Oleh :
Adi Santoso
325130092
Balok tinggi merupakan salah satu komponen dalam struktur bangunan. Balok
tinggi merupakan suatu elemen struktur yang mengalamai beban seperti pada balok
biasa, tetapi mempunyai angka perbandingan tinggi dengan lebar yang besar, dan
angka perbandingan bentang geser dengan tinggi efekif balok tidak melebihi 2 sampai
dengan 2,5. Karena geometri tersebut maka balok tinggi tidak berperilaku sebagai
satu dimensi melainkan dua dimensi dan juga mengalami tegangan dua dimensi.
Sehingga, bidang yang datar sebelum melentur tidak harus tetap datar setelah
melentur. Distribusi regangannya juga tidak lagi linier dan deformasi aksial yang
seringkali diabaikan pada perancangan balok biasa menjadi sesuatu yang penting
dibandingkan dengan deformasi lentur murni. Contoh dari balok tinggi adalah
dinding pondasi (foundation wall), pile cap, dan dinding geser (shear wall).
Perilaku balok tinggi sangat berbeda dengan balok lentur konvensional, dimana
keruntuhan lebih dominan terjadi akibat tegangan geser sehingga perencanaan
tulangan geser sebagai perkuatan internal menjadi penting. Tulangan geser tidak
hanya dapat meningkatkan kapasitas geser balok, tetapi juga merubah sifat daktilitas
balok dimana tulangan geser berfungsi untuk mereduksi resiko terjadi keruntuhan
getas. Selain sengkang yang menahan gaya geser maka pada penulisan ini
divariasikan penggunaan tulangan geser longitudinal yang diharapkan dapat
menyumbangkan tahanan terhadap kapasitas geser balok tinggi.
5. Strut and Tie Model direncanakan sesuai dengan aliran beban atau penyebaran
tegangan.
6. Beban yang bekerja adalah beban vertikal statis ekivalen yang bekerja pada
balok dengan perletakan sederhana (sendi-roll).
7. Perbandingan perhitungan yang dilakukan yaitu metode Strut and Tie dengan
metode konvensional.
1. Bagaimana cara penerapan metode Strut and Tie dalam penulangan balok tinggi
?
2. Apakah penggunaan metode Strut and Tie memberikan penulangan yang lebih
sedikit dibanding metode konvensional ?
Salah satu bentuk struktur yang merupakan beton bertulang yaitu balok tinggi.
Pada balok tinggi, tulangan baja merupakan unsur yang penting bagi kekokohan
strukturnya. Balok tinggi adalah suatu elemen struktur yang mengalami beban seperti
pada balok biasa, tetapi mempunyai angka perbandingan tinggi/lebar yang besar, dan
angka perbandingan bentang geser/tinggi tidak melebihi 2 sampai 2,5 dimana bentang
geser adalah bentang bersih balok untuk beban terdistribusi merata. Lantai beton yang
mengalami beban horizontal, dinding yang mengalami beban vertikal, balok
berbentang pendek yang mengalami beban sangat berat, dan kebanyakan dinding
geser merupakan contoh-contoh jenis elemen struktur ini.
Karena geometri inilah maka balok tinggi ini lebih berprilaku dua dimensi
bukan satu dimensi, dan mengalami keadaan tegangan dua dimensi. Sebagai
akibatnya, bidang datar sebelum melentur tidak harus tetap datar setelah melentur.
Distribusi regangannya tidak lagi linier, dan deformasi geser yang diabaikan pada
balok biasa menjadi sesuatu yang cukup berarti dibandingkan dengan deformasi
lentur murni. Sebagai akibatnya, blok tegangan menjadi nonlinier meskipun masih
pada taraf elastis. pada keadaan limit dengan beban batas, distribusi tegangan tekan
pada beton tidak akan lagi mengikuti bentuk parabola seperti yang digunakan pada
balok biasa.
b. Kuat tekan.
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menahan gaya tekan per
satuan luasnya dimana nilainya bervariasi sesuai perencanaan awal yang ditentukan,
mutu material yang dipilih, proses pengerjaan strukturnya dan juga perawatan di
lapangan ditambah lagi dengan pengaruh oleh lingkungan sekitar. Kuat tekan beton
bisa didapatkan dengan melakukan pengujian di laboratorium, namun yang harus
diperhatikan adalah kondisi di lapangan tidaklah sama dengan kondisi di ruang
perawatan, sehingga kekuatan beton pada saat pengujian tidak dapat dicapai di
lapangan terkecuali proporsi-bahan, pencampuran, vibrasi dan kelembapannya
hampir sempurna. Akibatnya adalah tidak akan diperoleh kekuatan yang sama
dilapangan walaupun menggunakan proporsi campuran yang sama. Oleh karena itu,
Subbab 5.3 dari peraturan ACI menyebutkan bahwa kuat tekan beton yang digunakan
sebagai dasar untuk memilih proporsi campuran beton harus melampaui spesifikasi
kuat beton pada umur 28-hari.
c. Kuat tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai 15% dari kuat tekannya. Alasan utama
dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton dipenuhi oleh retak-retak
halus. Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan
karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga memungkinkan terjadinya
penyaluran tekanan. Jelas ini tidak terjadi bila balok menerima beban tarik.
Meskipun biasanya diabaikan dalam perhitungan desain, kuat tarik tetap merupakan
sifat penting yang mempengaruhi ukuran beton dan seberapa besar retak terjadi.
Selain itu, kuat tarik dari batang beton diketahui selalu akan mengurangi jumlah
lendutan. Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimatnya fc.
Meskipun demikian, kuat tarik ini diperkirakan berbanding lurus terhadap akar
kuadrat dari fc. Kuat tarik ini cukup sulit untuk diukur dengan beban-beban tarik
aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari
konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam meluruskan beban-beban tersebut.
Komponen struktur beton bertulang yang mengalami retak, pada dasarnya gaya
yang bekerja akan dipikul oleh tegangan tekan dari beton utuh dan tegangan tarik dari
baja tulangan. Penggambaran medan tegangan utama ( trayektori tegangan utama )
pada elemen struktur beton dapat dilakukan berdasarkan analisis elastis. Trayektori
tegangan utama tersebut mempunyai tendensi untuk menjadi lurus setelah terjadi
retakan yang cukup banyak sehingga dapat diidealisasikan sebagai strut. Berdasarkan
perilaku inilah kemudian strut-and-tie model dikembangkan sehingga suatu daerah
terganggu ( D-Region ) dapat diidealisasikan terdiri atas: strut dari beton, tie dari baja
tulangan dan nodal zone ( daerah nodal ) yang merupakan pertemuan dari strut-and-
tie. Seperti halnya pada rangka batang, ada tiga elemen pokok dalam pembentukan
keseimbangan dalam model strut-and-tie, yaitu batang tekan ( penunjang atau strut ),
batang tarik ( pengikat atau tie ) daan titik simpul ( joints atau node ). Nodal pada
STM sering juga disebut hydrostatic element. Gambaran dari ketiga tipe elemen
pembentuk STM dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Dimensi yang proporsional dari elemen strut, tie, dan nodal zone didapat
berdasarkan kondisi batas tegangan yang sudah jelas. Kondisi ini benar-benar
berdasarkan atas lower bound pada analisa plastis karena pada kenyataannya
semuanya diasumsikan bedasarkan atas distribusi tegangan yang pasti dan aliran
gaya, yang pada akhirnya akan menyebabkan keseimbangan dan kondisi tegangan
yang maksimum.
Menggunakan Strut and Tie Model dalam menghitung tulangan geser balok
merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk merencanakan struktur
konstruksi beton bertulang. Selain cara-cara konvensional yang selama ini diketahui
luas oleh para engineer maupun mahasiswa sipil di Indonesia pada umumnya terdapat
cara lain yang mungkin masih belum terlalu memasyarakat sampai saat ini yaitu Strut
and Tie.
b) Tentukan suatu sistem keseimbangan pada suatu system keseimbangan pada suatu
sistem struktur bila yang disuperposisikan dengan keseimbangan akan memenuhi
syarat-syarat batas.
c) Terapkan azas Saint Venant pada sistem struktur sejarak d = h dari titik
keseimbangan gaya-gaya.
d) Pada daerah B tegangan sudah tidak dipengaruhi lagi oleh unsur diskontinuitas,
dari penjelasan diatas bahwa penentuan daerah B dan D dipengaruhi oleh
geometri dan jenis dari lokasi beban yang bekerja.
a) Di tiap-tiap titik ada trayektori tekan dan trayektori tarik yang saling tegak lurus.
b) Dalam komponen struktur yang dibebani terdapat suatu kelompok trayektori tekan
dan kelompok trayektori tarik, dan kedua kelompok trayektori adalah orthogonal. Ini
disebabkan karena tegangan utama tekan dan tegangan utama tarik, di dalam suatu
titik yang arahnya saling tegak lurus sehingga kelompok trayektori tekan dan
kelompok trayektori tarik menyatakan suatu sistem yang orthogonal.
c) Trayektori tekan dan trayektori tarik berakhir pada sisi tepi dengan sudut 90.
d) Di dalam titik-titik di garis netral arah trayektori-trayektori adalah 45.
e) Lebih dekat jarak trayektori-trayektori, lebih besar nilai tegangan utamanya
f) Trayektori tegangan pada daerah B jauh lebih teratur (smooth) dibandingkan pada
daerah D.
(a) (b)
Gambar 2.4 Distribusi tegangan elastis pada balok tinggi; (a) trayektori tegangan
utama akibat beban merata; (b) trayektori tegangan utama akibat beban terpusat
Sumber : Design and Detailing of Structural Concrete Using Strut-and-Tie Model oleh Jorg Schlaich,
dan Kurt Schafer
Trayektori tegangan utama adalah salah satu alat bantu dalam membentuk Strut
and Tie Model. Di samping pemanfaatan trayektori tegangan utama, Sclaich (1987)
memberikan alternatif lain, yaitu penggunaan perambahan beban (load-path method).
Metode ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 2.6 dan 2.7, pada awalnya harus
ditentukan terlebih dahulu keseimbangan luar sehingga beban kerja dan reaksi-reaksi
pada D-region tersebut berada dalam keseimbangan. Kemudian diasumsikan
tegangan p berlangsung linear. Pada gambar 2.5, diagram p yang semuanya dalam
keadaan tekan dibagi dalam dua bagian sedemikian rupa, sehingga masing-masing
bagian mempunyai resultante sebesar A dan B (bekerja pada titik berat masing-
masing). Selanjutnya diasumsikan bahwa load-path rekanan A-A tidak berpotongan
dengan load-path rekanan B-B. Load-path dari masing-masing pasangan bermuara
dari titik berat masing-masing diagram tegangan dan berakhir pada titik berat
tumpuan masing-masing. Karena masing-masing pasangan melengkung dan
selanjutnya load-path A-A harus berkolerasi dengan load-path B-B, ini
dimungkinkan dengan menambah batang-batang horizontal berupa strut and tie
sehingga tercapai keseimbangan horizontal. Dengan mengidealisasikan load-path A-
A berupa polygon yang digabungkan dengan batang tarik dan batang tekan, maka
terbentuklah Strut and Tie Model.
Gambar 2.5 Aliran load path dengan dua beban reaksi
Sumber : Design and Detailing of Structural Concrete Using Strut-and-Tie Model oleh Jorg Schlaich,
dan Kurt Schafer
Elemen strut dalam STM merupakan idealisasi dari medan tegangan tekan
beton dimana arah dari strut searah dengan tegangan tekan beton. Strut dapat
dimodelkan berbentuk prismatis, botol, dan kipas ( ACI 318-2002, Schlaich et al.,
1987 ) seperti pada Gambar 2.7.
Bentuk prisma Bentuk kipas Bentuk botol
Strut yang berbentuk kipas ( fan shape ) mengabaikan kurvatur, dalam hal ini
tegangan transversal yang terjadi. Bila medan tegangan mengalami penggelembungan
di bagian tengah sehingga tegangan tarik transversal yang besar terjadi maka medan
tegangan ini dapat diidealisasikan sebagai strut berbentuk botol ( bottle shape ).
Tegangan tarik ini dapat mengawali terjadinya retak pada strut, untuk itu diperlukan
tulangan tarik untuk memikul tegangan yang terjadi tersebut. Bentuk strut prismatis
merupakan bentuk medan tegangan yang spesial dari kedua medan tegangan
sebelumnya. Pemodelan medan tegangan ini mengabaikan tegangan tarik transversal
dan kurvatur yang terjadi.
Kekuatan dari strut ditentukan oleh kuat hancur beton pada strut. Kuat hancur
beton ini tidak sama dengan kuat hancur beton hasil pengujian silinder. ACI 318-2002
memperhitungkan kekuatan hancur strut beton sebagai kekuatan efektif ( effective
strength ), yang dihitung berdasarkan persamaan:
fcu = 0.85 s f c
Dimana :
a. s = 1 untuk strut prismatis di daerah tekanan yang tidak mengalami retak atau untuk
strut yang mempunyai wilayah yang menyilang yang sama panjang tanpa kontrol retak
pada daerah penulangan.
b. s = 0.75 untuk strut yang berbentuk botol dan terdapat kontrol retak pada daerah
penulangan.
c. s = 0.60 untuk strut yang berbentuk botol dan tidak terdapat tanpa tulangan, dimana
adalah suatu faktor koreksi.
d. s = 0.40 untuk strut di dalam komponen tarik.
e. s = 0.60 untuk kasus-kasus yang lain.
Pada model strut-and-tie, gaya tekan dari strut kemudian dapat dihitung dengan
menggunakan kuat tekan nominal dari strut, yaitu:
Fns = fcu Ac
Ac = bw Ws
Elemen terpenting kedua dari model strut-and-tie adalah komponen tarik (tie).
Gaya tarik dari ties, dapat mengakibatkan keruntuhan pada daerah penjangkaran
(nodal zone). Pengangkeran ties di daerah nodal merupakan hal sangat penting untuk
meyakinkan ties mencapai kekuatan lelehnya. Kekuatan nominal dari ties, dapat
digunakan dengan persamaan:
Fnt = Ast fy
Pada metode STM, baja tulangan sebagai elemen pemikul tarik dianggap
bekerja dalam sebuah grup sehingga komponen ties memiliki suatu lebar efektif (Wt
). Lebar Wt memiliki nilai terbatas dan dan tergantung dari pendistribusian tulangan
tarik balok. Pembatasan nilai Wt ini berdasarkan atas beban luar dan reaksi-reaksi
dari tie itu sendiri ( Fnt = As fy ) dan kekuatan dari nodal zone akibat penjangkaran
tulangan ( Fnn = 0.85 n f c b Wt ). Agar komponen ties dapat mencapai leleh, maka
keseimbangan kedua gaya tersebut dapat dipakai dasar untuk menghitung lebar
efektif elemen tie.
F nt = Fnn
A s fy = 0.85 n f c b Wt
Wt = 0.85
Suatu titik dimana gaya-gaya pada pada strut-and-tie model bertemu. Secara
konsep dalam rangka batang, titik ini diidealisasikan sebagai sendi. Beton yang
berada pada titik pertemuan dan sekelilingnya disebut nodal zone. Gaya-gaya yang
bekerja pada daerah nodal harus memenuhi kesetimbangan:
= 0 ; = 0 ; = 0
Kondisi = 0 menunjukkan bahwa garis aksi dari semua gaya yang bekerja harus
melalui titik umum ( common point ).
Nodal zone dapat dikelompokkan berdasarkan gaya-gaya dalam yang bertemu pada
daerah tersebut:
a) C-C-C : Bila tiga buah gaya tekan bertemu pada titik nodal.
b) C-C-T : Bila satu dari ketiga gaya yang bertemu adalah gaya tarik.
c) C-T-T : Bila salah satu dari ketiga gaya yang bertemu adalah gaya tekan.
d) T-T-T : Bila ketiga gaya yang bertemu adalah gaya tarik.
Kekuatan tekan pada daerah nodal dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Fcc = fcu An
Dimana : Untuk daerah tekan : A n = bw W c
Nilai tegangan efektif beton pada daerah nodal ditentukan seperti halnya pada elemen
strut yaitu :
Fcu = 0.85 n Wt
yang terjadi pada daerah nodal. Menurut ACI 318-02 Appendix A, nilai n ditentukan
sebagai berikut :
a. n = 1.0 pada daerah nodal yang terjadi oleh tekanan struts dan daerah landasan (
CCC nodes ).
b. n = 0.8 pada daerah nodal dimana terdapat penjangkaran oleh tarikan tie hanya
pada satu arah ( CCT nodes ).
c. n = 0.6 pada daerah nodal dimana terdapat penjangkaran oleh tarikan tie dalam
banyak arah ( CCT atau TTT nodes ).
dimana
ws = lebar dari penunjang
Hubungan ini berguna untuk mengatur ukuran dari daerah nodal dalam model
penunjang dan pengikat. Lebar penunjang dapat diatur dengan merubah wt atau lb,
satu kali. Pada saat itu perlu dilakukan juga memeriksa tegangan pada semua daerah
nodal.
Vn = Vc + Vs
Vu = Vc + Vs
Kekuatan geser yang diberikan oleh beton, Vc, dianggap sama dengan
kekuatan tegangan geser rata-rata (biasanya 2 ) dikalikan dengan luas penampang
efektif batang, bwd dengan bw adalah lebar balok persegi atau web dari balok T atau
I.
Vc = 2 bw d
atau dalam satuan SI dengan fc dalam MPa
Vc= ( bw d)/6
2.10. Kriteria Desain terhadap Geser untuk Balok Tinggi yang Dibebani di Atas.
Dapat disimpulkan bahwa balok tinggi (a/d < 2,5 dan ln/d < 5,0) mempunyai
tahanan geser nominal Vc yang lebih tinggi daripada balok biasa. Pada balok biasa,
penampang kritis untuk menghitung gaya geser rencana Vu diambil pada jarak d dari
muka perletakan, sedangkan pada balok tinggi, bidang gesernya sangat miring dan
dekat perletakan. Jika x adalah jarak antara bidang keruntuhan dari muka perletakan,
ln adalah bentang bersih untuk beban terdistribusi merata, dan a adalah lengan geser
atau bentang untuk beban terpusat, maka persamaan untuk jarak ini adalah:
Beban terdistribusi merata : x = 0,15 ln
Beban terpusat : x = 0,50 a
Dalam kedua hal, jarak x ini tidak boleh melebihi tinggi efektif d.
Gaya geser rencana Vu harus memenuhi kondisi:
8
untuk ln/d < 2,0 (2.10)
atau
2310+
untuk 2 ln/d 5
(2.11)
Jika tidak memenuhi keadaan ini, penampang harus diperbesar. Faktor reduksi
kekuatan = 0,85.
Gaya geser tahanan nominal Vc untuk beton sederhana dapat diambil sebagai:
=3,52,5
1,9
+2500
6 (2.12)
Dimana 1,0 < 3,5-2,5 (Mu/Vud) 2,5.
Faktor ini merupakan pengali dari persaman dasar Vc dari balok biasa untuk
memperhitungkan besarnya kapasitas tahanan balok tinggi. Peraturan ACI
mengizinkan kapasitas tahanan yang tinggi ini apabila retak-retak minor pada
keadaan Vu melebihi beban retak geser pertama masih dapat ditoleransi. Apabila
tidak demikian, dapat digunakan persamaan (2.8):
=2
Apabila gaya geser rencana Vu melebihi Vc, penulangan geser harus diberikan
sehingga memenuhi =+ dimana Vs adalah gaya yang dipikul oleh
penulangan geser:
=1+/12+11/12 (2.13)
dimana:
Av = luas total penulangan vertikal yang berjarak sv dalam arah horizontal di kedua
sisi balok.
Avh = luas total penulangan horizontal yang berjarak sh dalam arah vertikal di kedua
sisi balok
sv maksimum d/5 atau 18 in (ambil yang terkecil)
sh maksimum d/3 atau 18 in.
dan
Av minimum = 0,0015 bsv (2.14)
Avh minimum = 0,0025 bsh (2.15)
b. Balok menerus.
Gambar 2.8: Trajektori tegangan tekan dan tarik pada balok tinggi menerus.
Garis tidak putus menunjukkan trajektori tarik, garis putus-putus menunjukkan
trajektori tekan.
(Sumber : Beton Bertulang-Suatu Pendekatan Dasar oleh Edward G.Nawy ).
Gambar 2.9: Distribusi tulangan lentur horizontal pada balok tinggi menerus.
(Sumber : Beton Bertulang-Suatu Pendekatan Dasar oleh Edward G.Nawy ).
Balok tinggi yang menerus dapat diperlakukan dengan cara yang sama dengan
balok tinggi sederhana, tetapi harus ada penulangan tambahan yang memikul momen
negatif pada tumpuan. Gambar 2.8 memperlihatkan trajektori tegangan untuk
tegangan tarik utama dan tekan utama pada balok tinggi menerus. Dengan
membandingkan diagram ini dengan Gambar 2.6.(b) untuk kasus balok ditumpu
sederhana, terlihat bahwa bentuk kecuraman trajektori tegangan tarik di tengah
bentang serupa. Pada tumpuan menerus seluruh bagian penampangnya mengalami
tarik.
Pemusatan trajektori tegangan tarik pada daerah perletakan dari balok tinggi
menerus mengharuskan adanya penjangkaran yang baik tulangan geser horizontal.
Luas tulangan lentur total yang diperlukan adalah sama dengan persamaan (2.17):
=200 (2.17)
seperti persamaan untuk balok sederhana. Akan tetapi, disini lengan momen jd
berbeda yaitu besarnya.
=0,2(+1,5) untuk 1/2,5 (2.18)
=0,5 untuk / (2.19)
Distribusi penulangan lentur negatif AS pada balok menerus harus sedemikian rupa
sehingga luas baja AS1 harus ditempatkan pada 20% dari tinggi balok, dan luas
tulangan balance AS2 pada bagian 60% berikutnya dan tinggi balok seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.9. Masing-masing luas tulangan ini adalah:
1=0,6(1) (2.20)
2=1 (2.21)
Untuk kasus-kasus ini dimana perbandingan l/h berharga lebih kecil atau sama
dengan 1,0, gunakan luas nominal sebagai AS1 di sisi atas balok, dan gunakan luas
total AS pada bagian 60% berikutnya dari tinggi balok. Bagian sisanya, h3, yang
merupakan daerah tulangan positif berasal dari bentang balok, harus diteruskan ke
perletakan untuk menjamin penjangkaran dan kesinambungan.
VS =
1+
+211
(Persamaan ACI 11-30)(2.13)
Dalam rumus ini, Av adalah luas tulangan geser tegak lurus terhadap tulangan tarik
lentur dengan jarak s, dan Avh adalah luas tulangan geser sejajar terhadap tulangan
lentur dengan jarak s2. s2 menyatakan jarak tulangan geser atau tulangan torsi dalam
arah tegak lurus terhadap tulangan longitudinal atau jarak tulangan horizontal dalam
dinding.
4. Luas tulangan geser Av tidak boleh lebih kecil dari 0,0015 bws, dan s tidak boleh
lebih besar dari d/5 atau 18 in.(ACI 11.8.9)
5. Luas tulangan geser Avh tidak boleh lebih kecil dari 0,0025 bws2, dan s2 tidak
boleh lebih besar dari d/3 atau 18 in.(ACI 11.8.10).