MUTIORO SUKMONO
7.1 Drainase
Drainase (drainage) berasal dari kata to drain yang
berarti mengalirkan air dan dalam pengertian ini
dapat berarti mengeringkan. Drainase adalah ilmu
atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat,
baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang
berada di dalam lapisan tanah, sehingga muka air di
tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas
yang diinginkan.
Dalam pengalirannya ada 2 (dua) macam sistem
drainase, yaitu sistem terpisah dan sistem tercampur.
1. Sistem Drainase Terpisah (Separate system)
Dimana :
Untuk mendapatkan durasi intensitas digunakan
tabel lengkung Jakarta (lihat tabel 7.1).
Tabel ini digunakan sebagai asumsi yang
umumnya digunakan di Indonesia.
Tabel 7.1: Intensity Duration Frequensi (IDF) Hujan Jakarta
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam) untuk PUH
(menit) (tahun)
2 5 10 25 50
5 126 148 155 180 191
10 114 126 138 156 168
20 102 114 123 135 144
40 76 87 96 105 144
60 61 73 81 91 100
120 36 45 51 58 63
240 21 27 30 35 40
Sumber : BUDP. Drainage Design for Bandung.
• Pemilihan Rumus Intensitas Hujan
• Persamaan Intersitas terhadap variabel t untuk
perhitungan debit air hujan menggunakan bentuk
persamaan yang sederhana, yang umumnya
memakai bentuk persamaan Talbot, Sherman dan
Ishoguro. Dari hasil analisa curah hujan menurut
rumus Van Breen disubstitusikan ke dalam rumus
Talbot, Sherman dan Ishoguro dengan metode
kuadrat terkecil (Least Square).
• Persamaan yang mempunyai beda terkecil yang
akan dipakai. Perhitungan selanjutnya sebagai
berikut (Sosrodarsono dan Takada,1987:32):
1.Rumus Talbot:
I=
2. Rumus Sherman:
I=
3. Rumus Ishiguro:
I=
dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (menit)
a,b & n = Konstanta
7.2.2 Limpasan Air Hujan
Limpasan air hujan dapat di hitung dengan
berbagai macam metoda, misalnya dengan
dengan metode Rasional. Metode ini banyak
dipakai khususnya dalam perencanaan drainase
kota maupun drainase jalan. Metode ini
menggunakan parameter:
- daerah pengaliran
- koefisien pengaliran
- intensitas curah hujan.
Rumus Rasional (untuk daerah aliran < 50 ha),
adalah :
Q=
dimana :
Q = Debit rencana (liter/ detik)
C = Intensitas curah hujan untuk waktu yg sesuai
dengan waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km2)
a. Koefesien Limpasan (C)
Koefesien pengaliran (C) merupakan perbandingan
antara jumlah air hujan yang jatuh dengan jumlah
air hujan yang melimpas dan tertangkap pada titik
yang ditinjau. Nilai koefesien pengaliran ini pada
umumnya ditetapkan berdasarkan pola tataguna
lahan serta topografi di daerah pengaliran yang
ditinjau. Nilai koefesien limpasan berkisar antara 0
sampai dengan 1.
Untuk areal yang seragam, koefesien pengaliran
(limpasan) cukup diambil dari tabel nilai koefesien
limpasan (lihat tabel 7.2).
b. Luas Daerah Pelayanan (A)
tc = ti + td
dimana :
• tc = waktu konsentrasi (menit)
• ti = waktu inlet (menit)
• td = waktu pengaliran (menit)
Tabel 7.2: Nilai Koefesien Limpasan (C)
Kondisi Permukaan Tanah C
Jalan - Jalan Aspal 0.70 – 0.95
lalu - Jalan kerikil 0.30 – 0.70
lintas
Bahu - Tanah berbutir halus 0.40 – 0.65
jalan - Tanah berbutir kasar 0.10 – 0.30
dan - Lapisan batuan keras 0.70 – 0.85
lereng - Lapisan batuan lunak 0.50 – 0.75
Tanah 0–2% 0.05 – 0.10
pasiran Kelandaian 2 – 7 % 0.10 – 0.15
tertutup >7% 0.15 – 0.20
rumput
Tanah 0–2% 0.13 – 0.17
kohesif Kelandaian 2 – 7 % 0.18 – 0.22
tertutup >7% 0.25 – 0.35
rumput
Atap 0.75 – 0.95
Tanah lapang 0.20 – 0.40
Taman dipenuhi rumput dan 0.10 – 0.25
pepohonan 0.30
Daerah pegunungan datar 0.50
Daerah pegunungan curam
Sawah 0.70 – 0.80
Ladang/ huma 0.10
0.30
d. Waktu Pengaliran (td)
Waktu pengaliran (td) adalah waktu yang
dibutuhkan air untuk mengalir dari awal saluran
ke ujung saluran. Waktu pengaliran dihitung
dengan rumus :
td =
dimana :
L = Panjang saluran
td = Waktu pengaliran
V = Kecepatan aliran (m/ detik)
e. Kecepatan rencana (Vrencana)
dimana :
ℓ = Jarak titik terjauh sampai ke menhole awal (km)
Sℓ = Kemiringan daerah dari titik terjauh ke menhole
awal saluran.
nd = koefesien hambat limpasan
Waktu inlet dihitung dengan rumus :