Anda di halaman 1dari 63

ASPEK HIDROLOGI DAN

HIDROLIKA
ASPEK HIDROLOGI
Debit Banjir Rencana

Metode yang digunakan untuk menghitung debit banjir rencana yaitu


Metode Rasional. Metode rasional dipakai apabila data aliran sungai tidak
mencakupi sehingga digunakan data curah hujan, persamaan yang
dipakai :
 

Dimana :
Q = debit banjir rencana pada periode ulang tertentu
(m³/dt)
β = koefisien penyebaran hujan
C = koefisien pengaliran
It = intensitas hujan pada periode ulang tertentu
(mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (km²)
 
Rasional Formula

RTOT REFF

t
tr

Qp - - - - - - - - - - - -
---------

t
Tc
Tb
Permen PU no 12 Tahun 2014
Kala Ulang berdasarkan Tipologi Kota
Daerah Tangkapan Air
Tipologi
Kota < 10 Ha 10 – 100 Ha 101 – 500 > 500 Ha
Ha

Kota 2 Th 2 – 5 Th 5 – 10 Th 10 – 25 Th
metropolitan

Kota Besar 2 Th 2 – 5 Th 2 – 5 Th 5 – 20 Th

Kota Sedang 2 Th 2 – 5 Th 2 – 5 Th 5 – 10 Th

Kota Kecil 2 Th 2 Th 2 Th 2 – 5 Th
Tabel 2.3. Nilai Koefisien Penyebaran Hujan (β)
Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran (C) sebenarnya merupakan


perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan jumlah
hujan yang melimpas dan tertangkap di titik yang ditinjau.
Koefisien pengaliran suatu daerah dipengaruhi oleh kondisi
topografi tiap daerah, antara lain :

-Kondisi Hujan
-Luas dan bentuk daerah pengaliran
-Kemiringan daerah pengaliran dan kemiringan dasar
sungai
-Tata guna lahan
Keterangan :
= Koefisien pengaliran rata- rata
= Luas daerah dari masing- masing tataguna
lahan (km²)
= Banyaknya jenis penggunaan tanah dalam
Suatu daerah pengaliran
 
Tabel 2.4. Nilai Koefisien Pengaliran ( C )
Tata Gu na Lahan Nilai C
PERKANTORAN
Pus at Ko ta 0,70 - 0,95
Daerah Sekitar Kota 0,50 - 0,70
DAERAH INDUS TRI
Rumah Ting gal 0,30 - 0,50
Rumah Su s u n terpis ah 0,40 - 0,60
Rumah Su s u n bers ambun g 0,60 - 0,75
Ping giran Kota 0,25 - 0,40
DAERAH INDUS TRI
Kurang Padat Indus tri 0,50 - 0,80
Padat Indus tri 0,60 - 0,90
TANAH LAPANG
Berpas ir, datar ( 2% ) 0,05 - 0,10
Berpas ir agak rata ( 2% - 7% ) 0,10 - 0,15
Berpas ir Miring ( 7% ) 0,15 - 0,20
Tanah Gemu k, datar ( 2% ) 0,13 - 0,17
tanah Gemuk, rata-rata ( 2% - 7% ) 0,18 - 0,22
Tanah Gemu k, cu ram ( 7% ) 0,25 - 0,35
TANAH PERTANIAN
Rata 0,30 - 0,60
Kas ar 0,20 - 0,50
Taman , ku buran 0,10 - 0,25
Tempat Bermain 0,20 - 0, 35
Daerah Stas iun Kereta A pi 0,20 - 0,40
Daerah Tidak Berkemb an g 0,10 - 0,30
HUTAN BERVEGETAS I 0,05 - 0,25
PADANG RUMPUT BERPAS IR 0,75 - 0,95
Intensitas Curah Hujan

Dimana :
I : Intensitas Curah Hujan ( mm/jam )
R24 : Curah Hujan Maksimum Periode Ulang ( mm )
tc : waktu konsentrasi ( jam )
 
Untuk mengetahui waktu konsentrasi dapat menggunakan rumus
dibawah :
Tc = t0 + tf
Dimana :

to : overland flow time ( inlet time ) ,waktu yang diperlukan air hujan
mengalir di permukaan untuk sampai di inlet ( jam )
tf : channel flow time, waktu yang diperlukan air mengalir sepanjang
saluran sampai di outlet (jam)
Untuk mengetahui nilai t0 dan tf dapat menggunakan rumus berikut :

 
Rumus Kirpich

Dimana :
L : Panjang saluran utama ( m )
S : Kemiringan rata – rata dasar saluran
 
untuk Lo > 400 m
Dimana :
t0 : overland flow time ( inlet time ) ,waktu yang
diperlukan air hujan mengalir di permukaan untuk
sampai di inlet ( jam )
L0 : Jarak mengalirnya air hujan mengalir diatas
permukaan sampai inlet( m )
I0 : Kemiringan rata – rata dari daerah aliran

 
Rumus Kerby
untuk L ≤ 400 m
 
t0 : overland flow time ( inlet time ) ,waktu yang diperlukan air hujan
mengalir di permukaan untuk sampai di inlet ( jam )
L0 : Jarak mengalirnya air hujan mengalir diatas permukaan sampai
inlet( m )
I0 : Kemiringan rata – rata dari daerah aliran
n : Kekerasan daerah pengaliran menurut Kerby
 

 
L : Panjang saluran ( m )
V : Kecepatan air pada saluran ( m/dt )
 
Rumus Rhiza
dengan
Dimana :
 
L : Panjang sungai di daerah aliran( km )
V : Kecepatan rambat banjir ( km/jam )
: Beda tinggi antara titik terjauh di hulu dengan
titik pengamatan ( km )
 
 
KONSEP ALIRAN
NILAI KEKASARAN PERMUKAAN LAHAN
CONTOH PERHITUNGAN DEBIT DI
SALURAN PEMBUANG SEKUNDER
METODE RASIONAL
Batas DAS

Keterangan :
: Batas DAS : Saluran Sekunder

: Aliran di atas medan ( Saluran kecil / cacing, jalan paving, permukaan tanah ) : Rumah
: Saluran Tersier : Arah Aliran
METODE RASIONAL
Luas DAS : 0,054771 km2
R 5 th :110 mm
C : 0,75
To : 7,82 menit
Panjang saluran (L): 237,4 m
V : 0,88 m/detik (dari perhitungan ketinggian normal banjir)
 
Tf = = 4,51 menit
Tc = To + Tf = 7,82 + 4,51 = 12,33 menit
I = == 109,77 mm/jam
Q hidrologi = 0,278 . C . I . A
= 0,278 x 0,75 x 109,77 x 0,054771 = 1,254 m3/detik
METODE RASIONAL
Tabel Hidrograf Saluran Jalan Salak
T (waktu) menit Q (m3/detik)
0 0
1 0.1016
2 0.2033
3 0.3049
4 0.4066
5 0.5082
6 0.6099
7 0.7115
8 0.8131
9 0.9148
10 1.0164
11 1.1181
12 1.2197
12.33 1.2535
13 1.1856
14 1.0840
15 0.9824
16 0.8807
17 0.7791
18 0.6774
19 0.5758
20 0.4741
21 0.3725
22 0.2709
23 0.1692
24 0.0676
24.66 0
DistribusiHujan Jam-Jaman.

 
Dimana :
 
Rt : Rata tinggihujandaripermilaansampai jam ke t (mm)
R24 : Tinggihujanhariandalam 24 jam (mm)
t : Waktuhujan (jam)
T : Lama waktuhujanwaktuterpusat (jam)
RT : Tinggihujan rata-rata pada jam t (mm)
R(t-1) : Rata-rata tinggihujandaripermulaansampai jam ke (t-1)
(mm)
 
Perhitungantinggihujanefektif, menggunakanrumussebagaiberikut
 

 
Dimana :
 
Re: Tinggihujanefektif (mm)
RT: Tinggihujanrencana (mm)
C : Koefisienpengaliran rata rata
 
HidrografSatuanSintesis
 
HidrografSatuanSintesisMetodeNakayasu
 

 
Dimana :
 
Qp : Debit puncakbanjir (m³/det)
C : Koefisienpengaliran
A : Luasdaerahaliransungai (km²)
R0 : Hujansatuan (mm)
Tp: Tenggangwaktudaripermulaanhujansampaipuncakbanjir (jam)
T0,3: Waktu yang diperlukanolehpenurunan debit, debit
puncaksampaimenjadi 30% dari debit puncak(jam)
 
Nakayasumembagibentukhidrografsatuandalamduabagian,
yaitulengkungnaikdanlengkungturun. Padabagianlengkungnaik,
besarnyanilaihidrografsatuandihitungdenganpersamaan :

 
 
Qa : Limpasansebelummencapai debit puncakdandinyatakandalambentuk
m³/detik
 
Padabagianlengkungturunyang terdiridaritigabagian,
hitunganlimpasanpermukaannyaadalah :
 
1.UntukQd> 0,30.Qp,
Untuk 0,30.Qp>Qd>0,30²Qp,

 
Untuk 0,30²Qp>Qd,

 
Dimana :
 
Qp : Debit puncak (m³/det)
t : Satuanwaktu (jam)
 
MenurutNakayasu, waktunaikhidrografbergantungdariwaktukonsentrasi,
dandihitungdenganpersamaan :
 

 
 
Tg : Waktukonsentrasi (jam)
Tr : Satuanwaktuhujan (diambil 1 jam)
 
DimanapersamaanrumusuntukTradalah :
 
(karena 0 <Tr< 1)
 
Waktukonsentrasidipengaruhiolehpanjangsungaiutama (L) :
 
Jika L < 15 km, maka
Jika L > 15 km, maka
 
Waktu yang diperlukanolehpenurunan debit,
daripuncaksampai debit menjadi 30% dari debit
puncakhidrografsatuandihitung:

 
Dimana :
 
: Koefisien yang bergantungpadakarakteristik DAS.
Untukdaerahpengaliranbiasa, = 2
Untukbagiannaikhidrograf yang
lambatdanbagianmenurun yang cepat, = 1,5
Untukbagiannaikhidrograf yang
cepatdanbagianmenurun yang lambat, = 3
 
Contoh grafik Hidrograf Nakayasu dapat dilihat dibawah
ini :
ASPEK
HIROLIKA
Kapasitas Saluran
Q=AV
Q = debit saluran ( m3/det )
A = luas penampang basah saluran ( m2 )
V = kecepatan aliran rata-rata ( m/det )
2
1 3 12
v R I
n
Manning Formula
n = koefisien kekasaran bahan saluran  (lihat tabel manning )
A
R = radius hidrolis (m)  R
P

I = kemiringan dasar saluran


P = keliling basah (m)
Geometri Saluran ( contoh : penampang trapesium simetris )
T

1 A y
m

b
A = luas penampang basah saluran ( luas trapesium ) (m2)
P = keliling basah, dinding dan dasar saluran yg terkena air (m2)
T = lebar muka air (m)
b = Lebar dasar saluran (m)
y = kedalaman aliran (m)
m = miring dinding saluran (miring talud)
untuk trapesium simetris  A = ( b + my ) y
P=
b  2 y 1  m2
Penampang trapesium non simetris

T
A=½(b+T)y
m P = P1 + P2 + P3
P1 1

P3 m = 0,5 ; 0,75 ; 1 ; 1,5 ; 2


P2=b

m = 0,5 m=1 m=2

1 1
1
1

2
1
0,5
Contoh.
Saluran drainase bentuk penampang trapesium simetris
dengan data sbb :
- lebar dasar saluran b = 3 m
- kedalaman aliran y = 1,2 m
- bahan dari plesteran, koef manning n = 0,020
- miring talud m = 1 miring dasar saluran I = 0,0001
Hitung kapasitas atau debit aliran yang terjadi ( Q = ? )
Jawab :
Luas penampang basah A = ( b + my )y = ( 3 + 1.1,2 ) 1,2 = 5,04 m2
Keliling basah P = b + 2y 1  m 2 2
= 3 + 2.1,2 1 1 = 6,39 m

R = A/P
1 3= 20,79 1m
2 1 2 1
V  R I  0,79 3 0,00012  0,43 m/det
n 0,02
Q = AV = 5,04 x 0,43 = 2,17 m3/det
• Saluran dengan bahan tidak sama ( n berbeda )

m
1 y
n1 n2 n1

Dinding saluran  dari bahan pasangan  n1


Dasar saluran  tanah asli  n2 1

Koefisien kekasaran manning ekivalen  n  



  pi n
2
i  2


 P 
dimana : pi = keliling basah bagian (m)
ni = koefisien kekasaran bagian
P = Keliling basah total (m) 2
1 3 12
Kecepata n aliran  v R I
n
Saluran dengan bentuk penampang lingkaran (bulat)

D = diameter saluran (m)


A B d = kondisi aliran (m)
F
(1/4D, 1/3D, 1/2D, 3/4D, 2/3D)
D
C α d
A = luas penamp basah (m2)
R=½D
P = Keliling basah (m)
E

2 1 2 1
A 0
D  AB.CF
360 4 2

2
P 0
D
360
Contoh :
Saluran drainase penampang bulat, diameter saluran D = 1 m,
kondisi aliran d = 1/3 D, koefisien manning n = 0,020
miring dasar saluran I0 = 0,001
Hitung kapasitas tampung saluran tsb.

C
D=1m
α 1/6 D
A
F B R=1/2D
1/3 D

2 1 2 1
A 0
D  AB.CF
360 4 2

2
P 0
D
360
Penyelesaian :
1
D 1
CF 6 1
cos       arc. cos  70,530
BC 1 D 3 3
2
BF 1
tg     BF  CF .tg   D.tg 70,530  0,47 D
CF 6

2.70,530 1 1 1
A  .D  AB.CF   
2
AB  2 BF , R  D
360 0
4 2 2
1
CF  D
6
0
2 . 70,53
A  0,23D 2 P 0
D    P  1,23D
360
Luas penampang basah  A = 0,23 (1)2 = 0,23 m2
Keliling basah  P = 1,23 (1) = 1,23 m
Kecepatan aliran V = 1/n R2/3 I01/2 = 0,52 m/det  Q = AV = 0,12 m3/det
TANGGUL DAN BACK WATER
TINGGI JAGAAN (Free Board )
Tinggi jagaan ini diukur dari elevasi permukaan air
rencana sampai ke elevasi puncak tanggul.

Puncak tanggul Puncak tanggul


w

Tinggi jagaan pada suatu penampang saluran


Seperti dijelaskan di atas bahwa tinggi jagaan dari suatu
penampang saluran diperhitungkan untuk beberapa
macam keperluan (tidak termasuk tambahan debit) maka
tidak ada satu perumusan yang berlaku umum. Untuk hal
ini USBR (United States Bureau of Raclamation)
memberi perkiraan harga W sebagai berikut :

W  cy
dimana :

W = Tinggi jagaan dalam (ft)


c = Koefisien yang bervariasi dari
1,5 ft pada Q = 20 cfs sampai
2,5 ft pada Q = 3000 cfs
y = Kedalaman air dalam (ft)

Untuk keperluan perencanaan irigasi di Indonesia.


Standarisasi Perencanaan Irigasi Departemen Pekerjaan
Umum RI, mensyaratkan tinggi jagaan minimum seperti
tertera di dalam tabel 5.3 sebagai berikut :
Tabel 5.3 Besarnya tinggi jagaan minimum untuk saluran dari
tanah dan dari pasangan batu
Besarnya Debit Tinggi jagaan ( m ) Tinggi jagaan ( m )
Q ( m3 / det ) untuk pasangan batu saluran dari tanah

< 0,50 0,20 0,40

0,50 – 1,50 0,20 0,50

1,50 – 5,00 0,25 0,60

5,00 – 10,00 0,30 0,75

10,00 – 15,00 0,40 0,85

> 15,00 0,50 1,00


ALIRAN BALIK ( BACK WATER )
Rumus Bernouli

E = E1 – E2
Metode Tahapan Langsung (Direct Step Methode)
Langkah perhitungan Metode Tahapan Langsung
Diketahui sebuah saluran drainase primer mengalirkan debit Q = 30 m 3/dt. Saluran tersebut
bermuara di laut, dimana pada saat kondisi air laut pasang ketinggian airnya mencapai 2,3
m dari dasar muara (tinggi air pasang 2,3 m), sehingga terjadi aliran balik pada saluran
tersebut.
Data saluran :
- bentuk penampang trapezium
- lebar dasar b = 10 m, tinggi aliran y = 1,3 m
- miring talud m = 2, miring dasar saluran rata-rata I 0 = 0,002
- koefisien kekasaran bahan saluran menurut manning n = 0,025
Hitung panjang pengaruh back water dengan cara Tahapan Langsung (Direct Step
Methode).
Penyelesaian :
Perhitungan dilakukan bertahap dari titik 0 di hilir saluran (pertemuan saluran/muara) kea rah hulu
(sampai mencapai tinggi aliran di saluran), dengan interval tertentu.
Saluran trapezium :
MENGHITUNG VOLUME ALIRAN penepapan PP 26 tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai