Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL SURVEY JEMBATAN

“JEMBATAN BAJA”

Dibuat dan disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Kenaikan Kelas
Kompetensi Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
Tahun Pelajaran 2019/2020

Disusun Oleh:
Nama : Ahmad Nurfitrian
NIS : 18-04-7678
Kelas : XI DPIB-A
Jurusan : Teknik Arsitektur

DESAIN PEMODELAN DAN INFORMASI BANGUNAN


SMK NEGERI 2 SALATIGA
TAHUN 2019/2020
PENGESAHAN

Makalah yang berjudul “LAPORAN HASIL SURVEY JEMBATAN” ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas mata pelajaran Konstruksi Jalan
dan Jembatan (KJJ) di Semester 2
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
Tahun Pelajaran 2019/2020

Di sahkan oleh Guru Mata Pelajaan KJJ, pada


Hari, Tanggal: 2020

Koordinator 1 Koordinator 2
Mata Pelatajarn KJJ Mata Pelajaran KJJ

Dina Dyah Sari Rahmah, S. Pd Rina Tri Rahayu, S. Pd


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Laporan Tugas Akhir
Observasi Jembatan” ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan (KJJ) di Semester Genap tahun 2019/2020.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Dina dan Bu Rina
selaku guru pembimbing mata pelajaran Konstruksi Jalan dan Jembatan dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung.
Dalam makalah ini terdapat berbagai materi tentang jembatan. Materi
tersebut antara lain pengertian jembatan, jenis-jenis jembatan, jenis jembatan yang
kami survey, laporan hasil survey jembatan, dll.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Maka kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat.

Salatiga, Mei 2020

AHMAD NURFITRIAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi
tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan
menjadi suatu bahan studi yang menarik. Jembatan mungkin tidak ada
artinya bagi orang-orang yang bertempat tinggal di daerah dataran yang
rata, tidak didapati adanya sungai, jurang, tebing, ataupun keadaan
dimana kita akan berpindah tempat namun ada penghalang di depan
kita. Sebaliknya, jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh orang-orang
yang bertempat tinggal di daerah yang sangat sulit dijangkau, sehingga
jembatan sangat di butuhkan sebagai alat penghubung dari satu tempat
ke tempat lain.
Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya
dipandang sebagai alat penghubung antara tempat satu dengan tempat
yang lain, melainkan sebagai sarana untuk memperlancar kegiatan
manusia, serta membantu berkembangnya suatu daerah yang selama ini
sulit di akses, apalagi Indonesia ini sebagai negara yang berkembang,
akses ke daerah-daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan
adanya jembatan ini sangat membantu hal tersebut.
Ada banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun
pada makalah ini saya akan memfokuskan pembahasan pada jembatan
baja . Hal ini dikarenakan tugas dari sekolah yang memberikan tugas
jembatan baja. Di Indonesia banyak sekali ditemukan jembatan baja
contohnya jembatan penyebrangan,jembatan kereta api dan masih
banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa jembatan baja sangat
berpengaruh pada pembangunan indonesia.
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan jembatan Baja.
2. Mengetahui komponen-komponen jembatan Baja.
3. Mengetahui efek non-linier pada elemen struktur jembatan Baja.
4. Mengetahui idealisasi struktur pada elemen jembatan Baja.

C. MANFAAT
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan jembatan Baja.
2. Dapat mengetahui komponen-komponen jembatan Baja.
3. Dapat mengetahui efek non-linier pada elemen struktur
jembatan.
4. Dapat mengetahui idealisasi struktur pada elemen jembatan
Baja.

BAB 2 LANDASAN TEORI


A. PENGERTIAN JEMBATAN
Suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua
bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, jalan kereta api,
jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.

B. JENIS – JENIS JEMBATAN Menurut Fungsinya


 Menurut Material yang Digunakan
a. Jembatan jalan raya (highway bridge), Jembatan ini diharapkan
beban lalu lintas kendaraan, baik ringan dan kendaraan berat.
Jembatan jalan raya yang menghubungkan jalan ke jalan lain.
b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge), Jembatan secara khusus
dirancang untuk dilintasi kereta api. Perencanaan jembatan kereta
api, jembatan clearance, kereta api sampai beban diterima oleh
jembatan ditetapkan untuk melatih di jembatan

c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge),


Jembatan yang digunakan untuk menyeberang jalan. Fungsi
jembatan ini adalah untuk memberikan perintah ke jalan-jalan di
mana jembatan pejalan kaki dan memberikan keamanan dan
pengurangan faktor kecelakaan pejalan kaki.

 Menurut Tipe Strukturnya


a)  Jembatan Kayu (Log Bridge), konstruksi sederhana dengan bentang
pendek dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.

b)   Jembatan Baja (Steel Bridge), konstruksi sederhana dengan


bentang pendek dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan
modern.

c)   Jembatan Beton (Concrete Bridge), konstruksi sederhana dengan


bentang pendek dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan
modern.

d)   Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge),


Konstruksi sederhana dengan bentang pendek dan dapat
dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.

e)   Jembatan Komposit (Composite Bridge), Konstruksi sederhana


dengan bentang pendek dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa
peralatan modern.

f)   Jembatan Bambu, Konstruksi sederhana dengan bentang pendek


dan dapat dikerjakan/dibangun tanpa peralatan modern.
 Menurut Fungsinya
a) Jembatan plat (slab bridge), Elemen struktur horizontal yang
berfungsi untuk menyalurkan beban mati ataupun beban hidup
menuju rangka pendukung vertical dari suatu sistem struktur.
b) Jembatan plat berongga (voided slab bridge), Plat beton
prategang yang biasa digunakan untuk bentangan yang lebih
panjang pada jembatan.
c) Jembatan gelagar (girder bridge),
d) Jembatan rangka (truss bridge), Menyusun tiang-tiang jembatan
yang berupa rangka membentuk segitig. Setiap sturktur truss
yang terhubung harus ditekankan terhadap beban statis dan
beban dinamis yang diterima oleh jembatan.
e) Jembatan pelengkung (arch bridge), Sebuah jembatan yang
terdapat struktur berbentuk setengah lingkaran dengan abutmen
pada kedua sisinya.
f) Jembatan gantung (suspension bridge), Berfungsi sebagai
pemikul langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan
tersebut. Seluruh beban yang lewat di atasnya ditahan oleh
sepasang kabel penahan yang bertumpu di atas 2 pasang menara
dan 2 pasang blok angkur.
g) Jembatan kabel (cable stayed bridge), Menggunakan kable baja
yang kuat dan kokoh untuk menahan setiap beban yang melewati
jembatan.
h) Jembatan kantilever (cantilever bridge), Pada system ini balok
jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang (precast), segmen demi
segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi
(balance) atau satu sisi dengan pengimbang balok beton yang
sudah dilaksanakan lebih dahulu.
C. BAGIAN – BAGIAN JEMBATAN
Bagain-bagian dari suatu jembatan terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
A. Bangunan Atas (super struktur), yang terdiri atas:
1. Gelagar-gelagar utama (rangka utama), yang terbentang dari
titik tumpu ke titik tumpu lain. Gelagar-gelagar ini terdiri dari
batang diagonal, horizontal dan vertical yang membentuk
rangka utama dan terletak pada kedua sisi jembatan.
2. Gelagar melintang, berupa baja profil yang terletak di bawah
lantai kendaraan, gunanya sebagai pemikul lantai kendaraan.
3. Lantai kendaraan, terletak di atas gelagar melintang, biasanya
terbuat dari kayu atau pasangan beton bertulang dan seluruh
lebar bagiannya digunakan untuk lalulintas kendaraan.
4. Lantai trotoar, terletak di pinggir sepanjang lantai kendaraan
dan digunakan sebagai tempat pejalan kaki.
5. Pipa sandaran, terbuat dari baja yang dipasang diantara tiang-
tiang sandaran di pinggir sepanjang jembatan atau tepi lantai
trotoar dan merupakan pembatas dari kedua sisi samping
jembatan.
6. Tinang sandaran, terbuat dari beton bertulang atau baja profil
dan ada juga yang langsung dipasang pada rangka utama,
gunanya untuk menahan pipa sandaran.
B.  Bangunan bawah (sub structure), yang terdiri dari:

 Pilar, berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya vertical dan


horizontal dari bangunan atas pada pondasi.

 Pangkal (abutment), pangkal menyalurkan gaya vertical


dan horizontal dari bangunan atas pada pondasi dengan fungsi
tambahan untuk mengadakan peralihan tumpuan dari timbunan
jalan pendekat ke bangunan atas jembatan. Ada beberapa tipe
dan jenis abutment, yaitu:
1. Tipe gravitasi, kontruksi terbuat dari pasangan batu
kali. Digunakan bila tanah keras dekat dengan
permukaan.
2. Tipe T terbalik (kantilever), kontruksi terbuat dari beton
bertulang, bentuknya langsing sehingga dalam proses
pembuatannya sangat mudah dari pada tipe-tipe yang
lain.
3. Tipe dengan penopang, bentuknya kontruksinya sama
dengan tipe kantilever  tetapi ditambahkan penopang
dibelakangnya, yang berguna untuk melawan pengaruh
tekanan tanah dan gaya angkat (bouyvancy).
D. JEMBATAN BAJA
1. PENGERTIAN JEMBATAN BAJA

Komponen Struktural Jembatan Rangka Baja Bagian-bagian


struktural dari jembatan rangka baja adalah : pelat lantai, gelagar
memanjang, gelagar melintang, rangka dan ikatan angin.

2. BAGIAN – BAGIAN JEMBATAN BAJA


Keterangan :

1.   Bangunan atas
2.   Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3.   Bangunan Bawas ( memikul beban )
4.   Pondasi
5.   Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6.   Bangunan pengaman

Menurut ( Siswanto, 1993 ) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi


dalam 4 bagian utama, yaitu :
1.   Struktur Atas
2.   Struktur Bawah
3.   Jalan pendekat
4.   Bangunan pengaman

1. Struktur Atas (Superstructure)

Struktur atas jembatan adalah bagian jembatan yang menerima beban


langsung baik dari lalu lintas kendaraan, beban pejalan kaki, dan bahkan beban
mati untuk selanjutnya di salurkan ke struktur bawah jembatan. Struktur atas
jembatan terdiri dari : gelagar-gelagar induk, struktur tumpuan atau perletakan,
struktur lantai jembatan dll.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :

1. Trotoar

berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang melewati
jembatan agar tidak mengganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoar
direncanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada samping lantai
jembatan yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat
jalan. Trotoar terbagi atas :
1. Sandaran (Hand Rail), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.
2. Tiang Sandaran (Rail Post), biasanya dibuat dari beton bertulang untuk
jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran
menyatu dengan struktur rangka tersebut.
3. Peninggian Trotoar (Kerb)
4. Slab Lantai Trotoar

2. Slab Lantai Kendaraan

Berfungsi sebagai lewatan dan penahan beban kendaraan ketika lalu


lintas sedang berjalan.

3. Gelagar (Girder)

Terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang. Gelagar induk
atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah
jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang
merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan.

4. Balok Diafragma

Memiliki fungsi utama mengakukan Girder satu dengan lainnya dari


pengaruh gaya beban melintang

Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)

Untuk mendapatkan kekakuan jembatan pada arah melintang dan


menjaga torsi maka diperlukan adanya ikatan-ikatan angin tersebut. Ikatan
angin pada jembatan berfungsi untuk memberi kekakuan pada jembatan dan
meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir

5. Andas

Andas bisa disebut juga sendi, yaitu sendi yang diletakkan dibawah
jembatan sebagai tumpuan beban dari bentangan jembatan.
Andas ada 3 bagian yaitu andas hidup, andas mati dan rol, andas hidup
adalah bagian yang bisa bergerak dan nempel di bentangan jembatan, andas
mati adalah yang tertanam di tanah dan rol sebagai poros bearing.

6. Tumpuan (Bearing)

Karet jembatan yang merupakan salah satu komponen utama dalam


pembuatan jembatan, yang berfungsi sebagai alat peredam benturan antara
jembatan dengan pondasi utama.

2. Struktur Bawah (Substructures)

Fungsi utama struktur bawah adalah memikul beban –  beban pada


struktur atas dan juga beban pada struktur bawah itu sendiri untuk disalurkan
ke pondasi. Yang selanjutnya beban –  beban tersebut oleh pondasi disalurkan
ke tanah dasar.

Struktur bawah jembatan umumnya meliputi

1. Pangkal Jembatan (Abutment)

merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas


dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bagian – bagian abutment terdiri dari:

1. Dinding belakang (Back wall)


2. Dinding penahan (Breast wall)
3. Dinding sayap (Wing wall
4. Oprit / Plat injak (Approach slab), merupakan jalan pelengkap untuk
masuk ke jembatan dengan kondisi disesuaikan agar mampu
memberikan keamanan saat peralihan dari ruas jalan menuju
jembatan.
5. Konsol pendek untuk jacking (Corbel)
6. Tumpuan (Bearing)
2. Pilar jembatan (Pier)

Terletak di tengah jembatan yang memiliki fungsi yaitu mentransfer gaya


beban jembatan ke pondasi. Sesuai dengan standar yang ada, panjang
bentang rangka baja, sehingga apabila bentang sungai melebihi panjang
maksimum jembatan tersebut maka dibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian –
bagian antara lain :

1. Kepala Pilar
2. Kolom Pilar
3. Pilecap

3. Drainase

Fungsi drainase adalah untuk mengalirkan air hujan secepat mungkin ke


luar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktu yang lama.
Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan struktur
dari jembatan itu sendiri. Saluran drainase ditempatkan pada tepi kanan dan kiri
dari badan jembatan (saluran samping), dan gorong – gorong.

4. Pondasi

Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban di atasnya ke tanah


dasar. Pada perencanaan pondasi harus terlebih dahulu melihat kondisi
tanahnya. Dari kondisi tanah ini dapat ditentukan jenis pondasi yang akan
dipakai. Pembebanan pada pondasi terdiri atas pembebanan vertikal maupun
lateral, dimana pondasi harusmampu menahan beban luar diatasnya maupun
yang bekerja pada arah lateralnya. Berdasarkan sistemnya tipe pondasi yang
dapat digunakan untuk perencanaan jembatan antara lain :

1. Pondasi telapak (Spread footing), Pondasi telapak digunakan jika lapisan


tanah keras (lapisan tanah yang dianggap baik mendukung beban)
terletak tidak jauh (dangkal) dari muka tanah. Dalam perencanaan
jembatan pada sungai yang masih aktif, pondasi telapak tidak dianjurkan
mengingat untuk menjaga kemungkinan terjadinya pergeseran akibat
gerusan.
2. Pondasi sumuran (Caisson), Pondasi sumuran digunakan untuk
kedalaman tanah keras antara 2-5 m. Pondasi sumuran dibuat dengan
cara menggali tanah berbentuk lingkaran berdiameter kurang dari 80 m.
penggalian secara manual dan mudah dilaksanakan. Kemudian lubang
galian diisi dengan beton siklop (1pc : 2 ps : 3 kr) atau beton bertulang
jika dianggap perlu. Pada ujung pondasi sumuran dipasang pier untuk
menerima dan meneruskan beban ke pondasi secara merata.
3. Pondasi Tiang (Pile Foundation)
4. Tiang Pancang Kayu (Log Pile)
5. Tiang Pancang Baja (Steel Pile)
6. Tiang Pancang Beton (Reinforced Concrete Pile)
7. Tiang Pancang Komposit (Compossite Pile)

3. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN JEMBATAN BAJA

Keuntungan memakai material besi/ baja daripada beton

Selain kapasitas baja untuk menahan beban berat selama masa


layan, perencanaan juga harus memasukkan faktor arsitektur. berdasarkan
pertimbangan itu, jembatan baja menawarkan beberapa keuntungan daripada
beton di antaranya yaitu :
1. Besi baja mempunyai kuat tarik  dan kuat tekan yang tinggi,
sehingga dengan material yang sedikit bisa memenuhi kebutuhan
struktur.
2. Keuntungan lain bisa menghemat tenaga kerja karena besi baja
diproduksi di pabrik, sehingga  di lapangan hanya tinggal
pemasangannya saja.
3. Setelah selesai masa layan, besi baja bisa dibongkar dengan mudah
dan dipindahkan ke tempat lain, setelah masa layan, jembatan baja
bisa dengan mudah diperbaiki dari karat yang menyebabkan
penurunan kekuatan strukturnya.
4. Pemasangan jembatan baja di lapangan lebih cepat dibandingkan
dengan jembatan beton dan memerlukan ruang yang relatif kecil di
lokasi konstruksi. Ini adalah salah satu  keuntungan  dari jembatan
baja ketika lokasi itu berhubungan dengan lokasi proyek padat dan
sempit.
5. Rendahnya biaya pemasangan, jadwal konstruksi yang lebih cepat,
dan keselamatan kerja sewaktu pemasangan lebih terjamin.

Di samping itu jembatan baja juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

1. Bisa berkarat
2. Lebih berisik jika dilewati beban seperti kereta api.
Karena itu ada penelitian dan pengembangan untuk masalah ini
yaitu mengembangkan baja mutu tinggi tahan korosi yang sangat
berguna jika jembatan berada di daerah laut yang kadar garamnya
tinggi. Untuk mengatasi kebisingan , maka dikembangkan beton
komposit dengan baja di atas permukaannya, sehingga bisa
menurunkan tingkat kebisingan.
4. CARA PERAWATAN JEMBATAN BAJA

Dilakukannya pengecatan agar lapisan luar dari jembatan itu sendiri


tidak berkarat sehingga baja tersebut tidak mudah keropos.
BAB 3 HASIL OBSERVASI
A. HASIL OBSERVASI
 Panjang bentang jembatan : 21 m
 Lebar jembatan : 4.5m
 Tinggi jembatan : 3m
 Jumlah balok diafragma melintang : 9 buah

B. PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI

 Dari penjelasan diatas,ada penelitian dan pengembangan


untuk masalah ini yaitu mengembangkan baja mutu tinggi tahan
korosi yang sangat berguna jika jembatan berada di daerah laut
yang kadar garamnya tinggi. Untuk megatasi kebisingan, maka
dikembangakan jembatan komposit dengan baja di atas
permukaannya, sehingga bias menurunkan tingkat kebisingan.
BAB 4 KESIMPULAN
A, KESIMPULAN
Jembatan dengan menggunakan baja sudah banyak digunakan diIndonesia
karena kekuatannya. Jembatan baja tidak hanya memiliki kelebihan tetpi juga
kekurangan. Semua jembatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing
masing disesuaikan dengan tempatnya masing masing pula. Jika jembatan
diutempatkan pada lokasi dan fungsi yang benar maka jembatan akan awet dan
tahan lama. Sebaliknya jika jembatan ditempatkan ditempat dan fungsi yang
tidak sesuai maka jembatan akan mudah rusak dan tidak awet.

B,SARAN

1. Perencanaan pembangunan jembatan selalu mengacu pada


peraturan, landasan ataupun standar terbaru yang dikeluarkan
pihak yang berwenang sehingga dalam pelaksanaannya
hendaknya didasari oleh peraturan dan standar-standar yang
berlaku dan standar yang terbaru.
2. Perencanaan yang matang adalah unsur utama dalam
menjadikan struktur yang baik sehingga dalam
perencanaan hendaknya dilakukan dengan tempo waktu yang
terbaik tanpa harus tergesa-gesa.
3. Dalam perencanaan suatu konstruksi hendaknya mengacu
pada prinsi 3KE yaitu gabungan antara unsur kekuatan,
keselamatan, kenyamanan dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai