Anda di halaman 1dari 10

STUDI BANDING HARGA PERMETER KUBIK BETON ANTARA KOLOM PERSEGI

DAN KOLOM BULAT PADA GEDUNG BAHANA LINE SURABAYA

Risky Dwi Fatmadila


Ir. Pujo Priyono, M.T. ; Ir. Totok Dwi K, M.T.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember
Jl.Karimata 49, Jember 68121, Indonesia
Email: riskydwifatmadila22@gmail.com

Abstrak

Ranah perkembangan konstruksi gedung selalu diikuti dengan standar peraturan


yang melandasinya, terutama dari segi arsitektur dan strukturnya. Perkembangan konstruksi
gedung saat ini cenderung lebih mengutamakan sisi arsitektur dari pada struktur. Hal ini
berbanding terbalik dengan pembuatan gedung PT. Bahana Line Surabaya yang dibangun
dengan lebih mengutamakan strukturnya. Sebagai gedung milik swasta parameter arsitektur
tentu harus lebih diutamakan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan software SAP2000 V.19 dan
SP Column. Hasil dari analisa menunjukkan bahwa kekuatan desain kolom persegi 750 x
750 mm dengan 28D25 mampu menahan beban ultimate dan kekuatan desain kolom bulat
diameter 847 mm dengan 30D25 mampu menahan beban ultimate. Sedangkan
perbandingan harga m³ beton kolom persegi dan kolom bulat yaitu Rp. 4.482.000 m³ dan
Rp. 4.530.000 m³, dengan selisih harga Rp. 48.000, dan rasio perbandingan harga m3
beton kolom persegi dan kolom bulat yaitu 0,98 %. Sehingga kesimpulan dari
penelitian ini, kolom bulat memiliki harga paling besar dibandingkan dengan kolom
persegi.

Kata kunci : Gedung Bahana Line, Kolom Persegi, Kolom Bulat.

PENDAHULUAN lingkaran.
Latar belakang Adanya perbedaan yang mendasar
Pada umumnya suatu perencanaan dari desain kolom persegi dan kolom
struktur di Indonesia terutama gedung bulat/lingkaran dimana kolom bulat yang
seperti gedung perkantoran, gedung berpenampang spiral lebih efektif
sekolah, gedung hunian seperti rumah dibandingkan dengan sengkang persegi
susun dan lain sebagainya, menggunakan dalam hal meningkatkan kekuatan kolom
desain kolom persegi untuk menahan (Jack C McCormac,2003:278). Selain itu
kekuatan balok-balok utamanya. Berbagai kolom bulat berpenampang spiral
macam desain kolom persegi yang mempunyai jarak sengkang yang
digunakan menggunakan dimensi yang berdekatan dibandingkan kolom persegi
berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang mempunyai bentuk sengkang
bangunan dan beban yang dipikul pada tunggal dengan jarak antara yang relatif
bangunan tersebut. Akan tetapi terdapat besar, sehingga adanya spiral ini
beberapa bangunan gedung yang mempengaruhi baik beban batas maupun
menggunakan desain kolom bulat atau keruntuhan dibandingkan dengan kolom
yang sama tetapi memakai sengkang
(George Winter dan Arthur H persegi dan kolom bulat pada Gedung PT.
Nielson,2003:313). Bahana Line Surabaya.

Dalam penelitian ini penulis ingin


mengetahui bagaimana perbandingan TINJAUAN PUSTAKA
desain kolom bulat terhadap kolom persegi Pengertian Kolom
pada struktur Gedung PT. Bahan Line
Surabaya. Perkembangan dan pertumbuhan Kolom adalah batang tekan vertikal
ekonomi, selalu diikuti perkembangan dari rangka struktur yang memikul beban
dunia konstruksi, baik itu Gedung maupun dari balok. Kolom merupakan suatu
prasarana pendukungnya. elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan,
Perkembangan dunia konstruksi sehingga keruntuhan pada suatu kolom
Gedung, selalu disertai juga dengan merupakan lokasi kritis yang dapat
perkembangan standar peraturan yang menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai
melandasinya, baik dari segi arsitektur yang bersangkutan dan juga runtuh total
maupun struktur. Segi arsitektur pada era (total collapse) seluruh struktur
perkembangan konstruksi Gedung saat ini, (Sudarmoko, 1996).
lebih diutamakan daripada struktur,
sehingga tipe-tipe elemen struktur yang Fungsi kolom adalah sebagai penerus
mendukung keindahan akan lebih banyak beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
dipertimbangkan meski dari pertimbangan diumpamakan, kolom itu seperti rangka
struktur kurang bisa diterima karena tingkat tubuh manusia yang memastikan sebuah
kesulitan pelaksanaan maupun relatif dari bangunan berdiri. Kolom termasuk
kekuatan. Gedung PT. Bahana Line telah struktur utama untuk meneruskan berat
dibangun strukturnya dengan menggunakan bangunan dan beban lain seperti beban
kolom persegi atau bujur sangkar, dengan hidup (manusia dan barang-barang), serta
harapan jari-jari kelembaman penampang beban hembusan angin. Kolom berfungsi
,r, bisa mencukupi untuk menjaga sangat penting, agar bangunan tidak
kekakuan Gedung, meski dari sisi mudah roboh. Beban sebuah bangunan
keindahan kurang baik. Mengingat Gedung dimulai dari atap. Beban atap akan
PT. Bahan Line adalah Gedung milik meneruskan beban yang diterimanya ke
Swasta, maka parameter arsitektur kolom. Seluruh beban yang diterima
mestinya lebih diutamakan. kolom didistribusikan ke permukaan
tanah di bawahnya. Kesimpulannya,
Dasar yang melatar belakangi adanya sebuah bangunan akan aman dari
penelitian ini yaitu pada saat di lapangan kerusakan bila besar dan jenis pondasinya
untuk mendesain atau merencanakan sesuai dengan perhitungan. Namun,
struktur bangunan dibidang konstruksi kondisi tanah pun harus benar-benar
gedung dan dan mudah untuk memilih sudah mampu menerima beban dari
desain kolom pada umumnya yang sering pondasi. Kolom menerima beban dan
digunakan adalah kolom persegi dan meneruskannya ke pondasi. Struktur
kolom bulat, namun penggunaan pada dalam kolom dibuat dari besi dan beton.
kolom bulat lebih jarang digunakan di Keduanya merupakan gabungan antara
bandingkan dengan kolom persegi, yang di material yang tahan tarikan dan tekanan.
sebabkan karena harga kolom persegi lebih Besi adalah material yang tahan tarikan,
kecil dibandingkan dengan kolom bulat sedangkan beton adalah material yang
yaitu harga kolom persegi Rp. 442,182,639 tahan tekanan. Gabungan kedua material
dan kolom bulat Rp. 449,263,976, maka ini dalam struktur beton memungkinkan
selisih kolom persegi dan kolom bulat yaitu kolom atau bagian struktural lain seperti
Rp. 7,081,337. Jadi saya melakukan sloof dan balok bisa menahan gaya tekan
penelitian ini yaitu ingin mengetahui dan gaya tarik pada bangunan.
perbandingan harga m³ beton kolom
Persencanaan Kolom
Kolom Tanpa Pengaku
Kolom merupakan komponen
struktur dengan rasio tinggi terhadap Faktor kelangsingan pada struktur
dimensi lateral terkecil melebihi tiga yang kolom tanpa pengaku adalah :
digunakan terutama untuk mendukung
beban aksial tekan (SNI 03-2847-2002).
Kolom dibedakan menjadi dua, kolom
dengan pengaku dan kolom tanpa
pengaku. Bila dalam suatu bangunan Penulangan Kolom
selain portal terdapat dinding–dinding
atau struktur inti yang memiliki gaya Batasan tulangan pada komponen
yang relatif tinggi dibanding dengan struktur yang mengalami gaya tekan
portal, maka struktur demikian dikatakan menurut SNI 2002 pasal 12.9.1 adalah :
struktur dengan pengaku. Berdasarkan
SNI 2002 pasal 12.11, untuk menentukan a. Untuk kolom dengan sengkang lateral
jenis kolom maka digunakan persamaan :

b. Untuk kolom dengan sengkang


Dalam hal ini : Q = Stabilitas Index spiral
Vu = Gaya geser berfaktor
perlantai
o = Simpangan relatif c. Kebutuhan tulangan ditentukan
antar tingkat orde pertama dengan persamaan berikut
pada tingkat yang ditinjau
akibat Vu
lc = Panjang kolom diukur
dari center-center dari joint
pada portal
Diagram Interaksi Kolom
Kolom Penampang Persegi dan Bulat

Kolom Dengan Pengaku (Tidak Bergoyang)

Pada perencanaan kolom, harus


memperhitungkan faktor kelangsingan.
Berdasarkan SNI 2002 pasal 12.12, faktor
kelangsingan boleh diabaikan apabila
memenuhi persamaan :

k x lu m1

r = 0.3 h Untuk kolom bentuk persegi


Gambar 2.1 Diagram Interaksi Kolom
r = 0.25 D Untuk kolom bentuk lingkaran
Beban yang bekerja pada kolom,
Dalam hal ini : k = Faktor panjang biasanya berupa kombinasi antara beban
Lu = Panjang bersih kolom aksial dan momen lentur. Besar beban
r = Radius girasi aksial dan momen lentur yang mampu
ditahan oleh kolom bergantung pada
ukuran/dimensi kolom, dan jumlah serta volumenya, langkah selanjutnya yaitu
letak baja tulangan yang ada/terpasang mencari data analisa harga satuan bangunan
pada kolom tersebut. Hubungan antara untuk melihat prosentase penggunaan
beban aksial dan momen lentur material dalam suatu satuan entah itu
digambarkan dalam suatu diagram yang m1,m2 atau m3. data tersebut bisa
disebut diagram interaksi kolom M - N, diperoleh dengan melihat analisa BOW,
yaitu dapat memberikan gambaran tentang SNI analisa harga satuan, atau membuat
kekuatan dari kolom yang bersangkutan. analisa sendiri berdasarkan penelitian dan
pengalaman di lapangan selama
Diagram interaksi kolom dibuat melaksanakan pembangunan.
dengan pertolongan dua buah sumbu (yaitu
sumbu vertikal dan sumbu horizontal) yang Tabel dibawah ini menunjukkan
saling berpotongan dan tegak lurus data kebuhan indeks bahan dan indeks
sesamanya. Sumbu vertikal tenaga kerja untuk membuat 1 m³ Beton.
menggambarkan besar beban aksial P atau Indeks bahan merupakan kuantum yang
gaya normal N, sedangkan sumbu menunjukkan kebutuhan bahan bangunan
horizontal menggambarkan besar momen untuk setiap pekerjaan. Sedangkan indeks
lentur M yang dapat ditahan oleh kolom. tenaga kerja merupakan kuantum yang
menunjukkan kebutuhan waktu untuk
Prosedur pembuatan diagram interaksi mengerjakan setiap pekerjaan.
kolom dilaksanakan dengan
memperhitungkan kekuatan kolom 1. Membuat 1 m3 beton mutu f’c = 26,4
berdasarkan 5 kondisi beban pada suatu MPa (K 300), slump (12 2) cm,
penampang kolom dan juga untuk w/c = 0,52
mempermudah dapat menggunakan 2. Pembesian 10 kg dengan besi polos
program bantuan komputer yang atau besi ulir
dinamakan PCACOL. Diagram interaksi 3. Memasang 1 m2 bekisting untuk
kolom ini juga menghasilkan beban aksial kolom
nominal (Pn) dan beban momen nominal
(Mn) yang mampu ditahan oleh kolom.

Kolom dikatakan mampu menahan METODOLOGI


beban yang bekerja apabila nilai beban Pengumpulan Data Sekunder
aksial perlu sebesar Pu dan beban momen
perlu sebesar Mu yang sudah diplotkan Data yang diambil dalam penelitian
pada sumbu diagram, titik potongnya ini berasal dari data sekunder. Data
berada di dalam diagram interaksi. Tetapi sekunder adalah data yang diambil oleh
sebaliknya jika titik potongnya berada peneliti secara tidak langsung dari objeknya
diluar diagram interaksi, maka kolom berupa data gambar dan data spesifikasi
tersebut tidak mampu menahan beban yang gedung yang diperoleh dari PT. Bahana
bekerja. (Ali Asroni, 2010:17-18) Line Surabaya.

Analisa Perhitungan Bahan Dan Tenaga


SNI

Cara menghitung kebutuhan material


bangunan bisa dicari berdasarkan masing-
masing item pekerjaan yang akan
dilakukan, misalnya dalam sebuah
pekerjaan dinding batu bata maka akan ada
rincian pemasangan batu bata, plesteran,
acian dan pengecetan. lalu pada setiap item
pekerjaan tersebut perlu dicari berapa
Tahapan Penelitian

Gambar 4.2 Frame 3D Bahan Line

Beban Yang Bekerja Pada Pelat Atap


Atau Listplang

Beban mati yang bekerja pada pelat


atap atau listplang dapat mengikuti standar
pembebanan yang ditetapkan pada (PPIUG
1983, Pasal 2.1 dan 2.2)
Berat sendiri = 0.12x2400 = 288 kg/m2
Plafon + penggantung = 18 kg/m2
Spesi kedap air = 0.02x(2200) = 44 kg/m2
Gambar 3.1 Flowchart Genangan air= 0,05x1000 = 50 kg/m2
---------------
-- +
DL = 400
HASIL DAN PEMBAHASAN kg/m2
Data Ukuran Beban Yang Bekerja Pada Pelat Atap
Gedung Bahana Line dibangun dengan Beban mati yang bekerja pada pelat
panjang bangunan 40050 cm, lebar lantai dapat mengikuti standar pembebanan
bangunan 30150 cm, dan tinggi bangunan yang ditetapkan pada (PPIUG 1983, Pasal
30800 cm 2.1 dan 2.2)
Berat sendiri = 0.12x2400 = 288 kg/m2
Plafon + penggantung = 18 kg/m2
Berat ubin = 24 kg/m2
Berat urugan pasir= 0,05x1600 = 80
kg/m2
Berat spesi =0.02x2100 = 42
kg/m2
-----------------
+
DL = 476
kg/m2
.Gambar 4.1 Portal 3D Bahana Line
Beban Hidup

Atap : 100
kg/m2
Lantai perkantoran : 250
kg/m2 3. Momen beban terfaktor (elemen no) =
Gang/lorong lantai perkantoran: 300 73 (Kondisi “underreinforced”)
kg/m2 Pud = 3764 kN
Tangga dan bordes : 300 Mud = 799 kN-m
kg/m2
4. Penulangan
Beban Gempa D = 25 mm
nst = 28 buah
Berdasarkan kategori resiko Øs = 10 mm
bangunan gedung dan non gedung untuk selimut beton = 5 cm = 50 mm
gedung perkantoran, PT. Bahana Line K = 300 kg/cm2 = 25 Mpa
Surabaya berkategori resiko II atau Zona 2 fy = 3900 kg/cm2 = 390 Mpa
pada (Tanah Sedang). Dari Peta Zonasi faktor reduksi = 0,65
Gempa Indonesia Wilayah Surabaya (Jawa
Timur), diperoleh nilai Ss yaitu 0,663 g
dan nilai S1 yaitu 0,247 g.

Gaya Dalam Kolom Persegi

Station Case Step P V2 V3 T M2 M3


Frame
Outputcase Type Type
Text
m Text Text Kgf Kgf Kgf Kgf-m Kgf-m Kgf-m

37 0 UDCON2 Comb. 517817,55 1034,61 539,48 79,64 310,88 1431,37

73 0 UDCON3 Comb. Max 383874,82 23965,19 4751,89 883,6 22017,63 81529,03

Memperhatikan hasil lendutan


kesamping pada elevasi lantai yang
tertinggi, akibat kombinasi elastis Gambar 4.3 Diagram Interaksi Kolom
(M+H+E), diperoleh Δ = 0,036 m. Tinggi Persegi Saat Kondisi “Overreinforced”
gedung H = 28,1 m. Bila memperhatikan
syarat kolom dikatakan Braced, bila
H/1500 > Δ, 28,1/1500 = 0,018 m < Δ =
0,036 m, maka Kolom masuk kategori
kolom dalam kerangka yang unbraced.
Syarat kolom pendek pada kolom
yang berada pada kerangka yang unbraced,
berdasarkan SNI 2022 pasal 12.12 adalah
disaat , dengan k = 1,2 dan Lu =
4,9 - 0,8 = 4,1 m dan r = 0,3h = 0,3 x (0,75)
=0,225, maka ,
maka kolom adalah kolom pendek. Desain
kekuatan adalah sebagai berikut:
1. Penampang Beton Gambar 4.4 Diagram Interaksi Kolom
Lebar = 75 cm = 750 mm Persegi Saat Kondisi “Underreinforced”
Tinggi = 75 cm = 750 mm
2. Momen beban terfaktor (elemen no) =
37 (Kondisi “overreinforced”)
Pud = 5078 kN
Mud = 14 kN-m
Gaya Dalam Kolom Bulat

Station Case Step P V2 V3 T M2 M3


Frame
Outputcase Type Type
Text
m Text Text Kgf Kgf Kgf Kgf-m Kgf-m Kgf-m

37 0 UDCON2 Comb. 532581,86 1092,56 519,9 132,8 46,95 1121,8

73 0 UDCON3 Comb. Max 481349,45 114380,36 24494,3 4455,3 123160,8 433051,6

Memperhatikan hasil lendutan


kesamping pada elevasi lantai yang
tertinggi, akibat kombinasi elastis
(M+H+E), diperoleh Δ = 0,036 m. Tinggi
gedung H = 28,1 m. Bila memperhatikan
syarat kolom dikatakan Braced, bila
H/1500 > Δ, 28,1/1500 = 0,018 m < Δ = Gambar 4.5 Diagram Interaksi Kolom Bulat
0,036 m, maka Kolom masuk kategori Saat Kondisi “Overreinforced”
kolom dalam kerangka yang unbraced.
Syarat kolom pendek pada kolom
yang berada pada kerangka yang unbraced,
berdasarkan SNI 2002 pasal 12.12 adalah
disaat , dengan k = 1,2 dan Lu =
4,9 - 0,8 = 4,1 m dan r = 0,25D = 0,25 x
(2,5) = 0,625, maka ,
maka kolom adalah kolom pendek. Desain
kekuatan adalah sebagai berikut:
1. Penampang Beton
Lebar = 75 cm = 750 mm
Tinggi = 75 cm = 750 mm
2. Momen beban terfaktor (elemen no) =
37 (Kondisi “overreinforced”) Gambar 4.5 Diagram Interaksi Kolom
Pud = 5222 kN Bulat Saat Kondisi “Underreinforced”
Mud = 11 kN-m
Perbandingan Jumlah Tulangan
3. Momen beban terfaktor (elemen no) =
73 (Kondisi “underreinforced”) Kolom Persegi
K-1
Kolom Bulat
K-1
Pud = 4720 kN
Mud = 4246 kN-m
Penampang
4. Penulangan
D = 25 mm
nst = 30 buah 750 847
Øs = 10 mm UKURAN
(mm) 750 x 750 Ø847
selimut beton = 5 cm = 50 mm LUAS (mm2) 562500 567162

K = 300 kg/cm2 = 25 Mpa TUL. UTAMA


TUMPUAN
28D25
D10 - 100
30D25
D10 - 100
fy = 3900 kg/cm2 = 390 Mpa LAPANGAN D10 - 100 D10 - 100

faktor reduksi = 0,65 RASIO TUL. 0,02 0,02

Perhitungan Tulangan Kolom Persegi

K1 = 75 x 75
= 5625 cm2
Luas Total = 28D25 Menghitung Besi Polos
As =
= Besi Polos = +1x
= 137,375 cm2 x

=
= 2,442 % = +1x x

Perhitungan Tulangan Kolom Bulat = 10,434 kg

Luas Total = 30D25 Tot. Besi Kol. Persegi= Besi ulir kolom
D2 = 5625 persegi + Besi
polos
D =
= 191,884 + 10,434
= 84,65 cm = 847 mm = 202,318 kg

As = Komposisi Besi Kolom Persegi yaitu


202,318 kg/m3
=
= 137,375 cm2 Tot. Besi Kol. Bulat = Besi ulir kolom
bulat + Besi polos
= 205,59 + 10,434
=
= 216,024 kg
= 2,442 %
Komposisi Besi Kolom Bulat yaitu 216,024
Menghitung Beton kg/m3

Panjang Kolom = Menghitung Bekisting


= 1,78 m
Bekisting = Panjang beton x (keliling
bagian yang di bekisting)
Volume Kolom =PxLxT
= 1,78 x (0,75 x 4 sisi)
= 1,78 x 0,75 x 0,75
= 5,34 m2
= 1 m3

Menghitung Besi Ulir Kolom Persegi A =


=
Besi Ulir = Panjang beton x jumlah
= 5625 cm2 = 0,5625 m2
tulangan x
Dalam 1 m3 beton, maka :
= 1,78 x 28 x
= 191,884 kg L =
= 1,78 m
Menghitung Besi Ulir Kolom Bulat
Luas Bekisting Persegi
= 4S x L
Besi Ulir = Panjang beton x jumlah = 4 x 0,75 x
1,78
tulangan x
= 5,33 m2
= 1,78 x 30 x Komposisi Bekisting Kolom Persegi
= 205,59 kg yaitu 5,33 m2/m3
Luas Bekisting Bulat= KESIMPULAN
= 3,14 x 0,8465 x Berdasarkan analisis dan
1,78 pembahasan yang telah dilakukan dalam
= 4,73 m2 kajian ini, diperoleh sebuah kesimpulan
Komposisi Beskisting Kolom Bulat sebagai berikut :
yaitu 4,73 m2/m3 1. Dalam menghitung parameter
perbandingan harga m3 beton yang
obyektif yaitu dengan ukuran yang
Menghitung Harga Beton m3 Kolom sama dengan ukuran kolom persegi
Persegi 75x75 cm yaitu 5625 cm2, dan
diperoleh diameter kolom bulat
Harga Beton/m³ Kolom Persegi dengan ukuran yaitu 847 mm, maka
= 1 m³ x (harga beton K300/m³) + dilakukan dengan membuat standart
komposisi besi x (harga pembesian/kg) luas penampang yang sama antara
+ komposisi bekisting x (harga beton kolom persegi dan kolom bulat
beskisting/m²) di dapatkan hasil luas penampang
= (1 m³ x 994100) + (202,318 kg/m³ x yang sama yaitu kolom persegi
12080) + (5,33 m²/m³ x 195900) 137,375 cm2 dan kolom bulat 137,375
= 4482248,44 cm2 di karenakan untuk ukurannya
= Rp. 4.482.000 m³ (Pembulatan).
yang sama, Maka kolom
persegi didapatkan hasil prosentase
Menghitung Harga Beton m3 Kolom
yaitu 2,442 % sedangkan kolom bulat
Bulat
dengan prosentase yaitu 2,442 %.
Kemudian dilakukan perhitungan
Harga Beton/m³ Kolom Bulat
perbandingan harga beton, besi, dan
= 1 m³ x (harga beton K300/m³) +
bekisting, sehingga diperoleh hasil
komposisi besi x (harga pembesian/kg)
perbandingan harga yaitu Rp.
+ komposisi bekisting x (harga
4.482.000 m3 dan Rp. 4.530.000 m3
beskisting/m²)
untuk masing-masing beton kolom
= (1 m³ x 994100) + (216,024 kg/m³ x
persegi dan kolom bulat.
12080) + (4,73 m²/m³ x 195900)
2. Dalam menganalisa rasio
= 4530276,92
perbandingan harga m3 beton kolom
= Rp. 4.530.000 m³ (Pembulatan).
persegi dan kolom bulat yaitu dengan
Komposisi Komposisi
Harga
Harga Jumlah Harga Jumlah Harga
perbandingan harga m3 beton kolom
Pekerjaan Kolom Selisih
Persegi Bulat
Persegi
Kolom Bulat Persegi Bulat
persegi di dapatkan harga sebesar Rp.
Beton 1 1 Rp. 994100 Rp. 994100 Rp. 994100 Rp. 994100
4.482.000 m3 sedangkan kolom bulat
Besi 202,318 216,024 Rp. 12080 Rp. 12080 Rp. 2444001,44 Rp. 2609569,92 Rp. 165568,48

Bekisting 5,33 4,73 Rp. 195900 Rp. 195900 Rp. 1044147 Rp. 926607 Rp. 117540
di dapatkan harga sebesar Rp.
Jumlah Rp. 4482248,44 Rp. 4530276,92 Rp. 48028,48 4.530.000 m3 dengan selisih harga
sebesar Rp. 48.000 rupiah, maka untuk
kolom bulat memiliki harga paling
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat
besar dibandingkan dengan kolom
diketahui bahwa harga beton/m3 kolom
persegi. sehingga untuk rasio harga
persegi adalah Rp. 4.482.000 m3 sedangkan
beton kolom persegi dan kolom bulat
harga beton/m3 kolom bulat adalah Rp.
di dapatkan yaitu 0,98 %.
4.530.000 m3, maka harga beton/m3 untuk
kolom bulat lebih mahal dari pada kolom
persegi, dan dengan selisih harga sebesar
Rp. 48.000 rupiah. Sehingga untuk rasio SARAN
perbandingan harga per m3 beton kolom
persegi dan kolom bulat di dapatkan yaitu 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
0,98 %. di tempat yang berbeda tentang
perbandingan kolom persegi dan
kolom bulat, untuk lebih mengenal Priyono, Pujo. 2018. “Beton 2”.
dan mengetahui lebih lanjut Jember: Universitas
tentang harga m³ beton kolom Muhammadiyah Jember.
persegi dan kolom bulat, dan
kekuatan struktur pada kolom. Priyono, Pujo. 2019. “Struktur Beton
2. Perlu di adakannya penelitian Tahan Gempa”. Jember: CV.
lebih lanjut perbandingan terhadap Pustaka Abadi.
bentuk kolom yang berbeda agar
hasil yang di dapat lebih beragam. Standar Nasional Indonesia T. 15. 1991.
“Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung”.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Asroni, Ali. 2010. “Diagram Interaksi
Kolom”. Surakarta: Universitas
Standar Nasional Indonesia 03. 2847.
Muhammadiyah Surakarta.
2002. “Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan
Cipta Utama. 2018. “Berat Besi Beton Gedung (Beta Version)”.
SNI”. Bandung: CV. Baja Sakti Bandung: Badan Standarisasi
Utama. Nasional.
Cormac, Jack C Mc. 2003. “Perbedaan Standar Nasional Indonesia 7394. 2008.
Mendasar Desain Kolom “Tata Cara Perhitungan Harga
Persegi Dan Kolom Bulat”.
Satuan Pekerjaan Beton Untuk
Surabaya: BP2IP Surabaya. Konstruksi Bangunan Gedung
Dan Perumahan”. Jakarta: Badan
Farisi, M. Lukman. 2012. Standarisasi Nasional.
“Perbandingan Efisiensi Bahan
Kolom Bulat Dan Persegi Pada Standar Nasional Indonesia 7394. 2008.
Struktur Gedung Empat Lantai”.
“Tata Cara Perhitungan Harga
Jember: Universitas Jember. Satuan Pekerjaan Beton Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung
Nugroho, Sony Prakoso. 2018. Dan Perumahan”. Jakarta: Badan
“Analisis Perbandingan Biaya Standarisasi Nasional.
Bekisting Antara Bekisting
Multiplek Dan Bekisting Tego Standar Nasional Indonesia 2847. 2013.
Film Untuk Kolom Gedung “Persyaratan Beton Struktural
Bertingkat”. Yogyakarta: Untuk Bangunan Gedung”.
Universitas Islam Indonesia. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Oktarina, D. dkk. 2019. “Analisis
Struktur Kolom Beton
Bertulang Persegi Dan Bulat
Dengan Program SAP”. Vol. 3
Nomor 1.

Pranata, Agus Yudha. 2018. “Analisis


Perbandingan Kolom Berbentuk
Bulat Dan Persegi Terhadap
Kinerja Struktur Gedung Beton
Bertulang Akibat Beban
Gempa”. Padang: Institut
Teknologi Padang.

Anda mungkin juga menyukai