ABSTRAK
Jembatan adalah infrastruktur yang mengalami beban yang bersifat dinamis dan berulang.
Efek dari sifat beban ini pada elemen jembatan khususnya elemen baja pada Jembatan tipe
komposit adalah terjadinya siklus tegangan kemudian relaksasi secara berulang seiring
kendaraan melintas selama masa layan jembatan, yang dapat berakibat pada kegagalan fatik.
Jembatan komposit yang direncanakan berdasarkan standar pembebanan jembatan SNI
1725:2016 dimana kondisi fatik ini dapat dievaluasi terhadap tahanan fatik nominal selama masa
layanan.
Perencanaan jembatan ini dimulai dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan
konstruksi jembatan, perumusan tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan diikuti
dengan dasar –dasar perencanaan dimana analisa pembebanan menggunakan RSNI
1725:2016.Dari datadata perencanaan kemudian dilakukan perhitungan pembebanan, kemudian
dilakukan preliminary design dengan menggunkan standar box girder berdasarkan ASSHTO-
PCI-ASBI . Pada tahap awal perencanaan analisa beban yang terjadi. Analisa beban yang terjadi
yaitu analisa berat sendiri, analisa beban mati tambahan, analisa beban lalu lintas, gaya rem,
beban pedestrian, beban gempa, beban angin, pengaruh temperature,pengaruh susut dan rangkak,
dan analisa kehilangan prategang yang terjadi. Selanjutnya dilakukan kontrol tegangan, lendutan,
dan momen , kemudian perhitungan penulangan box girder dan box angkur ujung. Setelah
perhitungan struktur atas dulakukan, tahap selanjutnya perhitungan bangunan bawah yang terdiri
dari abutmen dan pondasi.
PENDAHULUAN
Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan
seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan
pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari
infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan
sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi
jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kenyamanan,
keamanan, maupun keindahan. Oleh karena itu proses perencanaannya harus diperhitungkan
dengan sebaik mungkin. Pada umumnya perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting
yaitu bagian atas jembatan dan bagian bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul
langsung beban – beban lalu lintas diatasnya sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban
diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut ke lapisan tanah keras. Dalam pembangunan
jembatan tentunya dibutuhkan pondasi yang kuat dengan tujuan untuk menahan seluruh beban jembatan ke
dasar tanah. Beberapa instrument yang biasa digunakan dalam pembangunan pondasi jembatan
yaitu piezometer, inclinometer, PDA, dan lainnya. Jenis pondasi yang biasa digunakan untuk
konstruksi jembatan yaitu steel pile, reinforced concrete pile, precast prestressed concrete pile,
composite piles, concrete cast in place. Dengan pondasi yang kuat maka jembatan bisa berfungsi
dengan layak dan bisa menahan beban yang diterima.
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konstruksi
METODE PENELITIAN
I. Metodologi penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan kualitatif dengan data
yang sudah tersedia. Pada penelitan sebelumnya mengenai objek jembatan yang sama
belum meninjau struktur bawah. Dalam hal tersebut, peneliti melanjutkan analisa struktur
bawah yang menjadi objek dengan data sekunder dan data penelitian sebelumnya
menggunakan paduan peraturan yang baru untuk mendapatkan hasil analisis terkini.
II. Kriteria desain
Penelitian ini menganalisa salah satu struktur bawah jembatan kereta api di daerah
provinsi Lampung yaitu abutment dan pondasinya sebagai objek.
III. Data teknis jembatan
Berikut merupakan data teknis jembatan yang menjadi objek penelitian ini.
Nc Nq Ny Nc Nq Ny Nc Nq Ny
0 5,14 1,00 0,00 5,14 1,00 0,00 5,14 1,00 0,00
2 5,63 1,20 0,01 5,63 1,20 0,01 5,63 1,20 0,15
4 6,19 1,43 0,04 6,19 1,43 0,05 6,19 1,43 0,34
6 6,81 1,73 0,11 6,81 1,73 0,11 6,81 1,73 0,57
8 7,53 2,06 0,21 7,53 2,06 0,22 7,53 2,06 0,86
10 8,34 2,47 0,37 8,34 2,47 0,39 8,34 2,47 1,22
12 9,28 2,97 0,60 9,28 2,97 0,63 9,28 2,97 1,69
14 10,37 3,59 0,92 10,37 3,59 0,97 10,37 3,59 2,29
16 11,63 4,34 1,37 11,63 4,34 1,43 11,63 4,34 3,06
18 13,10 5,26 2,00 13,10 5,26 2,08 13,10 5,26 4,07
20 14,83 6,40 2,87 14,83 6,40 2,95 14,83 6,40 5,39
22 16,88 7,82 4,07 16,88 7,82 4,13 16,88 7,82 7,13
24 19,32 9,60 5,72 19,32 9,60 5,75 19,32 9,60 9,44
26 22,25 11,85 8,00 22,25 11,85 7,94 22,25 11,85 12,54
28 25,80 14,72 11,19 25,80 14,72 10,94 25,80 14,72 16,72
30 30,14 18,40 15,67 30,14 18,40 15,07 30,14 18,40 22,40
KESIMPULAN
Abutment (pangkal jembatan) dengan tinggi 7.52 m menggunakan mutu beton (f’c) 30 Mpa dan
mutu baja (fy) 400 Mpa. Sedangkan pondasi menggunakan pondasi dalam (tiang pancang) dengan
diameter 0.45 m sebanyak 20 buah dari arah ampenan dan 20 buah dari arah senggigi pada kedalaman 17
meter dari permukaan tanah. Profil yang digunakan adalah 3 Hollow yang memiliki bentang 7, 7,
dan 8,732. Dan 6 IWF yang memiliki bentang 8,732 , 8,732 , 4,9 , 7, 8,544 , dan 4,9.
SARAN
Perlu dilakukan perencanaan dengan bentuk box girder yang berbeda sebagai pembanding
sehingga dapat dikehui tipe box girder yang paling efektif untuk digunakan. Sebelum menentukan jenis
dan bahan yang digunakan sebaiknya memperhatikan batasan-batasan dalam penggunaannya
DAFTAR PUSTAKA
Struyk, J.H., Van Der Veen, W.C.H.K., 1984, alih bahasa Soemargono, Jembatan, Penerbit Pradnya
Paramita, Jakarta
Robert, Benaim. 2008. The Design of Prestessed Concrete Bridge Concepts and Principles.