Anda di halaman 1dari 26

Mini Project Perencanaan Jembatan

Yosea Managam Sianturi (1753050017)

Yohanes Virgio Baptista Bugis (1753050901)

DOSEN PEMBIMBING

Junius H.Halawa,S.T.,M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan jalan melalui suatu
rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini dapat berupa jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas
biasa). Perkembangan trasportasi yang semakin erat kaitannya dengan pembangunan, baik berupa
pembangunan jalan maupun jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus kendaraan sehingga
tercipta efisiensi waktu dalam beraktifitas.
Jembatan harus dibuat cukup kuat karena kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan
gangguan terhadap kelancaran lalu lintas, terlebih di jalan yang memiliki lalu lintas yang padat.
Walaupun demikian tidak berarti jembatan harus dibuat kokoh dan lebih kuat secara berlebihan.
Diusahan mengunakan konstruksi jembatan yang ekonomis, tetapi memiliki kekuatan yang baik,
menggunakan mutu bahan yang tinggi, dan waktu pembuatan yang cepat

Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi jembatan
harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kenyamanan, keamanan, maupun
keindahan. Oleh karena itu proses perencanaannya harus diperhitungkan dengan sebaik mungkin. Pada
umumnya perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting yaitu bagian atas jembatan dan bagian
bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul langsung beban-beban lalu lintas diatasnya
sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut
ke lapisan tanah keras.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan tugas mini project adalah :
1. Analisis pembebanan jembatan.
2. Menghitung perencanaan struktur atas jembatan.
3. Menghitung perencanaan struktur bawah jembatan.
4. Desain sederhana struktur jembatan.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan tugas mini project ini adalah :
1. Memahami tentang pembebanan pada struktur jembatan.
2. Memahami perhitungan struktur atas jembatan.
3. Memahami perhitungan struktur bawah jembatan.
4. Mampu mendesain struktur jembatan secara sederhana.

1.4 Peraturan yang digunakan


Peraturan yang digunakan dalam membuat tugas mini project ini agar tepat sasaran adalah:
1. SNI 1725-2016 tentang Pembebanan untuk Jembatan
2. RSNI T-12- 2004, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan, Jakarta, Badan
Standar Nasional Indonesia (BSNI).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jembatan
Konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya
rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api,
jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
Menurut wikipedia bahasa indonesia jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk
menyebrangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan juga
merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Jembatan). Sedangkan menurut Struyk dan Veen jembatan adalah suatu
konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melelui rintangan yang berada lebih rendah.
Rintangan ini biasanya jalan lain(jalan air atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984).
Selanjutnya menurut Supriyadi dan Muntohar jembatan adalah suatu bangunan yang
memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
sama tinggi permukaannya. Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas
dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi
kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas,
Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2.2 Jembatan Beton Bertulang Balok-T


Jembatan beton bertulang balok T merupakan merupakan jembatan yang konstruksinya terbuat
dari material utama bersumber dari beton. Jembatan tipe ini digunakan secara luas dalam konstruksi
jalan raya, tersusun dari slab beton yang didukung secara integral dengan gelagar. Penggunaan jembatan
ini akan lebioh ekonomis pada bentang 40-80 ft (15-25 m)pada kondisi normal (tanpa kesalahan
pengerjaan). (Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2.3 Bagian Struktur jembatan


Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan
Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6
bagian pokok, yaitu :
1. Bangunan atas
2. Landasan
3. Bangunan bawah
4. Pondasi
5. Oprit
6. Bangunan pengaman jembatan
Secara umun bentuk dan bagian-bagian suatu struktur jembatan dapat dibagi dalam empat
bagian utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan pendekat, bangunan pengaman. Kontruksi
jembatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian pokok yaitu :
1. Bangunan Bawah ( Sub Structure )
• Abutment (Kepala jembatan)
• Pondasi
• Pilar
2. Bangunan Atas (Upper Structure)
• Lantai kendaraan.
• Trotoar
• Gelagar diafragma.
• Gelagar induk.
• Perletakan atau andas
• Plat injak

2.4 Struktur Bawah


Menurut Departemen Pekerjaan Umum (Modul Pengantar Dan Prinsip- Prinsip Perencanaan
Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988), fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban –
beban pada bangunan atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi.
Selanjutnya beban- beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan bawah jembatan terdiri
dari:

1) Kepala Jembatan (abutment)


Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka abutment ini berfungsi juga
sebagai penahan tanah. Umumnya abutment dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi
menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan. Jenis abutment yang dipilih dilihat dari tinggi
badan abutment tersebut. Bentuk alternatif abutment tertera seperti dibawah ini :
Tabel 2.1 Jenis-jenis abutment jembatan

Jenis Abutment Tinggi ( meter )


Pangkal Tembok Penahan kantilever 0-8
Pangkal Tembok Penahan Gravitasi 3-4
Pangkal Tembok Penahan Kontrafort 6-20
Pangkal Kolom ”Spill Through ” 0-20
Pangkal Balok Cap Tiang Sederhana 0-20
Pangkal Tanah Bertulang 5-15

Dari beberapa alternatif tersebut diatas dipilih tipe abutment tembok penahan kontrafort dengan
bahan beton. Abutmen tipe ini dipilih karena kemampuan abutment menahan beban, kekuatan
bahan abutment dan pelaksanaannya mudah. Untuk jembatan beton,bentuk umum dari abutmen
beton tersebut diasumsikan tersusun atas elemen-elemen berbentuk segi empat dan segi tiga.
Secara umum ada 3 kemungkian bentuk abutmen jembatan beton yang didasarkan kepada tinggi
dari abutmen tersebut.
• Tipe Dinding
• Tipe Balok Kepala/Beam Cap
• Peralihan Tipe Dinding dan Beam Cap

2) Pilar Jembatan
Pilar merupakan tumpuan gelagar yang terletak di antara ke dua abutment, dimana tujuannya
untuk membagi kedua bentang jembatan agar di dapatkan bentang jembatan yang kecil atau tidak
terlalu panjang untuk menghindari adanya penurunan yang besar pada bangunan atas.

3) Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban- beban langsung ke
atau dari tanah atau batuan/lapisan tanah keras. Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau
pier jembatan dapat di bedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
• Pondasi telapak (spread footing)
• Pondasi sumuran ( Caisson)
• Pondasi tiang (pile foundation)
2.5 Struktur Atas
Struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara langsung
menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan ke bangunan bawah jembatan; bagian-
bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, sistem lantai, sistem
perletakan, sambungan siar muai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas
jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, sistem rangka, gantung, jembatan kabel (cable stayed)
atau pelengkung. Struktur atas jembatan merupakan bagian-bagian jembatan yang memindahkan
beban-beban lantai jembatan kearah perletakan. Struktur atas terdiri dari : gelagar-gelagar induk,
struktur tumpuan atau perletakan, struktur lantai jembatan/kendaraan, pertambahan arah
melintang dan memanjang.

1) Lantai Jembatan
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur lalu
lintas secara langsung untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di bawahnya. Lantai
ini harus diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air hujan dengan cepat. Untuk
keperluan ini maka permukaan jalan diberi kemiringan sebesar 2 % kearah kiri dan kanan
tepi jalan. Lantai kendaraan untuk jembatan komposit ditopang oleh gelagar memanjang
dan diperkuat oleh diafragma.
2) Trotoar
Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur lalu
lintas. Trotoar ini berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton tumbuk, yang
menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus berfungsi sebagai balok
pengeras plat lantai kendaraan.
3) Gelagar Diafragma
Komponen ini terletak pada jembatan yang letaknya melintang arah jembatan yang
mengikat balok-balok gelagar induk. Komponen ini juga mengika beberapa balok gelagar
induk agar menjadi suatu kesatuan supaya tidak terjadi pergeseran antar gelagar induk.
4) Gelagar Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat lantai kendaraan dalam arah
memanjang.Komponen ini merupakan suatu bagian struktur yang menahan beban
langsung dari pelat lantai kendaraan. Seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
BAB III
PERHITUNGAN STRUKTUR

3.1 Analisis Pembebanan


Dalam menganalisis jembatan menggunakan SNI 1725:2016 Pembebanan Untuk
Jembatan. Standar ini menetapkan ketentuan pembebanan dan aksi – aksi lainnya yang akan
digunakan dalam perencanaan jembatan jalan raya termasuk jembatan pejalan kaki dan bangunan
– bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan. Terdapat 2 jenis pembebanan yaitu Beban
Permanen dan Beban Transien.

3.1.1 Beban Permanen


A. Beban Mati komponen structural dan non structural jembatan (MS)

Tabel 2.1: Berat Isi untuk Beban Mati

Berat/Satuan Kerapatan
No Bahan Isi Masa
(kN/m3) (kg/ m3)
Lapisan permukaan
beraspal
1 22,0 2245
(bituminous wearing
surfaces)
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
Timbunan tanah dipadatkan
3 (compacted sand, silt or 17,2 1755
clay)
Kerikil dipadatkan

4 (rolled gravel, 18,8-22,7 1920-2315

macadam or ballast)
Beton aspal (asphalt
5 22,0 2245
concrete)

Beton ringan (low


6 12,25-19,6 1250-2000
density)

Beton f’c < 35 MPa


7 22,0-25,0 2320
Beton 35 < f’c < 105 MPa
8 22 + 0,022 f’c 2240+2,29 f’c
Baja (steel)
9 78,5 7850
Beban komponen structural jembatan :
• Beban girder /m’

q = Tinggi beton x lebar beton x massa beton bertulang

q = 5 m x 1,6 m x 2400 kg/m3

q = 192 t/m’

• Beban plat beton/m’

q = tebal pelat beton x lebar efektif x massa jenis beton

q = 0,2 m x 1,1 m x 2200 kg/m3

q = 0,484 t/m’

• Beban Bondex beton/m’

q = Berat bondex/m2 x lebar efektif bondex terhadap girder

q = 7,4 kg/m2 x 1,1 m

q = 0,00814 t/m’

• Beban aspal/m’

q = Tebal aspal x lebar efektif aspal terhadap girder x massa jenis aspal

q = 0,1 m x 1,1 m x 2300kg/m3

q = 0,025 t/m’

Tabel 2.2: Berat komponen structural jembatan

Beban berat
Beban girder 192 t/m’

Beban plat 0,484 t/m’


Beban bondex 0,00814 t/m’
Beban aspal 0,025 t/m’

Total 192,517 t/m’

B. Beban Mati Tambahan/Utilitas (MA)

Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada
jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan besarnya dapat berubah selama umur
jembatan.
Tabel 2.3 : Faktor Beban untuk Berat Mati Tambahan
Faktor beban (ƔMA)

Tipe Keadaan Batas Layan (ƔSMA) Keadaan Batas Ultimit (ƔU )


MA

Beban Bahan Biasa Terkurangi

Umum 1,00(1) 2,00 0,70

Tetap Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80

Catatan(1) : Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas

(Sumber : SNI 1725:2016 )

3.2.2 Beban Transien


Beban transien merupakan beban yang bersifat tidak tetap, terdiri atas: gaya susut/rangkak, gaya
rem, gaya sentrifugal, gaya tumbukan kendaraan atau kapal, gaya gempa, gaya friksi, beban lajur “D”,
beban truk “T”, beban pejalan kaki, beban akibat penurunan, gaya akibat temperatur, gaya apung,
beban angin, dan beban arus.
A. Beban Jalur D (TD)

Berdasarkan SNI 1726-2016 besaran q tergantung kepada total Panjang jembatan


Beban Terbagi Rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q
tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut : L = 30 m : q = 9,0 kPa
L > 30 m : q = 9,0 [ 0,5 + 15 / L ] kPa

B. Beban Truk (TT)

Selain beban “D”, terdapat beban lalu lintas lainnya yaitu beban truk "T". Beban truk "T"
tidak dapat digunakan bersamaan dengan beban “D”. Beban truk dapat digunakan untuk
perhitungan struktur lantai. Adapun faktor beban untuk beban “T” seperti terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 : Faktor Bebab untuk beban “T”

Tipe Faktor Beban

beban Jembatan Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimit

(Ɣs ) (Ɣs )
TT TT

Transien Beton 1,00 1,80

Boks Girder 1,00 2,00

Baja
(Sumber : SNI 1725:2016 )

Maka diambil beban truck semi trailer seperti pada gambar diatas yaitu max P = 40 T

C. Gaya Rem (TB)

Berdasarkan SNI 1726-2019 gaya rem harus diambil yang terbesar dari :

• 25% dari berat gandar truk desain atau,


• 5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR

Jadi TB = 25% x P
= 25% x 40
= 10 T
D. Beban Pejalan kaki (TP)

Semua komponen trotoar yang lebih lebar dari 600 mm harus direncanakan untuk memikul
beban pejalan kaki dengan intensitas 5 kPa dan dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban
kendaraanpada masing-masing lajur kendaraan.
3.2 Perhitungan Struktur Jembatan
Data Perencanaan:
Jenis jembatan
• Bahan struktur : Beton bertulang T

• Model struktur : Gelagar deck (deck girder)

Geometri jembatan

• Panjang jembatan (L) : 40 m

• Lebar jalan (2 arah ) B1 :7m

• Lebar trotoar B2 :1m

• Jarak antar girder (S) :2m

• Tebal slab jembatan (ts) : 0,2 m

• Tebal lapisan aspal + overlay (ta) : 0,2 m

• Tinggi girder :5m

Bahan Struktur

• Mutu Beton : K-300

• Mutu Baja : BJ-41

• Bj Beton bertulang : 24 kN/m3

• Bj Aspal : 22 kN/m3

• Bj Air hujan : 10 kN/m3

• Bj bondex ( 0,8 mm ) : 7 kg/m2

GAMBAR PERENCANAAN

• Gambar 3-D Jembatan


• Tampak Atas Jembatan

• Tampak Samping Jembatan

• Penampang Balok T
b = 1600 mm

h = 5000 mm

3.2.1 Perhitungan Struktur Atas


A. Sandaran

Direncanakan dengan ukuran 12/16cm, yang mampu menahan beban horizontal sebesar 100 kg
dan railing sandaran
1) Data Perencanaan Sandaran:
b = 120 mm
h = 160 mm
L = 1500 mm (jarak antara tiang sandaran)
fy (BjTP41) = 250 MPa
f’c = K-300 = 25 MPa
Øtulangan = 12 mm Øsengkang = 8 mm
ϕ (faktor reduksi) = 0,8 (RSNI T-12-2004, pasal 4,5,2)
d = h-cc-0,5 Øtulangan – Øsengkang
= 160 – 40-0,5x12
= 110 mm
2) Pembebanan
Muatan horizontal H= 100 kg/m (letak H = 820 mm dari lantai)
P = H x L = 100 x 1,5 = 150 kg
M = 150 x 0,82 = 123 kg,m = 1,23x106 N,mm

3) Penulangan Tiang Sandaran


• Tulangan Lentur
Rasio tulangan dan rasio penampang
𝑀𝑛
Mn = ϕ

1,23𝑥106
= = 1537500
0,8
𝑀𝑛
Rn = 𝑏𝑑2
1537500
= 120 𝑥 1102 = 1,06 𝑀𝑝𝑎

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
𝜌perlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥25 2𝑥1,06
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250

= 0,00435
1,4 1,4
𝜌min = 𝑓𝑦 = 250 = 0,0056

ρmin > ρperlu, dipakai ρmin = 0,0056


𝐴𝑠 = ρbd = 0,0056 x 120 x 110 = 73,92 mm²
Dipakai tulangan Ø12 dengan luas penampang (A =113,097 mm²) Jumlah tulangan,
n = As/A = 73,92 /113,097 = 0,65 ≈ 2

• Tulangan Geser
Vu = 150 kg = 1500 N
ϕ (faktor reduksi) = 0,7 (RSNI T-12-2004, pasal 4,5,2)
𝑉𝑢 1500
Vn = = = 2500 𝑁
ϕ 076
1
Vc = 6 √𝑓 ′ 𝑐 𝑏𝑑
1
=6 √25 𝑥120𝑥110 = 11.000 𝑁
ØVc = 0,7 x 11.000
= 7.700 N
VU < ØVc : 1500 N < 7.700 N (perlu tulangan geser)
Dipakai tulangan Ø 8mm Av = 50,26 mm2
Jarak tulangan sengkang yang diperlukan :
3𝑥𝐴𝑣𝑥𝑓𝑦 3𝑥50,26𝑥250
𝑠= = = 314,125 ≅ 200
𝑏 120
Digunakan Tulangan Sengkang Ø8-200 mm
B. Plat Lantai Jembatan

1) Data Perencanaan
h = 20 cm (tebal plat)
cek tebal plat : h≥ 200 mm (MKB No.009/BM/2008. pasal 7.1.1) 200 ≥ 200 mm …
Terpenuhi
th = 3 cm (tebal air hujan)

cc = 4 cm (tebal selimut beton) Lx = 2 m


Ly = 10 m

fy = BjTS 41
= 250 MPa
fc = 25 MPa
= K-300
BJ Beton = 2400kg/m3
BJ Air Hujan = 1000 kg/m3

2) Pembebanan
• Beban Sendiri (MS)
Faktor beban ultimit (KMS) = 1,3 (SNI 1725:2016. pasal 7.2)
b = 1 m (ditintau slab lantai jembatan)
Berat Sendiri Plat (QMS) = bxhxBJ Beton
= 1 x 0,2 x 2400 = 480 Kg/M

Momen Tumpuan (MMS) = 1/12 x QMS x Lx2


= 1/12 x 480 x 22 = 160 kg.m

Momen Lapangan (MMS) = 1/24 x QMS x Lx2


= 1/24 x 480 x 22 = 80 kg.m

• Beban Mati Tambahan (MA)

Faktor beban ultimit (KMA) = 2 (SNI 1725:2016. pasal 7.3)


QMA Air Hujan = th x b BJ Air
= 0,03 x 1 x 1000 = 30 kg/m
Momen Tumpuan = 1/12 x QMA x Lx2
= 1/12 x 30 x 22
= 10 kg.m

Momen Lapangan (MMA) = 1/24 x QMA x Lx2


= 1/24 x 30 x 22 = 5 kg.m

• Beban Truk TT

Pembeban Truk pada Plat Lantai

Faktor beban ultimit (KTT) = 1.8 (SNI 1725:2016. pasal 8.4) T = 1000 kg
FBD = 0,4

PTT = (1+FBD) x T = (1+0.4) x 1000 =1400 kg


𝑃𝑇𝑇 𝑥 0,235 𝑥 1,53 𝑃𝑇𝑇 𝑥 1,53 𝑥 0,2352
Momen Tumpuan (MTT) =( )+( )
𝐿𝑥 2 𝐿𝑥 2
1400 𝑥 0,235 𝑥 1,53 1400𝑥 1,53 𝑥 0,2352
=( )+( )
22 22

= 251,79 kg.m
(1,532 )𝑥(0,2352 )
Momen Lapangan (MLP) = (𝑃𝑇𝑇 𝑥 2 𝑥 )+
𝐿𝑥 2
(0,2352 )𝑥(1,532 )
(𝑃𝑇𝑇 𝑥 2 𝑥 )
𝐿𝑥 2
(1,532 )𝑥(0,2352 )
= (1400 𝑥 2 𝑥 )+
22
(0,2352 )𝑥(1,532 )
(1400 𝑥 2 𝑥 )
22

= 180,98 kg.m

Faktor M. M.
No Jenis Beban Beban Tumpuan Lapangan (MuTx) (MuLx)

1 Beban Sendiri (MS) 1.3 160 80 208 104

Beban Mati
2 2 10 5 20 10
Tambahan (MA)

3 Beban Truk "T" (TT) 1.8 251,79 180,98 453,22 325,76

Total Momen Ultimit Plat Lantai (Mu) (kg.m) 681,22 439,76

3) Penulangan Lentur Positif

d = h – cc – 0,5Øtulangan = 200 – 40 – 0,5 x 12 = 154 mm

ϕ (faktor reduksi) = 0,8 (RSNI T-12-2004. pasal 4.5.2)


Mn
𝑀𝑢𝐿𝑥 439,76
Mn = = = 5,49 𝑥 106 𝑁, 𝑚𝑚
ϕ 0,8
𝑀𝑢𝐿𝑥 4,39 𝑥106
Rn = = 1000 𝑥 1542 = 0,1851 𝑀𝑝𝑎
𝑏𝑑 2

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥25 2𝑥0,1851
= (1 − √1 − )
250 0,85𝑥25

= 0,000743
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056

ρmin > ρperlu. dipakai ρmin = 0,0056

As = ρbd = 0,0056 x 1000 x 154 = 862,4 mm2

Dipakai tulangan D12 dengan luas penampang (A =113,1 mm²) Jarak tulangan yang
diperlukan.
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
𝑠= = = 131,15 ≅ 150 𝑚𝑚
𝐴𝑠 862,4
Dipakai Tulangan pokok D12-150
4) Penulangan lentur Negatif
d = h – cc – 0,5Øtulangan = 200 – 40 – 0,5 x 12 = 154 mm

ϕ (faktor reduksi) = 0,8 (RSNI T-12-2004. pasal 4.5.2)

𝑀𝑢𝑇𝑥 681,22
Mn = = = 5,44 𝑥 106 𝑁, 𝑚𝑚
ϕ 0,8

𝑀𝑢𝐿𝑥 5,44 𝑥106


Rn = = 1000 𝑥 1542 = 0,229 𝑀𝑝𝑎
𝑏𝑑 2

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥25 2𝑥0,229
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250

= 0,00092
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056
ρmin > ρperlu. dipakai ρmin = 0,0056

As = ρbd = 0,.0056 x 1000 x 154 = 862,4 mm2

Dipakai tulangan D12 dengan luas penampang (A =113,1 mm²) Jarak tulangan yang
diperlukan.
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
𝑠= = = 131,15 ≅ 150 𝑚𝑚
𝐴𝑠 862,4
Dipakai Tulangan pokok D12-150
Tulangan susut diambil 67% dari tulangan pokok maka,
As’ = 67% x 862,4 = 577,808 mm2
𝐴𝑥𝑏 113,1 𝑥 1000
= = 577,808 𝑚𝑚2 = 195,74 ≅ 300 𝑚𝑚
𝐴𝑠′

Dipakai Tulangan susut D12-300

Gambar 4.7: Penulangan Plat Lantai

Gambar 4.8: Denah Penulangan Plat Lantai


C. Gelagar Memanjang Jembatan

1) Data Perencanaan

Panjang bentang (L) = 40 m


Jumlah bentang (n) = 2
th = 3 cm (tebal air hujan)
Lebar Jembatan =9m
fy = BjTS 41 = 250 MPa
fc = 25 MPa = K-300
BJ Beton = 2400 kg/m3
BJ Air Hujan = 1000 kg/m3

2) Pembebanan

• Beban Sendiri (MS)


Faktor beban ultimit (KMS) = 1,3 (SNI 1725:2016. pasal 7.2) b = 1 m (ditintau slab lantai
jembatan)
Beban mati merata : Plat lantai = Aplat x BJ Beton = 0,25 x 2400 = 600 kg/m
Gelagar = Agelegar x BJ Beton = 0,23 x 2400 = 552 kg/m

Momen max beban merata = 1/8 x Σbeban mati merata x L2


= 1/8 x 1152 x 402
= 230400 Kg.m
Shear max beban merata = 1/2 x Σbeban mati merata x L = 1/2 x 1152 x 40
= 23040

Beban mati terpusat diafragma = Vdiafragma x BJ Beton


= 0,2 x 0,3 x 0.985 x 2400
Pd = 141.84 kg
Diafragma 4 buah = 141.84 x 4
= 567,36 kg
1 1
M.max beban diafragma = 2 567,36𝑥 2 𝑥20 − 141,84 𝑥 1,5 − 141,84 𝑥4,5

= 1985,79 kg.m
1 1
Gaya geser max. beban diafragma = 2 𝑥𝑀𝑚𝑎𝑥 = 2 𝑥1985,76

= 992,88 kKg
Beban mati terpusat sandaran = Vsandaran x BJ Beton = 0,12 x 0,16 x 1 x 2400
Ps = 46,08 kg
Sandaran 12 buah = 46.08 x 12 = 552,96 kg
1 1
M.max beban sandaran = 2 552,96𝑥 2 𝑥20 − (46,08 𝑥 1,5) − (46,08 𝑥 3) −

(46,08 𝑥 4,5) = 2350,08 kg.m


1 1
Gaya geser max. beban diafragma = 2 𝑥𝑀𝑚𝑎𝑥 = 2 𝑥2350,08 = 1175,04

Momen max (MMS) total = 230400+1985,79 +2350,08 = 234735,87 kg.m

Gaya geser (VMS) max total = 23040+ 992,88+1175,04 = 25207,92 kg

• Beban Mati Tambahan (Ma)


Faktor beban ultimit (KMA) = 2 (SNI 1725:2016. pasal 7.3)
QMA Air Hujan = th x 1,5x BJ Air
= 0.03 x 1,5 x 1000 = 45 kg/m

Momen max (MMA) = 1/8 x QMA x L2 = 1/8 x 45 x 402 = 9000 kg.m

Gaya Geser max (VMA) = 1/2 x QMA x L = 1/2 x 45 x 40 = 900 kg


• Beban Lajur D (TD)

Faktor beban ultimit (KMA) = 1,8 (SNI 1725:2016. pasal 8.3)

Beban terbagi rata (BRT) mempunyai intensitas q kPa. Dimana besarnya q tergantung
pada panjang total yang dibebani L. Panjang balok jembatan setiap segmen kurang dari
30 m. besarnya q adalah sebagai berikut :
BRT. q = 9 kPa = 900kg/m2
BGT (beban garis terpusat). p = 49 kN/m = 4900 kg/m FBD (factor beban dinamis) = 0.4
QTD = q x 1,5 = 900 x 1,5 = 1350 kg/m

PTD = (1+FBD) x p x 1,5 = (1+0.4) x 4900 x 1,5 = 10290 kg

Momen max (MTD) = (1/8 x QTD x L2) + (1/4 x PTD x L)


= (1/8 x 1350 x 202) + (1/4 x 10290 x 20)= 118950 kg.m

Gaya Geser max (VTD) = (1/2 x QTD x L) + (1/2 x PTD)


= (1/2 x 1350 x 20) + (1/2 x 10290)= 116400 kg
Tabel 4.2. Kombinasi Beban pada Gelagar

Faktor M. Max V. Max Mu Vu


No Jenis Beban
Beban (Kg.m) (Kg) (Kg.m) (Kg)

Beban Sendiri (MS) 1.3 230400 9000 299520 11700


1

Beban Mati
2 9000 900 18000 1800
2 Tambahan (MA)

Beban Lajur "D"


3 1.8 118950 116400 214110 209520
(TD)
Total Momen Ultimit Plat Lantai (Mu) (kg.m) 531630 223020
• Penulangan Lentur

Mu = 531630 Kg.m

bw = 250 mm, b = 400 mm, hf = 200 mm


h = 1000 mm
cc = 40 mm
ϕ (faktor reduksi) = 0,8 (RSNI T-12-2004. pasal 4.5.2)
D tulangan = 22 mm
Ø sengkang = 12 mm

d = h-cc-0.5 Ø tulangan - Ø sengkang = 1000 – 40-0,5x22 – 12 = 937 mm


Mn = Mu/ϕ = 531560 / 0,8 = 664450 kg.m = 6,516 x 109 N.mm

𝑀𝑛 6,516𝑥109
Rn = 𝑏𝑑2 = 400 𝑥 9372 = 18,55 𝑀𝑝𝑎

0,85𝑓𝑐 2𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − 0,85𝑓𝑐)
𝑓𝑦

0,85𝑥25 2𝑥18,55
= (1 − √1 − 0,85𝑥25)
250

= 0,085
ρmin = 1.4/fy = 1.4/250 = 0,0056

ρmin < ρperlu. dipakai ρperlu = 0,085

As = ρbd = 0,085 x 400 x 937 = 31858 mm2

Dipakai tulangan D40 dengan luas penampang (A =1256,64 mm²)


Maka jumlah tulangan,
n = As/A = 31858 mm2/1256,64 = 25,35 = 26 buah
As1 = n x a = 26 x 1256,64 = 32672,64 mm2
Jumlah tulangam maksimal pada baris 1 dan 2
𝑏−2𝑐𝑐 400−2𝑥40
𝑚= +1= + 1 = 4,2 = 𝟓 buah
𝐷+𝑆𝑛 40+(1,5𝑥40)

Ket : b = lebar balok


Cc = selimut beton
D = diameter tulangan
Sn = batas jarak antar tulangam (1,5 x D )

• Perhitungan Kapasitas momen penampang


hf = 200 mm
bf = 1500 mm
h = 5000 mm

Anda mungkin juga menyukai