Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH JEMBATAN CABLE STAYED

Kamila Azira Chalid

20187314

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
ABSTRAK

Jembatan merupakan bangunan yang dibangun di atas rel kereta api, sungai, atau
jalan sehingga orang atau kendaraan dapat menyeberang dari satu sisi ke sisi lain.
Jembatan juga merupakan struktur yang dibangun untuk menjangkau penghalang
fisik tanpa menutup jalan di bawahnya seperti badan air, lembah, atau jalan,
untuk tujuan memberikan jalan melewati rintangan. Bangunan jembatan harus
kuat menahan kendaraan berat yang lewat di atasnya, kuat menahan tiupan angin
dari sampingm kuat menahan getaran yang terjadi akibat gempa. Dalam Tugas
Akhir ini memiliki tujuan untuk melihat estetika dari jembatan cantilever spar
cable stayed bridge , cara mendesign struktur atas dari jembatan tersebut dan
menganalisis perhitungan kontruksi struktur atas dari jembatan tersebut.
Jembatan Cantilever Spar Cable Stayed merupakan jembatan dengan desain
modern. Desain jembatan ini terbilang unik dan tidak biasa karena beban
jembatan tersebut dipengaruhi oleh kekuatan dari pylon dengan penekanan
terhadap kabel tetap yang unik dengan girder yang menahan beban kendaraan
yang saling berkesinambungan. Beban dari kendaraan akan disalurkan melalui
girder ke kabel yang akan diteruskan ke pylon. Perencanaan ini memiliki tujuan
menganalisa desain dan perhitungan stuktur atas jembatan yang terbebani oleh
beban mati dan beban hidup seperti beban dari lalulintas kendaraan sesuai
dengan pembebanan yang ada di Indonesia. Jembatan ini memiliki bentang 252 m
dan tinggi pylon 147 m. Perhitungan desain rangka jembatan menggunkan
bantuan aplikasi SAP 2000 V.14 dan MIDAS Civil, pembebanan mengacu pada
RSNI T-02-2005 tentang pembebanan standart jembatan, RSNI T-03-2005 tentang
desain struktur baja untuk jembatan dan SNI 1725-2016 tentang pembebanan
jembatan.. Beban yang diperhitungkan adalah berat sendiri, beban mati
tambahan, beban “T”, beban lajur “D”, beban angin, dan beban gempa. Dari hasil
analisa perhitungan, didapat hasil dari perhitungan struktur atas jembatan
cantilever spar cable stayed diperoleh jembatan cable stayed yang kuat menahan
beban lalu lintas 11,554 kN/m untuk UNIFORM Distributed Load (UDL) dan
160,956 kN/m’ untuk Knife Edge Load (KEL), beban angin 4,134 kN/m. Struktur
jembatan terdiri dari plat lantai kendaraan beton bertulang tebal 20 cm dengan
tulangan lentur D19 – 100 dan tulangan bagi Ø10 - 200, gelagar memanjang
menggunakan box girder custom hexagonal BJ-50 375 x 444 cm, gelagar
melintang menggunakan baja BJ-41 profil WF 1200.450.16.38, ribs menggunakan
baja BJ-41 profil WF 700.300.15.28, shear connector Ø 22 mm, pylon f'c 50 MPa
800 x 800 cm dengan tulangan utama 150D40.

ABSTRACT

Bridge is a structure that is built over a railway, river, or road so that people or
vehicles can cross from one side to the other. Another definition of the bridge is a
structure built to span physical obstacles without closing the way underneath
such as a body of water, valley, or road, for the purpose of providing passage over
the obstacle. Bridge construction must be srongth enough to withstand heavy
truck which pass over the bridge, must be strongth enough to withstand side wind
blow, and must be strongh enough to withstand shake of earthquick. This final
assignment have objective to see esthetic of Cantilever Spar Cable Stayed Bridge,
how to design superstructure of the bridge and the analysis calculation
construction structure of the bridge. Cantilever Spar Cable Stayed Bridge
Cantilever Cables Cantilever Bridges is a bridge with modern designs. This design
is very unique and unusual because the bridge load is affected by the strength of
the pylon with an emphasis on unique fixed cables with girder that withstand a
continuous load of vehicles. The load from the vehicle will be channeled through
the girder to the cable that will be forwarded to the pylon. This design to analyze
the design and calculation of structures that are burdened by dead loads and live
loads such as the load from vehicle traffic in accordance with the existing loading
in Indonesia. This bridge has a span of 252 m and pylon height of 147 m. This
design was used to implement the SAP 2000 V.14 and MIDAS Civil projects,
loading it on RSNI T02-2005 about Standard Loading for Bridge, RSNI T-03-2005
about Design Steel Structure for Bridge and SNI 1725-2016 about Loading for
Bridge. The loads to be calculated in designing the bridge are bridge load, T load,
D load, wind load, and earthquake load. From the results of the calculation
analysis, obtained results from the calculation of the structure of the cantilever
spar cable stayed bridge obtained by the bridge which can withstand 11,554 kN/m
of traffic load for UDL, 160,956 kN/m for KEL, and 4,134 kN/m of wind load. Bridge
structure consist of reinforced concrete slab 20 cm thickness, long-span box girder
BJ-50 – (375 x 444)cm, BJ-41 with steel profile WF 1200.450.16.38 for cross girder,
rib using steel BJ-41 profile 700.300.15.28, shear connector Ø 22 mm, pylon fc 50
MPa (800 x 800) cm with main reinforcement 150D40.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi
tingkat kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi
suatu bahan studi yang menarik. Jembatan mungkin tidak ada artinya bagi
orang-orang yang bertempat tinggal di daerah dataran yang rata, tidak
didapati adanya sungai, jurang, tebing, ataupun keadaan dimana kita akan
berpindah tempat namun ada penghalang di depan kita. Sebaliknya,
jembatan dirasa sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal
di daerah yang sangat sulit dijangkau, sehingga jembatan sangat di butuhkan
sebagai alat penghubung dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang
sebagai alat penghubung antara tempat satu dengan tempat yang lain,
melainkan sebagai sarana untuk memperlancar kegiatan manusia, serta
membantu berkembangnya suatu daerah yang selama ini sulit di akses,
apalagi Indonesia ini sebagai negara yang berkembang, akses ke daerah-
daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan adanya jembatan ini
sangat membantu hal tersebut.
Ada banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun pada
makalah ini saya akan memfokuskan pembahasan pada jembatan dengan
tipe cable stayed . Hal ini dikarenakan cukup banyak negara yang
menggunakan yang metode ini seperti Republik Rakyat Cina, Jepang,
Inggris, dan banyak negara baik di eropa dan di asia. Di Indonesia ada 2
jembatan yang menggunakan metode ini yaitu jembatan Suramadu yang
menghubungkan Surabaya dan Bangkalan atau Pulau Madura, dan jembatan
Balerang yang terletak di Batam Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan
bahwa jembatan dengan tipe cable stayed mulai digunakan di banyak
negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jembatab cable stayed ?
2. Apa saja komponen jembatan cable stayed ?
3. Bagaimana Efek Non-linier pada Elemen Struktur jembatan cable stayed ?
4. Bagaimana Idealisasi Struktur pada jembatan cable stayed ?

C. Manfaat
Manfaat dibuat makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan
jembatan cable stayed.
2. Mahasiswa mengetahui komponen-komponen jembatan cable stayed.
3. Mahasiswa mengetahui efek non-linier pada elemen struktur jembatan cable
stayed.
4. Mahasiswa mengetahui Idealisasi Struktur pada elemen jembatan cable
stayed.
5. Membandingkan jenis jembatan cable stayed dengan jenis jembatan lain.
6. Makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bagi para
pembaca.
D. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan jembatan cable stayed.
2. Mengetahui komponen-komponen jembatan cabel stayed.
3. Mengetahui efek non-linier pada elemen struktur jembatan cable stayed.
4. Mengetahui idealisasi struktur pada elemen jembatan cable stayed.
ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Jembatan Cable Stayed


Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang
berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh
adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau,
saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak
sebidang dan lain-lain.
Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe
struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada
konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain :
1. Jembatan plat (slab bridge),
2. Jembatan plat berongga (voided slab bridge),
3. Jembatan gelagar (girder bridge),
4. Jembatan rangka (truss bridge),
5. Jembatan pelengkung (arch bridge),
6. Jembatan gantung (suspension bridge),
7. Jembatan kabel (cable stayed bridge),
8. Jembatan cantilever (cantilever bridge).
Jembatan cable stayed adalah salah satu dari beberapa tipe jembatan
bentang panjang. Jembatan jenis ini memiliki karakteristik yang
menguntungkan dibandingkan dengan tipe jembatan bentang panjang yang
lain baik dari segi teknis, ekonomis, maupun estetika.
Sebuah jembatan cable-stayed memang terlihat apik dan indah ketika
dipandang. Jembatan yang mengandalkan tali sebagai penahan beban
jembatan diperuntukkan bagi lintasan antar wilayah yang biasanya terpisah
oleh sungai, lembah ataupun diatas tanah datar. Konstruksi yang kompleks
membuat jembatan sulit untuk dibangun. Namun keindahan kabel bentangan
menjadi daya tarik tersendiri bagi jembatan.
Jembatan cable stayed (Kabel Tetap) sudah dikenal sejak lebih dari 200
tahun yang lalu (Walther, 1988) yang pada awal era tersebut umumnya
dibangun dengan menggunakan kabel vertical dan miring seperti Dryburgh
Abbey Footbridge di Skotlandia yang dibangun pada tahun 1817. Jembatan
seperti ini masih merupakan kombinasi dari jembatan cable stayed modern.
Sejak saat itu jembatan cable stayed mengalami banyak perkembangan dan
mempunyai bentuk yang bervariasi dari segi material yang digunakan
maupun segi estetika.
Pada umumnya jembatan cable stayed menggunakan gelagar baja,
rangka, beton atau beton pratekan sebagai gelagar utama (Zarkasi dan
Rosliansjah, 1995). Pemilihan bahan gelagar tergantung pada ketersediaan
bahan, metode pelaksanaan dan harga konstruksi. Penilaian parameter
tersebut tidak hanya tergantung pada perhitungan semata melainkan masalah
ekonomi dan estetika lebih dominan. Kecenderungan sekarang adalah
menggunakan gelagar beton, cast in situ atau prefabricated (pre cast).
Jembatan cable stayed merupakan tipe jembatan bentang panjang yang
estetis dan sering digunakan sebagai prasarana transportasi yang penting.
Struktur jembatan ini terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural
seperti pilar, kabel dan dek jembatan. Dek jembatan digantung dengan kabel
prategang yang diangkur pada pilar. Dengan demikian, semua gaya-gaya
gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan ditransfer ke
tanah melalui kabel dan pilar. Kabel akan menerima gaya tarik sedangkan
pilar memikul gaya tekan yang sangat besar disamping efek lentur
lainnya (Yuskar dan Andi,2005).
1. Keuntungan
Keuntungan secara umum penggunaan jembatan cable stayed, yaitu:
a. Tahan terhadap angin
b. Lebih kaku dibanding dengan jembatan gantung
c. Mampu menahan beban hingga 5 ton
d. Murah dalam perawatan karena menggunakan baja
e. Konstruksi lebih ringan
f. Cepat dilaksanakan karena sistem komponen baja (pra fabrikasi)
g. Terputusnya kabel tidak serta merta jembatan menjadi runtuh
Keuntungan jembatan cable stayed dengan jumlah kabek banyak dapat
disebutkan sebagai berikut ini.
a. Jumlah dukungan elastik yang besar menyebabkan lentur yang sedang pada
arah longitudinal dek, baik selama pelaksanaan maupun dalam
pengoperasian, membuat metode pelaksanaan sederhana dan ekonomis,
b. Kabel individual lebih kecil dibandingkan sebuah struktur kabel
penggantung yang terkonsentrasi, sederhana dalam pemasangan dan
pengangkerannya,
c. Penggantian kabel relative mudah bila diperlukan, meskipun kabel telah
diberi pelinding terhadap korosi.
Jarak antar kabel maksimum tergantung pada parameter, khususnya
lebar dan bentuk dek. Jika dek dari baja atai beton komposit, pelaksanaan
konstruksi dapat diselesailkan dengan corbelling out, jika kabel yang sangat
rapat tidak memberikan keuntungan besar. Sebagai ketentuan umum, jarak
antara 15 m dan 25 m dapat digunakan. Penggunaan jarak yang lebih besar
masih dapat dimungkinkan dengan alasan tertentu. Jika dek dari beton,
design dengan banyak kabel penggantung terpisah 5 m – 10 m memberikan
banyak keuntungan dan mungkin sangat penting untik struktur dengan
bentang panjang (Walther, 1988).
2. Kekurangan
Bentang main span terbatas karena keterbatasan sudut kabel. Untuk
menambah panjang span, diperlukan pilon yang makin tinggi dengan
konsekuensi gaya tekan pada deck makin besar.
B. Komponen Jembatan Cable Stayed
Pada dasarnya komponen utama jembatan cable stayed terdiri atas sistem
kabel, menara atau pylon, dan gelagar.
1. Sistem kabel
Sistem kabel merupakan salah satu hal mendasar dalam perencanaan
jembatan cable stayed. Kabel digunakan untuk menopang gelagar diantara
dua tumpuan dan memindahkan beban tersebut ke menara. Secara umum
sistem kabel dapat dilihat sebagai tatanan kabel transversal dan tatanan
kabel longitudinal. Pemillihan tatanan kabel tersebut didasarkan atas
berbagai hal karena akan memberikan pengaruh yang berlainan terhadap
perilaki struktur terutama pada bentuk menara dan tampang gelagar. Selain
itu akan berpengaruh pula pada metode pelaksanaan, biaya dan arsitektur
jembatan. Sebagian besar struktur yang sudah dibangun terdiri atas dua
bidang kabel dan diangkerkan pada sisi-sisi gelagar (Walther, 1988). Namun
ada beberapa yang hanya menggunakan satu bidang. Penggunaan tiga
bidang atau lebih mungkin dapat dipikirkan untuk jembatan yang sangat
lebat agar dimensi balok melintang dapat lebih kecil.
a. Tatanan kabel tranversal
Tatanan kabel tranversal terhadap areah sumbu longitudinal jembatan dapat
dibuat satu atau dua bidang dan sebaliknya ditempatkan secara simetri. Ada
juga perencana yang menggunakan tiga bidang kabel sampai sekarang
belum dapat diterapkan di lapangan.
1) Sistem satu bidang.
Sistem ini sangat menguntungkan dari segi estetika karena tidak terjadi
kabel bersilangan yang terlihat oleh pandangan sehingga terlihat penampilan
struktur yang indah. Kabel ditempatkan di tengah-tengah dek dan
membatasi dua arah jalur lalu lintas. Kabel ditempatkan ditengah-tengah
dek menyebabkan torsi pada dek menjadi besar akibat beban lalu lintas yang
tidak simetri dan tiupan angin. Kelemahan tersebut diatasi dengan
menggunakan dek kaku berupa gelagar kotak (box girder) yang mempunyai
kekakuan torsi yang sangat besar. Penenpatan menara yang mengikuti
bidang kabel di tengah dek mengurangi lebar kendaraan sehingga perlu
dilakukan penambahan lebar sampai batas minimum yang dibutuhkan.
Secara umum jembatan yang sangat panjang atau sangat lebar tidak cocok
dengan penggantung kabel satu bidang.
2) Sistem dua bidang
Penggantung dengan dua bidang dapat berupa dua bidang vertikal sejajar
atau dua bidang miring yang pada sisi atas lebih sempit. Penggunaan bidang
miring dapat menimbulkan masalah yang pada lalulintas yang lewat diantara
dua bidang kabel, terlebih bila jembatan mempunyai bentang yang relative
pendek atau menengah. Kemiringan kabel akan sangat curam sehingga
mungkin diperlukan pelebaran dek jembatan. Pada ujung balok melintang
dimana akan dipasang angker kabel, mungkin akan terjadi kesulitan pada
pendetailan struktur, khususnya bila menggunakan beton pratekan.
Pengangkeran kabel dapar bertentangan dengan kabel prategang balok
melintang.
3) Sistem tiga bidang
Pada perencanaan jembatan yang sangat lebar atau membutuhkan jalur
lalulintas yang banyak, akan ditemui torsi yang sangat besar bila
menggunakan sistem kabel satu bidang dan momen lentur yang besar pada
tengah balok melintang bila menggunakan sistem dua bidang. Kejadian ini
menyebabkan gelagar sangat besar clan menjadi tidak ekonomis lagi.
Penggunaan penggantung tiga bidang dapat mengurangi torsi, momen
lentur, dan gaya geser berlebihan. Penggunaan penggatung tiga bidang
sampai saat ini masih berupa inovasi dan baru sampai pada tahap desain
( Walther, 1988).
2. Menara
Pemilihan bentuk menara sangat dipengaruhi oleh konfigurasi kabel,
estetika, dan kebutuhan perencanaan serta pertimbangan biaya. Bentuk –
bentuk menara dapat berupa rangka portal trapezoidal, menara kembar,
menara A, atau menara tunggal. Selain bentuk menara yang telah ada, masih
banyak bentuk menara lain namun jarang digunakan seperti
menara Y, menara V, dan lain sebagainya. Tinggi menara merupakan fungsi
dari panjang panel (Troisky, 1977).
3. Gelagar
Bentuk gelagar jembatan cable stayed sangat bervariasi namun yang paling
sering digunakan ada dua yaitu stiffening truss dan solid web (Podolny and
Scalzi, 1976). Stiffening truss digunakan ungtuk struktur baja dan solid
web digunakan untuk struktur baja atau beton baik beton bertulang maupun
beton prategang.
Bentuk yang paling banyak digunakan adalah bentuk solid web karena
memiliki kemudahan dalam pekerjaannya .
Gelagar yang tersusun dari solid web yang terbuat dari baja atau beton
cenderung terbagi atas dua tipe yaitu:
a. Gelagar pelat (plate girder), dapat terdiri atas dua atau banyak gelagar,
b. Gelagar box (box girder), dapat terdiri atas satu atau susunan box yang
dapat berbentuk persegi panjang atau trapezium.
Susunan dek yang tersusun dari gelagar pelat tidak memiliki kekakuan
torsi yang besar sehingga tidak dapat digunakan untuk jembatan yang
bentangnya panjang dan lebar atau jembatan yang direncanakan hanya
menggunakan satu bidang kabel penggantung. Dek jembatan yang
menggunakansatui atau susunan box akan memiliki kekakuan torsi yang
sangat besar. Gelagar beton umumnya berupa gelagar box tunggal yang
diberi pengaku pada jarak tertentu.
Solid web yang terbuat dari beton precast mempunyai banyak
keuntungan (Zarkasidan Roliansjah, 1995) antara lain:
a. Struktur dek beton cenderung untuk tidak bergetar dan dapat berbentuk
aerodinamis yang menguntungkan,
b. Komponen gaya horizontal pada kabel akan mengaktifkan gaya tekan pada
sistem dek dimana beton sangat cocok untuk menahan gaya desak,
c. Beton mempunyai berat yang sangat besar sehingga perbandingan beban
hidup dan mati menjadi kecil, sehingga perbandingan lendutan akibat beban
hidup dan mati tidak besar,
d. Pemasangan bangunan atas dan kabel yang relatif mudah dengan
teknikprestressing masa kini, prefabrikasi, segemental, dan mempunyai
kandungan lokal yang tinggi,
e. Pemeliharaan yang lebih mudah karena beton tidak berkarat seperti pada
baja.
Perilaku gelagar sebagau bagian yang terintegral dari sebuah
jembatan cable stayedmirip dengan perilaku gelagar menerus di atas
peletakan elastis. Akan tetapi selama tahap awal pembangunan dan
prapenegangan kabel akibat beban mati, dukungan kabel dapat dianggap
sebagai peletakan tetap.

C. Efek Non-linier pada Elemen Struktur


Struktur jembatan cable stayed merupakan struktur yang mempunyai efek
non-linier yang cukup berpengaruh. Meskipun struktur memiliki efek non-
linier, perhitungan gaya – gaya dalam dengan mengabaikan sifat non-linier
dapat dilakukan dengan memberikan anggapan-anggapan tertentu. Tiga
penyebab sifat non-linier adalah sag pada kabel, efek P-delta, dan sifat
material.
1. Non-linier pada Kabel
Akibat berat sendiri kabel menyebabkan terjadinya deformasi sepanjang
kabel yang cukup besar sehingga mengurangi kekakuan kabel.
Ketidaklinieran kabel terjadi ketika beban yang didukung bertambah
dan sag pada kabel berkurang sehingga panjang chord kabel akan
bertambah. Untuk menempatkan kabel sebagai komponen yang linier maka
modulus kabel harus diidealisasikan. Modulus elastisitas ideal akan
diperoleh melalui penurunan rumus dengan memperhatikan kabel miring
yang pada ujung bawah diberikan perletakan sendi dan pada ujung atas
diberi perletakan bergerak.
2. Efek P-delta
Efek non-linier ini disebabkan oleh gaya-gaya aksial tekan dan momen
lentur yang bekerja secara simultan pada struktur (gelagar dan menara)
sehingga terjadi beban yang eksentris. Akibat lendutan yang terjadi pada
struktur maka gaya aksial tekan yang bekerja memberikan momen
tambahan. Tingkat ketidaklinieran tergantung pada besarnya beban aksial
tekan dibandingkan dengan beban euler dan besar lendutan yang dihasilkan
akibat beban lentur. Secara umum pengaruh ketidaklinieran akibat efek P-
delta dapat dianggap kecil. Anggapan ini tetap digunakan untuk gelagar
yang tipis atau menara yang mempunyai momen inersia kecil dengan
memberikan pembebanan yang ekstrim dan menguji kebenaran anggapan.
3. Non-linier pada sifat material
Bahan struktur yang menderita suatu beban aksial tertentu akan mengalami
penegangan dan disertai penambahan atau pengurangan panjang sesuai
dengan arah beban. Selama beban tersebut masih kecil, pertambahan atau
pengurangan panjang akan berbanding lurus dengan tegangan yang terjadi.
Bila beban bertambah terus batas perbandingan tetap akan dilampaui dan
kurva perbandingan tidak sebanding atau perbandingan antara tengangan
dan regangan bahan sudah tidak linier lagi. Sifat non-linier ini dapat
diabaikan karena secara umum pembebanan yang terjadi tidak akan
menimbulkan tegangan yang berlebihan hingga mendekati beban runtuh.

D. Idealisasi Struktur
Permodelan elemen struktur dilakukan agar perilaku jembatan dapat
dianalisis dan masih dalam ketepatan yang cukup dan perhitungan pada
kepentingan struktur dan tingkat perencanaan yang diinginkan. Permodelan
itu dapat berupa sistem bidang (plane frame model) atau ruang (space frame
model), meliputi seluruh struktur atau sebagian dan dapat melibatkan
sejumlah besar elemen tergantung kerumitan struktur (Walther, 1988).
Menara dapat dimodelkan sebafai frame 3D atau elemen solid / pelat
tebal (solid/thick plate type element) bila dilakukan analisis lebih lanjut
untuk mempelajari masalah lokal misalnya untuk perencanaan dudukan
kabel (Zarkasi dan Rosliansjah, 1995).
Gelagar bisa dimodelkan sebagai elemen batang pada balok memanjang
dan melintang dengan menganggap perilakunya sebagai balok elemen dan
plat lantai kendaraan sebagaishell type element. Untuk gelagar berbentuk
kaku dengan gantungan vertikal dan dianggap dengan perubahan bentuk
yang kecil dapat dimodelkan sebagai elemen batang. Modelisasi sebagai
elemen membran dapat juga dilakukan jika perilakunya mempunyai
perubahan bentuk yang besar misalnya pada jembatan yang
menggunakan single plane type. Untuk mempelajari masalah lokal dengan
permodelan sebagian dapat dimodelkan sebagai pelat tebal.
Pada kasus penting dan khusus untuk jembatan yang memiliki nilai
ekonomi yang sangat tinggi permodelan dengan sistem ruang perlu
dilakukan agar banyak analisis yang dapat diselesaikan meliputi berbagai
aspek. Efek angin, gradient temperatur, efek tranversal pada menara,
pengaruh beban yang tidak simetri pada jembatan tertentu dapat dianalisis
dengan sistem ruang.
Masalah khusus atau lokal pada bagian tertentu struktur perlu diketahui
secara pasti karena dapat menjadi kegagalan struktur secara keseluruhan.
Peninjauan secara khusus bagian-bagian tertentu dari suatu struktur
menggunakan permodelan sebagian.
1. Analisa Frekuensi Alami dan Mode Shape
Analisis dinamik pada jembatan cable stayed sangat penting dan dapat
menjadi suatu tahap analisis yang paling menentukan terutama untuk
jembatan yang sangat panjang. Analisis dinamik digunakan untuk
mengetahui frekunsi alami dan metode getar struktur.
Beban yang berpengaruh pada struktur jembatan clan berperilaku
sebagai beban dinamik adalah beban angin, beban gempa, dan beban
dinamik akibat lalulintas. Pengaruh beban dinamis akibat lalulintas sulit
ditentukan karena tergantung pada frekuensi dasar dari suspensi kendaraaan
dan frekuensi dari getaran lentur jembatan.
Ada tiga jenis permasalahan dinamika struktur (Walther, 1988) yaitu :
a. Aspek stabilitas aerodinamis,
b. Aspek struktur tahan gempa,
c. Aspek efek psikologis.
Permasalahan stabilitas aerodinamik dan struktur anti sesmik sangat
penting untuk keamanan keselamatan struktur, berlaku secara umum namun
tetap disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan besar kecilnya beban.
Sedangkan efek psikologis lebih berpengaruh pada pelayanan dan
kenyamanan pemakai yang tergantung pada peraturan –peraturan yang
berlaku di suatu tempat atau negara.
Analisa frekuensi alami dilakukan dengan memberikan idealisasi pada
struktur dan tetap mendekati perilaku sebenarnya. Idealisasi yang diberikan
berupa pengumpulan massa pada titik-titik modal dang menganggap
struktur tidak memiliki massa.
2. Analisis Beban Angin
Dimensi jembatan cable stayed umumnya cukup besar sehingga pengaruh
angin perlu diperhitungkan. Aliran udara cenderung untuk mempengaruhi
osilasi torsial dan lentur struktur clan perubahan sudut datang terhadap
gelagar akan mengubah besarnya gaya angkat. Efek yang timbul
akibataliran angin tersebut diketahui sebagaiflutter yang telah menyebabkan
runtuhnya Tacamo Narrow Brige di Amerika pada tahun 1940. Akibatnya
maka timbul gaya yang bekerja pada gelagar dan bersifat periodic.
Pengalaman pada berbagai jembatan yang sudah dibangun menunjukkan
bahwa frekuensi osilasi torsional clan frekuensi osilasi lentur harus
mempunyai nilai yang cukup jauh berbeda. Mathivat telah menunjukkan
bahwa pebandingan kedua nilai tersebut cukup memuaskan bila berada
diantara 2,5 dan 2,0. Pertimbangan secara kualitatif ini hanua valid untuk
jembatan yang mempunyai dimensi relatif kecil dan untuk perencanaan
awal. Untuk sebuah struktur yang aktual dan penting harus diuji dalam
terowongan angin( Walther, 1988).
Analisis beban angin dapat dilakukan secara relatif sederhana dengan
menjabarkan gaya-gaya yang bekerja pada struktur jembatan berupa:
a. Komponen gaya horizontal ,
b. Komponen gaya vertikal,
c. Momen torsi.
Yang besarnya tergantungpada faktor:
a. Intensitas angin,
b. Bentuk penampang struktur lantai jembatan,
c. Sudut singgung angin terhadap lantai jembatan.
Aksi angin pada struktur juga memiliki variasi ruang , yaitu
mendistribusikan gaya sepanjang tinggi dan bentang struktur secara tidak
merata (Podolny dan Scalzi, 1976).
3. Analisis Gempa Dinamik
Sampai saat ini arah gempa yang berbahaya adalah gempa horizontal
sejajar sumbu longitudinal dan tegak lurus sumbu longitudinal jembatan.
Gempa arah vertikal biasanya lebih kecil dan dapat diabaikan pada kasus-
kasus struktur tertentu. Pada saat terjadi gempa gerakan tanah dapat terjadi
ketiga arah tersebut secara simultan.
Kekuatan jembatan cable stayed terhadap beban gempa terletak pada
bentuk strukturnya yang lain dari bentuk struktur umumnya. Bentuk struktur
jembatan cable stayed yang digantung diatas sebuah titik dukungan
memiliki efek getaran yang paling kecil dan dapat menyerap energi akibat
perpindahan selamaterjadi gempa.
Analisa dinamik secara lengkap memberikan gambaran yang lebih jelas
tentang pengaruh gempa pada struktur. Perilaku struktur selama terjadi
gempa dapat diketahui dengan menyelesaikan persamaan gerak. Analisa ini
dapat memasukkan interaksi antara pier, dek, dan fondasi. Karena besarnya
derajat kebebasan struktur, analisa dinamik memerlukan komputer sebagai
alat bantu. Program komputer telah banyak yang mampu menghitung
analisis struktur secara linier dan non-linier.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jembatan cable stayed merupakan tipe jembatan bentang panjang yang
estetis dan sering digunakan sebagai prasarana transportasi yang penting.
Struktur jembatan ini terdiri dari gabungan berbagai komponen struktural
seperti pilar, kabel dan dek jembatan. Dek jembatan digantung dengan kabel
prategang yang diangkur pada pilar. Dengan demikian, semua gaya-gaya
gravitasi maupun lateral yang bekerja pada dek jembatan akan ditransfer ke
tanah melalui kabel dan pilar. Kabel akan menerima gaya tarik sedangkan
pilar memikul gaya tekan yang sangat besar disamping efek lentur
lainnya (Yuskar dan Andi,2005).
Dengan demikian dalam perencanaan pembuatan jembatan dengan
tipe cable stayed perlu memperhatihan faktor-faktor yang mempengaruhi
jembatan tersebut. Penerapan rekayasaengineering sangat diperlukan dalam
pembangunan jembatan ini, sehingga hasil dari perencanaan dapat
diwujudkan sesuai dengan standar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

teknik-sipilblog.blogspot.com/2015/02/makalah-jembatan.html

https://dinaspupr.bandaacehkota.go.id/2020/07/18/apa-itu-konstruksi-
jembatan-dan-jenis-jenisnya/#:~:text=Jembatan%20mempunyai%20tiga
%20bagian%20struktur,lintas%20adalah%20struktur%20bangunan
%20atasnya.

repository.unissula.ac.id/13808/2/Abstrak.pdf

Anda mungkin juga menyukai