Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, banyak
nikmat yang berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak
untuk Tuhan sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul " Alat Penyambung Shear Connector Pada Lantai Jembatan Rangka
Baja".

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai


pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Kedua orang tua dan Bapak Setijaka selaku dosen struktur baja I yang
telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Palangka Raya, Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................3


1.2 Rumusan Masalah..............................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................4
1.4 Batasan Masalah.................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................5

2.1 Pengertian Shear Connector…….......................................5


2.2 Macam-macam Shear Connector dan Perhitungannya...…7
2.3. Pengaruh Dan Panjang Diameter Stud Dalam
Kaitannya Pada Shear Connector……………………….13

BAB 3 PENUTUP.................................................................................24

3.1 Kesimpulan.......................................................................24

3.2 Saran.................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................25

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Jembatan merupakan suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan


melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, dimana rintangan ini biasanya
jalan berupa lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa (Struyk, 1995).
Jembatan memiliki arti penting bagi setiap orang, dengan tingkat kepentingan
yang berbeda-beda tiap orangnya (Supriyadi, 2000). Menurut Dr. Ir. Bambang
Supriyadi, jembatan bukan hanya kontruksi yang berfungsi menghubungkan suatu
tempat ke tempat lain akibat terhalangnya suatu rintangan, namun jembatan
merupakan suatu sistem transportasi, jika jembatan runtuh maka sistem akan
lumpuh.
Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah
peradaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan tipe yang kompleks,
dengan material yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis
jembatan yang terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang
perencana harus tepat memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.

Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam


menentukan jenis jembatan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan
metode pelaksanaan apa yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat
biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu Shear Connector ?
2. Apa fungsi dari Shear Connector ?
3. Bagaimana cara kerja alat penyambung Shear Connector ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Shear Connector.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Shear Connector.
3. Untuk mengetahui bagaimana kerja dari alat penyambung Shear
Connector.

1.4 BATASAN MASALAH


Dalam penyusunan makalah ini, batasan masalah yang digunakan yaitu
hanya meninjau alat penyambung Shear Connector.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN SHEAR CONNECTOR


Pada prinsipnya suatu bangunan struktural memperhitungkan tiga unsur
penting yaitu kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), dan kestabilan (stability)
struktur (Sadiyo 2011). Salah satu material yang sering digunakan yaitu beton.
Beton banyak digunakan pada bangunan bertingkat
sebagai balok, kolom, dan pondasi (Julianto 2013). Sifat utama beton adalah
sangat kuat menahanbeban tekan tetapi lemah dalam menahan beban tarik.
Bahkan Wikana (2007) menyatakan kekuatan tarik beton sangat kecil hanya
sekitar 10% dari kuat tekannya. Ketika mendapatkan beban lentur, penampang
balok akan mengalami tekan dan tarik di saat yang bersamaan. Pada umumnya
digunakan tulangan baja pada balok beton untuk menopang beban tarik yang
diterima balok sekaligus untuk mencegah terjadinya retak. Di sisi lain kayu
merupakan bahan material yang didapatkan alami dari pohon. Kayu Kamper
(Dryobalanops sp), adalah kayu yang tergolong kedalam kelas kuat I dan II. Kayu
ini memiliki kekuatan yang tinggi, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai
perkuatan pada balok beton menggantikan baja tulangan. Dalam pembuatannya,
digunakan penghubung geser untuk mengikat antara beton dan kayu (shear
connector) pada balok beton-kayu. Selain sebagai pengikat antara beton dan kayu
shear connector ini memiliki fungsi utama sebagai penahan geser yang terjadi
pada balok. Dimana pada sumbu netral balok adalah bagian yang menerima geser
akibat tegangan pada bagian tekan dan tarik.
Struktur baja dalam suatu bangunan masih memerlukan komponen beton
dalam pembangunan gedung bertingkat contohnya pelat lantai. Pelat lantai yang
dihubungkan dengan balok baja menggunakan penghubung geser (shear
connector) menghasilkan struktur komposit. Pada struktur komposit terdapat gaya
geser horisontal yang timbul selama pembebanan. Gaya geser yang terjadi antara
pelat beton dan balok baja akan dipikul oleh sejumlah penghubung geser (shear
connector), sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan. Untuk mendapatkan

5
penampang yang sepenuhnya komposit penghubung geser harus cukup kaku
sehingga dapat menahan gaya geser yang terjadi. Adanya penghubung geser
menyebabkan balok baja dan beton diatasnya. bekerja secara integral. Dengan
demikian terbentuk penampang T dengan baja sebagai bagian yang mengalami
tarik dan beton yang mengalami tekan. Penghubung geser (shear connector) yang
digunakan dalam perencanaan ini adalah penghung geser stud. Kelamahan dari
penghubung geser stud adalah dapat mengalami deformasi lentur pada saat
pembebanan sehingga tidak cukup untuk menahan geser. Untuk mengantisipasi
hal tersebut biasanya dalam pelaksanaan dilapangan dipasang penghubung geser
stud dalam jumlah banyak. Penghubung geser stud yang dipasang terlalu banyak
tentunya tidak akan ekonomis dalam perencanaan suatu bangunan.

Pada struktur komposit terdapat gaya geser horisontal yang timbul selama
pembebanan. Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan balok baja akan
dipikul oleh sejumlah penghubung geser (shear connector) sehingga tidak terjadi
slip pada saat masa layan. Untuk mendapatkan penampang yang sepenuhnya
komposit, penghubung geser harus cukup kaku sehingga dapat menahan gaya
geser yang terjadi. Adanya penghubung geser menyebabkan balok baja dan beton
diatasnya bekerja secara integral. (Zuhri, 2011). Fungsi utama dari elemen-elemen
penghubung untuk membantu meneruskan gaya-gaya yang ada di titik hubung
dari suatu elemen struktur ke elemen struktur lainnya sehingga timbul gaya geser
pada baut.

Penghubung geser (shear connector) memberikan pengaruh terhadap


elemen balok baja, dalam menahan gaya geser yang terjadi antara balok baja dan
pelat beton. Balok baja dan pelat beton yang tidak dihubungkan dengan
penghubung geser memiliki tegangan yang lebih besar karena elemen profil dan
plat belum menyatu sehingga tegangan yang dihasilkan masih bersifat sendiri-
sendiri. (Tumimomor et al., 2016). Secara umum, penghubung geser terbuat dari
baja yang dilas atau dibaut ke sayap atas baja dan ditanam pada beton (Dowling et
al., 1992).

6
2.2 JENIS-JENIS SHEAR CONNECTOR DAN PERHITUNGANNYA
Pada sistem struktur komposit terbentuk dengan adanya interaksi antara
komponen – komponen struktur baj adan betin yang masing-masing karakteristik
dasar materialnya dimanfaatkan secara optimal

Karakteristik penting yang dimiliki struktur baja adalah:

1. kekuatan tinggi
2. modulus elastisitas yang tinggi
3. daktilitas yang tinggi

Elemen – elemen struuktur komposit:


1. kolom komposit
2. balok komposit
3. pelat komposit

Prinsip-prinsip dasar perencanaan:


1) distribusi tegangan plastik pada daerah momen posotif balok

Tegangan pada beton = 0.85 f’c (tekan)  distribusi merata


tegangan pada baja = fy (tarik atau tekan)  distribusi merata

2) Distribusi tegangan plastik pada daerah momen negatif balok


Tegangan pada beton = 0 (tarik)
Teganan pada tulangan beton = fy (tarik)
tegangan pada baja = fy (tekan atau tarik)  distribusi merata

3) Distribusi tegangan elastik


Tegangan maksmimum pada beton = 0.85 f’c (tekan)
tegangan maksimum pada baja = fy (tekan atau tarik)

2 Tipe balok komposit :


a) balok komposit dengan penghbung geser
b) balok baja yang diberi selubung beton

7
Gaya geser yang terjadi antara pelat beton dan profil baja harus dipikul
oleh sejumlah penghubung geser, sehingga tidak terjadi slip pada saat masa layan.
Idealnya alat penghubung geser harus cukup kaku untuk menghasilkan interaksi
penuh, namun hal ini akan memerlukan pengaku yang sangat tergar.Adapun jenis-
jenis alat penghubung geser yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

- Alat penyambung stud (stud connector) berkepala dan berbentuk pancing.

- Alat peyambung kanal (canal connector)

- Alat penyambung spiral (spiral connector)

- Alat penyambung siku (angle conector)

8
Kekuatan lentur balok komposit dengan penghubung geser (ØMn)
 kuat lentur positif
1680
a) untuk penampang berbadan kompak h/tw <
√𝑓𝑦𝑓
kuat lentur positif dihitung menggunakan distribusi tegangan plastik (Øb =
0.85)
1680
b) untuk penampang berbadan kompak h/tw <
√𝑓𝑦𝑓
kuat lentur positif dihitung menggunakan distribusi tegangan elastik
(kekuatan lentur pada batas penampang sitentukan oleh terjadinya leleh
pertama Øb = 0.90)

 kuat lentur negatif


kekuatan lentur negatif dapat dihitung dengan mengabaikan aksi komposit,
jadi kekuatan lentur penampang komposit adalah sama dengan kekuatan
lentur negatif penampang baja (Øb = 0.90)

KEKUATAN PENGHUBUNG GESER PAKU (Qn)

Qn = 0.5 Asc. √𝑓 ′ 𝑐. 𝐸𝑐 < Asc . fu

Ket: Asc : luas penampang penghubung geser jenis pake,


2
mm
fu : tegangan putus geser paku, Mpa
Qn : kuat geser nominal untuk penghubung geser, N

KEKUATAN PENGHUBUNG GESER KANAL (Qn)

Qn = 0.3 (tf + 0.5 tw) Lc. √𝑓 ′ 𝑐. 𝐸𝑐

Ket: Lc : panjang penghubung geser jenis kanal, mm


tf : tebal pelat sayap, mm
tw : tebal pelat badan, mm

PERSYARATAN JARAK PENGHUBUNG GESER

9
Jika jumlah penghubung geser tidak cukup banyak, untuk mncegah terjadinya slip
baja. ,

Ket: Cf : gaya tekan pelat beton untuk kondisi penuh, N


I : momen inersia penampang baja. mm4
Itr: momen inersia penampang balok komposit
penuh yang belum retak. mm4
ΣQn :jumlah kekuatan penghubung geser di
sepanjang daerah yang dibatasi oleh momen positif
dan momen nol, N

Contoh Desain penampang Komposit Penuh terhadap M (+).


Hitung Mu penampang komposit penuh berikut ini.

1. Profil balok baja adalah WF 346 x 174 x 6 x 9, BJ41

2. Pelat beton mempunyai ketebalan 60 mm yang dicor di atas pelat baja


gelombang compodeck dengan : wr = 170 mm, hr = 50 mm, t = 1 mm .
Gelombang deck dipasang tegak lurus sumbu balok.
Hitung juga kebutuhan shear-connector stud diameter 19 mm (Asc = 283,5 mm2,
fu = 400 MPa) yang diperlukan.
3. Bentang balok L = 9100 mm, jarak antara sumbu balok = 3000 mm.

Data yang diperlukan :


Baja : Beton:
fy = 250 MPa (Profil) fc’ = 25 MPa
As = 5268 mm2
d = 346 mm tb = 60 mm
tf = 9 mm Ec = 0,041.w1,5. ' c f
tw = 6 mm w = 2.400 kg/m3
r = 14 mm Ec = 2,41.104 MPa

Shear Connector:
fur = 400 MPa
hr = 50 mm
wr = 170 mm
Jarak:
L = 9.100 mm
b0 = 3.000 mm

10
Jawab :
1) Check kriteria penampang :
ℎ 346−2𝑥9−2𝑥14
= = 50
𝑡𝑤 6

1680 1680
= = 106.25 Penampang kompak,
√𝑓𝑦 √250
sehingga kapasitas
ℎ momen distribusi
= 50 ≤ 106. 25
𝑡𝑤 tegangan plastis

2) Menentukan lebar efektif pelat beton


𝐿 9 𝑋 100
beff ≤ 4 = 4 = 2.275 mm

beff ≤ 𝑏𝑜 = 3.000 mm

beff = 2.275 mm

3) Menentukan Cc :

Ac = beff . tb = 2.275 x 60 = 1,365 x 105 mm2

T = As . fy = 5.268 x 250 = 1,317.106 N

Cc = 0,85 fc' . Ac = 0,85 x 25 x 1,365 x 105 = 2,901.106 N

Karena nilai Cc > T, maka garis netral jatuh di pelat beton

Syarat keseimbangan : Σ H = 0,  Cc = T, maka Cc = 1,317.106 N

4) Menentukan jarak-jarak dari centroid gaya-gaya yang bekerja:

11
5) Perhitungan Momen Positip :
Mn = T (d1 + d2 + d3 )

T = 1,317 x 106 N
Mn = 1,317 x 106 (96,379 + 0 + 173 )
= 3,548 x 108 N.mm

Mu = ØMn
= 0,85 x 3,548 x 108 = 3,016 x 108 N.mm

Bila dihitung sebagai balok baja biasa (bukan komposite) :

Mn = Zx. fy = 689.000 * 250 = 1,7225 * 108 N.mm

6) Menentukan jumlah Shear-Connector (Stud) yang dipakai:


d = 19 mm
Asc =1/4 π D2 = 283,5 mm 2 .

fu = 400 MPa

Qn = 0,5.Asc.(fc’.Ec)0,5 = 0,5 . 283,5 . (25 . 24100)0,5 = 1,100 x 105 N

Asc x fu = 283,5 x 400 = 1,134 x 105 N

Qn ≤ Asc.Fu  OK

7.) Chek koefisien reduksi rs karena pengaruh pelat compodeck yang


dipasang tegak lurus terhadap balok.

hr = 50 mm  Hs = (hr + 40) mm = (50 + 40) = 90 mm

wr = 170 mm (½ gelombang pelat compodeck)

Nr = 1 (dipasang 1 stud pada setiap gelombang)

rs = 0,85/√Nr . (wr/hr) . ((Hs/hr)-1) = 0,85/1 . (170/50) . ((90/50)-1) =


2,31

karena nilai rs melebihi 1 maka rs diambil nilai maksimum = 1

Maka: Qn = Qn . rs = 1,10 x 105 N

Nilai Vh diambil dari nilai terkecil T dan Cc :

Vh = T = 1,317 x 106 N

12
𝑉𝑛 1.317 𝑥 106
Banyaknya stud : N = 𝑄𝑛 = = 11.97
1.10𝑥106

Jumlah Shear-Connector Stud yang dibutuhkan di sepanjang bentang balok :

2 N = 2 x 11,97 =≈ 24 buah.

Jika pada setiap gelombang deck dipasang 1 stud, maka jumlah stud sepanjang
𝐿 9100
balok = 2𝑤𝑟 =2 𝑥 170 = 27 buah.

2.3 PENGARUH DAN PANJANG DIAMETER STUD DALAM


KAITANNYA PADA SHEAR CONNECTOR

Perencanaan dimensi benda uji Di awal tahun 1930, push out test
digunakan sebagai alat untuk menentukan kapasitas penghubung geser spiral.
Pada pengembangan selanjutnya, uji push out digunakan secara luas untuk
mempelajari jenis shear connector lain. Meskipun kondisi tegangan yang terjadi
tidak menunjukkan kondisi tegangan yang terjadi pada balok komposit
sebenarnya, push out test digunakan untuk mengetahui karakteristik bebanslip
pada kondisi pembebanan statis (Gattesco & Giuliani, 2001). Desain dan
perencanaan spesimen untuk menentukan kekuatan karakteristik shear connector
melalui push out test dibuat berdasarkan AS 2327, Part 1-2003. Pengujian push
out dilakukan dengan menggunakan spesimen berupa dua buah pelat beton yang
dihubungkan pada tiap flens (sayap) pada balok baja WF dengan menggunakan
shear connector. Untuk rencana dimensi benda uji penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar.

13
Push out test dilakukan terhadap benda uji yang telah berumur 28 hari
dengan cara menekan baja dan pelat beton yang merupakan struktur komposit.
Langkah-langkah pengujian ini antara lain dengan benda uji diletakkan pada
mesin, dengan posisi vertikal pada bagian memanjang, seperti yang ditampilkan
pada Gambar. Dial gauge diletakkan diatas badan dan sayap baja. Beban
diaplikasikan pada penghubung geser dan diberikan secara konstan dengan
penambahan secara bertahap.

push out test dan tampilan dalam benda uji

Push-out test benda uji

14
Pengamatan awal kegagalan struktur pada pengujian dilihat dari perilaku
keruntuhan struktur beton, kerusakan beton pada pengujian ini umumnya diawali
dari terjadinya celah horizontal antara beton dan baja, kemudian terjadi retak pada
sekitar lokasi shear connector. Untuk melakukan pengamatan perilaku shear
connector, dilakukan pembongkaran beton setelah pengujian selesai. Tipe-tipe
kegagalan struktur tersebut seperti yang dijabarkan pada Tabel.

1. Struktur k omposit dengan shear connector d10


Pada benda uji dengan shear connector d10, kegagalan struktur ditandai
dengan terjadinya retak dan spalling beton, selain itu terjadi pula pemisahan
antara baja dan beton yang menunjukkan telah terjadi kegagalan aksi
komposit. Dan pada benda uji d10-2 atau rasio 5,005 𝓁/𝒹 pengujian diakhiri
dengan putusnya salah satu shear connector pada posisi tengah bentang shear
connector yang mengakibatkan lepasnya ikatan beton dari struktur. Setelah
pengujian selesai, dilakukan pembongkaran terhadap seluruh benda uji untuk
melihat perilaku shear connector, dari pengamatan ini terlihat bahwa shear
connector mengalami kebengkokan seperti yang ditunjukkan pada Gambar.

15
Contoh kegagalan struktur, terjadi kebengkokan pada shear connector diameter
10 mm dengan panjang 50 mm

Terjadi kebengkokan pada shear connector diameter 16 mm dengan panjang 80


mm

uji tarik material shear connector, didapat data titik leleh shear connector
d10 sebesar 403,435 MPa pada beban sebesar 11,02 kN dan pada saat benda uji
nampak mengalami keruntuhan struktur, pembacaan data strain gauge
menunjukkan angka beban rata-rata dari tiga benda uji d10 adalah 25,41 kN yang
besarannya lebih besar dari hasil pengujian tarik material shear connector.
Sehingga dimungkinkan, keruntuhan benda uji dan kebengkokan shear connector
yang terjadi mengindikasikan telah terjadinya leleh pada shear connector.

2. Kegagalan struktur komposit dengan shear connector d16

Pada benda uji dengan shear connector d16 terjadi kegagalan struktur yang
sama dengan benda uji dengan shear connector d10, yaitu terjadinya retak dan
spalling beton, dan terjadi kegagalan aksi komposit karena terjadi pemisahan
antara baja dan beton. Kemudian setelah pengujian selesai, dilakukan
pembongkaran terhadap benda uji untuk melihat perilaku shear connector, dari
pengamatan ini terlihat bahwa shear connector mengalami kebengkokan seperti
yang ditujukkan pada Gambar 5.

Pada uji tarik material shear connector, didapat data titik leleh shear
connector d16 sebesar 403,74 MPa pada beban sebesar 31,03 kN dan pada saat
benda uji nampak mengalami keruntuhan struktur, pembacaan data strain gauge
menunjukkan angka beban rata-rata dari tiga benda uji d16 adalah 52,09 kN yang

16
besarannya lebih besar dari hasil pengujian tarik material shear connector.
Sehingga dimungkinkan, keruntuhan benda uji dan kebengkokan shear connector
yang terjadi mengindikasikan telah terjadinya leleh pada shear connector.

3. Kegagalan struktur komposit dengan shear connector d22

Kegagalan struktur pada benda uji d22 cenderung terjadi secara tiba-tiba
karena pecahnya beton terjadi seketika dengan terbelah tepat pada posisi shear
connector. Seperti benda uji yang lain, setelah pengujian selesai, dilakukan pula
pembongkaran terhadap seluruh benda uji ini untuk melihat perilaku shear
connector, dari pengamatan ini terlihat bahwa shear connector diperkirakan belum
mengalami kebengkokan seperti yang ditujukkan pada Gambar dibawah.

Belum terjadi kebengkokan pada shear connector diameter 22 mm dengan


panjang 110 mm

Pada uji tarik material shear connector, didapat data titik leleh shear
connector d22 sebesar 384,26 MPa pada beban sebesar 42,5 kN dan pada saat
benda uji nampak mengalami keruntuhan struktur, angka beban rata-rata dari tiga
benda uji d22 adalah 25,3 kN yang besarannya lebih kecil dari hasil pengujian
tarik material shear connector. Sehingga dimungkinkan, pada saat terjadinya
keruntuhan benda uji belum terjadi leleh pada shear connector.

Fenomena beton terbelah seperti pada Gambar, terjadi pada seluruh benda
uji dengan shear connector d22. Hal ini merupakan kegagalan struktur berupa
keruntuhan tarik beton searah beban, yang mendahului lelehnya shear connector.
Rincian perilaku kegagalan benda uji diatas menggambarkan bahwa walaupun
dengan rasio 𝓁/𝒹 yang sama, shear connector belum tentu menunjukkan perilaku
yang sama. Hal ini dimungkinkan karena sifat elastisitas shear connector bukan
hanya dilihat dari panjang terhadap diameternya saja, namun juga harus dilihat
dari panjang per diameter terhadap struktur keseluruhan. Serta dimungkinkan juga
karena pengaruh luas bidang kontak shear connector terhadap beton turut pula
menbantu dalam menahan beban.

17
Beton terbelah memanjang pada posisi shear connector

Hubungan beban-displacement

Grafik beban – perpindahan diperoleh dari hasil pengolahan data


pengujian dengan memasukkan nilai beban dalam satuan kN sebagai ordinat dan
data displacement yang terjadi pada tiap beban dalam satuan mm sebagai absis.
Data beban diperoleh melalui pembacaan data logger dan data displacement
didapat dari pembacaan LVDT vertikal. Hasil pembacaan data beban –
displacement hasil pengujian eksperimental ditampilkan pada Tabel 2, perilaku
dan grafik hubungan antara beban dan displacement dijelaskan pada Gambar 8, 9,
dan 10. Dari grafik perbandingan beban – displacement untuk benda uji dengan
shear connector berdiameter 10, 16, dan 22 mm pada Gambar 8, 9, dan 10, dapat
diamati bahwa benda uji dengan rasio 𝓁/𝒹=5 memiliki kapasitas beban yang lebih
tinggi dengan nilai displacement yang lebih kecil dibandingkan dengan rasio
𝓁/𝒹=4 dan 𝓁/𝒹=6. Benda uji dengan rasio 𝓁/𝒹=6 justru merupakan rasio dengan
kapasitas beban terendah.

18
19
Hubungan beban - regangan

Hubungan beban dan regangan menunjukkan besarnya regangan yang


terjadi pada beban tertentu. Regangan diamati dengan memasang strain gauge
pada shear connector. Pengamatan regangan tulangan dapat membuktikan
seberapa besar peran shear connector dalam menerima beban yang ditransfer dari
profil baja. Hasil pembacaan data beban-regangan hasil pengujian eksperimental
ditampilkan pada Tabel 3. Dari grafik perbandingan beban – regangan untuk
benda uji dengan shear connector berdiameter 10 mm pada Gambar 11 dan grafik
perbandingan beban – regangan untuk benda uji dengan shear connector
berdiameter 16 mm pada Gambar 12, dapat diamati bahwa benda uji dengan rasio
𝓁/𝒹=5 memiliki kapasitas beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio
𝓁/𝒹=4 dan 6, dan benda uji dengan rasio 𝓁/𝒹=6 justru merupakan rasio dengan
kapasitas beban terendah. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh kelangsingan
material, sehingga pada benda uji dengan rasio 𝓁/𝒹=6 memiliki nilai kapasitas
beban yang rendah karena terlalu langsing jika dibandingkan dengan rasio 𝓁/𝒹
yang lain. Sedangkan berdasarkan grafik perbandingan beban – regangan untuk
benda uji dengan shear connector berdiameter 22 mm pada Gambar 13, grafik
tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas, maka tegangan leleh
didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkan regangan permanen sebesar
0,2%, tegangan leleh ditentukan dengan menarik garis offset sebesar 0,2% dari
regangan dimulai dari titik 0, metode ini disebut sebagai offset-strain.

Pada benda uji d22-1 dengan rasio 𝓁/𝒹 sebesar 4,001 titik leleh terjadi
pada beban 179,017 kN yang menghasilkan regangan sebesar 0,0036, dan beban
puncak terjadi pada 180,476 kN. Pada benda uji d22-2 dengan rasio 𝓁/𝒹 sebesar
5,002 titik leleh terjadi pada beban 180,476 kN yang menghasilkan regangan
sebesar 0,0030, dan beban puncak terjadi pada 205,328 kN. Pada benda uji d22-3
dengan rasio 𝓁/𝒹 sebesar 6,002 titik leleh terjadi pada beban 184,698 kN yang
menghasilkan regangan sebesar 0,0043, dan beban puncak terjadi pada 189,477
kN. Pada pengujian kuat tarik tulangan yang sebelumnya telah dilakukan,
diperoleh hasil kuat tarik tulangan polos diameter 22 mm untuk material shear
connector adalah 384,262 MPa. Modulus elastisitas baja ditetapkan 200.000 MPa.

20
Sehingga diperoleh regangan leleh untuk shear connector diameter 22 mm adalah
sebesar (384,262 MPa / 200.000 MPa) = 0,001921. Berdasarkan perbandingan
dari nilai regangan pada uji tarik tulangan dan nilai regangan pada pengujian
benda uji, dapat dikatakan bahwa nilai regangan benda uji lebih besar
dibandingkan dengan nilai regangan uji tarik tulangan, sehingga dengan nilai
regangan yang besar tersebut dimungkinkan kegagalan struktur terjadi karena
beton sudah mengalami leleh terlebih dahulu sebelum shear connector leleh,
karena beton juga terbelah pada posisi shear connector pada saat terjadi beban
puncak. Beton yang sudah leleh terlebih dahulu sebelum shear connector leleh
juga ditunjukkan oleh bentuk grafik yang garis awalnya naik secara tidak linear.

Nilai kapasitas beban tertinggi pada benda uji dengan shear connector
diameter 22 mm ini ada pada benda uji d22-2 dengan rasio 𝓁/𝒹 sebesar 5,002,
kemudian nilai tertinggi kedua ada pada benda uji d22-3 dengan rasio 𝓁/𝒹 sebesar
6,002, dan nilai kapasitas beban terendah ada pada benda uji d22-1 dengan rasio
𝓁/𝒹 sebesar 4,001.

Nilai rasio 𝓁/𝒹 optimum

Pada SNI 03-1729-2013 mencantumkan bahwa syarat minimum panjang


shear connector adalah empat kali diameternya. Pada penelitian ini diamati
pengaruh shear connector dengan panjang 4, 5, dan 6 kali diameternya yang
masing-masing rasio panjang berbanding diameter memberikan pengaruh perilaku
yang berbeda pada struktur.

Dari grafik regresi pada Gambar 14 didapat Persamaan 2 berupa persamaan


polinomial, yaitu :

η = -0,0398ξ2 + 0, (2)

21
dengan: η adalah P / (fy.A) dan ξ adalah rasio 𝓁/𝒹

nilai optimum didapat dari ξ saat η’=0

η’ = 2 (-0,0398)ξ + 0,3439

η’ = -0,0796ξ + 0,3439

ξ = = 4,3

ξ merupakan rasio 𝓁/𝒹 dimana 𝓁/𝒹 = 4,3 dan 𝓁 merupakan 4,3 d. Dari perhitungan
diatas dapat dilihat bahwa nilai rasio 𝓁 optimum adalah 4,3 d.

Berdasarkan seluruh pengujian, analisis data, dan pembahasan yang


dilakukan dalam penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa panjang
shear connector dapat mempengaruhi kelangsingan batang shear connector.
Semakin kecil angka kelangsingan suatu batang, akan semakin rigid atau kaku
batang tersebut. Sebaliknya, semakin besar angka kelangsingannya, batang
tersebut akan mudah melentur. Batang yang terlalu langsing juga menyebabkan
defleksi terlalu besar.
Pada pengujian eksperimental benda uji dengan shear connector
berdiameter 10 mm, 16 mm, dan 22 mm, nilai kapasitas beban tertinggi berturut-
turut adalah benda uji dengan rasio 𝓁/𝒹 5, 4, kemudian 6. Pada perhitungan
dengan menggunakan regresi polinomial, nilai optimum 𝓁/𝒹 adalah pada rasio
4,3. Nilai optimum didapatkan dengan cara menurunkan persamaan dari kurva
regresi, sebagai absis adalah rasio 𝓁/𝒹 dan ordinat adalah P/fy.A. Kemudian nilai
optimum didapat dari rasio 𝓁/𝒹 saat turunan P / (fy.A) = 0.
Perhitungan pada regresi polinomial diatas menunjukkan nilai optimum
𝓁/𝒹 pada rasio 4,3 semakin mempertegas hasil pengujian eksperimental bahwa
nilai optimum 𝓁/𝒹 ada pada kisaran rasio 5, hal ini dimungkinkan pada rasio 𝓁/𝒹
4, shear connector masih bersifat lebih kaku dibandingkan dengan shear connector
dengan rasio 𝓁/𝒹 yang lebih tinggi sehingga terjadi leleh dengan lebih cepat,
sedangkan meningkatnya rasio 𝓁/𝒹 dari nilai 4 ke 5 terjadi peningkatan panjang
batang yang berpengaruh pada meningkatnya fleksibilitas dan kekuatan material.
Pada pengujian eksperimental benda uji dengan shear connector diameter 10 mm
dan 16 mm, kegagalan struktur terjadi karena lelehnya shear connector, sedangkan

22
pada uji dengan shear connector diameter 22 mm terjadi kegagalan struktur
berupa keruntuhan beton. Hal ini terjadi karena kegagalan struktur pada benda uji
d22 berupa keruntuhan tarik beton searah beban, yang mendahului lelehnya shear
connector.

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Shear connector adalah bagian terpenting dari balok komposit yang
menjadi penghubung antara balok baja dengan pelat beton. Shear connector
ini mentransfer gaya pada pelat beton menuju ke balok baja serta mencegah
gaya angkat vertikal pada permukaan hubungan baja beton. Shear connector
ini memastikan bahwa kedua material dapat bekerja sebagai satu kesatuan
pada suatu komponen struktur. Tanpa adanya shear connector, slip akan
terjadi meski pada kondisi tegangan yang rendah.
Secara mekanis, penghubung geser (shear connector) memiliki dua fungsi
dasar yaitu mentransfer gaya geser horizontal dan mencegah pemisahan
secara vertikal yang terjadi antara pelat beton dan balok baja. Supaya pelat
beton dan balok baja dapat bekerja bersama membentuk satu kesatuan maka
pada bidang pertemuan antara pelat beton dan balok baja terrsebut perlu
dipasang alat penghubung geser (shear connector). Jenis sambungan pada
struktur baja yaitu sambungan baut (bolted connections) dan sambungan las
(welded connection).

B. SARAN
Penulis makalah ini tentulah banyak sekali kekuranganya,sehingga
diharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari dosen
mata kuliah Study Teknologi Bahan Bangunan maupun dari rekan-rekan
mahasiswa.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/download/16998/14706

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/13155

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31758884/penghubung_geser.docx
?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1557240850&Signa
ture=7AW0O3eqaOskrPy0ZZTFY8ZTZQE%3D&response-content-
disposition=attachment%3B%20filename%3Dpenghubung_geser.docxSutarman, E.
2013. Konsep dan Aplikasi Pengantar Teknik Sipil. Yogyakarta:Penerbit ANDI.

https://www.kitasipil.com/2017/06/mengenal-pengertian-dan-fungsi-shear.html

25

Anda mungkin juga menyukai