Anda di halaman 1dari 30

TUGAS BESAR KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

JEMBATAN RANGKA JUANDA DEPOK

DISUSUN OLEH:
ICHSAN GAFFAR FAISAL (4112010017)
NABILA SHABRINA (4112010019)
KELAS: 2 PJJ

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


JUNI 2014

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar Konstruksi
Bangunan Sipil dengan lancar dan tepat waktu.
Tugas ini berisikan laporan mengenai jembatan rangka yang merupakan salah
satu prasarana transportasi darat untuk menghubungkan tempat yang satu dengan
yang lainnya. Dalam tugas ini berisikan gambar-gambar yang telah kami dapat saat
survey ke lapangan dan kesimpulan tentang kelayakan jembatan tersebut.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas ini dari awal hingga akhir, terutama kepada Bapak
Andi Indianto, Drs. Ir. MT, selaku dosen Konstruksi Bangunan Sipil yang telah banyak
membimbing kami dalam pembuatan tugas ini.

Depok, Juni 2014

Penulis

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Jembatan merupakan suatu prasarana lalu-lintas yang berfungsi untuk
menghubungkan jalan yang terputus oleh sungai, lembah, laut danau ataupun
bangunan lain dibawahnya. Jembatan terbagi menjadi dua bagian, yaitu
struktur atas (Superstruktur) dan struktur bawah (Substruktur). Sedangkan
secara khusus, jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari
rangkaian batang batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lain. Dari
sedikit penggambaran di atas, kami melakukan observasi untuk mengetauhi
kelayakan suatu jembatan rangka. Selain itu masalah yang terjadi pada suatu
jembatan rangka mungkin terjadi akibat kriteria desain yang tidak sesuai
dengan standar yang berlaku di Indonesia dan mengakibatkan kelayakan dan
masa layan suatu jembatan diragukan. Oleh karena itu observasi ini dilakukan.
Selain itu, observasi ini melingkupi penilaian mahasiswa terhadap
analisa suatu konstruksi bangunan yang ada di lapangan terhadap kriteria
bangunan itu sendiri terhadap standar yang berlaku, dari mulai data spesifikasi
bangunan (misalnya lebar trotar, lebar lantai jembatan, dll) hingga analisa
kerusakan bangunan. Observasi ini juga dilengkapi dengan foto-foto lapangan
agar ada bukti kuat bahwa surveyer (mahasiswa) telah melakukan survey atau
observasi.

1.2.

Perumusan Masalah
a. Karena tingkat kesibukan atau tingginya arus transportasi Jembatan Juanda,
pengobervasian jembatan juanda untuk mengetahui kelayakan jembatan
tersebut harus dilakukan
b. Banyaknya sampah pada rangka Jembatan Juanda
c. Rangka yang sudah berkarat

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

1.3.

Tujuan
a. Mengetahui fungsi rangka pada struktur atas jembatan
b. Mengetahui jenis-jenis jembatan rangka secara universal
c. Mengetahui masalah-masalah yang ada pada jembatan rangka, termasuk
jenis-jenis kerusakannya

1.4.

Manfaat
Dari kegiatan observasi ini dapat memberikan manfaat, diantaranya dapat:
a. Melakukan observasi lapangan
b. Menganalisis data yang didapat dilapangan sesuai syarat teoritis
c. Memberikan solusi terhadap masalah yang terjadi di lapangan
d. Menyimpulkan masalah yang ada dan solusinya secara singkat padat dan
jelas.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

BAB II
DASAR TEORI
2.1.

Pengertian Jembatan
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan
menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama
tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan
sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan
teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis,
Aspek estetika.
Sedangkan, jalan merupakan alat penghubung antara daerah yang
penting sekali bagi penyelenggaraan pemerintah, ekonomi kebutuhan sosial,
perniagaan, kebudayaan, pertahanan. Trasportasi sangat penting bagi ekonomi
dan pembangunan Negara dan bangsa. Jembatan adalah bagian dari jalan itu.
Jembatan sangat menentukan pula kelancaran transportasi. Peranan jembatan
yang sangat penting dalam menopang sistem transportasi darat yang ada, maka
jembatan harus kita buat cukup kuat dan tahan, tidak mudah rusak. Kerusakan
pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas
jalan, terlebih lebih di jalan yang lalu lintasnya padat seperti di jalan utama, di
kota, dan di daerah ramai lainnya. Kemacetan lalu lintas dalam kota bisa terjadi
karena adanya suatu perbaikan jembatan. Beberapa kerugian yang nyata itu
dapatlah kita sebut, diantaranya penghambatan kecepatan angkut dari
kendaraan kendaraan. Kecepatan angkut sangat penting pengaruhnya dalam
bidang ekonomi, kestabilan harga harga, kelancaran distribusi dan lain
sebagainya
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari
bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau
baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan
untuk bentang 20 m sampai 375 m.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

2.2

Klasifikasi Jembatan
a. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:
-

Jembatan jalan raya (highway bridge),

Jembatan jalan kereta api (railway bridge),

Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).

b. Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut:


-

Jembatan di atas sungai atau danau,

Jembatan di atas lembah,

Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),

Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),

Jembatan di dermaga (jetty).

c. Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi


beberapa macam, antara lain :
-

Jembatan kayu (log bridge),

Jembatan beton (concrete bridge),

Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),

Jembatan baja (steel bridge),

Jembatan komposit (compossite bridge).

d. Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi


beberapa macam, antara lain :
-

Jembatan plat (slab bridge),

Jembatan plat berongga (voided slab bridge),

Jembatan gelagar (girder bridge),

Jembatan rangka (truss bridge),

Jembatan pelengkung (arch bridge),

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

2.3

Jembatan gantung (suspension bridge),

Jembatan kabel (cable stayed bridge),

Jembatan cantilever (cantilever bridge).

Bagian-bagian Jembatan

Struktur Atas
Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen konstruksi
yang dirancang untuk memindahkan beban-beban yang diterima oleh lantai
jembatan hingga ke perletakan, sedangkan lantai jembatan adalah bagian
jembatan yang langsung menerima beban lalu lintas kendaraan dan pejalan
kaki.
Struktur atas terdiri atas :
1. Gelagar-gelagar induk
2. Struktur tumpuan atau perletakan
3. Struktur lantai jembatan / kendaraan
4. Pertambatan arah melintang dan memanjang
Struktur Bawah
Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen
struktur yang dirancang untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan
dilimpahkan langsung pada tanah dasar atau bagian-bagian konstruksi

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

jembatan yang menyangga jenis-jenis yang sama dan memberikan jenis reaksi
yang sama pula.
Struktur bawah terdiri atas :
1. Pondasi adalah bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul
seluruh beban-beban yang bekerja serta melimpahkannya ke lapisan
tanah pendukung.
2. Kepala Jembatan adalah bangunan bawah yang terletak di bagian tepi
yang mendukung ujung-ujung bentang tepi bangunan atas.

2.4

Prinsip Dasar Perencanaan


Sebelum pembuatan jembatan perlu dilakukan perencanaan dengan tujuan
agar jembatan yang dibanguan dapat digunakan sesuai dengn fungsinya, tidak
boros dan mampu menahan beban sesuai degan umur rencananya.
Desain jembatan didasarkan pada peraturan yang berlaku. Peraturan
peraturan yang di gunakan adalah :
1. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, BMS, PU, 1992
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya, PU, 1987
3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Jembatan Jalan Raya,
DSN,1992
4. Tata Cara Perencanaan Pondasi Langsung Untuk Jembatan, DSN, 1994

Desain Jembatan harus memenuhi kriteria kriteria sbb:


1. Memenuhi standar fungsi, kapasitas jembatan harus sesuai dengan
fungsi jalan.
2. Memenuhi standar kenyamanan: Pengguna lalu lintas tidak perlu
merubah kecepatan ketika melalui jembatan, tidak merasa melalui
jembatan, pengguna lalu lintas tidak merasa terganggu perjalanannya
dan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

3. Memenuhi standar keamanan: lalu lintas aman, tidak terjadi kecelakaan


lalulintas yang disebabkan oleh adanya jembatan.
4. Memenuhi standar kekuatan: Jembatan kuat menahan beban baik
beban lalu lintas, aksi lingkungan atau beban khusus
5. Memenuhi

standar

ekonomi:

secara

ekonomi

jembatan

menguntungkan, biaya akan kembali sebelum usia rencana terlampaui

2.5

Ketentuan Desain Jembatan


Suatu jembatan yang baik adalah jembatan yang telah memenuhi kriteria
kriteria desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan, tentu saja
hal ini disyaratkan untuk menjamin keamanan serta kenyamanan para
penggunaannya.
Ada beberapa macam kriteria yang menjadi dasar pembuatan jembatan,
diantaranya adalah :

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

a. Tinggi jagaan / Clearance (C)


Clearance adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari
rusaknya struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda
benda hanyutan atau benda yang lewat dibawah jembatan.Clearance
diukur dari permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas
jembatan. Besarnya clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan
benda yang ada di bawah jembatan.
Nilai Clearance ditentukan sebgai berikut :
C = 0,5 m ; untuk jembatan diatas sungai pengairan
C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya.
C = 5,0 m ; untuk jembatan jalan layang
C = 15, 0 m ; untuk jembatan diatas laut

b. Tanjakan atau turunan menuju jembatan


Tanjakan dan juga Turunan pada Jembatan diberikan sebelum bidang
sisi dari jalan yang sejajar dengan jembatan. Perbandingan kemiringan dari
tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sebagai berikut :
-

Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam

Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km /jam

Perbandingan 1 :10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam


Ketentuan tersebut diatas menyatakan bahwa semakin besar kecepatan

kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau turunan yang diberikan
pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan agar pada saat
kendaraan akan masuk ke badan jembatan kendaraan tersebut tidak
jumping, yang secara otomatis akan memberikan beban kejut tumbukan
vertikal pada struktur jembatan.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

10

c. Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan


Pemberian

syarat

bidang

datar

dari

permukaan

jalan

yang

menghubungkan antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam


energi akibat tumbukan dari kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila
hal ini tidak diberikan pada jembatan dikhawatirkan akan berakibat pada
rusaknya struktur secara perlahan lahan akibat dari tumbukan kendaraan
kendaraan terutama kendaraan berat seperti Truk atau kendaraan berat
laninnya. Tentu saja untuk menguranginya maka diberikan spasi berupa
jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh minimum 5 meter
kearah jalan.

d. Tinggi bidang kendaraan

Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan


aman, baik bagian kendaraan maupaun barang bawaannya, maka tinggi
bidang kendaraan ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai
jembatan samp[ai bagian bawah balok pengaku rangka bagian atas (Top
Lateral Bracing).

e. Lebar lantai jembatan

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

11

Untuk membrikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan,


maka lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut :
- Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan.
- Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar
n ( 2,75 m 3,50 m ), dimana n = jumlah lajur lalu lintas.

f. Trotoar dan Sandaran


Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki yang
melewati jembatan, maka dibuat ketentuan sebagai berikut :
1. Trotoar dibuat lebih tinggi dari lantai jembatan minimal 0,25 mdari
permukaan lantai kendaraan, ini dimaksudkan agar kendaraan tidak
menyelonong ke trotoar.
2. Pada tepi trotoar bagian luar dipasang kerb minimal 0,25 m, ini untuk
menjaga agar kaki pejalan kaki tidak terpeleset ke sungai.
3. Lebar trotoar (T) minimum 0,5 m.
4. Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan orang yang lewat diatas
trotoar, maka trotoar harus dipasang sandaran.
5. Tinggi sandaran minimum setinggi pinggang manusia (0,9 m).
6. Sandaran harus dibuat mampu menahan beban orang yang bersandar di
sandaran sebesar 0,1 Ton bekerja pada bagian atas sandaran.

g. Tata letak jembatan


Perletakan jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan pertimbangan.
a. Secara teknik (aliran sungai, keadaan tanah).
- Aliran air dan alur sungai yang stabil
- Tidak pada belokan sungai
- Tegak lurus terhadap sungai
- Bentang terpendek (lebar sungai terkecil)
b. Secara sosial (tingkat kebutuhan lalu lintas)
c. Secara estetika (tidak mengganggu aliran sungai)

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

12

Pada dasarhnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada


belokan jika bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat sungai.Hal
tersebut dilakukan agar tidak terjadi scouring (penggerusan) pada
abutment, namun jika terpaksa dibuat pada bagian belokan sungai maka
harus dilakukan perbaikan dinding sungai dan dasar sungai pada bagian
yang mengalami scouring (penggerusan).
Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk
mendapatkan bentang yang terpendek dengan posisi abutment dan pilar
yang sejajar terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya gerusan pada pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar
jembatan. Bila scouring telah terjadi dikhawatirkan pilar yang seharusnya
menopang struktur atas jembatan, akan rusak sehingga secara otomatis
akan merusak struktur jembatan secara keseluruhan.
Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari
bentang yang terpendek diantara beberapa penampang sungai.
Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah :
1. Secara geologis lokasi pondasi untuk abutment dan pilar harus baik.
2. Batasan sungai pada lokasi jembatan hatus jelas dan permukaan air
serendah mungkin, jembatan melintasi sungai secara tegak lurus.
3. Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup
tinggi terhadap permukaan banjir.
4. Untuk mendapatkan suatu harga pondasi yang rendah, usahakan
mengerjakan pekerjaan pondasi tidak didalam air.
h. Penentuan bentang
Bentang jembatan (L) adalah jarak antara dua kepala jembatan.

Ada 2 cara dalam menentukan bentang dalam pembuatan jembatan,


yaitu untuk sungai yang merupakan limpasan banjir dan sungai yang bukan
limpasan banjir. Hal tersebut dilakukan karena berdasar pada apakah alur
sungai itu akan membawa hanyutan hanyutan berupa material dari banjir

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

13

suatu kawasan, atau sungai tersebut hanyalah digunakan sebagai aliran


sungai biasa yang tentunya tidak membawa hanyutan hanyutan besar dari
banjir. Material material yang dibawa pada saat banjir sangat beraneka
ragam tentunya, baik jenis maupun ukurannya sangatlah bervariasi. Oleh
sebab itu pada sungai yang dijadikan limpasan banjir penentuan bentang
akan sedikit lebih panjang dibandingkan dengan sungai yang bukan
limpasan banjir.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

14

BAB III
PEMBAHASAN SURVEY LAPANGAN
3.1.

Peta Lokasi :

Lokasi observasi kami adalah di Jalan Ir. H Juanda Depok

3.2.

Bagian Konstruksi Jembatan


1. Truss
Truss atau rangka batang jembatan yang terbuat dari baja, merupakan
bagian penting komponen struktur atas jembatan. Pada truss jembatan
juanda

terdapat

12

segmen, dengan panjang


5

setiap

Sehingga
panjang

segmen.

keseluruhan
bentang

jembatan juanda adalah


60

m.

panjang

Pengukuran
jembatan

dilakukan dengan cara


24 Mei 2014 08.42.21

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

15

mengukur satu segmen rangka, lalu menghitung jumlah segmen yang ada.

24 Mei 2014 09.01.55

24 Mei 2014 09.28.54

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

16

2. Railing
Railing adalah bagian struktur atas jembatan yang berfungsi sebagai
pelindung kendaraan dan orang yang melintas di jembatan. Selain itu,
sebagai pembatas area paling pinggir jembatan.

24 Mei 2014 09.24.51

3. Trotoar
Trotoar merupakan salah satu bagian dari struktur atas jembatan.
Trotoar berfungsi sebagai tempat melintasnya pejalan kaki. Pada jembatan
juanda trotoar berada pada kedua sisi jembatan yang masing-masing
berukuran 1 m.

24 Mei 2014 08.54.44

24 Mei 2014 08.54.50

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

17

4. Lantai Jembatan
Bagian lantai jembatan yang menjadi jalan adalah jalan aspal
(perkerasan lentur) selebar 3 meter per lajur. Jalan pada jembatan juanda
adalah jenis Jalan Utama (Kelas I) yaitu jalan raya yang melayani lalu-lintas
yang tinggi, sehingga harus direncanakan dapat melayani lalu lintas
berkecepatan tinggi dan berbobot berat. Pada gambar di bawah, jalan yang
diambil adalah jalan kelandaian menuju jembatan. Jalan tersebut
mempunyai lebar yang sama dengan lebar lantai jembatan.

24 Mei 2014 10.26.38

5. Kelandaian Tanjakan atau Turunan Menuju Jembatan


Tanjakan atau turunan pada jembatan diberikan sebelum bidang sisi
jalan yang sejajar dengan jembatan agar kendaraan tidak menyebabkan
jumping pada jembatan. Berdasarkan survey yang dilakukan, didapat
kelandaian 1:10 baik
dengan

pengukuran

maupun

berdasarkan

kecepatan

kendaraan

yang lewat. Kecepatan


kendaraan

yang

melewati turunan atau

24 Mei 2014 10.26.34

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

18

tanjakan adalah 20 km/jam, yang berarti < 60 km/jam. Maka dari itu
kelandaiannya adalah 1:10

6. Bidang Permukaan Jalan yang Sejajar Terhadap Permuakaan Jalan


Untuk menghubungkan antara jalan dengan jembatan agar dapat
meredam energi akibat tumbukan. Apabila yang kita tinjau adalah hanya
jembatan rangka nya saja (, maka jarak tersebut lebih dari lima meter,
karena sebelum jembatan rangka terdapat jembatan girder.

7. Kepala Jembatan
Kepala Jembatan Juanda berukuran panjang 2,5 m
8. Clearance
Clearance (jarak antara konstruksi atas paling bawah dengan muka air
banjir) sebesar 20,7 m. Angka tersebut didapat setelah melakukan
pengukuran dengan benang, lalu diukur panjangnya. Maka didapat panjang
tali tersebut atau tinggi clearance kurang lebih 20,7 m.

24 Mei 2014 09.17.16

24 Mei 2014 09.17.12

9. Tinggi bidang kendaraan


Tinggi bidang kendaraan, untuk melindungi agar kendaraan yang lewat
dalam keadaan aman. Tinggi ini diukur dari lantai jembatan sampai bagian
bawah balok pengaku rangka bagian atas (Top lateral bracing), yaitu 5,9 meter.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

24 Mei 2014 10.20.32

19

24 Mei 2014 10.30.30

Data Jembatan :
No

Peninjauan

Data

Syarat

Memenuhi / Tidak

30,40,56,60 dan

Memenuhi

Lapangan
1

Bentang Rangka

60 m

100 m
2

Tinggi Bidang

5,9 m

>5m

Memenuhi

0.25 m

> 0.25 m

Memenuhi

Kendaraan
3

Lebar Kerb

Trotoar

1m

0,5 m

Memenuhi

Lebar Lajur

3 m

2.75 m 3.5 m

Memenuhi

Panjang Bidang

>5m

Memenuhi

Ada

Ada

Memenuhi

Setiap < 3 m

Memenuhi

Datar
7

Drainase

Penerangan

<3m

Clearence

20,7 m

>1m

Memenuhi

10

Kelandaian

1:10

1:10

Memenuhi

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

3.3.

20

Kerusakan Pada Struktur Jembatan


1. Korosi
Korosi merupakan proses degradasi kualitas/mutu logam akibat adanya
reaksi dengan lingkungan ketika dipakai atau dioperasikan. Korosi sebagai
reaksi eletrokimia yang memberikan kontribusi kerusakan fisik suatu
material secara signifikan sehingga perlu perhatian untuk mencegah
meminimalisasi kerugian yang timbul akibat efek korosi.
Korosi pada baja ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti
tingkat keasaman, kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor,
kontak dengan logam lain yang kurang aktif (logam nikel, timah, tembaga),
serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau kasar halusnya
permukaan).
a. Korosi Pada Rangka Baja
Rangka batang bagian atas merupakan salah satu bagian penting
yang harus diperhatikan dan dirawat kondisinya di lapangan karena
pada bagian tersebut merupakan bagian yang paling berpotensi
mengalami korosi .

24 Mei 2014 08.42.21

Rangka Baja Bagian Atas Jembatan Juanda

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

21

b. Korosi pada Balok dan Diafragma


Diafragma pada jembatan juga memiliki peran penting sehingga
perlu diperhatikan kondisinya di lapangan. Pada jembatan blencong,
diagfragma terbuat dari baja sehingga mempunyai potensi terkena
korosi yang cukup besar pula.
Penyebab Korosi pada Jembatan Juanda
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan faktor dari lingkungan.
Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal,
unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan
dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara,
suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan
sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri
atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik
maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat
mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau
basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada
dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaanpersenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini
umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3)
merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan
industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas
dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri
umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku
di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk.
Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk
mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

22

Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol,


debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat
belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida
belerang. Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan
batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen
(NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga
listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator)
untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx
dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati
cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut
dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4). Oleh
sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan
terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini
tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen
renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi
tidak dapat dihindari lagi.
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi yang berasal dari lingkungan :
1. Manusia
a. Limbah Rumah tangga
Limbah rumah tangga terdiri dari dua jenis yaitu :
Limbah padat
Limbah padat rumah tangga berupa sampah.
Limbah-limbah tersebut sengaja dibuang di kali (sungai yang
berada dibawah jembatan Juanda) . Hal ini mengakibatkan
berubahnya kondisi PH air kali tersebut.

24 Mei 2014 09.17.16

24 Mei 2014 09.17.12

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

23

2. Alam
a. Curah Hujan Tinggi
Depok merupakan salah satu daerah yang memiliki curah hujan yang
tinggi, yaitu 20mm perhari, di mana hujan inilah yang mengakibatkan
baja yang terdapat pada jembatan juanda menjadi korosi.
b. Suhu dan Kelembaban
Ekstrimnya suhu di daerah Depok memengaruhi kelembaban di sekitar

Jembatan Juanda.

Cara Pencegahan Korosi


1. Pengecatan Permukaan Logam
Cara ini merupakan suatu cara pengendalian korosi yang sudah
umum dilakukan. Lingkungan dimana struktur baja jembatan yang perlu
diberi pengecatan berada dapat dibagi dalam 2 golongan besar
lingkungan yaitu lingkungan atmosfir dan lingkungan air, lingkungan lingkungan ini berbeda satu sama lain baik secara fisik maupun
komposisi kimia dari faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan
korosi.
Umur proteksi cat adalah jangka waktu antara selesainya
pelaksanaan pengecatan dengandimulainya pelaksanaan pemeliharaan
pertama, misalnya: umur proteksi cat 5 tahun, Maksudnya: jangka
waktu antara selesainya pelaksanaan pengecatan dengan dimulainya

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

24

pelaksanaan pemeliharaan pertama adalah 5 tahun. Kategori umur


proteksi cat dapat dilihat dalam Tabel 1. berikut:
Persiapan permukaan, mutu cat, pelaksanaan pengecatan, jumlah
lapisan cat / tebal lapisan cat dan kondisi lingkungan / iklim
menyebabkan umur proteksi cat bervariasi dari 1 sampai 10 tahun.
Apabila struktur baja jembatan berada dalam lingkungan yang sangat
korosif dan pengecatan dilaksanakan dengan menggunakan mutu cat
yang kurang baik serta persiapan permukaan juga kurang baik/bersih
maka cat akan rusak jauh sebelum umur proteksi cat.
2. Melumuri dengan oli atau minyak
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin oli atau
minyak mencegah kontak besi dengan air

3. Dibalut dengan plastik


Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan kerancang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi udara dan air.

4. Tin plating (pelapisan dengan timah)


Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan
timah.Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electro
plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi
timah tidak mengalami korosi karena tidak adanya kontak dengan
oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi
besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang
cacat, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat
korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif
daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan
demikian timah mendorong korosi besi.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

25

5. Galvanisasi (pelapisan dengan zink)


Pipa besi, tiang telepon, badan mobil, dan berbagai barang lain
dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi
dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu
mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial
reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan
zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode.
Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.

6. Cromium plating (pelapisan dengan kromium)


Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil.
Cromium plating juga dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti zink,
kromium juga dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium
itu ada yang rusak.

7. Sacrificial protection (pengorbanan anode)


Magnesium adalah logam yang jauh labih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) aripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi
maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak.Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal
laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

2. Retak Pada Aspal


Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan
sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke
lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan
membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum,
2007). Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

26

lemah pada setiap material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi


tegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian tersebut, sehingga material
tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam dan terjadilah
kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang
lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak
tergantung pada sifat material tersebut (Roque, 2010).
Kerusakan pada perkerasan jalan terbagi ke dalam beberapa kategori,
yaitu:
1. Kerusakan permukaan jalan
Pada kategori kerusakan permukaan jalan dibagi menjadi tiga bagian:

Retak (cracking)

Lubang (potholing)

Pelepasan butir (raveling)

Cacat tepi perkerasan (edge break)


2. Kerusakan deformasi
Pada kategori kerusakan deformasi dibagi menjadi dua bagian:
Alur (rutting)
Ketidakrataan (roughness)
3. Kerusakan tekstur permukaan jalan
Pada kategori tekstur permukaan jalan dibagi menjadi dua bagian:
Kedalaman tekstur (texture depth)
Kekesatan (skid resistance)
4. Kerusakan akibat sistem drainase yang buruk.
Pada Jembatan Juanda ini, jenis keretakan yang terjadi adalah
Potholes (Lubang).

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

27

Lubang (Potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil


sampai besar. Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air ke
dalam lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya

24 Mei 2014 09.30.16

kerusakan jalan.
Lubang dapat terjadi akibat :
a. Campuran material lapis permukaan jelek, seperti:
1. Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
2. Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak
baik.
3. Temperatur campuran tidak memenuhi persyaratan.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan antara aspal dan agregat
mudah lepas akibat pengaruh cuaca.
c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan
mengumpul dalam lapis perkerasan.
d. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani aehingga air meresap
dan mengakibatkan terjadinya lubang-lubang kecil.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

28

Lubang-lubang tersebut dapat diperbaiki dengan cara dibongkar


dan dilapisi kembali. Perbaikan yang bersifat permanen juga disebut
juga deep patch (tambalan dalam), yang dilakukan sebagai berikut:
a. Bersihkan lubang dai air dan material-material yang lepas.
b. Bongkar bagian lapis permukaan dan pondasi sedalam-dalamnya
sehingga mencapai lapisan yang kokoh (potong dalam bentuk yang
persegi panjang).
c. Beri lapis tack coat sebagai lapis pengikat.
d. Isikan campuran aspal dengan hati-hati sehingga tidak terjadi
segregasi.
e. Padatkan lapis campuran dan bentuk permukaan sesuai dengan
lingkunganya.

KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL

29

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://hadiman88.wordpress.com/2013/03/14/korosi-dan-pencegahan/
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124996-R040863Studi%20efektifitas-Literatur.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/1516/3/2TS12436.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25717/3/Chapter%20I
I.pdf

Anda mungkin juga menyukai