ALGI 151111034
BENNY BECKHAM MARBUN 151111038
HUSNUL KHOTIMAH 151111043
MUHAMMAD RIFQY MAULANA 151111049
OKA SINTHYA BARUS 151111053
ROSSALINE ALMASRI 151111057
TRIA FEBI RAMDHANI 151111061
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Republik Indnesian0.328 Tahun 2013
Terowongan Jalan
Terowongan jalan adalah bangunan yang dibuat
sebagai alternatif yang layak untuk menyebrangi
sungai atau melintasi hambatan fisik, seperti gunung,
jalan raya, jalan kereta api, atau fasilitas lain, untuk
memenuhi persyaratan lingkungan atau ekologi.
Terowongan merupakan bangunan pelengkap jalan yang
berfungsi sebagai jalur lalu lintas.
Terowongan harus dilengkapi dengan:
a. Sistem drainase
b. Tempat perlengkapan utilitas
c. Sistem aliran udara buatan
d. Sistem penerangan jalan umum
e. Fasilitas untuk kendaraan darurat
Konsep terowongan:
a. Terowongan merupakan jalan batuan yang dibangun
dibawah tanah untuk memenuhi kebutuhan transportasi
b. Terowongan adalah struktur bawah tanah yang
mempunyai panjang lebih dari lebar penampang
galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang
dari 15%
c. Konsep terowongan pegunungan adalah menggunakan
sepenuhnya fungsi kemampuan tanah asli disekeliling
terowongan, sebagai fungsi peyangga untuk
menstabilkan penampang galian.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. PER. 01/MEN/1980
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan
Bab IX
Tentang Konstruksi Di Bawah Tanah
Pasal 61
1. Apabila bekerja dalam terowongan, usaha pencegahan
harus dilakukan untuk menghindarkan jatuhnya orang
atau bahan atau kecelakaan lainnya
2. Terowongan harus cukup penerangan dan dilengkapi
dengan jalan keluar yang aman direncanakan dan
dibangun sedemikian rupa sehinnga dalam keadaan
darurat terowongan harus segera dapat dikosongkan
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM
DAN PERUMAHAN RAKYAT
NOMOR 485/KPTS/M/2015
TENTANG KOMISI KEMANAN JEMBATAN
DAN TEROWONGAN JALAN
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN
UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TENTANG KOMISI KEAMANAN JEMBATAN
DAN TEROWONGAN JALAN
KEDUA : Jembatan dan Terowongan Jalan yang diatur
dalam Keputusan Menteri ini adalah
Poin
e. Terowongan Jalan dengan panjang bagian tertutup
paling sedikit 200 m;
f. Terowongan Jalan yang menggunakan cara
pengeboran/jacking dalam metode pelaksanaan;
g. Jembatan dan Terowongan Jalan yang memiliki
kompleksitas struktur tinggi atau memiliki nilai strategis
tnggi atau didesain menggunakan teknologi baru
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Tepublik Indonesia
No. 41/PRT/M/2015
Tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan
Dan Terowongan Jalan
Bab 3
Tentang tata acara operasi, pemeliharaan dan
pemantauan jembatan dan terowongan jalan
Pasal 11
Pengelola Jembatan dan Terowongan Jalan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
jembatan dan terowongan jalan.
Pasal 13
Operasi terowongan jalan merupakan pengaturan
penggunaan jembatan dan terowongan jalan
berdasarkan kapasitas dan beban lalu lintas.
Pasal 14
Operasi jembatan dan terowongan jalan dilakukan dalam
kondisi operasi sebagai berikut:
operasi normal
operasi beban lalu lintas khusus dan non standar; dan
operasi darurat.
Pasal 15
dalam keadaan bencana alam atau situasi lain yang
mengancam keamanan jembatan dan terowongan jalan
operasi jembatan dan terowongan jalan beserta
bangunan pelengkapnya diutamakan untuk tujuan
keamanan jembatan dan terowongan jalan
Pasal 16
pemeliharaan jembatan dan terowongan jalan dilakukan
dengan cara pemeliharaan pencegahan yang dilakukan
untuk mencegah kemerosotan mutu yang terlalu cepat atau
mencegah kerusakan jembatan atau terowongan jalan,
rehabilitasi berupa peningkatan kapasitas atau perkuatan,
dan pemeliharaan darurat yang dilakukan di luar jadwal yang
direncanakan terhadap kerusakan yang terjadi. Dan kegiatan
tersebbut dilakukan secara rutin dan berkala sesuai dengan
program pemeliharaan.
Pasal 17
1. Pelaksanaan pemantauan jembatan dan terowongan jalan
dilaksanakan selama pelaksanaan konstruksi dan tahap
opersai dan pemeliharaan kembatan daan terowongan
jalan.
2. Pemantauan ini bertujun untuk mengetahui secara dini
kemungkinan adanya penyimpangan perilaku terowongan
jalan atau permasalahan yang sedang berkembang dan
juga agar penyimpangan perilaku atau permasahan itu
dapat ditangani secara cepat dan tepat
Pasal 18
Pemantauan terowongan yang dimaksud itu dilakukan
dengan cara pemerikasaan kondisi terowongan jalan
dan uji layak fungsi terowongan
Pasal 20
Pemeriksaan kondisi terowongan dilakukan terhadap
struktur terowongan jalan.
Pemeriksaanya terdiri atas :
Pemeriksaan inventarisasi;
Pemeriksaan rutin;
Pemeriksaan detail; dan
Pemeriksaan khusus;
Pasal 31
1. Dokumen hasil evaluasi harus disampaikan kepada komisi
keamanan jembatan dan terowongan
2. Dokumen tersebut digunakan sebagai bahan kajian bagi
komisi keamanan
3. Pasal 32
4. Tentang evaluasi pelaksanaan konstruksi bangunan.
5. Evaluasi dilakukan terhadap perubahan desain
pembangunan.
6. Laporan diberikan oleh pihak komisi keaman jembatan
secara berkala selama 6 bulan sekali.
7. Laporan yang dibuat disusun kedalam laporan akhir
pelaksanaan.
8. Laporan akhir harus berisi uraian maksud dan tujuan
pembangunan, metode pelaksanaan, mutu konstruksi
perhitungan analisis, pelaksanaan perbaikan pondasi ,
gambar terbangun, dll.
9. laporan akhir dibuat untuk perijinan operasional
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No: 19/PRT/M/2011
Tentang Persyaratan Teknik Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
Pasal 20
1. ayat 2: Kelandaian jalur lalu lintas didalam terowongan
maksimum 3%
2. Ayat 3: Terowongan dapat dibangun untuk masing-masing
arah lalu lintas.
3. Ayat 4: sistim aliran udara buatan harus diadakan pada
terowongan:
a. Dengan panjang paling sedikit 300m dan lalu lintas harian
rata-rata tahunan lebih besar sama dengan 6000
kendaraan/hari atau 75% kapasitas jalan (pilih yang paling
kecil)
b. Dengan panjang 1000 (seribu) meter atau lebih atau
c. Sistim aliaran udara buatan pada terowongan dengan lalu
lintas harian rata-rata tahunan < 6000 (enam ribu) kendaraan
perhari,dapat tidak dilengkapi
4. Ayat 6: perncanaan bangunan terowongan harus
memperhatikan kebutuhan ruang minimum yang harus
disedikan untuk semua fasilitas dan unsur arsitektur yang
memadai
5. Ayat 9: Lebar badan jalan didalam terowongan sekurang-
kurangnya 8 (delapan) meter
6. Ayat 10: Tinggi ruang bebas vertikal didalam terowongan
paling rendah 5,1 ( lima koma satu) meter dari permukaan
perkerasan jalan
7. Ayat 11: Panjang jalan keluar terowongan sampai ke
persimpangan jalan paling sedikit 300 (tiga ratus) meter ,
digunakan untuk penempatan rambu lalu litas yang
diperlukan
8. Ayat 12: Kekentuan lebih lanjut diatur dalam pedoman
perencanaan tenis terowongan yang ditetapkan oleh
Menteri
Pasal 27
1. Terowongan penyebrangan pejalan kaki sebagai mana
dimaksud dalam pasal 25 huruf b merupakn bangunan
terowongan melintang di bawah permukaan jalan
diperuntukkan bagi pejalan kaki yang menyebrang dari
satu sisi jalan ke sisi jalan yang lainnya.
2. Terowongan penyebrang pejalan kaki harus dibangun
dengan konstruksi yang kuat dan mudah dipelihara
3. Lebar paling kecil terowongan penyebrangan pejalan
kaki adalah 2,5 (dua koma lima) meter dengan
kelandaian tangga paling besar 20° (dua puluh derajat)
4. Tinggi paling rendah terowongan penyebrabgan
pejalan kaki adalah 3(tiga) meter.
5. Terowongan penyebrangan pejalan kaki harus
dilengkapi dengan penerangan yang memadai
6. Terowngan penyebrang pejalan kaki harus
mempertimbangkan fasilitas sistem aliran udara sesuai
dengan kebutuhan
Pasal 48
Ayat 5: tinggi ruang bebas bagi semua jalan arteri dan
kolektor pada lintas atas, lintas bawah, jalan layang,
dan terowongan paling rendah 5(lima) meter, serta
kedalam ruang bebas sesuai dengan kebutuhan
pengamanan konstruksi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2007
Pasal 39 ayat 2: Batas ruang manfaat jalur
kereta api untuk jalan rel pada permukaan
tanah yang masuk terowongan diukur dari sisi
terluar konstruksi terowongan.
Peratran Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor:PM 24 Tahun 2015
Tentang StandarKeselamatan Perkeretaapian
Pasal 8
1. Persyaratan sistem terowongan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf c meliputi:
a. Ruang bebas
b. Ruang bangun
c. Geometri
d. Beban gandar
e. Stabilitas konstruksi
f. Kedap air
2. Komponen terowongan pegunungan terdiri dari :
a. Portal
b. Beton tembak(shortcrete)
c. Baja penyangga (steel support)]
d. Baut batuan (rock bolt)
e. Dinding terowongan(linning)
f. Dasar terowongan
g. Fasilitas pendukung
3. Terowongan pegunungan sebagaimana ayat (2) diatas
harus dilengkapi dengan sistem sirkulasi udara dan
jalan inspeksi/ruang penyelamat.
a. Jalan inspeksi/evakuasi
b. Sistem sirkulasi udara
c. Telephone darurat
d. Peralatan informasi
e. Pendeteksi api
f. Peralatan alarm darurat
g. Pemadam api
h. Papan petunjuk evakuasi
i. Lampu penerangan
Perauran Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2009
Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian