Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah yang berjudul “Jembatan
Beton Prategang” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mahmud Suhermanto, S.Pd, M.Pd pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu,
karya ilmiah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang jembatan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Saya menyadari, karya ilmiah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................................3
2.1 Jembatan....................................................................................................................................3
2.2 Beton Prategang........................................................................................................................3
2.3 Standar Pembebanan Jembatan.................................................................................................9
2.4 Analisa Tegangan Jembatan....................................................................................................15
2.5 Pengujian Jembatan.................................................................................................................18
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................21
3.1 Perencanaan Balok Prategang Untuk Jembatan......................................................................21
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Beton adalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam
kondisi tarik. Kuat tarik beton bervariasi mulai dari 9% – 15% dari kuat tekannya.
Akibat rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retakan lentur terjadi pada taraf
pembebanan yang masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan beton yang dapat
menahan gaya tarik yang lebih besar dan dari dimensi penampang lebih kecil sehingga
pembuatannya tidak membutuhkan material yang banyak. Salah satu beton yang
digunakan dalam pembuatan jembatan adalah beton prategang. Beton prategang
adalah beton bertulang yang diberikan gaya pada arah longitudinal elemen struktural.
Gaya prategang dapat mencegah berkembangnya retak dengan cara sangat mengurangi
tegangan tarik di bagian tumpuan dan daerah kritis pada kondisi beban kerja, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas lentur, geser, dan torsional penampang tersebut.
1. Dapat memikul beban lentur yang lebih besar dari beton bertulang.
2. Dapat dipakai pada bentang yang lebih panjang dengan mengatur defleksi.
3. Ketahanan geser dan puntirnya bertambah dengan adanya penegangan.
1
4. Dapat dipakai pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmen.
5. Berbagai kelebihan lain pada penggunaan struktur khusus, seperti struktur pelat
karena besarnya gaya tekan disesuaikan dengan beban yang akan diterima.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas terkaitan jembatan yang berbahan
beton prategang.
1.2 Rumusan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas ada makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud “Jembatan Beton Prategang” dan bagaimana aplikasinya pada
kehidupan nyata?
2. Bagaimana analisis perhitungan perencanaan Jembatan Beton Prategang?
3. Bagaimana metode konstruksi dari Jembatan Beton Prategang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu “Jembatan Beton Prategang” dan aplikasinya pada
kehidupan
2. Untuk mengetahui langkah analisis perencanaan Jembatan beton Prategang
3. Untuk mengetahui metode konstruksi dari Jembatan Beton Prategang
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jembatan
Jembatan merupakan komponen infrastruktur yang sangat penting karena
berfungsi sebagai penghubung dua tempat yang terpisah akibat beberapa kondisi.
Komponen-komponen yang membentuk jembatan diantaranya adalah sebagai
berikut :
4
kerja (Manual Perencanaan Beton prategang Untuk Jembatan Dirjen Bina Marga,
2011).
Jembatan beton prategang atau yang dikenal dengan PSC Bridge merupakan
salah satu jenis jembatan dengan material konstruksi beton prategang atau beton
yang berisi kabel baja dengan tujuan untuk memberikan tegangan awal berupa
tegangan tarik terhadap beton akibat sifat beton yang tidak mampu menahan gaya
tarik. Dalam hal ini, beton prategang sebagai solusi untuk mengatasi besarnya
tegangan tarik yang timbul pada struktur beton khususnya pada struktur dengan
bentang yang besar. Material yang digunakan untuk sistem ini adalah material beton
dan sistem kabel. Sistem kabel terdiri dari kabel (wire, strand, bar), selongsong dan
angkur (angkur hidup, angkur mati).
Dalam perkembangannya ada tiga (3) konsep beton prategang yang
menjelaskan bagaimana suatu sistem prategang membantu menahan gaya luar,
yaitu:
a. . Sistem prategang yang bisa menjadikan beton sebagai bahan elastis yang
bisa menahan tegangan tarik akibat dari beban luar. Konsep ini diperkenalkan
oleh Eugene Freyssinet, dimana menurut teorinya beton yang telah diberikan
tegangan awal terlebih dahulu dapat bertransformasi menjadi bahan yang
elastis. Kondisi ini menunjukan bahwa tegangan tarik pada beton tidak ada.
Pada kondisi ini pun, beton akan mengalami dua (2) kondisi yaitu :
5
Kondisi lainnya adalah gaya prategang tidak berada atau tidak bekerja
pada garis penampang sehingga dapat disimpulkan bahwa c.g.c dan
c.g.s tidak berhimpit. Kondisi ini dikenal dengan gaya prategang
eksentris.
Serat Bawah
b. Sistem prategang yang merupakan kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
mutu tinggi. Konsep ini merupakan kombinasi dua material yang
menggambarkan bahwa beton merupakan material yang menahan gaya tekan
dan baja merupakan material yang menahan gaya tarik. Kedua gaya tersebut
membentuk kopel gaya yang berfungsi untuk menahan gaya eksternal.
6
Gambar 2.4 Kombinasi Baja Mutu Tinggi dan Beton Mutu Tinggi
Dimana:
Wb : beban merata akibat gaya prategang
7
Gambar 2.5 Konsep Pra Tarik
Prinsip kerja metode ini adalah beton dicetak terlebih dahulu, kemudian
setelah beton kering kabel ditarik. Awalnya beton dicetak mengelilingi
selongsong atau selubung tendon dimana kabel prategang berada didalam
selongsong selama pengecoran kemudian setalah beton mengeras diberi gaya
prategang dengan cara mengangkur kabel prategang ke abutment. Pada saat itu
gaya prategang ditransfer ke beton sehingga beton akan tertekan. Konsep ini
digambarkan sebagai berikut :
8
Adapun batas – batas tegangan ijin sistem prategang berdasarkan SNI– T –12-2004
a. Pada kondisi transfer yaitu kondisi dimana belum terjadi kehilangan gaya
b. Pada kondisi beban layan yaitu kondisi dimana telah terjadi kehilangan gaya
Aksi tetap pada jembatan dipengaruhi oleh berat sendiri elemen – elemen
struktural jembatan, beban mati tambahan berupa utilitas, dan pengaruh dari
penyusutan dan rangkak. Adapun faktor beban untuk berat sendiri adalah sebagai
berikut :
9
Tabel 2.1 Faktor Beban untuk Berat Sendiri
Faktor Beban
Jangka KU;MS
Waktu KS;MS Bias
a Terkurangi
1.
Baja,aluminium 0 1.1 0.9
1.
Beton Pracetak 0 1.2 0.85
Tetap 1.
Beton Cor tempat 0 1.3 0.75
1.
Kayu 0 1.4 0.7
tentang Istilah dan Definisi dan bagian 5 tentang Aksi dan Beban Tetap, maka tabel
Jangka waktu tetap adalah kondisi dimana beban bekerja sepanjang waktu dan
beban tersebut bersumber dari beban tetap yang berada di sekitar jembatan.
Faktor beban biasa adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh dari
Faktor beban terkurangi adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh
kerapatan masa struktur sangat besar. Secara batas kerapatan masa yang besar
akan sangat aman untuk struktur tetapi tidak untuk kondisi lainnya sehingga
Sebaliknya, apabila kerapatan masa kecil maka dapat digunakan faktor beban
biasa dimana keadaan ini merupakan keadaan paling kritis dari kondisi
struktur.
10
Tabel 2.2 Berat Isi untuk Beban Mati
Beban lalu lintas pada sistim pembebanan jembatan terdiri atas beban lajur "D"
dan beban truk "T". Beban lajur bekerja pada seluruh lebar jembatan sedangkan
beban truk ditempatkan pada lajur lalu lintas rencana yang ada dilapangan.
Beban lajur merupakan gabungan dari beban merata dan beban garis yang
bekerja pada jembatan. Adapun gambaran beban yang bekerja seperti pada
gambar berikut.
11
Gambar 2.7 Beban Lajur "D"
lintas rencana. Di setiap satu lajur lalu lintas hanya bisa ditempatkan satu
buah truk.
susunan dan berat as dari truk yang digunakan untuk pembebanan jembatan
12
Gambar 2.8 Pembebanan Truk (SNI-T-02-2005)
Pada kasus tertentu, seperti truk yang digunakan untuk pembebanan hanya
terdapat 2 as saja maka berat yang di distribusikan oleh truk disesuaikan dengan
berat aktual dari truk tersebut. Berdasarkan prinsipnya, distribusi beban truk ini
bertujuan untuk memperoleh momen dan geser pada gelagar jembatan. Faktor
Pada pembebanan truk momen lentur ijin rencana akibat beban truk dapat
digunakan untuk pelat yang membentangi gelagar atau balok dalam arah
melintang dengan panjang bentang antara 0.6 m dan 7.4 m. Benteng efektif yang
Pelat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding tanpa dilakukan
Pelat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan yang berbeda atau
c. Aksi Lingkungan
air, beban angin, beban gempa dan tekanan tanah. Faktor – faktor
Beban – beban yang termasuk dalam aksi lainnya adalah akibat gesekan
pada tumpuan dan akibat getaran yang terjadi pada jembatan. Faktor –
Berdasarkan SNI 03 – 2874 – 2002 tegangan yang terjadi pada suatu konstruksi
jembatan perlu ditinjau dari 2 (dua) kondisi, yaitu :
14
b. Gaya prategang / prategang dinyatakan dengan P dalam satuan Newton (N)
A dalam satuan mm2. Luas penampang mempengaruhi penentuan titik berat setiap
segmen.
d. Momen inersia penampang dihitung berdasarkan bentuk penampang. Untuk
penampang berbentuk :
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
Lingkaran = 1/64 Л D4
Dimana :
D : diameter lingkaran
e. Momen yang bekerja pada beton ditinjau dari masing – masing bagian
15
penampang.
f. Perhitungan tegangan harus memperhatikan tegangan ijin tekan dan tegangan ijin
tarik pada beton yang telah disyaratkan. Setelah itu, perhitungan tegangan
mengacu pada sistem prategang yang digunakan dan memperhitungkan
tegangan pada serata atas dan serata bawah seperti yang dijelaskan sebelumnya
pada bagian jembatan sistem prategang. Tegangan pada gelagar jembatan
dinyatakan dalam σ dengan satuan N/mm2 atau MPa. Adapun rumus dari
tegangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
σ = M/w
Dimana :
M = Momen yang diakibatkan oleh beban (Nmm)
w = Tahanan momen (mm3)
beban – beban di atas jembatan. Pada kondisi ini beban tidak bergerak.
beban dalam hal ini kendaraan dari satu sisi ke sisi lain dari jembatan.
16
Sama halnya dengan uji statik, uji dinamik jembatan juga dibantu
dengan alat uji atau sensor untuk mendapatkan hasil pengujian. Biasanya
pada jembatan.
sesuai atau dengan kata lain pengujian ini bertujuan untuk mengkalibrasi
dalam metode ini dibantu oleh program. Metode ini sendiri merupakan
yang berasal dari beban lalu lintas yaitu beban truk dengan berat 27 ton.
yang diletakan pada bagian bawah dari gelagar jembatan. Alat yang
17
Gambar 2.14 BDI Stra in Transducers (Campbell Scientific Inc, 2008)
18
BAB III
PEMBAHASAN
Suatu jembatan beton komposit, balok induk (main beam) dan balok
melintang (diafragma) beton pratekan precast sedangkan plat lantai jembatan
tebal 25 cm dari beton bertulang dicor setempat. Sketsa potongan memanjang dan
melintang seperti pada gambar dibawah ini.
19
Gambar 3.2 Sketsa Potongan Melintang
Rencanakan dimensi balok induk tengah (h, a, b, t, ha, hb, dan seterusnya).
Luas baja prategang (AP) dan posisinya untuk ditengah-tengah bentangan
jembatan dengan persyaratan tidak diperbolehkan terjadi tegangan tarik
pada penampang baik pada saat stressing maupun pada saat layan
(jembatan sudah berfungsi).
Untuk perencanaan ini kehilangan gaya prategang total diperkirakan 20%.
20
Tabel 3.2 Baja Prategang Grade 250 dan Grade 750
Penyelesaian :
Dicoba balok dengan spesifikasi berikut :
21
Luas A = 20 x 70 = 1440 cm2
Luas B = 2 x ½ x 10 x 25 = 250 cm2
Luas C = 20 x 65 = 1300 cm2
Luas D = 2 x ½ x 10 x 15 = 150 cm2
Luas E = 35 x 50 = 1750 cm2
Luas Total (A Balok) = 4850 cm2
Sehingga,
yb = 302291,67 / 4850
= 62,33 cm
yt = 120 – 62,33
= 57,67 cm
22
Momen Inersia balok terhadap c.g.c :
23
Statis momen terhadap sisi bawah balok :
24
Tegangan tekan yang diijinkan pada saat layan, sesuai SNI 03-2874-2002
Fc = 0,60 x fc’ = 0,60 x 415 = 249 kg/cm2
Persyaratan tidak diijinkan adanya tegangan tarik disisi bawah balok, jadi :
PE = 250729,333 kg
Jadi tegangan tekan disisi atas balok : fbalok = 91,418 kg/cm2 ≤ Fc = 249
kg/cm2 OK
Tegangan tekan yang diijinkan pada pelat : Fcpelat = 0,6 x 207,5 = 124,5 kg/cm2
25
Tegangan tekan pada pelat : fpelat =
Jadi tegangan tekan pada pelat : fpelat = 8,518 kg/cm2 ≤ Fcplat = 124,5 kg/cm2 OK
26
fcb = -98,055 (Tekan)
Jadi tegangan tekan disisi bawah balok : fcb = 98,055 kg/cm2 ≤ Fc = 249
kg/cm2 OK
Jadi tegangan tekan disisi bawah balok : fcb = 28,708 kg/cm2 ≤ Fc = 249
kg/cm2 OK
27
BAB IV
PENUTUP
Jembatan beton prategang sering juga disebut beton pratekan dimana material
konstruksinya merupakan beton yang berisi kabel baja yang bertujuan untuk
memberikan tegangan awal berupa tegangan tarik terhadap beton akibat sifat
beton yang tidak mampu menahan gaya tarik dan pengaplikasian jenis
jembatan ini pada rekayasa konstruksi tertentu, misalnya pada konstruksi
jembatan segmen.
29
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 2008, Prinsip Dasar Teknik Jembatan dan Aplikasinya,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Iqbal, M, S., 1995, Dasar – Dasar Jembatan Beton Bertulang , Departemen Pekerjaan
Umum , Jakarta.
Kodoatie, R, J., 1994, Analisis Ekonomi Teknis, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Kusuma, G, H., dan Andriono T, 2000, Desain Struktur Rangka Beton Bertulang
didaerah rawa gempa, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lin, T. dan Burn, N , 2000, Desain Struktur beton Prategang , Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
Nursahid, M., 2003, Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Aminudin, 2005, Prinsip – Prinsip Riset Operasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2008, Prinsip Dasar Teknik Jembatan dan Aplikasinya,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
30
Harditoha, 2000, Operation Research An Introduction, Edisi 4, Macmillan, New York.
Iqbal, M, S., 1995, Dasar – Dasar Jembatan Beton Bertulang , Departemen Pekerjaan
Umum , Jakarta.
Kodoatie, R, J., 1994, Analisis Ekonomi Teknis, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Kusuma, G, H., dan Andriono T, 2000, Desain Struktur Rangka Beton Bertulang
didaerah rawa gempa, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Lin, T. dan Burn, N , 2000, Desain Struktur beton Prategang , Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta.
Nursahid, M., 2003, Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
31