Anda di halaman 1dari 74

BAB I

0 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Agar dapat memahami konsep-konsep dasar Mekanika Fluida dan hidrolika,


khususnya sifat-sifat zat cair, konsep-konsep zat cair/air dalam keadaan statis
dan kinematis, dengan tujuan agar memiliki landasan untuk mendimensi
bangunan yang berkaitan dengan teknik keairan.

1.2 Materi

Pengertian Mekanika fluida, Hidrolika, Hidrostatika, Hidrokinematika.


Sifat-sifat cairan/fluida: berat jenis cairan, berat spesifik cairan, spesifik
gravitasi, modulus pemampatan, kekentalan cairan, tegangan
permukaan & kapilaritas, tekanan atmosfir, selisih tekanan.
Besaran dan satuan yang lazim dipakai di hidrolika (SI & MKS).
Hidrostatika dan gaya apung: Hukum hidrostatis, Intensitas Tekanan,
Pengukuran tekanan, Tegangan Hoop, Tekanan hidrostatis pada bidang datar,
bidang miring dan bidang lengkung, Stabilitas dan gaya apung benda
tenggelam dan terapung. Hidrokinematika: Hukum Kontinutas. Persamaan
Bernoulli dan aplikasinya. jari-jari hidrolis, kemiringan dan koefisien kekasaran
saluran. Bilangan Reynold (Re) untuk mengindentifikasi jenis aliran. Pengaliran
melalui lubang.
Pengaliran melalui pipa , Pompa dan turbin.
Pengaliran melalui saluran terbuka, Persamaan garis energi, garis tekan dan
kehilangan energi.

1 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


1.3 Praktikum

1. Venturimeter
2. Flow Through an orifice
3. Centre of Pressure
4. Friction losses along pipe.

1.4 Buku Referensi

1. Bambang Triatmodjo, Prof.,Dr.,Ir., CES., DEA. : HIDRAULIKA I , Cetakan


Pertama, Beta Offset, Yogyakarta, 1993.

2. Bambang Triatmodjo, Prof.,Dr.,Ir., CES., DEA. : HIDRAULIKA II , Cetakan


ke - 8, Beta Offset, Yogyakarta, 2010.

3. Khurmi RS, Textbook of Hydraulics, S. Chand & Co, 1981.

4. Brater & King, Handbook of Hyraulic, Mc.Graw-Hill,1976.

5. Chow, V.T., Open Channel Hydraulics, Mc.Graw-Hill, 1976.


th
6. Streeter, V.L. & Wile, E.B., Fluid Mechanics, Mc.Graw-Hill, 8 ed, 1985.

7. Weber, N.B., Fluid Mechanics for Engineers, Chapman &Hall, 1976.

2 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


1.5 Satuan Acara Perkuliahan ( S A P )
Mata Kuliah : MEKANIKA FLUIDA DAN HIDROLIKA (4 SKS)
Kode MK : 432144

MINGGU POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN


KE
Uraian Umum
1a PENDAHULUAN Materi Kuliah dan Buku Pegangan
Dimensi dan Satuan
Pendahuluan
1b SIFAT-2 ZAT CAIR Rapat Massa, Rapat Relatif dan Berat Jenis
Kemampatan dan Kekentalan Zat Cair
2a Tegangan Permukaan, Kapilaritas

Latihan dan Soal


Pendahuluan
2b HIDROSTATIKA Tekanan dan Distribusi Tekanan
Tekanan Atmosfer dan alat ukur Manometer
3a Tekanan pada bidang terendam

Latihan dan Soal


Hukum Archimedes
3b KESEIMBANGAN BENDA Stabilitas benda terendam dan terapung
TERAPUNG Latihan dan Soal
4a KESETIMBANGAN Zat Cair dalam tangki dan silinder berotasi

RELATIF
Pendahuluan
4b KINEMATIKA ZAT CAIR Macam Aliran dan Garis Arus
Percepatan Aliran dan Debit Aliran
5a Persamaan Kontinuitas

Latihan dan Soal


Persamaan Bernoulli
5b PERS. BERNOULLI Koefisien Koreksi Energi
Latihan dan Soal
Persamaan Momentum
6a PERS. MOMENTUM Gaya akibat perubahan Kecepatan
Gaya akibat perubahan Arah
6b Gaya akibat Pancaran Zat Cair

Latihan dan Soal


Pendahuluan
7a ALIRAN MEL. LOBANG & Uraian Umum , Koeff. Aliran
PELUAP Aliran melalui Lobang
Waktu pengosongan dan Pengaliran Tangki
7b Peluap
Latihan dan Soal

EVALUASI TENGAH SEMESTER (ETS)

3 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


MINGGU POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN
KE
Pendahuluan
8a ALIRAN ZAT CAIR RIIL Aliran Laminer , Turbulen
Hukum Osborn Reynolds
Aliran Laminer dalam Pipa
8b . Kekasaran Permukaan
Latihan dan Soal
Pendahuluan
9a ALIRAN MELALUI PIPA Kehilangan Tenaga Aliran melalui Pipa
Distribusi Kecepatan dan Kecepatan Rerata
9b Persamaan Tahanan Gesek Pipa & Rumus Empiris

Kehilangan Tenaga Sekunder dalam Pipa


Garis Tenaga dan Garis Tekanan
10a Sistem Pemipaan dan Jaringan Pipa
Latihan dan Soal
Garis Tenaga dan Garis Tekanan
10b Sistem Pemipaan dan Jaringan Pipa
Latihan dan Soal
Pendahuluan
11a ALIRAN MELALUI Klarifikasi Pengaliran dan Distribusi Kecepatan
SALURAN TERBUKA Aliran Seragam
11b Tampang Lintang Ekonomis

Aliran Tidak Seragam


12a Debit Maksimum

Kemiringan Kritik Dasar Saluran


12b Loncat Air

Aliran Berubah Beraturan


13a Profil Muka-Air

Latihan dan Soal


Pendahuluan
13b MODEL DAN ANALISIS Sifat Sebangun
DIMENSI Angka Tak Berdimensi
14a Studi Model

Metode dan Analisa Dimensi


14b Evaluasi Rangkuman Mekanika Fluida & Hidrolika

EVALUASI AKHIR SEMESTER (EAS)

4 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


1.6 Pengertian

Hidrolika adalah merupakan cabang dari Ilmu Teknik yang mempelajari tentang
perilaku air , baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak. Ilmu
tersebut dikembangkan berdasarkan pendekatan empiris dan eksperimental
dan terutama hanya digunakan untuk mempelajari perilaku air sehingga
ruang lingkupnya terbatas.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dibidang teknik , maka diperlukan


ilmu dengan tinjauan yang lebih luas dengan menggabungkan ilmu hidrolika
eksperimen dengan hidro-dinamika klasik dan ilmu baru tersebut dikenal
dengan mekanika fluida yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas yaitu
ilmu yang mempelajari perilaku fluida baik dalam bentuk zat cair maupun gas.

Hidrolika dapat dibedakan dalam 2 (dua) bidang ilmu , yaitu Hidro-statika


yang mempelajari zat cair dalam keadaan diam dan Hidro-dinamika yang
mempelajari zat cair dalam keadaan bergerak.

Didalam Hidro-dinamika akan dipelajari Zat Cair Ideal yang tidak memiliki
kekentalan dan tidak termampatkan. Sebenarnya zat cair ideal tidak ada di
alam , tetapi anggapan zat cair ideal perlu dilakukan , terutama untuk
memudahkan analisis perilaku gerak zat cair.
Air mempunyai kekentalan dan pemampatan yang sangat kecil , sehingga
pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat cair ideal.
Ilmu hidrolika mempunyai arti penting , mengingat air adalah merupakan
salah satu jenis fluida yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

Bidang Teknik hidro , terbagi atas beberapa bidang kajian antara lain :

1. Hidrologi terapan , meliputi hidro-meteorologi, pengembangan air tanah,


prakiraan debit banjir, hidrologi perkotaan.

2. Teknik Irigasi dan Drainase meliputi perencanaan dan pelaksanaan


pekerjaan jaringan dang bangunan irigasi , drainase permukaan dan bawah
tanah.

3. Teknik Transportasi Air , meliputi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan


pelabuhan dan saluran-saluran pelayaran.

5 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


4. Bangunan Tenaga Air , meliputi pengembangan tenaga hidro-elektrik
dengan menggunakan waduk , turbin dan fasilitas-fasilitas lainnya.

5. Pengendalian Banjir dan Sedimen, meliputi perencanaan dan


pelaksanaan bangunan pengendali banjir serta penanggulangan erosi dan
sedimentasi.

6. Teknik Bendungan , meliputi perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan


bendungan dan bangunan pelengkapnya dan bendungan merupakan
bangunan utama untuk irigasi, pengendalian banjir dan pembangkit listrik
tenaga air..

7. Teknik Jaringan Pipa , meliputi pengangkutan / pengaliran air, minyak, gas


dan fluida lainnya melalui sistem perpipaan.

8. Teknik Pantai , meliputi perencanaan dan pelaksanaan bangunan-


bangunan pelabuhan dan penanggulangan erosi pantai serta bangunan
lepas pantai.

9. Teknik Sumber Daya Air , meliputi perencanaan dan pelaksanaan sistem


waduk (reservoir) dan fasilitas lainnya guna penggunaan sumber daya air
secara optimum.

10. Teknik Penyehatan , meliputi sistem pengumpulan dan distribusi air untuk
berbagai keperluan dan sistem pengolahan air bersih (water treatment).

1.7 Hukum NEWTON II

Semua gerak yang ada di alam dapat dijelaskan oleh Hukum Newton II yang
menyatakan bahwa : laju perubahan momentum (Massa M x Kecepatan V)
adalah berbanding langsung dengan gaya yang bekerja dan dalam arah yang
sama dengan gaya tersebut.
F=M.a dengan : F = Gaya
M = Massa benda
a = Percepatan
V = Kecepatan

Hukum Newton II ini akan banyak digunakan dalam analisis gerak fluida.

6 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB II
SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

2.1 Uraian Umum

Fluida adalah zat yang dapat mengalir , yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang / tempat yang membatasinya. Fluida dapat dibedakan :
zat cair dan gas.

Persamaan : 1. Kedua zat ini tidak melawan perubahan bentuk.


2. Kedua zat ini tidak mengadakan reaksi terhadap gaya
geser yang bekerja sejajar dengan permukaan lapisan-
lapisan zat cair atau gas.

Perbedaan : 1. Zat cair mempunyai permukaan bebas dan massa zat cair
hanya akan mengisi volume yang diperlukan dalan suatu
ruangan , sedangkan gas tidak mempunyai permukaan bebas
dan massanya akan mengisi seluruh ruangan.
2. Zat cair merupakan zat yang praktis tak termampatkan ,
sedangkan gas adalah zat yang bisa dimampatkan.

Perilaku zat cair terutama air banyak dipelajari dalam bidang teknik sipil ,
sedangkan zat cair lainnya serta gas banyak dipelajari dibidang teknik lainnya.
Sifat-sifat zat cair :
1. Bila ruangan lebih besar dari volume zat cair , maka akan terbentuk
permukaan bebas horisontal yang berhubungan dengan udara.

2. Mempunyai Rapat Massa dan Berat Jenis.


3. Dapat dianggap tidak termampatkan (incompressible).
4. Mempunyai Kekentalan (Viscositas).
5. Mempunyai Kohesi , Adhesi dan Tegangan Permukaan.

7 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2.2 Berat Jenis , Rapat Massa dan Rapat Relatif

Berat Jenis (gamma) , didefinisikan sebagai berat benda setiap satuan


volume pada temperatur dan tekanan terlentu.
=G/V

Rapat Massa (rho) , didefinisikan sebagai massa zat cair per satuan
volume pada temperatur dan tekanan terlentu.
=M/V

Hubungan antara Berat Jenis dengan Rapat Massa :


=.g ,

dengan :
3 3
= Berat Jenis (N/m untuk satuan SI atau Kg/m untuk satuan
MKS)
3 3
= Rapat Massa (Kg/m untuk satuan SI atau Kg.m/m untuk
satuan MKS)
2
g = Percepatan Gravitasi (m/det )

Rapat Relatif S , didefinisikan sebagai perbandingan antara Rapat Massa Zat


Cair dengan Rapat Massa Air
S = zat cair = zat cair

-----------air ------------air
Catatan :

Perubahan rapat massa dan berat jenis zat cair terhadap temperatur
dan tekanan adalah sangat kecil sehingga didalam praktek perubahan
tersebut diabaikan.

8 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Tabel 2.1
Sifat-2 zat cair pada tekanan atmosfer

2.3 Kemampatan Zat Cair

Kemampatan zat cair didefinisikan sebagai perubahan (pengecilan) volume


dikarenakan adanya perubahan (penambahan) tekanan, yang ditunjukkan oleh
Perbandingan antara Perubahan Tekanan dan Perubahan Volume terhadap
Volume Awal , yang dikenal dengan Modulus Elastisitas (K).
dP
K = --------------
dV / V
dengan :
K = Modulus Elastisitas
dP = Pertambahan Tekanan
dV = Pengurangan Volume dari volume awal V

Nilai K untuk zat cair sangat besar , sehingga perubahan volume (dV) karena
penambahan tekanan adalah sangat kecil , sehingga sering diabaikan dan zat
cair dianggap sebagai zat yang tak termampatkan

Nilai K pada temperatur berbeda , ditunjukkan dalam Tabel 2.1

9 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2.4 Kekentalan Zat Cair

Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada
waktu mengalir / bergerak.
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair
2
(myu) = Kekentalan Dinamik/Absolud (Nd / m )
2
(tau) = Tegangan Geser (N / m )

Dalam beberapa masalah mengenai gerak zat cair , Kekentalan Absolut


dihubungkan dengan Rapat Massa dalam bentuk :

(nu) = (kekentalan absolud)


---------------------------------- 2
KEKENTALAN KINEMATIK (M / D)

(rapat massa)

2.5 Tegangan Permukaan

Molekul-molekul zat cair akan saling tarik menarik


dalam kondisi setimbang dengan gaya (k) yang
berbanding lurus dengan masssa (M) dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
2
pusat massa (s ).
M
k = -------
s2

Molekul-molekul zat cair pada permukaan , gaya


pada arah verikal tidak seimbang (gaya keatas = 0)
sehingga molekul-2 pada permukaan melakukan
kerja keatas untuk melawan gaya tarik kebawah
yang dikenal dengan Tegangan Permukaan
Tegangan Permukaan (sigma) bekerja pada
bidang permukaan yang sama besar disetiap titik.

10 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2.6 Kapilaritas

Kapilaritas disebabkan oleh gaya Kohesi dan gaya Adhesi,


Bila Kohesi lebih kecil dari Adhesi , maka zat cair akan naik ,
Bila Kohesi lebih besar dari Adhesi , maka zat cair akan turun.
d d


h
h

AIR AIR RAKSA

h= 2. .Cos
---------------------
.r
h = kenaikan kapiler

= tegangan permukaan
= berat-jenis zat cair
r= jari-jari tabung

Apabila tabung bersih ,


Untuk Air = 0
o

Untuk Air Raksa o


= 140

2.7 Tekanan Uap

Zat cair yang terbuka , akan mengalami penguapan. Penguapan terjadi karena
molekul zat cair selalu bergerak sehingga beberapa molekul pada permukaan
akan mempunyai energi untuk melepas diri dari tarikan molekul-2 yang ada
disekitarnya dan berpindah ke ruang yang berada diatasnya

11 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB III
HIDROSTATIKA

3.1 Uraian Umum

Hidrostatika adalah merupakan cabang dari hidrolika yang mempelajari


perilaku zat cair dalam keadaan diam.
Zat cair dalam keadaan diam yang berada dalam tangki atau kolam
mempunyai permukaan horisontal dengan tekanan konstan.
Pada tangki atau kolam terbuka , permukaan zat cair mengalami tekanan
atmosfer , sedangkan pada tangki tertutup tekanan pada permukaan berbeda
dengan tekanan atmosfer.

3.2 Tekanan

Tekanan adalah merupakan Gaya per Satuan Luas.


F F
p = -------
A
dengan p = 2 2
Tekanan (kgF / m atau N / m )
F= Gaya (kgF atau N) A p
A= 2
Luas (m )

3.3 Tekanan pada suatu Titik

Didalam zat cair diam tidak terjadi tegangan


geser , dan gaya yang bekerja pada suatu
bidang adalah gaya tekanan yang bekerja 2
h
tegak lurus pada bidang tersebut.
Tekanan pada setiap titik didalam zat cair R (Resultante)
diam adalah sama dalam segala arah. 1

Gaya tekan ke dinding di dasar tangki F = .h


(F) = . h dan dipermukaan F = 0.

12 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


3.4 Distribusi Tekanan pada Zat Cair Diam

Ditinjau 3 (tiga) tangki dengan Luas Dasar sama dan Kedalaman berbeda
: 1 2 3

h2 h3



h1

A A A
Berat zat cair diatas dasar tangki 1 (W1) = Vol. Zat Cair x (berat jenis)

= . V 1 = . A . h1
Dengan perhitungan yang sama , maka :
W2 = . A . h2
W3 = . A . h3

Dari ketiga persamaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tekanan zat
cair pada kondisi diam di dasar tangki yang luasnya sama , tergantung pada
kedalaman zat cair dan berat jenis zat cair.
Bila zat cairnya sama (berat jenisnya sama) maka tekanan zat cair pada kondisi
diam di dasar tangki yang luasnya sama hanya tergantung pada kedalaman zat
cairnya (h) , dengan kata lain : tekanan pada dasar tangki merupakan fungsi
dari kedalaman p = f(h) sehingga :
Tekanan Hidrostatis (p) = . h

Atau untuk satuan SI maka p= .g.h dengan = rapat massa

Bila diatas permukaan zat cair terdapat tekanan po , maka :


Tekanan Hidrostatis (p) = . h + po atau :
p = .g.h + po

Karena tekanan zat cair pada tabung hanya tergantung pada kedalaman zat
cairnya (h) , maka untuk kedalaman (h), luas dasar (A) dan berat jenis zat cair

13 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


() yang sama akan memberikan tekanan (p) yang sama pula meskipun bentuk
tangkinya berbeda.

p p p p

A A A A

3.5 Tekanan Atmosfer , Tekanan Relatif dan Absolut

Udara di atmosfer mempunyai berat , maka udara dapat menimbulkan tekanan


pada permukaan bumi. Rapat massa udara tidak konstan yang tergantung
pada ketinggian , temperatur dan kelembaban. Tekanan atmosfer dapat diukur
berdasarkan tinggi kolom zat cair yang bisa ditahan.
Dipermukaan laut , tekanan atmosfer yang ditimbulkan oleh kolom udara seluas
2
1 cm adalah sebesar 1,03 kgF , dengan kata lain tekanan atmosfer pada
2
permukaan laut adalah 1,03 kg F / cm atau dapat ditunjukkan oleh 10,3 m air
atau 76 cm air raksa (Hg).
Pada tempat dengan ketinggian / elevasi yang semakin tinggi , maka tekanan
atmosfer akan semakin berkurang

Tek.Terukur (positif)
Tek. Atmosfer

Tek.Terukur (negatif) Tek. Absolut

Tek. Atmosfer
Tek. Absolut

14 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Tekanan Relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur
berdasarkan tekanan atmosfer dan tekanan relatif dapat lebih besar atau lebih
kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan relatif yang selanjutnya disebut tekanan pada permukaan zat cair
yang berhubungan dengan atmosfer = 0 (nol).

Tekanan Absolut adalah merupakan jumlah dari tekanan atmosfer dan


tekanan relatif (tekanan relatif bisa positif maupun negatif).
p
u

Tekanan atmosfer disuatu tempat dapat


diukur dengan menggunakan barometer
air-raksa. h
Apabila berat jenis air raksa () , tekanan
uap air raksa (pu) dan tekanan atmosfer (pa) pa
, maka :
p a = h . + pu
AIR RAKSA
o
Karena tekanan uap air pada temp 20 C
relatif kecil, maka dianggap pu= 0
sehingga
pa = h . atau
h = pa p
------- = ------ = 760 mm air-raksa

h = p
-------
.g
Tekanan Atmosfer juga bisa dinyatakan dalam tinggi air , sebesar 10,33 m.

3.6 Tekanan dinyatakan dalam Tinggi Zat Cair

Parameter h adalah penting didalam mekanika fluida dan hidrolika yang


disebut dengan Tinggi Tekanan.
h= p = p

------ ---------.g

15 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


h0

Pada gambar a)
p A = . hA = . g . h A

Pada gambar b)
p A = . hA = . (h1 + h0) = . g . (h1 + h0)

p 0 = . h0 = . g . h 0

3.7 Manometer

Manometer adalah alat dengan menggunakan kolom zat cair untuk mengukur
perbedaan tekanan.
Prinsip manometer , bila zat cair dalam kondisi keseimbangan maka tekanan
disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama

A. Bidang dengan tekanan sama

16 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Keterangan :
BTS : Bidang dengan tekanan sama
BTTS : Bidang dengan tekanan tidak sama

Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair , tergantung pada jarak-
vertikal dari permukaan zat cair ke titik tersebut.
Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang horisontal yang terendam
didalam zat cair pada bejana berhubungan memiliki tekanan yang sama. Pada
gambar a) semua titik pada bidang datar , antara lain titik 1 , 2 , 3 , 4 memiliki
tekanan yang sama
Pada gambar b) titik 5 dan titik 6 yang terletak pada bidang datar tidak sama
tekanannya karena air didalam kedua tangki tidak berhubungan (dibatasi
dengan katup).
Pada gambar c) titik 7 dan titik 8 yang terletak pada bidang horisontal yang
merupakan batas kedua zat cair memiliki tekanan yang sama , sedangkan
bidang horisontal yang melalui titik 9 dan titik 10 adalah bukan merupakan
bidang dengan tekanan sama.

B. Piezometer

Bentuk paling sederhana dari manometer adalah

Piezometer , yang terdiri dari tabung gelas vertikal


dengan ujung terbuka yang dihubungkan dengan
pA
ruangan atau pipa yang akan diukur tekanannya. h = -----


Tekanan ditunjukkan berdasarkan tinggi h.
pA = . h

Piezometer tidak dapat digunakan untuk mengukur


A
tekanan negatif dan alat ukur piezometer ini tidak praktis
untuk menentukan tekanan pada pipa atau ruangan
dengan tekanan besar.

17 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


C. Manometer Tabung U

Gambar a) mengukur tekanan positif pada pipa


Tekanan pada titik P dan titik Q adalah sama , maka diperoleh persamaan :
h . 1 + pA = pa + x . 2 , dengan pa adalah tekanan atmosfer
sehingga persamaan diatas dapat ditulis :
pA = pa + (x . 2) - (h . 1) , dengan pa adalah tekanan atmosfer

Gambar b) mengukur tekanan negatif pada pipa


Tekanan pada titik P dan titik Q adalah sama , maka diperoleh persamaan :
h . 1 + pA + x . 2 = pa , dengan pa adalah tekanan atmosfer
sehingga persamaan diatas dapat ditulis :
pA = pa (x . 2) - (h . 1) , dengan pa adalah tekanan atmosfer

D. Manometer Mikro

Pada manometer tabung U , memerlukan pembacaan elevasi zat cair di kedua


kaki tabung manometer , sehingga untuk pembacaan tekanan pada pipa yang
cukup tinggi maka kenaikan zat cair pada salah satu tabung manometer akan
semakin tinggi pula.

18 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


p

a) b)
Micro-manometer sebelum dihubungkan Micro-manometer setelah dihubungkan
dengan Pipa yg akan diukur tekanannya dengan Pipa yg akan diukur tekanannya

Salah satu kaki manometer diganti dengan suatu tangki yang luas tampang
lintangnya lebih besar dibanding dengan tabung yang lain , maka pembacaan
dapat dilakukan pada satu tabung.
Manometer ini dikenal dengan Manometer Mikro atau (Micro-
manometer)

Karena perbandingan yang besar antara tangki dan tabung manometer , maka
penurunan yang kecil pada tangki akan menyebabkan kenaikan zat cair pada
tabung manometer yang cukup besar.
Tekanan pada pipa menyebabkan penurunan permukaan zat cair pada tangki
sebesar y.
Bila luas tampang lintang tangki = A dan luas tampang lintang tabung = a ,
maka persamaan volume zat cair pada manometer : A . y = a . h atau
a
y = ----- . h
A

Persamaan kesetimbangan terhadap bidang yang melalui permukaan zat cair


dalam tangki :
A ( y + y ) + pA = B ( h + y )

19 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Subsitusikan y , maka :
a a
A ( y + ----- . h ) + pA = B ( h + ----- . h )
atau A A
a a
pA = B ( h + ----- . h ) - A ( y +----- . h )
A A

Oleh karena parameter A , a , y , A dan B telah diketahui , maka dengan


pembacaan nilai h akan dapat dihitung besarnya tepanan pada pipa (pA)

Apabila perbandingan A/a cukup besar , maka nilai y dapat diabaikan ,


sehingga persamaan menjadi :
pA = B . h - A . y

E. Manometer Diferensial

Manometer diferensial digunakan untuk mengukur perbedaan antara 2 (dua)


tekanan yang tidak diketahui besarnya.

Apabila berat jenis zat cair didalam pipa A adalah 1 , pipa B adalah 3 dan
berat jenis pada manometer adalah 2 , maka kondisi kesetimbangan berlaku
(sesuai gambar a) :

20 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


pA + 1 . h1 = 2 . h2 + 3 . h3 + pB atau

( pA - pB ) = 2 . h2 + 3 . h3 - 1 . h1

apabila 1 = 3 , maka :

( pA - pB ) = 2 . h2 + 1 ( h3 - h1)

( pA - pB ) 2 + (h3 - h1)
-------------- = ---- h2
1 1

apabila dinyatakan dalam tinggi zat cair , maka :


( hA hB ) ( p A - pB )
- = ---------------
1
( hA - hB ) 2 h2 (h3 - h1)
= ----- +
1
Apabila elevasi pipa A dan pipa B sama [ h1 = (h2 + h3) atau (h3 h1) = - h2 ] ,

maka : ( hA hB ) 2 h2 - h2
- = -----
1
2
-----
= ( - 1) h2
1

Apabila tekanan di pipa A dan pipa B lebih kecil dari tekanan atmosfer dan
apabila berat jenis zat cair pada manometer (2) lebih kecil dari berat jenis zat
cair pada pipa A dan B maka digunakan manometer seperti pada gambar b) ,
sehingga diperoleh persamaan kesetimbangan :

pA - 1 . h1 = pB - 2 . h2 - 3 . h3 atau ( pA

- pB ) = 1 . h1 -- 2 . h2 -- 3 . h3

Catatan : kepekaan manometer diferensial tergantung pada perbedaan berat


jenis 1 / 3 dan 2 .

21 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


3.8 Gaya Tekan pada Bidang Terendam

A. Bidang Datar

Gaya tekan pada bidang seluas dA :


dF = p . dA
dF = h . dA , karena h = y sin , maka dF =
. y sin dA
Gaya Tekan Total :
F = . y sin dA = . sin y dA

dengan y dA adalah momen statis bidang A terhadap sumbu-X yang


besarnya sama dengan A . y0 , dimana y0 adalah jarak pusat berat luasan
(bidang) terhadap sumbu-X , sehingga :
F = . sin (A . y0) = A . y0 sin ,

dan karena y0 sin = h0 , maka :

F = A . h0 atau F = A . p0

dengan : F = gaya tekan hidrostatis


A = luas bidang tekan
p0 = tekanan hidrostatis pada pusat berat bidang
h0 = jarak vertikal antara pusat berat benda dan
permukaan zat car

22 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2
( I o + A . yo )
= -------------------
A . yo

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa :


Gaya hidrostatis = luas bidang x tekanan pada pusat berat yang bekerja tegak-
lurus pada bidang.

Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan P dan misalkan pusat-
tekanan terletak pada jarak yp dari titik sumbu O , maka momen gaya
hidrostatis terhadap titik 0 = jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan
terhadap titik O , sehingga :
yp
atau
Io
yp = yo + --------
A . yo

dengan :
yp = jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan zat
cair.
yo = jarak searah bidang antara pusat berat bidang dan permukaan
zat cair.
Io = momen inersia bidang a terhadap sumbu yang melalui pusat
berat bidang.

B. Bidang Lengkung

Tekanan hidrostatis yang bekerja pada setiap titik dibidang lengkung


mempunyai arah yang berubah , sehingga hitungan gaya tekanan total menjadi
sulit. Untuk itu gaya-gaya tekanan dihitung dengan memproyeksikan gaya
tersebut pada bidang vertikal dan horisontal.

Resultante gaya tekanan yang terjadi dapat dihitung berdasarkan kedua


komponen gaya tersebut.

23 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Tabel Io untuk beberapa bentuk bidang datar

24 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB IV
KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

4.1 Uraian Umum

Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa benda yang terendam didalam
zat cair mengalami tekanan pada permukaannya.
Komponen horisontal gaya tekanan yang bekerja pada benda adalah sama
yang berlawanan arah dan saling menghilangkan.

Komponen vertilal gaya tekanan yang bekerja pada benda yang terendam
tidak saling meniadakan. Komponen gaya vertikal kebawah yang ditimbulkan
oleh zat cair bekerja pada permukaan atas benda dan komponen gaya keatas
bekerja pada permukaan bawah benda.
Karena tekanan setiap satuan luas akan bertambah untuk setiap perubahan
kedalaman maka komponen arah keatas adalah lebih besar dari pada
komponen arah kebawah , resultantenya adalah gaya keatas yang bekerja
pada benda , dan gaya keatas ini disebut dengan Gaya Apung

Selain mengalami gaya-apung keatas , benda juga memiliki gaya-berat yang


arahnya kebawah , dan oleh karena kedua gaya vertikal tersebut yang bekerja
pada arah berlawanan maka perlu dibandingkan besar kedua gaya tersebut
yang dapat menyebabkan benda terapung , melayang atau tenggelam.

4.2 Hukum Archimedes

Suatu benda yang diletakkanpada zat cair , maka kemungkinan benda tersebut
akan tenggelam , melayang atau mengapung pada zat cair. Hal tersebut sangat
tergantung pada berat benda dan besarnya gaya apung. Gaya apung ini akan
dijelaskan berdasarkan Hukum Archimedes.

25 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Hukum Archimedes menyatakan bahwa benda yang terapung , melayang
atau tenggelam akan mengalami gaya apung keatas sebesar berat zat cair
yang dipindahkan benda tersebut ( F = V x BJ zat cair ).v

G1
V1
G2 zat cair

F1
V2
G3

F2
V2

F2
(a) (b) (c)
Keterangan : G = berat benda

F = gaya apung
V = volume benda yang terendam zat-cair
Kondisi (a) :

Benda Mengapung Bila berat benda (G1) lebih kecil dari gaya
apung (F1) ------ > G1 < F1
(F1 < V1 x zat cair , dengan V1 = volume benda yang terendam zat
cair).
Kondisi (b) :

Benda Melayang Bila berat benda (G2) sama dengan gaya


apung (F2) ------ > G2 = F2 (G2 > G1)
(F2 = V2 x zat cair , dengan V2 = volume benda yang terendam zat
cair).
Kondisi (c) :

Benda Tenggelam Bila berat benda (G3) lebih besar dari gaya
apung (F3) ------ > G3 > F3 (G3 >> G2)
(F3 = V3 x zat cair , dengan V3 = volume benda yang terendam zat
cair).
26 Ir. Hudhiyantoro, MSc.
4.3 Stabilitas Benda dalam zat cair

A. Benda Terapung

Benda terapung dalam keadaan setimbang stabil bila pusat beratnya (G)
berada dibawah pusat apung (B).

Gambar a) menunjukkan benda masih dalam keadaan stabil walaupun


pusat berat G diatas pusat apung B (pada posisi G dan B segaris vertikal).

Bila benda digoyang seperti gambar b) , maka posisi B bergeser ke B


membentuk sudut dengan titik metasentrum M.

Bila pada proses goyangan titik M masih diatas G maka benda akan
kembali ke posisi sebelum digoyang (kembali stabil) , dan bila goyangan
diperbesar segingga titik M berada dibawah G maka benda akan terguling
(menjadi tidak stabil stabil)

Io . tg = V . BM . Sin
Untuk nilai << , maka sin = tg = sehingga :

27 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Io = V . BM atau BM = Io / V
dengan V = volume air yang dipindahkan

Tinggi metasentrum (GM) = BM - BG


= (Io / V) - BG

B. Benda Melayang

Benda tidak homogen yang melayang dalam keadaan setimbang stabil


bila pusat beratnya (G) berada dibawah pusat apung (B) seperti yang
ditunjukkan pada gambar a).

Benda tidak homogen yang melayang dalam keadaan tidak setimbang


stabil bila pusat beratnya (G) berada diatas pusat apung (B) seperti yang
ditunjukkan pada gambar b).

Benda dikatakan setimbang netral bila pusat beratnya (G) berimpit dengan
pusat apung (B) seperti yang ditunjukkan pada gambar c).

28 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set :

29 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB V
KINEMATIKA ZAT CAIR

5.1 Uraian Umum

Kinematika aliran zat cair mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau
gaya yang menyebabkan gerak tersebut dengan mempelajari kecepatan
disetiap titik dalam medan aliran setiap saat.

Pada aliran zat cair , gerak partikel sulit diikuti dan oleh karena itu biasanya
ditentukan kecepatan pada suatu titik sebagai fungsi waktu. Setelah kecepatan
diperoleh maka didapatkan distribusi tekanan serta gaya yang bekerja pada zat
cair.

5.2 Macam Aliran

Aliran pada zat cair dapat diklasifikasikan menjadi 7 macam aliran , sebagai
berikut :

1. Aliran Invisid dan Viscos

Aliran Invisit adalah aliran dimana dianggap kekentalan zat cair 0 (zat
cair ideal) yang sebenarnya zat cair dengan kekentalan = 0 tidak ada di
alam , tetapi anggapan tersebut adalah untuk menyederhanakan
permasalahan yang cukup kompleks di hidrolika.

Karena zat cair tidak mempunyai kekentalan maka tidak terjadi tegangan
geser antar partikel zat cair dan antara zat cair dengan bidang batas. Pada
kondisi tertentu , anggapan 0 dapat diterima untuk zat cair dengan
kekentalan kecil seperti air.

Aliran Viscos adalah aliran dimana kekentalan diperhitungkan (zat cair riil)
dan terjadi tegangan geser antar partikel zat cair yang bergerak.

30 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2. Aliran Laminer dan Turbulen

Aliran viscos dibedakan dalam aliran laminer dan aliran turbulen.

Aliran laminer apabila partikel-2 zat cair bergerak teratur dengan


membentuk garis lintasan kontinyu dan saling tidak berpotongan dan aliran
laminer dapat terjadi pada kecepatan aliran rendah dan kekentalan yang
besar.

Aliran turbulen apabila partikel-2 zat cair bergerak tidak-teratur dengan


membentuk garis lintasan yang saling berpotongan dan aliran turbulen
dapat terjadi pada kecepatan aliran tinggi dan kekentalan yang kecil.

a) Aliran laminer b) Aliran Turbulen

3. Aliran Mantap (steady flow) dan Tidak-Mantap (unsteady flow)

Aliran mantap (steady flow) terjadi apabila variabel dari aliran antara
lain Debit Q, Kecepatan V, Tampang-aliran A, Tekanan p, Rapat Massa
dsb. disembarang titik pada zat cair tidak berubah terhadap Waktu t , yang
dinyatakan dengan :
------
Q = 0 ; ------V =0 ; ------A =0 ; p =0 ; = 0
------ ------
t t t t t

Pada aliran turbulen , dengan gerak partikel zat cair yang selalu tidak
beraturan dan terjadi fluktuasi kecil dari kecepatan, tetapi karena nilai
reratanya pada suatu periode adalah konstan maka aliran tersebut
merupakan aliran mantap , contoh aliran pada pipa dengan tekanan tetap,
aliran melalui saluran irigasi.

31 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Aliran tidak-mantap (unsteady flow) terjadi apabila variabel dari aliran
antara lain Debit Q, Kecepatan V, Tampang-aliran A, Tekanan p, Rapat
Massa dsb. disembarang titik pada zat cair berubah terhadap Waktu t ,
contoh perubahan debit pada aliran dalam pipa, aliran banjir di sungai ,
yang dinyatakan dengan :
Q 0 0
; V ; A 0 ; p 0 ; 0

------t ------t ------t ------t ------t

Grafik Kecepatan fungsi dari Waktu


a) Aliran Mantap b) Aliran Tidak-mantap

4. Aliran Kompresibel dan Tidak-Kompresibel

Semua fluida (termasuk zat cair) adalah kompresibel , sehingga rapat


massanya berubah dengan perubahan tekanan.
Pada aliran mantap , dengan perubahan rapat-massa kecil sering dilakukan
penyederhanaan dengan menganggap bahwa zat cair adalah tak
kompresibel dan rapat massanya adalah konstan.
Oleh karena zat cair mempunyai kemampatan yang sangat kecil , maka
didalam analisis aliran mantap sering dilakukan anggapan zat cair tak-
kompresibel.

Pada aliran tak-mantap melalui pipa dimana kemungkinan bisa terjadi


perubahan tekanan yang sangat besar, maka kompresibilitas zat cair harus
diperhitungkan.

Untuk gas , dimana kemampatannya besar maka perubahan rapat massa


karena perubahan tekanan harus diperhitungkan.

32 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


5. Aliran Seragam dan Tidak-Seragam

Aliran seragam (uniform flow) merupakan aliran dengan kondisi


apabila tidak ada perubahan besar dari kecepatan maupun perubahan
arahnya dari satu titik ke titik lainnya disepanjang aliran. Aliran seragam
terjadi apabila variabel dari aliran antara lain Debit Q, Kecepatan V,
Kedalaman h, Tekanan p, Rapat Massa dsb. disembarang titik pada zat
cair tidak berubah terhadap Jarak s , yang dinyatakan dengan :
p ;
------ =0 ------
Q V h
------ =0 ; ------ =0 ; ------ =0 ; = 0
s s s s s

Aliran tidak-seragam (non-uniform flow) merupakan aliran dengan


kondisi apabila terjadi perubahan besar dari kecepatan maupun perubahan
arahnya dari satu titik ke titik lainnya disepanjang aliran. Aliran tidak-
seragam terjadi apabila variabel dari aliran antara lain Debit Q, Kecepatan
V, Kedalaman h, Tekanan p, Rapat Massa dsb. disembarang titik pada
zat cair berubah terhadap Jarak s , yang dinyatakan dengan :
Q ; V 0 h ; p ; 0
------ 0 ------ ; ------ 0 ------ 0 ------
s s s s s

2
h1 h2 = h2 h1 h h
2
h2
h2
a) Aliran seragam b) Aliran tidak-seragam

6. Aliran Satu dimensi , Dua dimensi dan Tiga dimensi

Aliran satu-dimensi (1-D) merupakan aliran dengan kondisi kecepatan


disetiap titik pada tampang lintang mempunyai arah dan besar yang sama.

Jenis aliran 1-D sangat jarang terjadi , tetapi didalam analisa hidrolika dapat
dilakukan aliran 3-D dapat disederhanakan menjadi aliran 1-D

33 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


dengan beberapa anggapan, misalnya mengabaikan perubahan kecepatan
vertikal dan melintang terhadap kecepatan kearah memanjang.

Aliran dua-dimensi (2-D) merupakan aliran dengan kondisi semua partikel


zat cair dianggap mengalir dengan besar dan arah kecepatan yang sama
dalam satu bidang sepanjang aliran , dan bidang aliran tersebut dapat
vertikal maupun mendatar.
Contoh aliran pada sungai yang lebar atau di pantai adalah merupakan
aliran 2-D mendatar.

Aliran tiga-dimensi (3-D) merupakan aliran dengan kondisi semua partikel


zat cair dianggap mengalir dengan besar dan arah kecepatan yang tidak-
sama dalam satu bidang sepanjang aliran , dan bidang aliran tersebut
dapat vertikal maupun mendatar.

a) Aliran 1-D b) Aliran 2-D c) Aliran 3-D

34 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


7. Aliran Rotasional dan Tidak-Rotasional

Aliran adalah rotasional apabila disetiap partikel zat cair mempunyai


kecepatan sudut terhadap pusat massanya.
Distribusi kecepatan suatu aliran turbulen dari zat cair riil yang melalui
dinding batas lurus dan karena distribusi kecepatan yang tidak merata
maka partikel zat cair akan berotasi.

Pada aliran tidak-rotasional , maka distribusi kecepatan didekat dinding


batas adalah merata dan partikel zat cair tidak berotasi terhadap pusat
massanya.

a) Aliran Rotasional b) Aliran Tidak-Rotasional

5.3 Garis Arus dan Percepatan

Garis Arus (stream line) adalah kurva khayal yang ditarik didalam aliran zat
cair , untuk menunjukkan arah gerak diperbagai titik dalam aliran dengan
mengabaikan fluktuasi sekunder yang terjadi akibat turbulensi.

Apabila sejumlah garis-arus ditarik melalui setiap titik disekeliling suatu luasan
kecil maka akan terbentuk suatu tabung-arus.

a) Garis Arus b) Tabung Arus

35 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Percepatan partikel zat cair yang
bergerak didefinisikan sebagai laju
perubahan kecepatan , yang dapat
disebabkan oleh perubahan geometri
medan aliran atau karena perubahan
waktu.

5.4 Debit Aliran


3
Debit Aliran Q (M /dt , L/dt) adalah jumlah atau volume zat cair yang mengalir
melalui tampang lintang aliran per satuan waktu.

Debit Aliran Q (m3/dt , L/dt) adalah jumlah atau volume zat cair yang mengalir
melalui tampang lintang aliran per satuan waktu.
3
Q=A.V dengan : Q = debit aliran (M /dt ; L/dt)
V = kecepatan aliran (M/dt)
2 2
A = penampang-lintang aliran (M , Cm )

36 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


5.5 Persamaan Kontinuitas
2
Persamaan Kontinuitas untuk pengaliran zat cair
pada tabung aliran zat cair :
1
Q1 = Q2
A1 . V1 = A2 . V2
2

Apabila pipa bercabang , maka


berdasarkan persamaan kontinuitas 1

maka :
Q1 = Q2 + Q3 3

A1 . V 1 = A 2 . V 2 + A 3 . V 3

Problem set :
Air mengalir melalui pipa 1, 2, 3 dan 4 .

Air mengalir dari pipa 1 kemudian masuk pipa 2 yang kemudian bercabang
menjadi pipa 3 dan pipa 4.

Bila diameter pipa D1 = 5 cm. , diameter pipa D2 = 7,5 cm. , kecepatan

rerata V2 = 2 m/dt., kecepatan rerata V3 = 1,5 m/dt., diameter pipa D4 = 3 cm


sedangkan debit Q3 = 2 . Q4 , maka hitung :
3
Q1 , V1 , Q2 , Q3 , D3 , Q4 dan V4

1 2

37 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB VI
PERSAMAAN BERNOULLI

6.1 Uraian Umum

Dinamika gerak berdasarkan persamaan Bernoulli dimaksudkan untuk


mempelajari gerak zat cair karena adanya pengaruh gaya-2 yang bekerja ,
dengan batasan untuk zat cair yang tak-kompresibel dan satu dimensi.

Penurunan persamaan Bernoulli untuk aliran sepanjang garis arus didasarkan


pada hukum Newton II tentang gerak (F=M.a) , berdasarkan anggapan :

1. Zat cair adalah ideal, tidak memiliki kekentalan sehingga kehilangan energi
akibat gesekan = Nol.

2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair =
konstan).

3. Aliran zat cair kontinyu sepanjang garis arus.

4. Kecepatan aliran merata dalam suatu penampang.

5. Gaya yang bekerja adalah gaya berat dan tekanan..

6.2 Persamaan Bernoulli


p + =C
V2
z + ------ ----------
2.g
z = Elevasi (tinggi titik yang ditinjau terhadap bidang referensi)

p = Tinggi tekanan
-----

V2
- = Tinggi Kecepatan
2.g

C = Konstanta tetap yang merupakan Tinggi Energi Total = (Tinggi


Elevasi Titik + Tinggi Tekanan + Tinggi Kecepatan)

38 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


6.3 Garis Tenaga dan Tekanan pada zat cair Ideal

Aplikasi persamaan Bernoulli di titik A dan titik B di dalam medan aliran ,


akan memberikan :
+ ----------
pA VA2 = zB PB + VB2
---------- = H
zA + ------
2.g + ------
2.g

6.4 Garis Tenaga dan Tekanan pada zat cair Riil

39 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Aplikasi persamaan Bernoulli di titik 1 dan titik 3 di dalam medan aliran , akan
memberikan : p1 V12 p3 V32
z1 + + ---------- = z3 + + ---------- + he + hf
2.g 2.g
------ ------

Kehilangan tenaga dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut :


V2
h = k -------
2.g

untuk kehilangan tenaga primer :


L
k = f -------
D

untuk kehilangan tenaga sekunder :


A
k = (1 - ----1 ) 2
A2

dengan :
k = konstanta
V = kecepatan aliran
f = koeffisien gesekan
L = panjang pipa
D = diameter pipa
A1 = luas tampang pipa di hulu
A2 = luas tampang pipa di ilir

40 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set 1 ( Zat Cair Ideal)

41 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set 2 ( Zat Cair Riil)

42 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB VII
ALIRAN MELALUI LOBANG

7.1 Koeffisien Aliran

Kontraksi maksimum terjadi pada suatu


tampang sedikit disebelah hilir lobang , dan
tampang dengan kontraksi maksimum
dikenal dengan Vena Kontrakta

Luas tampang aliran pada vena kontrakta Koeffisien Kontraksi (CC) =


----------------------------------------------------------
Luas lobang
= aC / a
Koeff. Kontraksi tergantung pada Tinggi Energi, Bentuk & Ukuran Lobang.
Nilai Rerata CC = 0,64
Koeffisien Kecepatan (CV) = ------------------------------------------------------- Kecepatan nyata pada vena kontrakta

Kecepatan teoritis
= VC / V
Koeff. Kecepatan tergantung pada Bentuk dari sisi lobang (lobang tajam
atau dibulatkan) serta Tinggi Energi.
Nilai Rerata CV = 0,97

Debit nyata KecepatannyataxLuasnyatatp.aliran


= ---------------------------------------------------
Koeffisien Debit (Cd) = ----------------

Debit teoritis Kecepatan teoritis x Luas lobang


a
VC . C = CV . CC
= -------------
V .a
Koeff. Debit tergantung pada Koeff. Kontraksi CC & Koeff. Kecepatan CV
Nilai Rerata Cd = 0,62
43 Ir. Hudhiyantoro, MSc.
7.2 Aliran Melalui Lobang Kecil

1. Lobang tak terendam

VC = C V 2 . g . H

CC = aC / a -------> aC = a . CC

Q = aC . VC = a . CC . CV 2 . g . H

= a .Cd 2 . g . H

dengan : a = luas lobang dan Cd = koeff. debit

Problem Set 1 :

44 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set 2 :

45 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2. Lobang terendam

V2 = 2 . g ( H1 H2 )

Q= a . C d 2 . g ( H 1 H2 )

= a . Cd 2 . g . H

dengan : a = luas tampang lobang


Koeff. Kontraksi dan koeff. Debit pada kondisi
lobang yang terendam dianggap sama dengan lobang
bebas.

7.3 Aliran Melalui Lobang Besar

1. Lobang tak terendam (bebas)

Q = 2/3 . Cd . b 2 . g . ( H2
3/2 3/2
H1 )

2. Lobang terendam dan terendam sebagian

(a) Lobang Terendam (b) Lobang Terendam sebagian


(a) Lobang Terendam -------> Q = Cd . b ( H2 H1 )
2.g.H
46 Ir. Hudhiyantoro, MSc.
(b) Lobang Terendam Sebagian ------->

Q = Q1 (tak terendam) + Q2 (terendam)

Q1 = 2/3 . Cd . b 2 . g . ( H
3/2 3/2
H1 )

Q2 = Cd . b ( H2 H ) 2 . g . H

Problem Set 3 :

Problem Set 4 :

47 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set 5 :

7.4 Pengosongan Tangki

Dipandang suatu tangki dengan luas


tampang-lintang seragam = A yang
mengalirkan zat cair melalui lobang dengan
luas penampang a yang terletak pada
dasarnya.

48 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Pada suatu saat , permukaan zat cair
didalam tangki adalah pada ketinggian h
diatas lobang.

Maka Kecepatan aliran pada kondisi tersebut : V C = CV 2 . g . H

dan Debit aliran Q = a .Cd 2 . g . H

Waktu yang diperlukan untuk menurunkan zat cair dari ketinggian H 1 menjadi
H2 adalah :
2.A
t = ----------------- ( H1 1/2 H21/2)

a .Cd 2 g
Apabila tangki dikosongkan , maka H2 = 0 sehingga :

1/2
2 . A . H1
t = -----------------

a .Cd 2 g

Problem Set 6 :

49 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Problem Set 7 :

7.5 Aliran dari Tangki ke Tangki lainnya

Apabila 2 (dua) buah tangki yang berisi


zat cair dihubungkan dengan lobang,
maka zat cair akan mengalir dari tangki
dengan permukaan zat cair lebih tinggi
menuju tangki dengan permukaan zat
cair yang lebih rendah.
Misal luas tampang tangki adalah A 1
dan A2 dan lobang antara kedua tangki
terendam.
Akan dicari waktu (t) yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair pada kedua
tangki dari ketinggian H1 menjadi H2 seperti pada gambar.

Bila pada suatu saat perbedaan elevasi permukaan zat cair di kedua tangki
adalah H , maka debit aliran adalah :

Q = a .Cd 2 . g . H

50 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Maka waktu yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair pada posisi
ketinggian zat cair H1 dan H2 adalah :
2.A1 1/2 1/2
------------------------------ . A2 ( H1 H2 )
t =
a .Cd (A1 + A2) 2 g
atau
2.A1 1/2 1/2
------------------------------ . A2 ( H2 H1 )
t =
a .Cd (A1 + A2) 2 g

51 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB VIII
ALIRAN MELALUI AMBANG (PELUAP)

8.1 Pendahuluan

Peluap adalah merupakan limpasan zat cair melewati (diatas) ambang , dan
tinggi zat cair yang melimpas diatas ambang peluap disebut dengan tinggi
peluapan
Peluap pada umumnya adalah dipergunakan untuk mengukur debit / jumlah zat
cair yang mengalir.

8.2 Macam-macam peluap

1. Peluap Ambang-Tipis dan Ambang-Lebar

Menurut tebal dan tipis nya ambang , dibedakan peluap ambang tipis
dan peluap ambang lebar
Peluap ambang-tipis bila t < 0,5 H
Peluap ambang-lebar bila t > 0,66 H
Bila 0,5 H < t < 0,66 H , maka keadaan aliran adalah tidak stabil

2. Peluap Segi-Empat , Segi-Tiga dan Trapesium


Menurut bentuknya peluap
dapat dibedakan menjadi peluap
segi-empat , peluap segi-tiga
dan peluap trapesium.

52 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


3. Peluap Terjunan dan Peluap Terendam

Ambang peluap terjunan dan peluap terendam dapat berupa ambang tipis
maupun ambang lebar dan bentuk ambangnya dapat berupa ambang segi-
empat , ambang segi-tiga maupun ambang trapesium.

4. Peluap tanpa dan dengan kontraksi samping

Apabila panjang peluap sama dengan lebar saluran maka disebut peluap
tanpa kontraksi samping atau peluap tertekan (pada umumnya bentuk
ambangnya segi-4) , sedangkan apabila panjang peluap tidak sama dengan
lebar saluran maka disebut peluap dengan kontraksi samping

53 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


8.3 Menghitung Debit Aliran pada peluap ambang tipis

8.3.1 Debit aliran melalui peluap segi-4

Bila H adalah tinggi-peluapan (tinggi air diatas ambang peluap) , b adalah


lebar peluap dan Cd adalah koeffisien-debit , maka debit aliran yang
2 3/2
melalui peluap : Q= ---
2g
3 b. Cd . H
Bila air yang melalui peluap
mempunyai kecepatan-awal , maka
pada rumus debit tersebut diatas
harus ditambah dengan tinggi-
2
kecepatan sebesar ha = V /2g :
2 3/2 3/2
Q= --- ] 2 g
3 b. Cd [(H +ha) - ha

8.3.2 Debit aliran melalui peluap segi-3

8
tg(/2) 2 g
3/2
Q= ---
15 Cd . H

o 2
Bila = 90 , Cd = 0,6 dan percepatan gravitasi g = 9,81 m/dt . maka :
3/2
Q = 1,147 H

54 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


8.3.3 Debit aliran melalui peluap trapesium

2 b H 3/2 2 g + 8
Q= --- Cd1 --- Cd2 H 3/2
tg(/2) 2 g
3 15

dengan :
H = tinggi peluapan

b = lebar dasar (bagian segi-4)


= sudut antara sisi peluap dengan grs vertikal
.

8.4 Menghitung Debit Aliran pada peluap ambang lebar

8.4.1 Debit aliran melalui peluap segi-4

Peluap disebut ambang lebar bila tebal peluap (t) > 0,66 H , dengan H =
tinggi peluapan.

Debit aliran akan


maksimum bila bila
:
h = 2/3 H
Q= 0,384 Cd . b. H
3/2
2 g

2
Untuk percepatan gravitasi g = 9,81 m/dt . maka :
3/2
Q = 1,71 Cd. b. H

8.4.2 Debit aliran melalui peluap terendam

Apabila muka-air disebelah hilir peluap berada diatas puncak peluap , maka
peluapan yang terjadi adalah tidak sempurna.

2 3/2
Q = 3 Cd b (H1-H2)
---
2 g + Cd b H2 2 g(H1-H2)

55 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB IX
ALIRAN VISCOS

9.1 Pendahuluan

Aliran viscos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viscositas)
yang merupakan aliran zat cair yang riil. Kekentalan disebablkan karena
adanya sifat kohesi antara partikel zat cair dan karena adanya kekentalan maka
terjadi perbedaan kecepatan partikel pada medan aliran sehingga partikel yang
berada dekat dengan dinding batas akan diam sedang yang agak jauh dari
dinding akan bergerak.
Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan
geser pada saat bergerak , dan tegangan geser akan mengubah sebagian
energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara dsb. Segingga
pengubahan ke bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan
tenaga.
Apabila pengaruh kekentalan (viscositas) adalah cukup dominan (kental) dan
kecepatan aliran kecil maka disebut Aliran Laminer , bila kekentalan
(viscositas) adalah tidak dominan (encer) dan dengan bertambah besarnya
kecepatan aliran maka akan menjadi Aliran Turbulen dimana partikel-partikel
zat cair bergerak secara tidak teratur.

9.2 Percobaan Osborn Reynolds

Osborn Reynolds melakukan percobaan untuk menunjukkan sifat-sifat aliran


laminer dan aliran turbulen (1884) , dan alat yang digunakan adalah berupa
pipa kaca yang dilewati air dengan berbagai kecepatan , terdiri dari (A) katub ,
pipa kecil (B) yang berasal dari tabung (C) yang berisi zat warna.

Percobaan Reynolds (a) Aliran Laminer (b) Kritik (c) Turbulen

56 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Pada saat katub dibuka dengan kecepatan kecil maka terjadi aliran benang
warna dan kecepatan rerata terjadi pada saat benang aliran warna mulai pecah
maka disebut dengan kecepatan kritik.

Menurut Reynolds , ada 3 faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu :


kekentalan zat cair (mu) , rapat massa zat cair (rho) dan diameter pipa D.
Angka Reynolds : Re = .D.V atau Re = D.V
-------- --------

dengan (nu) adalah kekentalan
kinematik.
Aliran Laminer bila Re < 2.000

Aliran Kritik / Transisi bila 2.000 < Re < 4.000


Aliran Turbulen bila Re > 4.000

57 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


BAB X
ALIRAN MELALUI PIPA

Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran , dan


digunakan untuk mengalirkan zat cair dengan tekanan dapat lebih besar atau
lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Pipa dapat digunakan untuk mengalirkan zat cair dengan tampang aliran
penuh atau aliran tidak penuh. Untuk pengaliran yang tidak penuh pada pipa
prinsipnya sama dengan pengaliran pada saluran terbuka dan tekanan
dipermukaannya adalah sama dengan tekanan atmosfer.

10.1 Kehilangan Tenaga pengaliran melalui Pipa


Zat cair yang mengalir melalui pipa akan terjadi tegangan geser , dan
tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga
selama pengaliran.
Kehilangan tenaga akibat gesekan = ht , maka berdasarkan persamaan
Darcy-Weisbach diperoleh : 2
L.V
ht = f --------
D . 2g

dengan : f = koefisien gesekan Darcy-Weisbach

10.2 Rumus Empiris pengaliran melalui Pipa

(1) Rumus Manning


1
V = --- R2/3 . I1/2
n
dengan : n = koefisien Manning tergantung kekasaran dinding

R = jari-jari hidraulis
I = kemiringan pipa

A = luas basah
R = ----- dengan A
P P = keliling basah

58 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


2
Untuk pipa lingkaran , maka R = A/P = 1/4 D / D = D/4
sehingga :
0,397
2/3 . 1/2

V = -------- D I
n

Koefisien Manning (n) untuk pengaliran melalui pipa


V=C

(2) Rumus Chezy R.I

dengan : C = koefisien Chezy tergantung kekasaran dinding

Hubungan koefisien Chezy (C) dengan koefisien Darcy-Weisbach (f)


2
f=8.g/C dengan g = gravitasi
C = Koeff Chezy

(3) Rumus Strickler 2/3 1/2


V=k.R .I
dengan : k = koefisien Strickler tergantung kekasaran dinding

Hubungan koefisien Strickler (k) dengan koefisien Manning (n)


k=1/n

59 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.3 Kehilangan Tenaga Sekunder pengaliran melalui Pipa

(a) Perbesaran Penampang


Perbesaran penampang akan
mengakibatkan kenaikan
tekanan dari p1 menjadi p2 dan
kecapatan turun dari V1 menjadi
V2 .
Disekitar penampang (1) sampai dengan penampang (2) akan terjadi olakan
serta terjadi pemisahan aliran dan setelah penampang (2) aliran akan normal
kembali
Kehilangan tenaga akibat perbesaran penampang ( h e)
2
V1 2
he = K ------ dengan K = (1 A1/A2)
2g

Apabila pipa masuk kedalam kolam yang


besar maka A2 = dan V2 = 0 sehingga :
2
V1
he = -----
2g

Kehilangan tenaga pada perbesaran


penampang akan berkurang apabila
perbesaran dibuat secara berangsur-angsur
maka :
2
= K V1 - V2 2
he ------------
2g

60 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


(b) Pengecilan Penampang

2
he = 0,44 V1
------
2g
Nilai K = 0,44 dan dalam

prakteknya nilai K diambil = 0,5


Hubungan antara bentuk

lobang pemasukan dengan


nilai K

Kehilangan tenaga pada pengecilan


penampang akan berkurang apabila
pengecilan dibuat secara berangsur-angsur
maka :
2
= K V2
he e ------
2g

nilai Ke tergantung pada


sudut transisi dan
perbandingan luas
tampang A2/A1

61 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


(c) Belokan Pipa
Kehilangan tenaga yang terjadi pada
belokan tergantung pada sudut belokan
pipa.
2
maka : V
hb = Kb ------
2g

Kb adalah koefisien kehilangan


tenaga pada belokan

o
Untuk sudut belokan 90 dan dengan belokan yang berangsur- angsur , maka
kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan antara jari-jari belokan (R)
dan diameter pipa (D) , dan nilai Kb untuk berbagai nilai R/D sesuai dengan
tabel
2
V
hb = Kb ------
2g

62 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.4 Pipa pesat pembangkit tenaga listrik

Dalam pembangkit listrik


tenaga air , digunakan pipa
pesat untuk memutar turbin
dan untuk mendapatkan
kecepatan yang besar guna
memutar turbin maka pada
ujung pipa diberi curat.

Dengan menganggap kehilangan tenaga sekunder diabaikan , maka tinggi


tekanan efektif (H) = tinggi statis (Hs) - kehilangan tekanan akibat gesekan
(hf).
Kehilangan tenaga (hf) , sesuai persamaan Darcy-Weisbach :
2 2 2
LV 8fLQ berdasar V = Q/A = Q/(D /4)
ht = f --------- = ------------
D 2g g D
2 5

H 2 (1)
8fLQ
= Hs - -----------
2 5
g D
Daya yang tersedia pada curat : Daya = Q H kgf m/d

atau Daya QH HP ................. (2)

= ---------
75
, H =3tinggi tekanan efektif (m) ,
Q = debit aliran (m /dt)

= berat jenis zat cair (kgf / m3)

= nilai efisiensi pompa


subtitusikan pers (1) ke (2) , diperoleh :

Q 8fLQ
2
Daya = --------- ( Hs - ----------- ) HP
75 2 5
g D

63 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.5 Aliran dalam pipa dengan Pompa

Pompa menaikkan zat cair


dari kolam satu ke kolam
lainnya dengan selisih muka-
air = Hs.

Daya yang digunakan oleh


pompa untuk menaikkan zat
cair setinggi (Hs) adalah
sama dengan menaikkan zat
cair dengan tinggi efektif (H)

H = Hs + hf dengan hf adalah total kehilangan tenaga = (hf1 + hf2)

Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair :


Daya = Q H kgf m/dt

---------
atau Daya = QH HP
---------
75

10.6 Sistem Perpipaan

10.6.1 Pipa dihubungkan seri

Kehilangan tenaga pada masing-2 pipa adalah h f1 , hf2 dan hf3 dengan
mengabaikan kehilangan tenaga sekunder , maka persamaan kontinuitas :
Q = Q1 = Q2 = Q3

64 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 :
2 2
z1 + P1/ + V1 /2g = z2 + P2/ + V2 /2g + (hf1 + hf2 + hf3)

Pada titik 1 dan titik 2, tinggi tekanan (P/) adalah H 1 dan H2 sedangkan
V1 = V2 = 0 (kolam) , sehingga :
(z1 + H1) (z2 + H2) = (hf1 + hf2 + hf3)
H = (hf1 + hf2 + hf3)
H 2 2 2
= f1 L1 V1 L2 V2 + f3 --------- L V3 3
+f ---------D 2g
D3 2g
2
---------D
2g
1 2

Kecepatan aliran untuk masing-2 pipa V = Q


----------
D2/4
2
f1 L1 f2 L2 f3 L3
.........................

Maka H 8Q (1)
= ------- ( ------- + ------- + ------- )
g 5 5 5
2 D1 D2 D3
= ------------------------------------------------

Sehingga Q gH

5 5 5
4( f1 L1/D1 + f2 L2/D2 + f2 L2/D2 )

Kadang-2 penyelesaian pipa seri dilakukan dengan suatu pipa equivalen


yang mempunyai penampang seragam . Sejumlah pipa dengan bermacam-
macam nilai f , L dan D akan dijadikan menjadi satu pipa equivalen

dengan nilai fe , Le dan De.

2
8Q f e Le
H = ------- ( ------- ) ....................................................
2 5
g De
(2)

Subsitusikan persamaan (2) ke persamaan (1) sehingga diperoleh :

panjang pipa equivalen Le = 5


De ( f1 L1 f2 L 2 f3 L3
------- ------- + ------- + ------- )
5 5 5
fe D1 D2 D3

65 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.6.2 Pipa dihubungkan paralel

Apabila aliran zat cair melalui dua atau lebih pipa yang dihubungkan secara
paralel , maka persamaan kontinuitas :
Q = Q1 + Q2 + Q3
2 2 2
Q = /4 (V1D1 + V2D2 + V3D3 )
Persamaan energi :
H = hf1 = hf2 = hf3
2 2 2
H = f 1 L 1 V1 L 2 V2 f 3 L 3 V3
= f2 =
---------D2 ---------D3 2g
---------D2g
1 2g
Panjang pipa equivalen ditentukan dengan cara yang sama seperti pada
pipa yang dihubungkan seri :
H = 8 Q2 fe Le ...... dari persamaan (2) diatas
------- ( ------- )
2 5
g De
5
De
Q = /4 ( --------- )1/2 H1/2 2g
fe Le
sehingga akan diperoleh :
5
D1
Q1 = /4 ( --------- )1/2 H1/2 2g
f1 L1
Q2 = /4 D5
( --------- )
2
1/2
H
1/2
2g
f2 L2
5
D3
Q3 = /4 ( --------- )1/2 H1/2 2g
f3 L3
Maka :
Q = Q1 + Q2 + Q3
5 5 5 1/2 5
D D1 D D
) + (-------
e 1/2 1/2 2 3 1/2
(-------
) = (------- ) + (------- )

fe Le f1 L1 f2 L2 f3 L3

66 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.6.3 Pipa bercabang

Apabila sistem jaringan pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam , maka persamaan kontinuitas
adalah :
Q1 + Q2 = Q3 .......................... (1)

Dengan menganggap elevasi muka-air kolam C sebagai bidang referensi , maka persamaan energi :
2
zA hT = hf1 = f1 L1 V1 ------> V1
----------
D1 2g
2
zB hT = hf2 = f 2 L 2 V2 ------> V2
----------
D2 2g
hT = hf3 = f3 L3 V32 ------> V3
----------
D3 2g

Bila zA , zB dan sifat-2 pipa diletahui , maka hT , V1 , V2 , V3 , Q1 , Q2 dan


Q3 dapat dihitung

67 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


10.6.4 Jaringan Pipa .

Jaringan pipa digunakan dalam bidang teknik sipil pada sistem jaringan
distribusi air minum. Analisis jaringan pipa adalah cukup rumit sehingga
memerlukan perhitungan yang cukup teliti.
Metoda yang digunakan didalam menyelesaikan perhitungan sistem
jaringan pipa dalam uraian berikut ini adalah metoda Hardy Cross selain
metoda matriks.

Rumus kehilangan tenaga akibat gesekan :


m 8fL Qm
ht = = k Q = ---------
2 5
g D

dengan m tergantung pada rumus gesekan pipa yang digunakan , dan sebagai cintoh untuk rumus
Darcy-Weisbach nilai m = 2 sehingga :

ht = = k Q
2 8 f2 L
= --------- Q
2 5
g D

Metoda Hardy-Cross

Dianggap bahwa karakteristik pipa guna menghitung nilai k serta aliran


yang masuk dan yang keluar jaringan pipa diketahui , maka prosedur
perhitungan dengan metoda Hardy-Cross adalah sbb :
1. Tetapkan pembagian debit awal (Q0) yang melalui tiap-tiap pipa dan
memenuhi syarat kontinuitas.
2. Tetapkan sejumlah jaring tertutup pada jaringan pipa.
2
3. Hitung kehilangan tenaga pada setiap pipa (h t = k.Q ) dan jumlah
2
kehilangan tenaga pada setiap jaring ( k.Q ).

68 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


4. Hitung nilai (2 k Q) pada setiap jaring. 2
(k.Q0 )
5.
pada setiap jaring dilakukan koreksi debit Q = --------------
(2.k.Q0)
6. Debit koreksi Q1 = (Q0+Q) , prosedur dari 1 s/d 5 diulangi sehingga

diperoleh Q = 0, yaitu Q2 = (Q1+Q) , Q3 = (Q2+Q) , ...............


Qn = (Qn-1+Q) sehingga akan diperoleh Qn Qn-1 = debit yang
sebenarnya.

7. Pada setiap jaring ht = 0 , dengan catatan untuk aliran searah jarum


2
jam (k Q ) diberi tanda positif dan sebaliknya.
Untuk memudahkan hitungan maka dalam setiap jaringan dimulai
2
dengan aliran yang searah jarum jam (kQ diberikan tanda positif).
8. Untuk koreksi-debit , bila arah aliran searah jarum jam maka koreksi
debitnya (-)Q sedangkan bila arah aliran berlawanan jarum jam
maka koreksi debitnya (+)Q
Untuk pipa yang terletak diantara dua jaring , maka diperhitungkan
kumulatif per jaring yang ditinjau.

Penurunan rumus koreksi debit Q :


2 2 2 2
ht = k Q = k (Q0 + Q) = k Q0 + 2 k Q0 Q + k Q
2 2
untuk Q <<<< maka Q = 0 , sehingga : ht = k Q0 + 2 k Q0 Q Jumlah
kehilangan tenaga dalam setiap jaringan = 0
2
ht = k Q0 + Q 2 k Q0 = 0
2
Sehingga Q = k Q0 / 2 k Q0

Problem Set 1 :
Sebuah jaringan pipa seperti
tergambar , maka hitung besar debit
dan arahnya dari setiap pipanya
dengan m = 2

69 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Penyelesaian :
Ditetapkan debit awal :

Titik A Q = 70 k=5
AB

QAC = 30 Total 100


Titik B QAB = 70 k=1
QBC = -35
QBD = -15 Total 20
Titik C Q = 30 k=2
AC

QBC = 35 k=1
QCD = -35 Total 30
Titik D Q = 15 k=4
BD

QCD = 35 Total 50
Pendekatan I :

Jaring 1
PIPA 2 2kQ
kQ
AB 2 x 702 = 9.800 2 x 2 x 70 = 280
BC 1 x 352 = 1.225 2 x 1 x 35 = 70
AC 4 x 302 = - 3.600 2 x 4 x 30 = 240
k Q2 = 7.425 (2 k Q) = 590
Jaring 2
PIPA 2 2kQ
kQ
BD 5 x 152 = 1.125 2 x 5 x 15 = 150
BC 1 x 352 = - 1.225 2 x 1 x 35 = 70
CD 1 x 352 = - 1.225 2 x 1 x 35 = 70
k Q2 = - 1.325 (2 k Q) = 290

Koreksi Debit : Q1 = 7.425 / 590 = 13 Q2


= - 1.325 / 290 = - 5
Maka :

QAB = 70 - 13 = 57 (Jaring 1)
QAC = 30 +13 = 43 (Jaring 1)
QBC = 35 -13 +(- 5) = 17 (Jaring 1 dan Jaring 2)
QBD = 15 - (- 5) = 20 (Jaring 2)
QCD = 35 +(- 5) = 30 (Jaring 2)

70 Ir. Hudhiyantoro, MSc.


Pendekatan II :
Jaring 1
PIPA 2 2kQ
kQ
AB 2 x 572 = 6.498 2 x 2 x 57 = 228
BC 1 x 172 = 289 2 x 1 x 17 = 34
AC 4 x 432 = - 7.396 2 x 4 x 43 = 334
k Q2 = - 609 (2 k Q) = 606
Jaring 2
PIPA 2 2kQ
kQ
BD 5 x 202 = 2.000 2 x 5 x 20 = 200
BC 1 x 172 = - 289 2 x 1 x 17 = 34
CD 1 x 302 = - 900 2 x 1 x 30 = 60
k Q2 = 811 (2 k Q) = 299
Koreksi Debit : Q1 = - 609 / 606 = -1

Q2 = 811 / 299 = 3
Maka : QAB = 57 - (- 1) = 58 (Jaring 1)

QAC = 43 + (- 1) = 42 (Jaring 1)
QBC = 17 - (-1) +(3) = 21 (Jaring 1 dan Jaring 2)
QBD = 20 - (3) = 17 (Jaring 2)
QCD = 30 +(3) = 33 (Jaring 2)
D

Pendekatan III :
Jaring 1
PIPA 2 2kQ
kQ
AB 2 x 582 = 6.728 2 x 2 x 58 = 232
BC 1 x 212 = 441 2 x 1 x 21 = 42
AC 4 x 422 = - 7.056 2 x 4 x 42 = 336
k Q2 = 113 (2 k Q) = 610
Jaring 2
PIPA 2 2kQ
kQ
BD 5 x 172 = 1.445 2 x 5 x 17 = 170
BC 1 x 212 = - 441 2 x 1 x 21 = 42
CD 1 x 332 = - 1.089 2 x 1 x 33 = 66
k Q2 = - 85 (2 k Q) = 278
71 Ir. Hudhiyantoro, MSc.
Koreksi Debit : Q1 = 113 / 610 0
Q2 = - 85 / 278 0 D

Maka : QAB = 58 - (0) = 58 (Jaring 1)


C
QAC = 42 + (0) = 42 (Jaring 1)
QBC = 21 - (0) +(0) = 21 (Jaring 1 dan Jaring 2)
QBD = 17 - (0) = 17(Jaring 2)
QCD = 33 +(0) = 33(Jaring 2)

Latihan :

1. Air dipompa dari kolam A menuju kolam B dengan beda elevasi muka-air =
25 M , melalui pipa sepanjang 1500 m dan diameter pipa = 15 cm.
Koeff gesekan pipa f = 0,02 , maka hitung Daya Pompa jika debit aliran 25
L/dt dan efisiensi pompa = 90%.

2. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui tiga buah pipa yang
dihubungkan secara paralel. Elevasi muka air kolam A berada 10 m diatas
elevasi muka-air kolam B. Elevasi muka-air kolam konstan , sedangkan
panjang dan diameter ketiga pipa adalah Pipa-1 L 1 = 650 m, D1 = 30 cm ;
Pipa-2 L2 = 600 m, D2 = 20 cm ; Pipa-3 L3 = 650 m, D3 = 35 cm.
Tinggi kekasaran semua pipa k = 0,15 mm dan kekentalan kinematik =
-6 2
0,98 x 10 m /dt , maka hitung debit aliran yang melalui masing-2 pipa.

3. Empat buah kolam dihubungkan oleh sistem pipa bercabang, dengan


elevasi muka-air kolam A, B, C dan D adalah +20 m, +15 m, +10 m, dan
+ 5 m.

Karakteristik pipa adalah Pipa-1 L1 = 200 m, D1 = 20 cm, f1 = 0,015 ; Pipa-

2 L2 = 250 m, D2 = 15 cm, f2 = 0,02 ; Pipa-3 L3 = 400 m, D3 = 10 cm, f3 =

0,01 ; Pipa-4 L4 = 300 m, D4 = 15 cm, f4 = 0,02.


Hitung debit aliran yang melalui masing-2 pipa.

72 Ir. Hudhiyantoro, MSc.

Anda mungkin juga menyukai