai suatu
titik yang diinginkan. Prategang meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dalam hal ini retak
7
pada beton dapat dihilangkan. Pada beton bertulang, prategang pada umumnya
diberikan dengan menarik baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja
tulangan yang ditarik, mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton
prategang akan lebih kokoh dari elemen beton bertulang biasa.
8
Keuntungan dari beton prategang merupakan komponen struktur
prategang mempunyai tinggi lebih kecil dibanding beton bertulang untuk
kondisi bentang dan beban yang sama. Pada umumya tinggi komponen struktur
beton prategang berkisar antara 65 sampai 80 persen dari tinggi struktur
komponen beton bertulang (Edward. G. Nawy, 2001:4).
2.3.4 Baja Prategang
Untuk penggunaan pada beban layang yang tinggi, penggunaan baja
tulangan (tendon) dan beton mutu tinggi akan lebih efisien. Hanya baja pada
tegangan elastis tinggi yang cocok digunakan pada beton
prategang.Penggunaan baja tulangan mutu tinggi bukan saja merupakan suatu
keuntungan, tetapi merupakan suatu keharusan. Prategang akan menghasilkan
elemen yang lebih ringan, bentang yang lebih besar dan lebih ekonomis jika
ditinjau dari segi pemasangannya dibandingkan dari beton bertulang biasa.
Baja tendon yang dipakai untuk beton prategang dalam prateknya ada
tiga macam, yaitu:
1. Kawat tunggal (wires), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada beton
pra-tegang dengan sistem pra-tarik (pra-tension).
2. Kawat untaian (strand), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada
beton pra-tegang dengan sistem pasca-tarik (post-tension).
3. Kawat batangan (bar), biasanya digunakan untuk baja pra-tegang pada
beton pra-tegang dengan sistem pra-tarik (pra-tension).
13
Gambar 2.4Jenis-Jenis Baja Yang Dipakai Untuk Beton Prategang: (a)
Kawat tunggal (wires). (b) untaian Kawat (strand). (c) Kawat batangan
(bars)
(Sumber: Prestressed Concrete Design, MK. Hurst)
14
(Sumber: Manual Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk
Jembatan)
15
bervariasi tergantung dari beban jembatan dan beban kendaraan yang melewati
jembatan tersebut baik beban vertikal maupun beban horizontal. Sementara itu
standart ukuran karet elastomer jembatan (Elastomeric Bering Pads) diatur
ketentuannya dari Kementrian Pekerjaan Umum ( DPU ).
2.3.7 Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang dimaksud adalah bahan yang dapat memperbaiki,
menambah, atau meningkatkan mutu beton atau mortar. Penggunaan jenis dan
jumlah bahan pembatu yang dipakai harus sesuai dengan persyaratan yang
dikuti.
Bila muka bahan tambah itu akan merusak mutu beton atau mortar (pada
umumnya ikatan antar material tidak tercapai). Bahan pembantu dapat berupa
admixture, abu batu, dan sebagainya. Manfaat dari bahan - bahan pembantu
harus dapat di buktikan dengan hasil - hasil percobaan selama pemakaian bahan
- bahan ini harus diadakan pengawasan dengan cermat.
16
Beban Primer adalah beban yang merupakan beban utama dalam
perhitungantegangan pada setiap perencanaan jembatan
t
L
2) Beban aspal
t
L
17
3) Beban Gelagar
1.1 1.4
1.2 1.3
1
1
2
1
2 4
3 5
Potongan A - A Potongan B - B
Berat gelagar :
W3 = [(A1 x L1) + (A2 x L2) x C]
Dimana A1 adalah luas penampang potongan A-A
A2 adalah luas penampang potongan B-B
4) Pagar sandaran
18
5) Berat Diafragma
L L
L
L
L L
L L
19
3. Beban Akibat tekanan tanah (TA)
Koefisien tekanan tanah nominal harus dihitung berdasarkan sifat-sifat tanah. Sifat-
sifat tanah (kepadatan, kadar kelembaban, kohesi sudut geser dalam dan lain
sebagainya) harus diperoleh berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tanah
baik di lapangan ataupun laboratorium. Bila tidak diperoleh data yang cukup maka
karakteristik tanah dapat ditentukan sesuai dengan ketentuan pada pasal ini.
Tekanan tanah lateral mempunyai hubungan yang tidak linier dengan sifat-sifat
bahan tanah. Tekanan tanah lateral pada keadaan batas daya layak dihitung
berdasarkan nilai nominal dari γs , c dan ϕf .
20
Tabel 2.4 Faktor beban lajur “D”
21
c. Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
- 25% dari berat gandar truk desain atau,
- 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
Gaya rem tersebut harus ditempatkan di semua lajur rencana yang dimuati
sesuai dengan Pasal 8.2 dan yang berisi lalu lintas dengan arah yang sama.
Gaya ini harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800
mm diatas permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih
yang paling menentukan. Untuk jembatan yang dimasa depan akan dirubah
menjadi satu arah, maka semua lajur rencana harus dibebani secara simultan
pada saat menghitung besarnya gaya rem. Faktor kepadatan lajur yang
ditentukan pada Pasal 8.4.3 berlaku untuk menghitung gaya rem.
d. Gaya Sentrifugal (TR)
Untuk tujuan menghitung gaya radial atau efek guling dari beban roda,
pengaruh gaya sentrifugal pada beban hidup harus diambil sebagai hasil kali
dari berat ganda truk rencana, dengan faktor C sebagai berikut :
2
v
C=f
g Rl
Keterangan :
v = kecepatan rencana jalan raya (m/detik)
f = faktor dengan nilai 4/3 untuk kombinasi beban selain keadaan batas
fatik dan 1,0untuk keadaan batas fatik
g = percepatan gravitasi: 9.8 (m/detik2)
Rl = jari-jari kelengkungan lajur lalu lintas (m)
e. Pembebanan untuk pejalan kaki (TP)
Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan
untuk memikul beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap
bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan pada masing-masing lajur
kendaraan. Jika trotoar dapat dinaiki maka beban pejalan kaki tidak perlu
dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan. Jika ada
kemungkinan trotoar berubah fungsi di masa depan menjadi lajur kendaraan,
maka beban hidup kendaraan harus diterapkan pada jarak 250 mm dari tepi
22
dalam parapet untuk perencanaan komponen jembatan lainnya. Dalam hal ini,
faktor beban dinamis tidak perlu dipertimbangkan.
f. Beban akibat tumbukan kendaraan dengan jembatan
Jembatan dilindungi dengan pelindung jembatan, semua kepala jembatan dan
pilar dengan dalam jarak 9000 mm dari tepi jalan, atau dalam jarak 15000 mm
dari sumbu rel harus direncanakan untuk mampu memikul beban statik
ekuivalen sebesar 1800 kN, yang diasumsikan mempunyai arah sembarang
dalam bidang horizontal, bekerja pada ketinggian 1200 mm diatas permukaan
tanah.
5. Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan memasukkan pengaruh temperatur, angin, banjir, gempa dan
penyebab - penyebab alamiah lainnya. Besarnya beban rencana yang diberikan
dalam standar ini dihitung berdasarkan analisis statistik dari kejadian - kejadian
umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal khusus yang mungkin akan
memperbesar pengaruh setempat. Perencana mempunyai tanggung jawab untuk
mengidentifikasi kejadian - kejadian khusus setempat dan harus
memperhitungkannya dalam perencanaan.
a. Penurunan (ES)
Jembatan harus direncanakan untuk bisa menahan terjadinya penurunan yang
diperkirakan, termasuk perbedaan penurunan, sebagai aksi daya layan.Pengaruh
penurunan dapat dikurangi dengan adanya rangkak dan interaksi pada struktur
tanah.
23
penurunan ini besar, perencanaan bangunan bawah dan bangunan atas jembatan
harus memuat ketentuan khusus untuk mengatasi penurunan tersebut.
b. Gaya akibat deformasi
Gaya dalam yang terjadi karena deformasi akibat rangkak dan susut harus
diperhitungkan dalam perencanaan.Selain itu pengaruh temperatur gradien
harus dihitung jika diperlukan. Gaya-gaya yang terjadi akibat adanya
pengekangan deformasi komponen maupun tumpuan serta deformasi pada
lokasi dimana beban bekerja harus diperhitungkan dalam perencanaan.
c. Pengaruh susut dan rangkak (SH)
Pengaruh rangkak dan penyusutan harus diperhitungkan dalam perencanaan
jembatan beton.Pengaruh ini dihitung menggunakan beban mati jembatan.
Apabila rangkak dan penyusutan bisa mengurangi pengaruh muatan lainnya,
maka nilai dari rangkak dan penyusutan tersebut harus diambil minimum
(misalnya pada waktu transfer dari beton prategang).
25
Gaya total beban angin tidak boleh diambil kurang dari 4,4 kN/mm pada
bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
3. Gaya angin pada kendaraan (EW1)
Tekanan angin rencana harus dikerjakan baik pada struktur jembatan
maupun pada kendaraan yang melintasi jembatan. Jembatan harus
direncanakan memikul gaya akibat tekanan angin pada kendaraan, dimana
tekanan tersebut harus diasumsikan sebagai tekanan menerus sebesar 1,46
N/mm, tegak lurus dan bekerja 1800 mm diatas permukaan jalan. Kecuali
jika ditentukan didalam pasal ini, jika angin yang bekerja tidak tegak lurus
struktur, maka komponen yang bekerja tegak lurus maupun paralel terhadap
kendaraan untuk berbagai sudut serang dapat diambil seperti yang
ditentukan dalam Tabel dimana arah sudut serang ditentukan tegak lurus
terhadap arah permukaan kendaraan.
4. Pengaruh Gempa
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk
runtuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan
terhadap pelayanan akibat gempa.Penggantian secara parsial atau lengkap
pada struktur diperlukan untuk beberapa kasus.Kinerja yang lebih tinggi
seperti kinerja operasional dapat ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan
perkalian antara koefisien respons elastik (Csm) dengan berat struktur
26
ekivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respons
(Rd) dengan formulasi sebagai berikut :
Csm
EQ= x Wt
Rd
Keterangan:
EQ = gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = koefisien respons gempa elastis
Rd = faktor modifikasi respons
Wt = berat total struktur terdiri dari beban mati dan beban hidup yang
sesuai (kN)
Koefisien respons elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spectra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang
gempa rencana.Koefisien percepatan yang diperoleh berdasarkan peta
gempa dikalikan dengan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan
tanah sampai kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan.
27
Kemudian dihitung penulangan pada pagar sandaran seperti pada buku Gideon
Jilid 1 Dasar Perencanaan Beton Bertulang dimana,
28
Jarak tulangan tekan dengan serat terluar (d') d' = h - p - 0.5 Ø tulangan yang
dipakai
Dimana:
d' = Jarak tulangan (mm)
h = Tebal balok (mm)
p = Selimut beton (mm)
Rasio tulangan (ρ) Kperlu = Mu / φ b.d'
Dimana:
Mu = Momen Ultimate (kN.m)
b = Lebar per meter tiang (mm)
d' = Jarak tulangan (mm)
φ = Faktor reduksi kekuatan (0,8)
Luas tulangan (As)
As = ρ x b x d'Dimana:
As = Luas tulangan (mm²)
ρ = Rasio tulangan
b = Lebar per meter tiang (mm)
d' = Jarak tulangan (mm)
Sengkang (tulangan pembagi)
As = 50% x b x h (RSNI T-12-2004 : 39)
Dimana:
As = Luas tulangan (mm²)
b = Lebar per meter tiang (mm)
h = Tebal tiang sandaran (mm)
Tulangan Geser
Vu = Wu x l
1
Vc =
6
√ f c' x b x d
Ø Vc >Vu
1/ 2ØVc>Vu
2. Lantai kendaraan
Dalam perhitungan lantai kendaraan beban-beban yang terjadi adalah beban
dari Berat sendiri plat, berat aspal, berat air hujan, beban roda, beban hidup dan
beban angin.
a. beban mati:
1. Beban aspal = Luasan x Berat jenis aspal (kN/m3)
2. Beban sendiri lantai kendaraan = Luasan x berat jenis beton (kN/m3)
3. Berat air hujan = Luasan x berat jenis air hujan
(kN/m3)
Dihitung Momen yang terjadi pada arah x maupun y menggunakan koefisien
momen yang dikalikan dengan beban mati. (Ir Gideon H. Kusuma, 1993:24)
Mxmax = 1/11 x qu x L2
Mymax = 1/3 x Mxmax
b. Beban hidup
Dalam menghitung beban lantai kendaraan digunakan beban T beban-beban
yang terjadi:
Muatan beban truk (T) dengan beban roda 10000 kg
Koefisien dinamis 0,3 (DLA) untuk beban T
Untuk beban “T” dianggap bahwa beban tersebut menyebar ke bawah dengan
sudut 45° sampai ke tengah-tengah lantai.
a1 = 20 cm
b1 = 50 cm
a = a1 + (2 x tebal aspal) + (2 x 0,5 x tebal beton)
30
b = b1 + (2 x tebal aspal) + (2 x 0,5 x tebal beton) Beban roda total = PU
+ DLA
Pembebanan oleh truck
T.K
q=
a.b
qu= 1,8 x q
4. Balok diafragma
Pembebanan :
Balok diafragma hanya menahan berat sendiri balok
Berat sendiri balok = Luasan balok x berat jenis beton (25 kN/m3)
qu = 1,3 x berat sendiri balok
Perhitunganmomen :
Mmax tumpuan = 1/8 x qu x L2
Mmax lapangan = ½ x qu x L2
31
Kemudian setelah didapat perhitungan momen dengan rumus seperti perhitungan
momen pada pagar sandaran, dihitung penulangan pada pagar sandaran seperti pada
buku Gideon Jilid 1 Dasar Perencanaan Beton Bertulang.
5. Balok I prategang
Ketetapan beban :
1. Beban aspal = 22 kN/m3
2. Beban beton = 25 kN/m3
3. Berat air hujan = 10 kN/m3
Menurut Edward. G. Nawy, untuk menentukan lebar sayap atas efektif
penampang komposit, maka lebar Beff dimodifikasi untuk memperhitungkan
perbedaan di dalam modulus kedua jenis beton agar regangan di keduanya di
bidang antarmuka serasi. Adapun rumus Beff sebagai berikut:
Beff = (Eplat / Ebalok) × b = n × b
Dimana nilai b dapat diambil dari nilai terkecil di bawah ini, berdasarkan
buku Edward G. Nawy jilid 1 pada halaman 161.
a. ¼L
b. S
c. bw + 12 h0
PerhitunganSection Properties balok, bertujuan untuk mendapatkan momen
inersia balok prategang dan balok komposit sebagai berikut:
AxY
Letak titik berat Yb =
A
Ya = h – Yb
Momen inersia terhadap titik berat balok
Ix= ∑(Ax(Y- Yb)2 ) +∑ I0
Tahanan momen sisi atas Wa = Ix/Ya
Tahanan momen sisi bawah Wb = Ix/Yb
Pembebanan balok :
1. Berat sendiri MS = volume x berat jenis (kN/m)
2. Beban mati tambahan MA = volume x berat jenis (kN/m)
3. Beban lajur “D” = volume x berat jenis (kN/m)
32
4. Beban gaya rem TB = volume x berat jenis (kN/m)
5. Beban angin EW = volume x berat jenis (kN/m)
6. Beban gempa EQ = volume x berat jenis (kN/m)
c. Perencanaan Pondasi
Pondasi diperlukan agar konstruksi dapat aman terhadap geser dan
ketidakstabilitasan tanah, pemilihan pondasi disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan tanah. Pada jalan layang ini direncanakan jenis pondasi yang dipilih
adalah pondasi tiang pancang dengan diameter 0,5 meter. Beban-beban yang
diterima oleh pondasi tiang pancang adalah:
a. Beban vertikal
b. Berat sendiri pondasi
c. Stabilitas pondasi tiang pancang
Luas tiang pancang:
A = 1/4. π .d2
Dimana:
A= luasan tiang (m2)
d = diameter tiang (m)
keiling tiang:
K = π. D
Daya dukung ijin tiang pancang didasarkan atas 2 macam:
1. Berdasarkan kekuatan bahan
Qijin = A x fc – W
Dimana,
Qijin = Daya dukung ijin tiang pancang (kN)
A = Luasan tiang (m2)
Fc = Tegangan ijin beton (kN/m2)
W = Berat jenis beton (kN/m3)
35
2. Berdasarkan pengujian CPT (sondir)
A x qc JHP . K
Qs = +
Fb Fs
Dimana:
Qs = Daya dukung ijin tiang pancang (kN)
A = Luasan tiang (m2)
qc = Nilai konus (kN/m2)
JHP = Tahanan geser (kN/m)
K = Keliling tiang (m)
Fb = Faktor Keamanan Daya Dukung dari Ujung (3,0)
Fs = Faktor Keamanan Daya Dukung dari Pelekatan
antara Tiang dengan Tanah (5,0)
Dari kedua dasar pendekatan diatas, daya dukung ijin yang dipakai adalah
yang
memilki nilai lebih kecil.
Jarak antar tiang :
Dimana:
36
S = Jarak antar tiang dalam kelompok (m)
b = diameter tiang (m)
Perhitungan pembagian tekanan :
1. Beban Sentris
Ev
N=
n
Dimana:
N = Beban yang diterima oleh masing-masing tiang (kN)
ΣV = Resultan gaya-gaya normal yang bekerja sentris (kN)
n = Banyaknya tiang dalam kelompok
2. Beban Eksentris
Beban normal eksentris dapat diganti menjadi beban normal sentris
ditambah dengan momen.
37
Gambar 2.13 Beban Normal Eksentris
Dimana :
Θ = Arctan (b/s) (derajat)
b = diameter tiang (m)
s = jarak antar tiang (m)
M = Jumlah baris
Kemampuan sebuah tiang pancang dalam kelompok:
Pijin = Ef x Q ijin
Dimana :
Pijin = daya dukung yang diijinkan sebuah tiang dalam kelompok
(kN)
Q ijin = daya dukung
E = factor efisien
Gaya aksial maksimum dan minimum yang diderita satu tiang arah X
38
- Pelat injak
Gambar 2.14 Potongan Melintang Bangunan Atas Jembatan
39