Anda di halaman 1dari 9

KONSTRUKSI JEMBATAN

Naya Putri Adiza, Nur Sekhudin

Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Bakrie

E-mail : nayadizaaa@gmail.com , nsekhudin@gmail.com

ABSTRAK

Jembatan adalah infrastruktur yang mengalami beban yang bersifat dinamis dan berulang.
Efek dari sifat beban ini pada elemen jembatan khususnya elemen baja pada Jembatan tipe
komposit adalah terjadinya siklus tegangan kemudian relaksasi secara berulang seiring
kendaraan melintas selama masa layan jembatan, yang dapat berakibat pada kegagalan fatik.
Jembatan komposit yang direncanakan berdasarkan standar pembebanan jembatan SNI
1725:2016 dimana kondisi fatik ini dapat dievaluasi terhadap tahanan fatik nominal selama masa
layanan.

Perencanaan jembatan ini dimulai dengan penjelasan mengenai latar belakang pemilihan
konstruksi jembatan, perumusan tujuan perencanaan hingga lingkup pembahasan, dan diikuti
dengan dasar –dasar perencanaan dimana analisa pembebanan menggunakan RSNI
1725:2016.Dari datadata perencanaan kemudian dilakukan perhitungan pembebanan, kemudian
dilakukan preliminary design dengan menggunkan standar box girder berdasarkan ASSHTO-
PCI-ASBI . Pada tahap awal perencanaan analisa beban yang terjadi. Analisa beban yang terjadi
yaitu analisa berat sendiri, analisa beban mati tambahan, analisa beban lalu lintas, gaya rem,
beban pedestrian, beban gempa, beban angin, pengaruh temperature,pengaruh susut dan rangkak,
dan analisa kehilangan prategang yang terjadi. Selanjutnya dilakukan kontrol tegangan, lendutan,
dan momen , kemudian perhitungan penulangan box girder dan box angkur ujung. Setelah
perhitungan struktur atas dulakukan, tahap selanjutnya perhitungan bangunan bawah yang terdiri
dari abutmen dan pondasi.
PENDAHULUAN

Jembatan merupakan struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan
seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk penyeberangan
pejalan kaki, kendaraan atau kereta api di atas halangan.Jembatan juga merupakan bagian dari
infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (traffic flows). Jembatan
sering menjadi komponen kritis dari suatu ruas jalan, karena sebagai penentu beban maksimum
kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut.

Seiring dengan makin berkembangnya teknologi angkutan jalan raya maka konstruksi
jembatan harus direncanakan sesuai dengan tuntutan transportasi baik dari segi kenyamanan,
keamanan, maupun keindahan. Oleh karena itu proses perencanaannya harus diperhitungkan
dengan sebaik mungkin. Pada umumnya perhitungan jembatan terbagi atas dua bagian penting
yaitu bagian atas jembatan dan bagian bawah jembatan. Bagian atas jembatan akan memikul
langsung beban – beban lalu lintas diatasnya sedangkan bagian bawah jembatan memikul beban
diatasnya dan meneruskan beban – beban tersebut ke lapisan tanah keras. Dalam pembangunan
jembatan tentunya dibutuhkan pondasi yang kuat dengan tujuan untuk menahan seluruh beban jembatan ke
dasar tanah. Beberapa instrument yang biasa digunakan dalam pembangunan pondasi jembatan
yaitu piezometer, inclinometer, PDA, dan lainnya. Jenis pondasi yang biasa digunakan untuk
konstruksi jembatan yaitu steel pile, reinforced concrete pile, precast prestressed concrete pile,
composite piles, concrete cast in place. Dengan pondasi yang kuat maka jembatan bisa berfungsi
dengan layak dan bisa menahan beban yang diterima.

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konstruksi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konstruksi berarti model


atau tata letak suatu bangunan, seperti jembatan, rumah, dan lain sebagainya. Sedangkan,
definisi konstruksi menurut seorang ahli merupakan suatu kegiatan membangun sarana
maupun prasarana. Dalam bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada satu atau beberapa area.
Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang
terdiri dari bagian-bagian struktur. Misalnya, Konstruksi Struktur Bangunan adalah
bentuk atau bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan. Contoh lainnya adalah
Konstruksi Jalan Raya, Konstruksi Jembatan, Konstruksi Kapal dan lain-lain. Berikut
beberapa jenis konstruksi yang perlu kamu ketahui.
II. Pengertian Jembatan
Menurut Struyk dan Veen jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk
meneruskan jalan melelui rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya
jalan lain(jalan air atau jalan lalu lintas biasa). (Struyk dan Veen, 1984). Selanjutnya
menurut Supriyadi dan Muntohar jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan
suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
sama tinggi permukaannya.
Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan
baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan
fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi :
Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan Muntohar, 2007).
III. Fungsi Jembatan
Jembatan memiliki beberapa fungsi, yaitu :
 Jembatan Jalan Raya (Highway Bridge)
Sesuai dengan namanya, jembatan ini dibangun untuk sarana transportasi berbagai kendaraan
seperti jembatan Ampera, Jembatan Suramadu, Jembatan Ampera dan lainnya.
 Jembatan Jalan Kereta Api (Railway Bridge)
Jembatan ini dibangun khusus untuk jalur kereta api yang terhubung antar kota ataupun antar
pulau.
 Jembatan Pejalan Kaki/Penyebrangan ( Pedestrian Bridge)
Contoh jembatan ini sering kali kita lihat di jalur penyebrangan ataupun di setiap halte
busway.
Sedangkan bahan baku pembuatan jembatan terbagi menjadi beberapa macam yaitu beton,
kayu, beton prategang, baja dan komposit. Bahan konstruksi setiap jembatan disesuaikan
dengan fungsi dan tingkat beban yang akan diterima jembatan.
IV. Struktur pada Jembatan
 Jembatan Plat (slab bridge) : Elemen struktur horizontal yang berfungsi untuk
menyalurkan beban mati ataupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari
suatu sistem struktur.
 Jembatan Plat Berongga (voided slab bridge) : plat beton prategang yang biasa digunakan
untuk bentangan yang lebih panjang pada jembatan.
 Jembatan Gelagar (girder bridge) : terdiri dari I girder, box girder dan U/V Girder.
 Jembatan Rangka (truss bridge) : menyusun tiang-tiang jembatan yang berupa rangka
membentuk segitig. Setiap sturktur truss yang terhubung harus ditekankan terhadap
beban statis dan beban dinamis yang diterima oleh jembatan.
 Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) : Sebuah jembatan yang terdapat struktur berbentuk
setengah lingkaran dengan abutmen pada kedua sisinya.
 Jembatan Gantung (Suspension Bridge) : Berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu
lintas yang melewati jembatan tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya ditahan oleh
sepasang kabel penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara dan 2 pasang blok
angkur.
 Jembatan Kabel ( Cable Stayed Bridge) : menggunakan kable baja yang kuat dan kokoh
untuk menahan setiap beban yang melewati jembatan.
 Jembatan Cantilever (Cantilever Bridge) : Pada system ini balok jembatan dicor (cast
insitu) atau dipasang (precast), segmen demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar
saling mengimbangi (balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah
dilaksanakan lebih dahulu.

METODE PENELITIAN

I. Metodologi penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan kualitatif dengan data
yang sudah tersedia. Pada penelitan sebelumnya mengenai objek jembatan yang sama
belum meninjau struktur bawah. Dalam hal tersebut, peneliti melanjutkan analisa struktur
bawah yang menjadi objek dengan data sekunder dan data penelitian sebelumnya
menggunakan paduan peraturan yang baru untuk mendapatkan hasil analisis terkini.
II. Kriteria desain
Penelitian ini menganalisa salah satu struktur bawah jembatan kereta api di daerah
provinsi Lampung yaitu abutment dan pondasinya sebagai objek.
III. Data teknis jembatan
Berikut merupakan data teknis jembatan yang menjadi objek penelitian ini.

a. Panjang jembatan : 42 meter


b. Lebar abutment : 6,4 meter
c. Tinggi rangka jembatan : 8 meter
d. Lebar antar girder : 1,067 meter
e. Panjang bentang persegmen : 7 meter
IV. Pembebanan struktur
Merujuk perencanaan dimensi struktur penahan tanah (abutment) berdasarkan
Hardiyatmo (2014) antara lain,
a. Mengasumsikan ukuran dimensi struktur.
b. Menghitung gaya-gaya yang bekerja di atas dinding penahan.
c. Menentukan resultan gaya pada struktur abutment untuk mengetahui kestabilan
terhadap penggulingan.
d. Perhitungan faktor aman terhadap penggulingan dan penggeseran.
e. Perhitungan tekanan tanah didasar pondasi dengan batasan tidak melebihi daya dukung
ijin tanah (Qu).
f. Perhitungan penulangan pada dinding penahan dan pondasi.
V. Beban Vertikal
Beban vertikal diperoleh dari analisis jembatan menggunakan SAP2000 V.20 (Structur
Analisys Progam) yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya dengan bentang
jembatan 42 m. Beban yang dihasilkan antara lain:
a. Hasil dari kombinasi beban terbesar struktur atas (Pu)
Dari tumpuan : 242,78 ton
b. Berat sendiri abutment (Wabt)
Perhitungan berat sendiri abutment dengan membagi masing-masing area untuk
menentukan luasan dari bentuk abutment.

VI. Beban Horizontal


Beban horizontal yang diperhitungkan ialah nilai tekanan tanah aktif dan beban tambahan
berupa beban diatas tanah timbunan terhadap dinding penahan (abutment). Tekanan tanah
aktif diperoleh dari nilai koefisien berdasarkan sudut gesek internal dan ketinggian
struktur.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil jenis bentang


Menentukan jenis dan bentang profil, pada Tabel 3.1 menunjukan profil yang digunakan.

Jenis profil Dimensi Bentang


Hollow 400 × 350 × 12 × 12 7
Hollow 350 × 350 × 9 × 9 7
Hollow 400 × 350 × 12 × 12 8,732
IWF 350 × 300 × 9 × 16 8,732
IWF 350 × 250 × 9 × 12 8,732
IWF 1100 × 400 × 16 × 28 4,9
IWF 700 × 350 × 16 × 28 7
IWF 150 × 150 × 7 × 10 8,544
IWF 350 × 350 × 12 × 19 4,9

B. Faktor kapasitas dukung


Kapasitas dukung tanah dasar ultimit mempunyai beberapa macam metode seperti
yang sudah dilakukan oleh Terzagi (1943), Meyerhof (1951), Hansen (1970) dan Vesic
(1975) dalam Hardiyatmo (2014). Penelitian ini menggunakan persamaan Hansen dan
Vesic dimana menggunakan faktor-faktor seperti kedalaman, pengaruh kemiringan beban
dan kapasitas dukung.

ф Meyerhof (1963) Hansen (1961) Vesic (1973)

Nc Nq Ny Nc Nq Ny Nc Nq Ny
0 5,14 1,00 0,00 5,14 1,00 0,00 5,14 1,00 0,00
2 5,63 1,20 0,01 5,63 1,20 0,01 5,63 1,20 0,15
4 6,19 1,43 0,04 6,19 1,43 0,05 6,19 1,43 0,34
6 6,81 1,73 0,11 6,81 1,73 0,11 6,81 1,73 0,57
8 7,53 2,06 0,21 7,53 2,06 0,22 7,53 2,06 0,86
10 8,34 2,47 0,37 8,34 2,47 0,39 8,34 2,47 1,22
12 9,28 2,97 0,60 9,28 2,97 0,63 9,28 2,97 1,69
14 10,37 3,59 0,92 10,37 3,59 0,97 10,37 3,59 2,29
16 11,63 4,34 1,37 11,63 4,34 1,43 11,63 4,34 3,06
18 13,10 5,26 2,00 13,10 5,26 2,08 13,10 5,26 4,07
20 14,83 6,40 2,87 14,83 6,40 2,95 14,83 6,40 5,39
22 16,88 7,82 4,07 16,88 7,82 4,13 16,88 7,82 7,13
24 19,32 9,60 5,72 19,32 9,60 5,75 19,32 9,60 9,44
26 22,25 11,85 8,00 22,25 11,85 7,94 22,25 11,85 12,54
28 25,80 14,72 11,19 25,80 14,72 10,94 25,80 14,72 16,72
30 30,14 18,40 15,67 30,14 18,40 15,07 30,14 18,40 22,40
KESIMPULAN

Abutment (pangkal jembatan) dengan tinggi 7.52 m menggunakan mutu beton (f’c) 30 Mpa dan
mutu baja (fy) 400 Mpa. Sedangkan pondasi menggunakan pondasi dalam (tiang pancang) dengan
diameter 0.45 m sebanyak 20 buah dari arah ampenan dan 20 buah dari arah senggigi pada kedalaman 17
meter dari permukaan tanah. Profil yang digunakan adalah 3 Hollow yang memiliki bentang 7, 7,
dan 8,732. Dan 6 IWF yang memiliki bentang 8,732 , 8,732 , 4,9 , 7, 8,544 , dan 4,9.

SARAN

Perlu dilakukan perencanaan dengan bentuk box girder yang berbeda sebagai pembanding
sehingga dapat dikehui tipe box girder yang paling efektif untuk digunakan. Sebelum menentukan jenis
dan bahan yang digunakan sebaiknya memperhatikan batasan-batasan dalam penggunaannya
DAFTAR PUSTAKA

Asiyanto, 2008. Metode Konstruksi Jembatan Beton, UI Press, Jakarta

Badan Standarisasi Nasional. SNI 1725. 2016. Pembebanan untuk Jembatan

Sunggono,KH.1984, Mekanika Tanah.Nova,Bandung.

Supryadi,B., Muntohar A.S., 2007, Jembatan, Beta Offset, Yogyakarta

Struyk, J.H., Van Der Veen, W.C.H.K., 1984, alih bahasa Soemargono, Jembatan, Penerbit Pradnya

Paramita, Jakarta

Robert, Benaim. 2008. The Design of Prestessed Concrete Bridge Concepts and Principles.

London: Taylor & Francis Group

Anda mungkin juga menyukai