1. Pendahuluan
1.1 Pembahasan Umum Struktur Komposit
Aksi komposit atau konstruksi komposit dalam struktur adalah interaksi dari
elemen struktur yang berbeda dan dapat terjadi dengan menggunakan material yang
sama atau berlainan. Termasuk dalam konstruksi komposit adalah balok baja-beton,
kolom baik terbungkus penuh atau sebagian, atau diikat dengan menggunakan ‘shear
connector’ dan balok beton.
Konstruksi komposit yang paling umum dalam struktur gedung adalah
komposit baja-beton dimana baja dan plat beton bertulang (cor ditempat atau precast)
dihubungkan dengan Angkur Baja (shear connector) sehingga bekerja sebagai satu
kesatuan.
Balok baja dapat terbungkus penuh dalam beton, terbungkus sebagian, atau
ditempatkan dibawah plat. Jika selimut beton atau beton pembungkus monolit
mempunyai ketebalan minimum tertentu, ikatan dengan balok baja akan memberikan
aksi komposit dan akan didapat tambahan kekakuan. Untuk menjamin terjadi aksi
komposit maka harus disediakan shear connector berupa stud, tulangan baja, atau
bentuk lain yang dilas pada flens atas dari balok baja dan tertanam dalam plat beton.
medium dan panjang. Kelebihan konstruksi komposit dengan non komposit bervariasi
tergantung jenis struktur, lokasi, harga material dan pekerja. Tabel 2.1
memperlihatkan perbandingan tipe-tipe portal komposit yang didesain dengan
peraturan Inggris.
Tabel 2.1Perbandingan Berat dan Tinggi dari Bangunan Tiga Bentang dan Enam Lantai
Tipe Portal Berat (%) Tinggi (%)
Elastis non-komposit 100 100
Plastis non-komposit 95 102
Elastis komposit 86 91
Plastis komposit 66 90
Sumber : Desain Struktur Komposit
Keuntungan struktur komposit terhadap komposit dapat diresumekan sebagai
berikut:
1. Tinggi balok baja dapat dikurangi.
2. Kapasitas dapat ditingkatkan.
3. Berkurangnya beban mati akan mengurangi tinggi bangunan keseluruhan, biaya
pondasi, ventilasi, AC, jadi juga akan mengurangi biaya gedung secara
keseluruhan.
2.1.4. Peranan Penting dari Transfer Geser dalam Aksi Komposit (Shear
Connector)
Aksi komposit antara baja dan beton memperlihatkan adanya interaksi antara
keduanya dan transfer geser pada sambungan. Balok baja yang terbungkus seluruhnya
oleh beton terdapat luas transfer geser yang cukup besar. Pada balok baja yang
terbungkus beton, terdapat transfer geser yang lebih kecil akibatnya adanya ikatan dan
friksi pada pertemuan baja dan plat lantai. Hal ini tidak dapat diharapkan jika terjadi
beban yang dapat menghilangkan ikatan, misalnya beban siklis. Shear connector
diperlukan untuk memberikan aksi komposit dengan dua tujuan:
1. Mentransfer gaya geser antara baja dan beton, sehingga membatasi geseran pada
sambungan. Hal ini untuk menjamin balok-pelat bekerja sebagai satu kesatuan
untuk menahan lentur longitudinal dengan satu garis netral untuk penampang
komposit.
2. Untuk mencegah lendutan keatas antara balok baja dengan pelat beton, yaitu
untuk menghindari terjadinya pemisahan baja dan beton pada arah tegak lurus
permukaan sambungan.
2.1.5 Dasar Perencanaan Elemen Struktur Komposit
Prilaku dan desain elemen struktur komposit untuk berbagai beban dan kondisi
lingkungan harus memperhatikan:
1. Kekuatan: lentur, aksial, vertikal, buckling geser dari flens.
2. Sifat layan: defleksi jangka pendek dan jangka panjang, kontrol retak, pergeseran
longitudal, vibrasi, dan pengaruh fisik.
3. Ragam keruntuhan dan daktilitas: batas keamanan pada kondisi batas yang
berbeda.
Konstruksi beton memiliki sifat tahan api yang baik, daya lekat massa yang
tinggi dan biaya material yang relatif rendah. Konstruksi Beton ini dapat diubah
kedalam bentuk apapun asal dapat menghasilkan konstruksi yang kompleks dan
bentuk – bentuk arsitektural, termasuk bentuk pracetak yang dibuat memiliki bentuk
struktural yang efisien. Penggunaan beton dalam konstruksi komposit
menguntungkan pada aplikasi berikut :
- Pelat lantai, yang mempunyai sifat isolasi pada beton. Pelat lantai beton
membentuk diapraghma horizontal yang kaku, memberikan stabilitas pada sistem
bangunan ketika mendistribusikan kekuatan gempa pada beban lateral yang
menahan elemen.
- Kolom, yang mempunyai kuat tekan beton yang digunakan dengan sangat efektif
dan biaya materialnya dapat diperkecil.
sokongan pada saat konstruksi. Sebagai hasilnya, seluruh beban yang awalnya
diasumsikan, dapat bertindak berdasarkan penampang komposit keseluruhan, juga
pada desain tegangan. Selain itu, perkiraan defleksi akibat beban mati dari konstruksi
harus berdasarkan pada kekakuan penampang baja itu sendiri.
2.2.3 Sistem Struktur Komposit
Yang termasuk kedalam sistem lantai komposit adalah penyokong balok baja
struktural, balok melintang, gelagar, atau rangka yang dihubungkan oleh sambungan
geser (shear connector) dengan pelat lantai beton untuk membentuk sebuah balok T
efektif yang tahan terhadap beban terutama beban lentur akibat gravitasi. Kemampuan
dari sistem ini diakibatkan oleh sifat kuat dari komponen lantai beton itu, kemampuan
jarak bentang baja, dan kemampuan elemen baja. Keuntungan dari sistem lantai
komposit yaitu efisien dalam biaya material, tenaga kerja dan waktu pekerjaan.
2.2.3.1 Pelat Lantai
Pelat lantai komposit adalah sistem pelat lantai yang terdiri dari lembaran tipis
baja berprofil atau bergelombang yang dikombinasikan dengan campuran beton
(Gambar 2.1). Lembaran baja tersebut berfungsi untuk bekisting tetap dan sebagai
pengganti tulangan tarik.
pelat beton
tulangan
penghubun
g geser
Lembaran
baja
Embossments
balok baja
Menurut SNI-LRFD 13.1, lebar effektif pelat lantai (bE) seperti pada Gambar
2.2 yang membentang pada masing-masing sisi dari sumbu balok adalah :
1
- bE ≤ 8 dari bentang balok jarak antara tumpuan ;
- bE ≤ ½ jarak bersih antara sumbu balok-balok yanh bersebelahan;
- bE ≤ jarak ke tepi pelat.
b
b/n
(b/n)eff
t=to
N.A.(full)
h
N.A.(Partial) d
Yb Yeff
As
Gambar 2.3 Persyaratan Untuk Dek Baja Bergelombang dan Penghubung Geser Jenis Paku
Umumnya pelat beton komposit bekerja sebagai pelat satu arah yang
membentang di antara balok-balok penyangga. Pelat dalam konstruksi komposit tidak
hanya sebagai pelat untuk menahan beban hidup melainkan juga sebagai bagian dari
balok. Dalam hal ini pelat bekerja sebagai pelat penutup untuk flens atau balok baja
yang akan menambah kekuatan balok.
Fungsi dari lembaran baja bergelombang (deck) adalah :
- Sebagai Platform kerja konstruksi
- Sebagai perancah untuk pelat beton.
- Sebagai perkuatan pada dasar pelat.
Ketebalan lembaran bervariasi dari 0,75 – 1,5 mm (0,0295-0,0591in)
Ketinggian deck bervariasi dari 38-80 mm (1,496-3,149 in).
Pelat Lantai Komposit United Steel Deck (USD)
Perancangan pelat lantai menggunakan bantuan tabel perancangan pelat lantai
komposit produksi United Steel Deck (USD)dari PT. Gunung Garuda, tabel tersebut
telah memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Menggunakan atau tidak menggunakan sokongan sementara (temporary shores)
pada proses konstruksi.
2. Digunakan tulangan susut dan suhu wire mesh dengan rasio sebesar 0,00075 x
luas beton (0,00075 Ac) di atas dek baja, dipasang sejarak ¾ in hingga 1 in dari
atas permukaan beton.
3. Lendutan dan beban terfaktor yang diperhitungkan:
a. Pada saat proses konstruksi, lendutan diakibatkan oleh berat sendiri beton
basah, dek baja, dan beban konstruksi 20 psf yang telah dikalikan dengan
faktor pembebanan masing-masing sebesar 1,6; 1,2; dan 1,4. besarnya
lendutan yang diperhitungkan adalah L/180 atau ¾ in (yang lebih
menentukan).
b. Setelah beton mengeras, aksi komposit terjadi, lendutan yang diperhitungkan
adalah sebesar L/360. beban terfaktor sebesar 1,2 untuk beban mati (dead
load) dan 1,6 untuk beban hidup (superimposed live load) telah
diperhitungkan.
4. Pelat diperlakukan sebagai pelat satu arah dengan tumpuan sederhana, tidak
terdapat momen negatif pada tumpuannya, sehingga tidak diperlukan tulangan
negatif.
Prinsip Perencanaan
Ketika merencanakan pelat komposit, dua keadaan struktur harus diperiksa:
pertama, keadaan sementara saat pelaksanaan, ketika hanya lembaran yang menahan
beban yang bekerja; kedua, keadaan permanen, setelah beton yang terikat pada baja
memberikan aksi komposit.
Keadaan batas dan pembebanan yang relevan harus dipertimbangkan untuk
kedua kondisi perencanan tersebut.
a. Lembaran berprofil sebagai acuan
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas (ultimate) dan keadaan beban layan
dengan memperhatikan keamanan dan sifat layan dari lembaran berprofil sebagai
perancah untuk beton basah. Efek dari semua sokongan pertama yang digunakan
selama pelaksanaan, harus disertakan dalam perhitungan pada kondisi
perancangan ini.
b. Pelat Komposit
Diperlukan verifikasi pada keadaan batas dan keadaan beban layan dengan
memperhatikan keamanan dan sifat layan dari pelat beton setelah perilaku
komposit bekerja dan semua sokongan dilepaskan.
(e) (f)
Beton yang digunakan untuk lantai sangat bervariasi dari beton ringan sampai
beton normal. Karakteristik dari struktur beton normal sudah banyak dikenal dan tidak
dibahas disini. Karena membutuhkan batasan berat sendiri, beton ringan memenuhi
spesifikasi untuk dapat digunakan pada lantai komposit. Beton ringan mempunyai
batas kekuatan yang sama yaitu 21-35 MPa (3-5 ksi) dan mempunyai karakteristik
tegangan tekan yang sama dengan beton normal. Meskipun beberapa beton ringan
mempunyai kapasitas tahanan geser yang lebih rendah, batas kapasitas lentur pada
elemen ini mempunyai kesamaan dengan kekuatan beton normal. Walaupun tulangan
rapat dan pelat tipis, pada pelat harus diperiksa gaya geser longitudinal, ketika retak
terjadi sepanjang tulangan atas.
Karakteristik daya layan pada beton ringan dan beton normal sangat
dipengaruhi oleh rangkak dan susut, perkembangan terakhir dibuat berpori, agregat
kasar yang mempunyai daya serap tinggi dan modulus elastisitas yang rendah,
keduanya dapat mempunyai pengaruh yang penting terhadap daya layan dalam jangka
panjang.
Elemen baja dan pelat beton secara mekanis sering kali dihubungkan dengan
menggunakan stud baja yang di las pada bagian atas flens pada balok baja (Gambar
2.6)
Sambungan Stud
Sambungan Canal
lantai komposit dibuat dengan pelat beton yang di cor pada lembaran baja yang
digunakan sebagai acuan dan perancah.
Shear
connector
Balok
komposit
Bebas bergerak
secara vertikal
Bebas untuk
bergeser
2. Pada kondisi ekstrim yang lain kita dapat mengasumsikan terjadi aksi komposit
penuh (Gambar 2.9). Balok baja dan pelat beton merespon sebagai satu kesatuan
karena tidak adanya pemutusan tegangan pada permukaan (interface). Aksi
komposit penuh memerlukan sambungan yang mempunyai gaya geser, lentur dan
kekakuan axial yang tak terbatas. Karena tidak ada sambungan geser mekanis
yang mampu memberikan tingkat kekakuan sambungan sempurna ini menjadi
tidak praktis. Tetapi, sebagian kecil pergeseran (slip) pada permukaan (interface)
dan pelat beton tidak akan memberikan pengaruh yang berarti pada kapasitas
penampang sehingga sambungan dapat mentransfer geser maksimum yang
diperlukan. Desain paling ekonomis untuk sistem ini adalah satu-satunya yang
mampu mentransfer sambungan sebagai gaya geser yang lebih kecil daripada
kapasitas tarik pada balok baja AsFy atau kapasitas tekan pada beton 0,85 AcFc.
Tidak
bergeser
3. Pada Gambar 2.10, kondisi antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit
penuh terdapat kondisi aksi komposit parsial.
Bergese
r
sebagia
Politeknik Negeri Bandung Moeljono
n NIP 19570316 198403 1001
Bentuk Distribusi
deformasi tegangan
STRUKTUR BAJA KOMPOSIT
14
Yang disesuaikan SNI 03-1729 2015
Pada kasus ini jumlah sambungan yang diberikan lebih kecil dari A sFy dan 0.85
AcFc. Kekuatan yang diberikan oleh interaksi parsial dapat diambil sebagai
interpolasi linear antara tanpa aksi komposit dengan aksi komposit penuh.
Momen
Eksak
M komposit
M baja
Interpolasi
Minimum linier
Interaksi (25%)
dapat menahan gaya geser horizontal yang terjadi pada permukaan antara balok baja
dengan plat beton.
Beberapa tipe shear connector telah digunakan untuk menahan gaya geser
longitudinal dan pergeseran vertikal, diantaranya adalah jenis penghubung geser yang
kaku, fleksibel, tipe pengikat, dan baut friksi kekuatan tinggi. Secara garis besar,
connector dapat dibagi dua yaitu: kaku dan fleksibel. Tipe penghubung kaku dan
kanal (Gambar 2.12 a,b) terbatas pada transfer geser satu arah, sedangkan connector
jenis las stud (Gambar 2.12 c) dapat menahan dan mentransfer gaya geser dalam
kedua arah tegak lurusnya.
a. penghubung geser kaku dengan tulangan baja b. penghubung geser flexibel dengan profil
Channel
c.. penghubung geser flexible dengan stud d. penghubung geser dengan baut friksi
momen nol yang berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari: (SNI 03-1729-
2002:91)
1. 0.85 f’c Ac
2. AsFy
3. ΣQn
Kekuatan nominal sambungan geser dengan stud (Gambar 2.12.c) yang ditanam di
dalam pelat beton masif adalah :
Qn = 0.5 Asc f 'c Ec ≤ Asc fusc (Pers 2.1)
Dengan:
Asc : Luas penampang sambungan geser jenis paku (mm2)
fusc : Tegangan putus penghubung geser jenis paku (Mpa)
Qn : Kekuatan nominal sambungan geser (N)
Untuk penghubung geser jenis paku yang ditanam didalam pelat beton yang
berada diatas dek baja bergelombang, nilai Qn = 0.5 Asc f 'c Ec harus dikalikan
dengan faktor reduksi Rs sebesar (SNI 03-1729-2002:92)
a. Gelombang dek yang arahnya tegak lurus terhadap balok baja penumpu
0.85 wr H s
Rs = 1.0 1.0 (Pers 2.2)
N r hr hr
b. Gelombang dek yang arahnya sejajar terhadap balok baja penumpu
wr H s
Rs = 0.6 1.0 1.0 (Pers 2.3)
hr hr
Dengan:
Rs : Faktor reduksi
Nr : Jumlah sambungan geser pada setiap gelombang pelat berprofil di
perpotongan dengan balok
Hs : Tinggi sambungan geser ≤ (hr + 75 mm)
hr : Tinggi nominal gelombang pelat baja berprofil
wr : Lebar efektif gelombang pelat baja berprofil
Jumlah penghubung geser yang diperlukan pada daerah yang dibatasi oleh titik
momen lentur maksimum, positif atau negatif dan momen nol yang berdekatan adalah
sama dengan gaya geser horizontal total Vh yang bekerja dibagi dengan kuat nominal
satu sambungan geser Qn.
Vh
N (Pers 2.4)
Qn
4. Dengan menggunakan grafik momen dan panjang bentang balok (Lb) pada SNI-
LRFD, maka akan didapat profil balok. Syarat yang harus ditentukan pada profil
tersebut adalah modulus plastis profil Zx lebih besar dari modulus plastis yang ada
komposit. Beton dianggap mampu menahan beban bila telah mengeras dan
mencapai 75% dari kuat tekannya (f’c).
2. Balok yang disokong selama proses konstruksi, beban yang bekerja ditahan
oleh penyokong, setelah penyokong dibongkar maka penampang bekerja secara
komposit dalam menahan beban.
3. Pada analisis plastis, semua beban yang bekerja ditahan oleh penampang
komposit, dimulai ketika kekuatan plastis tercapai sampai terjadi kelelehan pada
lokasi sendi plastis.
4. Balok komposit dengan shear connectors, analisis plastis dapat digunakan
apabila penampang baja pada daerah momen positif adalah kompak. Ketika
penampang baja pada lokasi momen negatif, beban ditahan oleh baja saja,
kekuatan penampang komposit tidak bekerja.
5. Untuk balok komposit penuh, jumlah penghubung geser (shear connector)
harus memadai agar balok mencapai kuat lentur maksimum.
6. Balok komposit parsial, kuat lentur yang ditahan oleh balok komposit tidak
mencapai kekuatan penuh sebab tergantung dari jumlah shear connector yang
terpasang.
b. Untuk h/tw > (1680/ f yf ) SESUAIKAN DENGAN SNI 03 1729 2015 (2.9)
Mn berdasarkan superposisi tegangan-tegangan elastis yang memperhitungkan
pengaruh tumpuan sementara (perancah) dan b = 0,90
dengan :
bE
0,85 fc
C
a
c
tc
PNA
d1
d/2
T
d
d/2
Fy
Untuk kuat lentur positif dihitung berdasarkan distribusi tegangan plastis, gaya
tekan beton C dihitung berdasarkan nilai terkecil dari (SNI-LRFD)
C = As fy (Pers 2.10)
C = 0,85f’cAc (Pers 2.11)
C = Qn (Pers 2.12)
dengan :
As = luas penampang profil baja
fy = tegangan leleh profil baja
f’c = kuat tekan karakteristik beton
Ac = luas penampang beton
Qn = jumlah kekuatan penghubung-penghubung geser yang dibatasi oleh momen
maksimum dan momen nol
Pada balok komposit penuh, besarnya gaya tekan beton C ditentukan oleh nilai
terkecil dari Asfy dan 0,85f’cAc. [Charles G salmon (hal.589 )] Hal ini menyatakan
bahwa nilai C seringkali dibatasi oleh kekuatan dari balok bajanya sendiri. Karena itu,
nilai C hanya ditentukan oleh besarnya Asfy. Sehingga nilai gaya tekan beton dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Dari rumus kuat lentur tersebut dapat ditentukan nilai a, dengan rumus sebagai
berikut:
As f y
a (Pers 2.14)
0,85 f ' c bE
Pada balok komposit parsial, nilai Qn membatasi besarnya gaya tekan beton C.
Sehingga nilai gaya tekan beton dapat dirumuskan sebagai berikut:
C = Qn = 0,85f’cbEa (Pers 2.15)
Q n
a (Pers 2.16)
0,85 f ' c bE
bE 0,85 fc
Cc
Cc
a
tc
PNA Cs
Cs
d2'
d2''
y ' T
d
y
fy fy
bf
Gambar 2.14 Garis Netral Plastis Terletak Dibagian Sayap Atas Profil
Kasus ini terjadi bila : Co > T o
dengan:
Co = 0,85 f’c. bE .a + Af .fy (Pers 2.19)
To = fy ( As – Af ) (Pers 2.20)
Af = luas pelat sayap atas
Jarak dari garis netral plastis ke serat atas pelat sayap atas baja, y, dapat dihitung
melalui persamaan keseimbangan gaya C dan T :
C = T = Cc + Cs (Pers 2.21)
= 0,85 f’c. bE. a + bf. .y’. fy
As fy (0,85 f ' c.bE .a )
Maka, y’ = (Pers 2.22)
bf . fy
Kuat lentur nominal dihitung sebagai momen lentur yang dihitung terhadap garis
netral plastis :
Mn = Mp =Cc.d2’+Cs.d2”
dengan:
d 2' d y y ' / 2 (Pers 2.23)
d 2" d y t c a / 2
(Pers 2.24)
As d / 2 b f y ' (d y ' / 2)
y (Pers 2.25)
As b f y '
bE 0,85 fc
Cc
tc
Cs y ' PNA
d2'
d2"
d
T
y
fy fy
Gambar 2.15 Garis Netral Plastis Terletak Di Bagian Badan Profil Baja
Pada gambar bekerja gaya tekan Cc (pada slab beton) dan Cs (pada profil baja),
dengan rumus sebagai berikut :
Cc = 0,85 f’c beff a (Pers 2.27)
Cs = Asc fy = ( As – Ast ) fy (Pers 2.28)
dengan :
Asc = luas profil baja yang tertekan
Ast = luas profil baja yang tertarik.
Dengan prinsip keseimbangan, diperoleh rumus:
T’ = T – Cs = As fy – Asc fy (Pers 2.29)
atau
T’ = Cc + Cs (Pers 2.30)
Maka gaya tekan pada baja Cs dirumuskan sebagai berikut :
Cs = As fy – T’ = As fy – Cc – Cs (Pers 2.31)
As f y C c As f y 0,85 f ' c bE t
Cs = = (Pers 2.32)
2 2
Kuat tarik nominal dapat dihitung sebagai momen terhadap garis kerja gaya tarik, T :
Mn = Mp= Cc d2’ + Cs d2” (Pers 2.33)
dengan :
d 2' d y y1 (Pers 2.34)
d 2" d y t s a / 2
(Pers 2.35)
As d / 2 [ A f (d t f / 2) y ' t w (d t f y ' / 2)]
y (Pers 2.36)
As ( A f Y ' t w )
A f (t f / 2) t f y ' t w (t f Y ' / 2)
y1 (Pers 2.37)
A f y' t w
Af b f t f (Pers 2.38)
Kuat lentur (positif) rencana : Øb Mn (Pers 2.39)
ditahan oleh balok baja dan tulangan longitudinal yang dipasang di sepanjang daerah
lebar efektif pelat beton bE.
Kuat lentur negatif dapat dihitung dengan dua cara sebagai berikut :
1. Kuat lentur sepenuhnya disumbangkan dari kuat lentur penampang baja saja
dengan mengabaikan aksi komposit (beton tidak diperhitungkan). Cara ini adalah
konservatif. Kuat lentur ditentukan dengan prosedur perhitungan kuat lentur balok
baja, dengan nilai b = 0,90.
2. Kuat lentur negatif rencana b M n dapat dihitung dengan mengambil b = 0,85
dan Mn yang besarnya ditentukan berdasarkan distribusi tegangan plastis pada
penampang komposit, (Gambar 2.16) selama hal-hal berikut dipenuhi (LRFD-
SNI) :
a. Balok baja mempunyai penampang kompak
dan diberi pengaku yang memadai
b. Pelat beton dan balok baja di daerah momen
negatif harus disatukan dengan shear connector (penghubung geser).
c. Tulangan pelat yang sejajar dengan balok
baja di sepanjang daerah lebar efektif pelat beton harus diangkur dengan
baik.
bE
fyr
tc/2 Tsr
tc
Ts PNA
y3 d3"
d3'
Cs
d
fy fy
Maka diperoleh:
Cmax Tsr
Ts (Pers 2.45)
2
dimana Tsr Asr f yr (Pers 2.46)
Letak garis netral penampang (PNA) ditentukan dengan asumsi bila nilai Cmax lebih
besar dari Tsr, maka PNA terletak di dalam baja.
Diasumsikan PNA berada di flens atas penampang baja, maka dapat ditentukan :
Ts
Jarak serat atas pelat sayap ke PNA = Y3 = b f (Pers 2.47)
f y
As ( d / 2) b f Y3 (d y 3 / 2)
y (Pers 2.48)
As b f y 3
2. Desain sambungan
Pertimbangan desain untuk sambungan pada rangka komposit penahan momen
khusus sangat mirip dengan rangka penahan momen biasa. Pada Rangka Penahan
Momen Khusus, kapasitas sambungan harus selalu di desain agar cukup kuat untuk
menghasilkan kekuatan sambungan yang kuat.
Pada Sistem Rangka penahan Momen Biasa, prosedur yang biasa dipakai
adalah mendesain sambungan sehingga lebih kuat. Pada desain gempa, secara umum
aksi tak elastis pada rangka sambungan lebih baik untuk dihindari kecuali sambungan
ini yang menghasilkan daktilitas yang cukup.
2.5 Sambungan
2.5.1 Perancangan Sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (pelat pengisi, pelat buhul, pelat
pendukung, dan pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan las).
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan
baut yang dikencangkan dengan tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan
untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang disyaratkan, yang kuat rencananya
disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang
disambungkan.
Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan menggunakan
baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang
disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana disalurkan melalui
jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang ditimbulkan antara
bidang-bidang kontak.
Pada konstruksi baja, sambungan merupakan bagian yang sangat penting,
sebab sambungan berfungsi merangkaikan komponen-komponen batang menjadi
sebuah struktur yang kaku dan kuat. Sambungan juga berfungsi mentransfer gaya
yang bekerja pada satu elemen ke elemen yang lain.
adanya rotasi pada ujung balok sehingga terdapat transfer momen 100% pada
ujung jepit.
2. Sambungan jenis PR dianggap tidak cukup kaku untuk mempertahankan
sudut semula antara elemennya akibat beban. Ada dua jenis sambungan yang
termasuk jenis PR, yaitu sambungan sederhana dan semi kaku.
Sambungan sederhana adalah sambungan PR dengan kekangan yang
diabaikan. Diasumsikan bahwa sambungan ini sangat fleksibeldan bebas berotasi,
sehingga tidak mempunyai tahanan terhadap momen. Sambungan semi kaku adalah
jenis sambungan PR dengan tahanan terhadap perubahan sudut berada diantara
sambungan sederhana dan sambungan kaku sempurna.
Dikarenakan pada kenyataan tidak ada sambungan kaku sempurna atau fleksibel,
semua sambungan adalah kekangan parsial atau PR. Sebagai pendekatan kasar,
sambungan sederhana mempunyai kekakuan 0-20%, semi kaku 20-90%, dan kaku
sempurna 90-100%.
Pada kenyataannya, perencana mengasumsikan bahwa semua sambungan
sederhana atau kaku, tanpa meninjau bahwa ada kemungkinan diantaranya sehingga
analisa lebih sederhana. Jika perencana mengasumsikan sambungan semi kaku, maka
perencana akan kehilangan kesempatan untuk mereduksi momen.
Lubang selang-seling
Bila lubang dibuat selang-seling, luas yang dikurangkan setidaknya harus sama
2
dengan jumlah luas lubang dalam irisan zig-zag yang dibuat dikurangi s pt / 4.s g
untuk setiap spasi antara dua lubang yang terpotong irisan tersebut, dengan t
adalah tebal pelat yang dilubangi serta sp dan sg dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Jika didapatkan beberapa kemungkinan irisan penampang (termasuk irisan lubang
tidak selang-seling) maka harus dipilih irisan penampang yang menghasilkan
pengurangan luas yang maksimum.
Untuk penampang seperti siku dengan lubang dalam kedua kaki, sg diambil
sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang, dikurangi tebal kaki lihat Gambar 2.18
dibawah ini :
Ada beberapa alat sambung yang biasa digunakan dalam konstruksi baja
adalah: menggunakan baut dan las.
2.7.6.1 Baut
Baut merupakan alat sambung yang saat ini banyak digunakan, ada bermacam-
macam jenis serta ukuran baut. Ada dua jenis baut, yaitu baut hitam dan baut mutu
tinggi. Baut mutu tinggi umum digunakan untuk konstruksi baja, terdiri dari dua jenis,
A-325 dan A-490. Jenis dan ukuran ini berpengaruh terhadap kekuatannya (LRFD-
tabel J3.1 dan J3.2).
Dalam manual LRFD digunakan bebrapa singkatan untuk kondisi baut yang
berlainan, yaitu :
1. A325-SC dan A490-SC
(sambungan slip-critical)
2. A325-N dan A490-N
(sambungan jenis tumpu dan ulir didalam bidang geser)
3. A325-X dan A490-
X(sambungan jenis tumpu dan ulir di luar bidang geser)
2.7.6.2 Las
Las merupakan cara penyambungan yang umum digunakan untuk
menyambung komponen struktur dalam konstruksi baja. Ada beberapa tipe
sambungan las antara lain: las groove, fillet, slot dan plug. Namun yang akan dibahas
lebih lanjut hanya las fillet sebab kedua las tersebut sangat lazim digunakan.
Jika Vproof Tu berarti gaya geser yang bekerja akibat penarikan awal (proofload),
Vproof tidak melampaui beban terfaktor akibat gaya tarik yang bekerja, Tu
dengan:
nb = jumlah baut
G = jumlah bidang geser
Tm = gaya pra-tarik (proofload) pada baut mutu tinggi (tabel 2.2)
= koefisien gesek permukaan bidang geser = 0,35 jika penghalusan
permukaan menggunakan mesin atau dari hasil pengujian.
te ab
a te = 0,707a t
e
a a2 b2
a
te b
(a) (b)
Tebal efektif las ditentukan berdasarkan tebal kaki las dan tebal material yang
akan di las (Tabel 2.3) berdasarkan Tabel J2.4 AISC-LRFD.
Tebal material yang akan di las, in Tebal kaki las fillet minimal, in
¼ 1/8
¼ sampai ½ 3/16
½ sampai ¾ ¼
Lebih dari ¾ 5/16
Sumber (LRFD-tabel J2.4)
M
dimana : T 0,95d (Pers 2.86)
a. Gaya pada pelat sayap berdasarkan kuat lentur perlu terhadap sumbu kuat
M ux
F fx (Pers 2.90)
d
b. Gaya pada pelat sayap berdasarkan kuat lentur perlu terhadap sumbu lemah
M uy
Mf (Pers 2.91)
2
untuk M f 3/8 M py , maka:
1 8 Mf
bf 1 1 , in (Pers 2.92)
4 3 M py
4. Perhitungan pengelasan
Langkah perhitungan pengelasan sama dengan perhitungan pada sambungan balok
dengan kolom.
M
X
N y
M
x
n 0,95 d n
fmin
N-x
fmax
Gambar 2.26 Potongan Base Plate dan Ttegangan Pada Base Plate
dengan :
d 2
A = 6 , maka diameter angkur dapat dihitung
4
Dy
0,6 Fyi
6 1 / 4d 2
My
d
My
T
Tebal efektif las (te) = kekua tan las per 1in x panjanglas (Pers 2.110)