Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I .1 LATAR BELAKANG
Surabaya merupakan kota metropolitan dan kota terbesar kedua di
Indonesia. Dimana pergerakan roda ekonomi semakin lama semakin
berkembang dan meningkat dengan pesat. Sehingga kebutuhan suatu sarana
dan prasarana pendukung juga sangat diperlukan. Salah satunya adalah
kebutuhan akan gedung perkantoran. Keterbatasan lahan menjadi salah satu
alasan mengapa banyak dibangun gedung - gedung perkantoran bertingkat.
Seperti yang kita ketahui bersama, semakin tinggi suatu gedung, maka
semakin besar pula kekuatan dan beban yang dipikulnya. Sehingga waktu
pengerjaan yang diperlukan juga akan semakin lama. Dan Gedung Direktorat
Jendral Pajak Wilayah I Jawa Timur merupakan salah satu dari gedung -
gedung perkantoran bertingkat yang ada di kota Surabaya. Gedung tersebut
terdiri dari 8 lantai dengan kondisi awal bangunan dari beton bertulang
konvensional, kemudian direncanakan ulang dengan menggunakan struktur
komposit baja beton.
Struktur komposit semakin banyak dipakai dalam rekayasa struktur.
Dari beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan kinerja
struktur yang baik dan lebih efektif dalam meningkatkan kapasitas
pembebanan, kekakuan dan keunggulan ekonomis ( Vebriano Rinaldy &
Muhammad Rustailang, 2005 ).
Balok komposit merupakan campuran beton dengan baja profil,
dimana pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang dialami suatu elemen
struktur dipikul oleh besi tulangan tetapi pada struktur komposit ini gaya-gaya
tarik yang terjadi pada suatu elemen struktur dipikul oleh profil baja.
Komposit balok baja dan pelat beton adalah satu usaha dalam mendapatkan
suatu konstruksi yang baik dan efisien. Keistimewaan yang nyata dalam
sistem komposit adalah (1) Penghematan berat baja, (2) Penampang balok
baja yang digunakan lebih kecil, (3) kekakuan lantai meningkat, (4) kapasitas
menahan beban lebih besar, (5) Panjang bentang untuk batang tertentu dapat
lebih besar ( Charles G. Salmon,1991 ).
Sistem gedung yang digunakan pada modifikasi perancangan gedung
ini adalah sistem struktur SRPMB. Pada Tugas Akhir ini menggunakan
peraturan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perhitungan beton untuk
bangunan gedung dan SNI 03-1726-2002 tentang tata cara perencanaan
ketahanan gempa untuk bangunan gedung serta SNI 03-1729-2002 tentang
tata cara perencanaan struktur baja. Pada akhirnya dari penyusunan dari tugas
akhir ini penulis mengharapkan dapat merencanakan suatu struktur komposit
yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan
tersebut.
I .2 PERMASALAHAN
Permasalahan yang ditinjau dalam modifikasi perancangan gedung
Direktorat jendral pajak wilayah I Jawa Timur dengan menggunakan struktur
komposit baja beton, antara lain :
1. Bagaimana menentukan Preliminary design penampang struktur.
2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat
lantai, balok anak dan tangga.
3. Bagaimana asumsi pembebanan setelah adanya modifikasi.
4. Bagaimana pemodelan dan menganalisa struktur dengan
menggunakan program bantu ETABS 9.2.
5. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan
kolom.
6. Bagaimana menuangkan hasil perencanaan dan perhitungan dalam
bentuk gambar teknik.
I .3 MAKSUD DAN TUJ UAN
Adapun tujuan dari modifikasi perancangan gedung Direktorat jendral
pajak wilayah I Jawa Timur dengan struktur komposit baja beton, yaitu :
1. Dapat menentukan Preliminary design penampang struktur.
2. Dapat merencanakan struktur sekunder yang meliputi pelat, balok
anak dan tangga.
3. Dapat merencanakan struktur utama yang meliputi balok dan kolom.
4. Bagaimana asumsi pembebanan setelah adanya modifikasi.
5. Dapat memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan
program bantu ETABS 9.2.
6. Dapat menuangkan hasil modifikasi perencanaan dan perhitungan
dalam bentuk gambar teknik.
I .4 BATASAN MASALAH
1. Perencanaan struktur utama, meliputi balok
induk dan kolom dan struktur sekunder, meliputi balok anak, tangga
dan pelat lantai.
2. Perencanaan kolom komposit menggunakan tipe Concrete encased
column atau kolom baja berselubung beton dan menggunakan profil
king cross.
3. Perencanaan pelat lantai menggunakan bondek.
4. Merencanakan struktur bawah (pondasi bangunan).
5. Jumlah lantai yang akan rencanakan ulang sebanyak 10 lantai.
6. Tidak meninjau dari segi metode pelaksanaan, analisa biaya,
arsitektural, dan manajemen konstruksi.
7. Perencanaan tidak meliputi instalasi mechanical, electrical, plumbing
dan saluran air.
8. Permodelan dan analisa struktur dilakukan dengan program bantu
ETABS 9.2.

BAB I I
TI NJ AUAN PUSTAKA

2.1 UMUM
Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang penting. Sifat-
sifatnya yang terutama penting dalam penggunaan dibandingkan terhadap
bahan lain yang tersedia dan sifat ductility. Ductility adalah kemampuan
untuk berdeformasi secara nyata baik dalam tegangan maupun regangan
sebelum terjadi kegagalan (Charles G. Salmon, 1991).
Penampang komposit adalah penampang yang terdiri dari profil baja
dan beton digabung bersama untuk memikul beban tekan dan lentur. Batang
yang memikul lentur umumnya disebut dengan balok komposit sedangkan
batang yang memikul beban tekan, tekan dan lentur umumnya disebut dengan
kolom komposit.
Penampang komposit mempunyai kekakuan yang lebih besar
dibandingkan dengan penampang lempeng beton dan gelagar baja yang
bekerja sendiri-sendiri dan dengan demikian dapat menahan beban yang lebih
besar atau beban yang sama dengan lenturan yang lebih kecil pada bentang
yang lebih panjang. Apabila untuk mendapatkan aksi komposit bagian atas
gelagar dibungkus dengan lempeng beton, maka akan didapat pengurangan
pada tebal seluruh lantai, dan untuk bangunan-bangunan pencakar langit,
keadaan ini memberikan penghematan yang cukup besar dalam volume,
pekerjaan pemasangan kabel-kabel, pekerjaan saluran pendingin ruangan,
dinding-dinding, pekerjaan saluran air, dan lain-lainnya.(Amon, Knobloch &
Mazumder,1999).
Kerangka baja yang menyanggah konstruksi pelat beton bertulang
yang di cor ditempat dahulu biasanya direncanakan dengan anggapan bahwa
pelat beton dan baja bekerja secara terpisah dalam menahan beban. Pengaruh
komposit dari baja dan beton yang bekerja sama dahulu tidak diperhitungkan.
Pengabaian ini didasarkan pada alasan bahwa lekatan (bond) antara lantai atau
pelat beton dan puncak balok baja tidak dapat diandalkan. Namun dengan
berkembangnya teknik pengelasan, pemakaian alat penyambung geser (shear
connector) mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal
yang timbul ketika batang terlentur.(Salmon & Johnson,1991)
Keuntungan utama dari perencanaan komposit yaitu penghematan
berat baja, penampang balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai
meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas
pemikul beban meningkat. Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 %
seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan semua keuntungan dari
sistem komposit. Pengurangan berat pada balok baja ini biasanya
memungkinkan pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga lebih
ringan. Keuntungan ini bisa banyak mengurangi tinggi bangunan bertingkat
banyak sehingga diperoleh penghematan bahan bangunan yang lain seperti
dinding luar dan tangga (Salmon & Johnson, 1991)
2.2. DESAI N DAN KONTROL
2.2.1 BALOK KOMPOSI T
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling
banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang
memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal
ini akan menyebabkan balok melentur (Spiegel & Limbrunner,1998)
Sebuah balok komposit (composite beam) adalah sebuah balok yang
kekuatannya bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih bahan
(Bowles,1980). Beberapa jenis balok komposit antara lain :
a. Balok komposit penuh
Untuk balok komposit penuh, penghubung geser harus disediakan
dalam jumlah yang memadai sehingga balok mampu mencapai kuat lentur
maksimumnya. Pada penentuan distribusi tegangan elastis, slip antara baja
dan beton dianggap tidak terjadi (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.6).

b. Balok komposit parsial
Pada balok komposit parsial, kekuatan balok dalam memikul lentur
dibatasi oleh kekuatan penghubung geser. Perhitungan elastis untuk balok
seperti ini, seperti pada penentuan defleksi atau tegangan akibat beban layan,
harus mempertimbangkan pengaruh adanya slip antara baja dan beton (SNI
03-1729-2002 Ps. 12.2.7)
c. Balok baja yang diberi selubung beton
Walaupun tidak diberi angker, balok baja yang diberi selubung beton
di semua permukaannya dianggap bekerja secara komposit dengan beton,
selama hal-hal berikut terpenuh (SNI 03-1729-2002 Ps.12.2.8)
1. Tebal minimum selubung beton yang menyelimuti baja tidak kuang
daripada 50 mm, kecuali yang disebutkan pada butir ke-2 di bawah.
2. Posisi tepi atas balok baja tidak boleh kurang daripada 40 mm di
bawah sisi atas pelat beton dan 50 mm di atas sisi bawah plat.
3. Selubung beton harus diberi kawat jaring atau baja tulangan dengan
jumlah yang memadai untuk menghindari terlepasnya bagian
selubung tersebut pada saat balok memikul beban.
















Gambar 2.1 Penampang balok komposit
2.2.2 KOLOM KOMPOSI T
Kolom komposit didefinisikan sebagai kolom baja yang dibuat dari
potongan baja giling (rolled) built-up dan di cor di dalam beton struktural atau
terbuat dari tabung atau pipa baja dan diisi dengan beton struktural (Salmon &
Jonson, 1996).
Kolom adalah elemen penting yang ikut mendukung gaya tekan aksial
pada suatu bangunan. Batang yang kita tinjau adalah kolom baja tunggal, baja
majemuk dan kolom komposit dengan tampang yang ekonomis. Konstruksi
kolom, sebagaimana dibahas dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah
kolom yang terdiri dari baja, kanal dan kolom komposit antara beton dengan
profil baja IWF yang mengalami beban aksial. Gaya aksial tekan merupakan
gaya yang utama dalam menyebabkan tekuk batang (kolom). Dalam
menganalisis pengaruh tersebut digunakan perumusan dasar yang sederhana
dan umum dijumpai dalam mekanika teknik. Asumsinya juga diambil
sesederhana mungkin sehingga mudah dimengerti. Jika beban yang bekerja
pada kolom ditambah besarnya secara berangsur-angsur,maka akan
mengakibatkan kolom mengalami lenturan lateral dan kemudian mengalami
keruntuhan akibat terjadinya lenturan tersebut. Beban yang mengakibatkan
terjadinya lentur lateral pada kolom disebut beban kritis dan merupakan beban
maksimum yang masih dapat ditahan oleh kolom dengan aman. Pada
penulisan tugas akhir ini didapat, kolom yang paling besar Pcr nya adalah
pada kolom tampang komposit. Dalam tulisan ini juga , perletakan yang
paling maksimum Pcr nya pada perletakan jepit-jepit disamping itu kolom
yang paling kecil bahaya tekuknya pada bentang yang terpendek.( Sanci
Barus,2008)

Ada dua tipe kolom komposit, yaitu :
1. Kolom komposit yang terbuat dari profil baja yang diberi selubung
beton di sekelilingnya (kolom baja berselubung beton).
2. Kolom komposit terbuat dari penampang baja berongga (kolom baja
berintikan beton).








Gambar 2.2 Penampang kolom komposit

Kolom Komposit baik itu kolom baja berselebung beton atau kolom
baja berintikan beton merupakan suatu solusi hemat untuk kasus dimana
b) Balok baja diberi selubung beton
(concrete encase steel beam) a) Balok Komposit (tanpa deck)
Profil Baja
dibungkus beton
d) Balok Komposit (dengan deck) c) Balok Komposit (dengan deck)
Pipa baja O didisi
King Cross
kapasitas beban tambahan yang diinginkan lebih besar dibandingkan dengan
penggunaan kolom baja sendiri. Kolom komposit juga menjadi solusi yang
efektif untuk berbagai permasalahan yang di ada pada desain praktis. Salah
satunya, yaitu jika beban yang terjadi pada struktur kolom sangatlah besar,
maka penambahan material beton pada struktur kolom dapat memikul beban
yang terjadi, sehingga ukuran profil baja tidak perlu diperbesar lagi (Roberto
Leon, Larry Griffis,2005).
Mulai
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Preliminary Desain dan Pembebanan
Perencanaan Struktur Sekunder
Pemodelan dan Analisa Struktur
Kontrol Desain
Penggambaran Hasil Perencanaan
Selesai
Perencanaan Pondasi
Ok
Not Ok

Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan (SNI
03-1729-2002 Ps.12.3.1) :
1. Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja
harus diberi tulangan baja longitudinal dan tulangan pengekang
lateral.
2. Tulangan baja longitudinal harus menerus pada lantai struktur portal,
kecuali untuk tulangan longitudinal yang hanya berfungsi memberi
kekangan pada beton.
3. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh melebihi 2/3 dari dimensi
terkecil penampang kolom komposit. Luas minimum penampang
tulangan transversal (atau lonitudinal) terpasang. Tebal bersih selimut
beton dari tepi terluar tulangan longitudinal dan transveersal minimal
sebesar 40 mm;
4. Mutu beton yang digunakan tidak lebih 55 Mpa dan tidak kurang dari
21 Mpa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 Mpa untuk
beton ringan.
5. Tegangan leleh profil dan tulangan baja yang digunakan untuk
perhitungan kekuatan kolom komposit tidak boleh lebih dari 380
Mpa.











BAB I I I
METODOLOGI

3.1 DI AGRAM ALI R METODOLOGI



















3.2.LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHI R
Langkah-langkah yang diambil dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut:
1.Pengumpulan Data
Data-data perencanaan secara keseluruhan mencakup data umum bangunan,
data bahan, dan data tanah :
- Data Umum Bangunan
Nama gedung : Gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I
Jawa Timur
Lokasi : Jl Jagir Wonokromo Surabaya
Fungsi : Perkantoran
Zone gempa : 2
Jumlah lantai : 8 lantai
Tinggi bangunan : 39 m (termasuk atap)
Ketinggian tiap lantai : Lantai 1 = 4,5 m
Lantai 2 8 = 4 m
Struktur utama : Struktur beton bertulang
- Data Bahan : - kekuatan tekan beton (f
c
) = 35Mpa
- tegangan leleh baja (f
y
) = 400 Mpa
- Data Tanah :Data tanah digunakan untuk merencanakan pondasi
gedung tersebut.
2.Studi Kepustakaan
Mempelajari pustaka/literatur yang berkaitan dengan perencanaan
diantaranya tentang :
a. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG).1983.
b. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung
c. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
d. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
e. Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
Menggunakan Metode LRFD dan AISC-LRFD.
f. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja
Desain Dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir.
Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga.
g. Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder,Atanu. 1999
Perencanaan Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitektur
2.Bandung : PT.Pradinya Paramita.
h. Rahmat Purwono, 2006, Perencanaan Struktur Beton Bertulang
Tahan Gempa.
i. Suprobo,Priyo.2000. Desain Balok Komposit Baja-
Beton.Surabaya : ITS Press.
j. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam.
Surabaya : ITS.

3. Preliminary Design
Penaksiran penampang struktur bangunan antara lain penaksiran beban
atap, tangga, lantai, penaksiran balok dan kolom komposit yang akan
direncanakan.

4. Analisa Pembebanan
Jenis pembebanan pada struktur baja komposit ini adalah dengan
menggunakan perancah. Perencanaan pembebanan pada struktur ini
berdasarkan PPIUG 1983 dan SNI 03-1726-2002

5.Analisa Struktur
Tujuan analisa struktur ini adalah untuk mengetahui gaya dalam yang
timbul pada elemen struktur akibat beban yang bekerja. Gaya tersebut
adalah gaya geser, gaya aksial, momen lentur dan momen puntir. Selain itu
juga digunakan untuk mengetahui besarnya pergeseran lateral. Perhitungan
analisa struktur ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa
program komputer ETABS 9.2.
6.Desain dan kontrol
Balok Komposit
Kekuatan Balok Komposit Dengan Penghubung Geser LRFD 12.4.2)
a.Kuat Lentur positif rencana ditentukan sebagai berikut (LRFD Pasal
12.4.2.1) :
- untuk
fy
1680
tw
h
s
dengan
b
| = 0,85 dan M
n
dihitung berdasarkan distribusi tegangan
plastis pada penampang komposit.
- untuk
fy
1680
tw
h
>
dengan
b
| = 0,9 dan M
n
dihitung berdasarkan superposisi tegangan-
tegangan elastis yang memperhitungkan pengaruh tumpuan sementara
plastis pada penampang komposit.
b.Kuat Lentur negatif rencana
b
| .M
n
harus dihitung untuk penampang baja
saja,dengan mengikuti ketentuan-ketentuan pada butir 8 (LRFD Pasal
12.4.2.2
Lebar Efektif plat lantai :
- Untuk gelagar interior :
b
E

4
L

b
E
bo (untuk jarak balok yang sama)

- Untuk gelagar eksterior :
b
E

8
L

b
E
bo + (jarak dari pusat balok ke pinggir slab)
dimana : L = bentang balok
bo = bentang antar balok
Menghitung momen nominal ( Mn )
- Perhitungan Mn berdasar distribusi tegangan plastis :



Gambar 3.1. Distribusi tegangan plastis
Menghitung momen nominal ( Mn ) negatif
1. Menentukan gaya tekan ( C ) pada beton :
C = 0,85.f
c
.t
p
.b
eff
.
Menentukan gaya tarik ( T) pada baja :
T = As.fy
Dipilih nilai yang terkecil dari kedua nilai di atas
2. Menentukan tinggi blok tekan effektif :
eff
b c f
fy As
a
. ' . 85 , 0
.
=
3. Kekuatan momen nonimal :
1
.d C Mn = atau T.d
1
Bila kekuatan nominal dinyatakan dalam bentuk gaya baja akan
diperoleh :
|
.
|

\
|
+ =
2 2
.
a
ts
d
fy As Mn
Menghitung momen nominal ( Mn ) negatif.
1.Menentukan lokasi gaya tarik pada balok baja
T = n.A
r
.f
yr

Pyc = As.fy
Gaya pada sayap ; fy tf bf Pf . . =
Gaya pada badan ; Pf
T Pyc
Pw

=
2

fy tw
Pw
aw
.
=
2.Menghitung jarak ke centroid
d
1
= hr + tb c
d
2
=
Pw Pf
a tf Pw tf Pf
web
+
+ + ) . 5 , 0 ( ( ) . 5 , 0 . (

d
3
=
2
d

3.Menghitung momen ultimate :
Mn = T(d
1
+ d
2
) + Pyc(d
3
- d
2
)

Kolom Komposit
Kolom komposit yang terbuat dari baja yang diberi selubung beton
disekelilingnya (kolom baja berselubung beton)
- Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan :
- Luas penampang profil baja minimal 4% dari luas penampang
komposit total.
- Kolom baja berselubung beton harus diberi tulangan longitudinal dan
tulangan lateral minimum sebesar 0,18 mm
2
/mm spasi tulangan.
- Beton : 21 MPa f
c
55 MPa
- Baja dan baja tulangan : f
y
380 MPa (untuk perhitungan)
- Tebal minimum dinding penampang baja berongga :
E
f
b t
y
min
3
= , untuk penampang persegi
- Kuat Rencana Kolom Komposit Yang Menumpu Beban Aksial
P
u
< |
c
P
n
;

|
c
= 0,85
P
n
= A
s
f
cr
;
di mana f
cr
=
e
my
f
; e = faktor tekuk
Untuk :
c
< 0,25 maka e = 1
0,25 <
c
< 1,2 maka e =
c
, ,
,
67 0 6 1
43 1

c
> 1,2 maka e =
2
25 1
c
,

m
my
m
c
c
E
f
r
L K
t
= r
-Kekuatan rencana kolom komposit yang menahan beban kombinasi
aksial dan lentur (LRFD Pasal 7.4.3.3).
a. 0,2
Nn . c
Nu
>


1,0
Mny . b
Mny
Mnx . b
Mux
.
9
8
Nn .
Nu
s + +
(
(
(
(



b. 0,2
Nn . c
Nu
<


1,0
Mny . b
Mny
Mnx . b
Mux
Nn . . 2
Nu
s + +
(
(
(
(




Sambungan
.Sambungan Baut
Rnv
diambil
yang terkecil
Kuat geser | = .fv.Ab.m
Kuat tumpu Rnt | = db.tp .(1.8)fy.
Jumlah baut,
Rn
Vu
n =
Kontrol jarak baut :
Jarak tepi minimum : 1.5db (LRFD 13.4.2)
Jarak tepi maksimum : (4tp + 100 mm) atau
200 mm (LRFD 13.4.3)
Jarak minimum antar baut : 3db (LRFD 13.4.1)
Jarak maksimum antar baut :15tp atau 200 mm (LRFD 13.4.3)
Kontrol Kekuatan Pelat
Anv fu Pn = 6 . 0 75 . 0 |
Vu < Pn |
Sambungan Las (LRFD 13.5.3.10)
Rnw Ru s
dengan, ) 6 . 0 ( 75 . 0 . fuw t Rnw f
e
= | (las)
) 6 . 0 ( 75 . 0 . fu t Rnw f
e
= | (bahan dasar)

keterangan : f
uw
: tegangan tarik putus logam las
f
u
: tegangan tarik putus bahan
dasar
t
e
: tebal efektif las (mm)

BAB I V
PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER
4.1. Perencanaan Tangga
Adapun data perencanaan tangga sebagai berikut :
Tinggi antar lantai = 450 cm
Tinggi bordes = 225 cm
Lebar injakan (i) = 30 cm
Panjang tangga = 350 cm
Lebar bordes = 150 cm
Tebal pelat miring = 9 cm
Tebal pelat bordes = 9 cm
Mutu beton ( fc) = 25 Mpa = 250 kg/cm
2

Mutu Baja (fy) = 250 Mpa = 2500 kg/cm
2









WF 300.200.8.12
WF 300.200.8.12
WF 250.125.5.8











Gambar 4.1 Denah Tangga












Gambar 4.2 Potongan A-A
Hasil Perhitungan
Pelat anak tangga : pelat bondex
Balok Tangga WF 150.100.6.9
Balok Bordes WF 150.100.6.9
Balok Penumpu Bordes WF 250.125.5.8
4.2.2 Pelat lantai 1 sampai lantai 10
Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,75mm.
Pembebanan
a.Beban Superimposed
Berat finishing :
- spesi lantai t = 2 cm = 2.21kg /m
2
= 42 kg/m
2

- lantai keramik t = 1cm = 1.24 kg /m
2
= 24 kg/m
2

- rangka + plafond = (11+7)kg/m
2
= 18 kg/m
2

- ducting AC+pipa = 10 kg/m
2

Total beban finishing = 94 kg/m
2


Beban Hidup
Beban Hidup = 250 kg/m
2

Beban berguna
= beban hidup + finishing
= 250 kg/m
2
+ 94 kg/m
2
= 344 kg/m
2
Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan
tulangan negatif dengan satu baris penyangga didapatkan data-data sebagai
berkut :
- bentang (span) = 2,5 m
- tebal pelat beton = 9 cm
- tulangan negatif = 2,09 cm
2
/m
- direncanakan memakai tulangan dengan = 8 mm
(As = 50,24 mm
2
= 0,5024 cm
2
)
- banyaknya tulangan yang diperlukan tiap 1 m
=
As
A
=
5024 , 0
09 , 2
= 4,16 buah = 5 buah
Jarak Tulangan Tarik = 140 mm
Jadi, dipasang tulangan tarik 8-140

4.3. Perencanaan Balok Anak
Data Perencanaan :
BJ 41 : fy = 2500 kg/cm
2
, fy = 4100 kg/cm
2
Beton : fc = 25 MPa
Bentang balok anak (L) = 7,5m
Direncanakan dengan profil WF 300.200.8.12
Perencanaan Penghubung Geser :
Jadi, shear connector dipasang sejarak 16 cm sebanyak 48 buah untuk masing-
masing bentang.




BAB V
PEMBEBANAN DAN ANALI SA STRUKTUR

5.1 Analisa Struktur Utama
Merencanakan beban gempa adalah bertujuan untuk mendapatkan
beban gempa yang sesuai dengan peraturan untuk dibebankan kedalam
struktur gedung. Beban gempa rencana dicek terhadap kontrol kontrol sesuai
peraturan gempa yaitu SNI 03-1726-2002, dimana kontrol kontrol tersebut
terdiri dari kontrol nilai gaya geser dasar (base shear), waktu getar alami
fundamental (T), dan simpangan (drift).
5.2 Pembebanan
Untuk mendapatkan beban gempa yang sesuai dengan SNI 03-1726-
2002, maka terlebih dahulu dicek besarnya V
dinamis
yang telah didapatkan
dengan bantuan program ETABS v9.2.0 dan membandingkan besaran V
dinamis

tersebut dengan V
statis
yang akan diperhitungkan di bawah ini sesuai dengan
SNI 03-1726-2002 Ps.6.1, dan nilai V
statis
ini harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung ke masing masing lantai sesuai SNI 03-1726-2002 Ps.6.1.2

- Faktor Respon Gempa (C)
Pada gambar dapat dilihat untuk menentukan nilai faktor respon
gempa (C
1
) pada tanah keras didapat dengan nilai
T
50 , 0
dimana T adalah
waktu getar alami struktur gedung yang didapat dari hasil analisa
struktur setelah men-define Respon Spektrum Rencana dan mengeplot
grafik C-T pada analisa Respon Spektrum.
- Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental (T)
T dihitung dengan menggunakan rumus empiris Method A dari UBC
1997 Section 1630.2.2 dengan tinggi gedung 40,5 meter.
Pada arah X T
x
= C
c
(h
n
)
3/4

= C
c
(40,5)
3/4

= 1,36 detik
Pada arah Y T
y
= C
c
(h
n
)
3/4

= C
c
(40,5)
3/4

= 1,36 detik
BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA

Perhitungan Balok I nduk
Pada perencanaan ini, ditunjukkan contoh perhitungan balok Induk
pada lantai 1. Pada perhitungan berikut Balok Induk direncanakan dengan
profil WF 500.300.11.18. Panjang balok (L) = 833 cm. Adapun data data
profil adalah sebagai berikut :
A = 163,5 cm
2
ix = 20,8 cm r = 26 mm
W = 128 kg/m tw = 11 mm Zx = 3100 cm
3

d = 488 mm tf = 18 mm

Zy = 824 cm
3

b = 300 mm Ix = 71000 cm
4
Sx = 2910 cm
3

iy = 7,04 cm Iy = 8110 cm
4
Sy = 541 cm
3

h = 404 mm
BJ-41 : fy = 2500 kg/cm
2

fu = 4100 kg/cm
2

Beton : fc = 25 Mpa = 250 kg/cm
2


Zona momen positif
Dari hasil output ETABS v9.2.0 didapatkan momen positif adalah Mmaks =
3976255 Kgcm.

Menghitung momen nominal
- Kontrol kriteria penampang
Untuk Sayap Untuk Badan



fy
tf
bf 170
2
s

fy
tw
h 1680
s


250
170
18 . 2
300
s
250
1680
11
404
s

8,33 < 10,752.......ok 36,73 < 106,25.......ok
Profil penampang kompak, sehingga kapasitas momen penampang dianalisa
dengan distribusi tegangan plastis.

- Menghitung kekuatan nominal penampang komposit
) ( ) .(
2 3 2 1
d d Py d d C Mn + + =
C = 408750 kg
Py = As.fy = 163,5.2500 = 408750 kg
Mn = 408750 (4,785 + 0) + 408750 (25 - 0)
= 12174678,75 kgcm

Syarat :
Mn . Mu |
3976255 kgcm kgcm 5 12174678,7 . 85 , 0
3976255 kgcm 10348425,94 kgcm..........Ok

Kekuatan nominal penampang komposit lebih besar daripada momen akibat
beban berfaktor, sehingga penampang mampu menahan beban yang terjadi.
Zona momen negatif
Dari hasil output program ETABS v9.2.0 didapatkan momen negatif Mmaks =
4153695 Kgcm (batang B-23).
L = 833 cm
b
eff
.L = .833 cm = 208,25 cm
t
bondex
= 0,75 mm
fyr = 240 Mpa
ts = 100 mm
Menentukan Lokasi Gaya Tarik pada Balok Baja
Batang tulangan menambah kekuatan tarik nominal pada pelat beton.
Tc = Asr . fyr
= 10. . . 0,8
2
. 2400
= 12057,6 Kg
Gaya tekan nominal maksimum dalam penampang baja
Pyc = As . fy
= 163,5. 2500
= 408750 Kg



Karena Pyc > Tc, maka PNA pada web, berlaku persamaan.

2
12057,6 408750
2

=

=
Tc Pyc
Ts
= 198346,2 Kg

Gaya pada sayap, Tf = bf . tf . fy
= 30 . 1,8 . 2500 = 135000 Kg

Gaya pada badan, Tw = Tf
Tc Pyc

2

= 198346,2 135000
= 63346,2 Kg

Jarak garis netral dari tepi bawah sayap :
1 , 1 . 2500
63346,2 Tw
.
= =
tw fy
aw
= 23,03 cm


Menenentukan Jarak Gaya yang Bekerja dari Centroid
d
2
=
Tw Tf
aw tf Tw tf Tf
+
+ + )) 5 , 0 ( ( ) 5 , 0 . (

=
63346,2 135000
)) 03 , 23 . 5 , 0 0 , 3 .( 63346,2 ( ) 0 , 3 . 5 , 0 . 135000 (
+
+ +

= 5,66 cm
= 56,6 mm

d
3
= D/2 =50/2

= 25 cm

d
1
= ts c
= 11 2,5 = 8,5 cm

Gambar 6.2 Distribusi tegangan negatif
KING CROSS
Perhitungan Momen Nominal Negatif

Mn = Tc (d
1
+ d
2
) + Pyc(d
3
d
2
)
= 12057,6 (8,5 + 5,66) + 408750 (25 5,66)
= 12703010,62 Kgcm

Persayaratan :
Mu Mn
4153695Kgcm 0,85 . 12703010,62 Kgcm
4153695Kgcm 10797559,02 Kgcm.......OK

Perencanaan Kolom Komposit
Dari hasil output ETABS v9.2.0 diperoleh gaya gaya yang bekerja pada
kolom lantai dasar adalah :
Pu = 606463 Kg
Mu
x
= 17098901 Kgcm
Mu
y
= 17661315 Kgcm
Vu
x
= 31103,61 Kg
Vu
y
= 29817,4 Kg
Kolom komposit direncanakan dengan menggunakan profil K700.300.13.24
dengan spesifikasi material :
A = 471 cm
2
Ix = 211800 cm
4
ix = 21,21 cm
Sy = 5193,3cm
3
d = 700 mm Ix = 220791 cm
4
iy = 21,65 cm
b = 300 mm H= 596 mm Sx = 6051,4 cm Iy = 211800 cm
4


KC 700 x 300 x 13 x 24
900
900
TULANGAN
16mm
TULANGAN GESER
12 - 300
50







Gambar 5.1 Penampang Kolom Komposit
Desain Sambungan
Sambungan Balok Melintang Dengan Kolom
Sambungan antara balok melintang dengan kolom direncanakan dengan
menggunakan baut (rigid connection)
Balok Induk Melintang : WF 500 x 300 x 11 x 18
Kolom Kingcross : K700.300.13.24
Mu = 1,1.Ry.Mp
balok
= 1,1.1,5. (3100.2500) Kgcm
= 12787500 Kgcm
Vu
total
= 51758,28 Kg

Gambar 5.2 Sambungan Balok dan Kolom

Sambungan Kolom Dengan Kolom
Kolom : KingCross K700.300.13.24
Pu = 606463 Kg
Mu
x
= 1,5.fy.Zx
= 1,5.2500. 7356,335 = 27586256,25 Kgcm



Gambar 5.3. Sambungan Antar Kolom
Desain Base Plate
Direncanakan baseplate dengan ukuran 900 mm x 900 mm digunakan
sebagai alas kolom K700.300.13.24.

BAB VI
PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI

Tiang pancang yang direncanakan adalah menggunakan alternatif jenis tiang
dengan spesifikasi WIKA Pile sebagai berikut :
- Diameter tiang = 500 mm
- Tebal tiang = 90 mm
- Class = C
- Luas beton = 1159,25 cm
2

- Modulus Section = 10583,74 cm
2

- P
bahan
= 155640 kg













Gambar 7.1. Denah Tiang pancang

Diambil tiang pancang dengan kedalaman (D) 35 m dari perhitungan dan
didapat nilai daya dukung satu tiang pancang :
P
1tp
= 131450 kg 0,88 = 115676 kg = 115,68 ton.
Jadi diambil P
1tp
= 115,68 ton
BAB VI I
PENUTUP

7.1 KESI MPULAN
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder terlebih dahulu seperti
perhitungan tangga, pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-beban
yang bekerja baik beban mati, beban hidup maupun beban terpusat.
2. Analisa balok dihitung terhadap kontrol lendutan, kontrol penampang
(local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol terhadap balok utama dengan anggapan balok adalah
balok baja dianggap sebagai struktur komposit dengan pelat pada saat
komposit. Dimana balok menerima beban dari struktur sekunder yang
harus dilakukan kontrol meliputi : kontrol lendutan, kontrol penampang
(local buckling), kontrol lateral buckling dan kontrol geser.
4. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom komposit yang meliputi
kontrol luas minimum beton pada kolom komposit, perhitungan kuat
tekan aksial kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan kontrol
kombinasi aksial dan lentur.
5. Dari hasil pehitungan didapatkan data-data perencanaan sebagai berikut
:
Tebal Pelat Atap : 9 cm
Tbal Pelat Lantai : 9 cm
Dimensi Kolom : 90 x 90 cm
Profil kolom : K 700.300.13.24
Profil Balok Induk : WF 500x300x11x18
Profil Balok Anak : WF 300.200.8.12

Struktur bawah bangunan menggunakan tiang pancang pracetak dengan
diameter 50 cm.

DAFTAR PUSTAKA

a. Amon, Rene ; Knobloch, Bruce & Mazumder, Atanu.1999. Perencanaan
Konstruksi Baja Untuk Insinyur dan Arsitek 2. Bandung : PT. Pradinya
Paramita.
b. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002).
c. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan
Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
d. Badan Standardisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
e. Buku diktat Struktur Baja 2 Teknik Sipil ITS.
f. Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) 1983.
g. Salmon, Charles G. & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan
Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : Ir. Wira M.S.CE.
Jakarta : Erlangga.
h. Salmon, Charles G. & E.Johnson, John.1996. Struktur Baja Desain Dan
Perilaku Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir.Mc.Prihminto Widodo.
Jakarta : PT.Gramedia.
i. Smith, J,C,1996. Structural Steel Desain LRFD Approach Second Edition.
John Wiley & Sons, Inc : United States of Amerika.
j. Suprobo,Priyo.2000. Desain Balok Komposit Baja-Beton.Surabaya : ITS
Press.
k. Uy,B. 2007. International Conference on Modern Design, Construction
and Maintenance of Structures : Hanoi , Vietnam.
l. Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
m. Widiarsa, I.B.R. & Putu, D. Jan,2007. Kuat Geser Baja Komposit
Dengan Variasi Tinggi Penghubung Geser Tipe-T Ditinjau dari Uji Geser
Murni. J urnal I lmiah Teknik Sipil Vol. 11, no. 1.

Anda mungkin juga menyukai