DOSEN PEMBIMBING
Junius H.Halawa,S.T.,M.Sc
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini dapat berupa jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas
biasa). Perkembangan trasportasi yang semakin erat kaitannya dengan pembangunan, baik berupa
pembangunan jalan maupun jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus kendaraan sehingga
tercipta efisiensi waktu dalam beraktifitas.
Jembatan harus dibuat cukup kuat karena kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran lalu lintas, terlebih di jalan yang memiliki lalu lintas yang padat.
Walaupun demikian tidak berarti jembatan harus dibuat kokoh dan lebih kuat secara berlebihan.
Diusahan mengunakan konstruksi jembatan yang ekonomis, tetapi memiliki kekuatan yang baik,
menggunakan mutu bahan yang tinggi, dan waktu pembuatan yang cepat
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi jembatan
harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kenyamanan, keamanan, maupun
keindahan. Oleh karena itu proses perencanaannya harus diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada
umumnya perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan dan bagian
bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul langsung beban-beban lalu lintas diatasnya
sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut
ke lapisan tanah keras.
Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan kontrafort dengan
bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan abutment menahan beban, kekuatan
bahan abutment dan pelaksanaannya mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen
beton tersebut diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang didasarkan kepada tinggi
dari abutmen tersebut.
• Tipe Dinding
• Tipe Balok Kepala/Beam Cap
• Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap
2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment, dimana tujuannya
untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan bentang jembatan yang kecil atau tidak
terlalu panjang untuk menghindari adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.
3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban- beban langsung ke
atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras. Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau
pier jembatan dapat di bedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
• Pondasi telapak (spread footing)
• Pondasi sumuran ( Caisson)
• Pondasi tiang (pile foundation)
2.5 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara langsung
menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-
bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem
perletakan, sambungan siar muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas
jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed)
atau pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang memindahkan
beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk,
struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah
melintang dan memanjang.
1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur lalu
lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di bawahnya. Lantai
ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air hujan dengan cepat. Untuk
keperluan ini maka permukaan jalan diberi kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan
tepi jalan. Lantai kendaraan untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang
dan diperkuat oleh diafragma.
2) Trotoar
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur lalu
lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton tumbuk, yang
menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus berfungsi sebagai balok
pengeras plat lantai kendaraan.
3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan yang
mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika beberapa balok gelagar
induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar gelagar induk.
4) Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat lantai kendaraan dalam arah
memanjang.Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan beban
langsung dari pelat lantai kendaraan. Seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
BAB III
PERHITUNGAN STRUKTUR
Berat/Satuan Kerapatan
No Bahan Isi Masa
(kN/m3) (kg/ m3)
Lapisan permukaan
beraspal
1 22,0 2245
(bituminous wearing
surfaces)
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
Timbunan tanah dipadatkan
3 (compacted sand, silt or 17,2 1755
clay)
Kerikil dipadatkan
macadam or ballast)
Beton aspal (asphalt
5 22,0 2245
concrete)
q = 192 t/m’
q = 0,484 t/m’
q = 0,00814 t/m’
• Beban aspal/m’
q = Tebal aspal x lebar efektif aspal terhadap girder x massa jenis aspal
q = 0,025 t/m’
Beban berat
Beban girder 192 t/m’
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat berubah selama umur
jembatan.
Tabel 2.3 : Faktor Beban untuk Berat Mati Tambahan
Faktor beban (ƔMA)
Catatan(1) : Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas
Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk "T". Beban truk "T"
tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk dapat digunakan untuk
perhitungan struktur lantai. Adapun faktor beban untuk beban “T” seperti terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 : Faktor Bebab untuk beban “T”
(Ɣs ) (Ɣs )
TT TT
Baja
(Sumber : SNI 1725:2016 )
Maka diambil beban truck semi trailer seperti pada gambar diatas yaitu max P = 40 T
Berdasarkan SNI 1726-2019 gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
Jadi TB = 25% x P
= 25% x 40
= 10 T
D. Beban Pejalan kaki (TP)
Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul
beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban
kendaraanpada masing-masing lajur kendaraan.
3.2 Perhitungan Struktur Jembatan
Data Perencanaan:
Jenis jembatan
• Bahan struktur : Beton bertulang T
Geometri jembatan
Bahan Struktur
• Bj Aspal : 22 kN/m3
GAMBAR PERENCANAAN
• Penampang Balok T
b = 1600 mm
h = 5000 mm
Direncanakan dengan ukuran 12/16cm, yang mampu menahan beban horizontal sebesar 100 kg
dan railing sandaran
1) Data Perencanaan Sandaran:
b = 120 mm
h = 160 mm
L = 1500 mm (jarak antara tiang sandaran)
fy (BjTP41) = 250 MPa
f’c = K-300 = 25 MPa
Øtulangan = 12 mm Øsengkang = 8 mm
ϕ (faktor reduksi) = 0,8 (RSNI T-12-2004, pasal 4,5,2)
d = h-cc-0,5 Øtulangan – Øsengkang
= 160 – 40-0,5x12
= 110 mm
2) Pembebanan
Muatan horizontal H= 100 kg/m (letak H = 820 mm dari lantai)
P = H x L = 100 x 1,5 = 150 kg
M = 150 x 0,82 = 123 kg,m = 1,23x106 N,mm
1,23𝑥106
= = 1537500
0,8
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑2
1537500
= 120 𝑥 1102 = 1,06 𝑀𝑝𝑎
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
𝜌perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥25 2𝑥1,06
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250
= 0,00435
1,4 1,4
𝜌min = 𝑓𝑦 = 250 = 0,0056
• Tulangan Geser
Vu = 150 kg = 1500 N
ϕ (faktor reduksi) = 0,7 (RSNI T-12-2004, pasal 4,5,2)
𝑉𝑢 1500
Vn = = = 2500 𝑁
ϕ 076
1
Vc = 6 √𝑓 ′ 𝑐 𝑏𝑑
1
=6 √25 𝑥120𝑥110 = 11.000 𝑁
ØVc = 0,7 x 11.000
= 7.700 N
VU < ØVc : 1500 N < 7.700 N (perlu tulangan geser)
Dipakai tulangan Ø 8mm Av = 50,26 mm2
Jarak tulangan sengkang yang diperlukan :
3𝑥𝐴𝑣𝑥𝑓𝑦 3𝑥50,26𝑥250
𝑠= = = 314,125 ≅ 200
𝑏 120
Digunakan Tulangan Sengkang Ø8-200 mm
B. Plat Lantai Jembatan
1) Data Perencanaan
h = 20 cm (tebal plat)
cek tebal plat : h≥ 200 mm (MKB No.009/BM/2008. pasal 7.1.1) 200 ≥ 200 mm …
Terpenuhi
th = 3 cm (tebal air hujan)
fy = BjTS 41
= 250 MPa
fc = 25 MPa
= K-300
BJ Beton = 2400kg/m3
BJ Air Hujan = 1000 kg/m3
2) Pembebanan
• Beban Sendiri (MS)
Faktor beban ultimit (KMS) = 1,3 (SNI 1725:2016. pasal 7.2)
b = 1 m (ditintau slab lantai jembatan)
Berat Sendiri Plat (QMS) = bxhxBJ Beton
= 1 x 0,2 x 2400 = 480 Kg/M
• Beban Truk TT
Faktor beban ultimit (KTT) = 1.8 (SNI 1725:2016. pasal 8.4) T = 1000 kg
FBD = 0,4
= 251,79 kg.m
(1,532 )𝑥(0,2352 )
Momen Lapangan (MLP) = (𝑃𝑇𝑇 𝑥 2 𝑥 )+
𝐿𝑥 2
(0,2352 )𝑥(1,532 )
(𝑃𝑇𝑇 𝑥 2 𝑥 )
𝐿𝑥 2
(1,532 )𝑥(0,2352 )
= (1400 𝑥 2 𝑥 )+
22
(0,2352 )𝑥(1,532 )
(1400 𝑥 2 𝑥 )
22
= 180,98 kg.m
Faktor M. M.
No Jenis Beban Beban Tumpuan Lapangan (MuTx) (MuLx)
Beban Mati
2 2 10 5 20 10
Tambahan (MA)
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥25 2𝑥0,1851
= (1 − √1 − )
250 0,85𝑥25
= 0,000743
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056
Dipakai tulangan D12 dengan luas penampang (A =113,1 mm²) Jarak tulangan yang
diperlukan.
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
𝑠= = = 131,15 ≅ 150 𝑚𝑚
𝐴𝑠 862,4
Dipakai Tulangan pokok D12-150
4) Penulangan lentur Negatif
d = h – cc – 0,5Øtulangan = 200 – 40 – 0,5 x 12 = 154 mm
𝑀𝑢𝑇𝑥 681,22
Mn = = = 5,44 𝑥 106 𝑁, 𝑚𝑚
ϕ 0,8
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥25 2𝑥0,229
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250
= 0,00092
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056
ρmin > ρperlu. dipakai ρmin = 0,0056
Dipakai tulangan D12 dengan luas penampang (A =113,1 mm²) Jarak tulangan yang
diperlukan.
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
𝑠= = = 131,15 ≅ 150 𝑚𝑚
𝐴𝑠 862,4
Dipakai Tulangan pokok D12-150
Tulangan susut diambil 67% dari tulangan pokok maka,
As’ = 67% x 862,4 = 577,808 mm2
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
= = 577,808 𝑚𝑚2 = 195,74 ≅ 300 𝑚𝑚
𝐴𝑠′
1) Data Perencanaan
2) Pembebanan
= 1985,79 kg.m
1 1
Gaya geser max. beban diafragma = 2 𝑥𝑀𝑚𝑎𝑥 = 2 𝑥1985,76
= 992,88 kKg
Beban mati terpusat sandaran = Vsandaran x BJ Beton = 0,12 x 0,16 x 1 x 2400
Ps = 46,08 kg
Sandaran 12 buah = 46.08 x 12 = 552,96 kg
1 1
M.max beban sandaran = 2 552,96𝑥 2 𝑥20 − (46,08 𝑥 1,5) − (46,08 𝑥 3) −
Beban terbagi rata (BRT) mempunyai intensitas q kPa. Dimana besarnya q tergantung
pada panjang total yang dibebani L. Panjang balok jembatan setiap segmen kurang dari
30 m. besarnya q adalah sebagai berikut :
BRT. q = 9 kPa = 900kg/m2
BGT (beban garis terpusat). p = 49 kN/m = 4900 kg/m FBD (factor beban dinamis) = 0.4
QTD = q x 1,5 = 900 x 1,5 = 1350 kg/m
Beban Mati
2 9000 900 18000 1800
2 Tambahan (MA)
Mu = 531630 Kg.m
𝑀𝑛 6,516𝑥109
Rn = 𝑏𝑑2 = 400 𝑥 9372 = 18,55 𝑀𝑝𝑎
0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85𝑥25 2𝑥18,55
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250
= 0,085
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056