1.1 Tujuan
1.2 Materi
1. Venturimeter
2. Flow Through an orifice
3. Centre of Pressure
4. Friction losses along pipe.
6. Streeter, V.L. & Wile, E.B., ”Fluid Mechanics”, Mc.Graw-Hill, 8th ed, 1985.
MINGGU
POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN
KE
Uraian Umum
1a PENDAHULUAN Materi Kuliah dan Buku Pegangan
Dimensi dan Satuan
Pendahuluan
1b SIFAT-2 ZAT CAIR Rapat Massa, Rapat Relatif dan Berat Jenis
Kemampatan dan Kekentalan Zat Cair
5a Persamaan Kontinuitas
Latihan dan Soal
Persamaan Bernoulli
5b PERS. BERNOULLI Koefisien Koreksi Energi
Latihan dan Soal
Persamaan Momentum
6a PERS. MOMENTUM Gaya akibat perubahan Kecepatan
Gaya akibat perubahan Arah
Didalam Hidro-dinamika akan dipelajari “Zat Cair Ideal” yang tidak memiliki
kekentalan dan tidak termampatkan. Sebenarnya zat cair ideal tidak ada di
alam , tetapi anggapan zat cair ideal perlu dilakukan , terutama untuk
memudahkan analisis perilaku gerak zat cair.
“Air” mempunyai kekentalan dan pemampatan “yang sangat kecil” , sehingga
pada kondisi tertentu dapat dianggap sebagai zat cair ideal.
Ilmu hidrolika mempunyai arti penting , mengingat “air” adalah merupakan
salah satu jenis fluida yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Bidang Teknik hidro , terbagi atas beberapa bidang kajian antara lain :
10. Teknik Penyehatan , meliputi sistem pengumpulan dan distribusi air untuk
berbagai keperluan dan sistem pengolahan air bersih (water treatment).
Semua gerak yang ada di alam dapat dijelaskan oleh Hukum Newton II yang
menyatakan bahwa : laju perubahan momentum (Massa M x Kecepatan V)
adalah berbanding langsung dengan gaya yang bekerja dan dalam arah yang
sama dengan gaya tersebut.
Hukum Newton II ini akan banyak digunakan dalam analisis gerak fluida.
Fluida adalah zat yang dapat mengalir , yang mempunyai partikel yang mudah
bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida
terhadap perubahan bentuk sangat kecil sehingga fluida dapat dengan mudah
mengikuti bentuk ruang / tempat yang membatasinya.
Fluida dapat dibedakan : zat cair dan gas.
Perbedaan : 1. Zat cair mempunyai permukaan bebas dan massa zat cair
hanya akan mengisi volume yang diperlukan dalan suatu
ruangan , sedangkan gas tidak mempunyai permukaan
bebas dan massanya akan mengisi seluruh ruangan.
2. Zat cair merupakan zat yang praktis tak termampatkan ,
sedangkan gas adalah zat yang bisa dimampatkan.
Perilaku zat cair terutama air banyak dipelajari dalam bidang teknik sipil ,
sedangkan zat cair lainnya serta gas banyak dipelajari dibidang teknik lainnya.
Sifat-sifat zat cair :
1. Bila ruangan lebih besar dari volume zat cair , maka akan terbentuk
permukaan bebas horisontal yang berhubungan dengan udara.
Rapat Massa ρ (rho) , didefinisikan sebagai “massa zat cair” per “satuan
volume” pada temperatur dan tekanan terlentu.
ρ = M/V
Catatan :
Perubahan “rapat massa” dan “berat jenis” zat cair terhadap temperatur
dan tekanan adalah sangat kecil sehingga didalam praktek perubahan
tersebut diabaikan.
dP
K = --------------
dV / V
dengan :
K = Modulus Elastisitas
dP = Pertambahan Tekanan
dV = Pengurangan Volume dari volume awal V
Nilai K untuk zat cair sangat besar , sehingga perubahan volume (dV) karena
penambahan tekanan adalah sangat kecil , sehingga sering diabaikan dan zat
cair dianggap sebagai zat yang tak termampatkan
Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada
waktu mengalir / bergerak.
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair
µ (kekentalan absolud)
(nu) = ---------------------------------- Kekentalan Kinematik (m2 / d)
ρ (rapat massa)
M
k = -------
s2
h
h
2 . . Cos
h = ---------------------
ɣ.r
h = kenaikan kapiler
= tegangan permukaan
ɣ = berat-jenis zat cair
r = jari-jari tabung
3.2 Tekanan
F
p = ------- F
A
dengan p = Tekanan (kgf / m2 atau N / m2)
F = Gaya (kgf atau N) A p
A = Luas (m2)
Ditinjau 3 (tiga) tangki dengan “Luas Dasar” sama dan “Kedalaman” berbeda
: 1 2 3
h3
h2
ɣ h1 ɣ ɣ
A A A
Berat zat cair diatas dasar tangki 1 (W1) = Vol. Zat Cair x ɣ (berat jenis)
= ɣ . V1 = ɣ . A . h 1
Dengan perhitungan yang sama , maka :
W 2 = ɣ . A . h2
W 3 = ɣ . A . h3
Dari ketiga persamaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tekanan zat
cair pada kondisi diam di dasar tangki yang luasnya sama , tergantung pada
kedalaman zat cair dan berat jenis zat cair.
Bila zat cairnya sama (berat jenisnya sama) maka tekanan zat cair pada
kondisi diam di dasar tangki yang luasnya sama hanya tergantung pada
kedalaman zat cairnya (h) , dengan kata lain : tekanan pada dasar tangki
merupakan fungsi dari kedalaman p = f(h) sehingga :
Tekanan Hidrostatis (p) = ɣ . h
p = ρ . g . h + po
Karena tekanan zat cair pada tabung hanya tergantung pada kedalaman zat
cairnya (h) , maka untuk kedalaman (h), luas dasar (A) dan berat jenis zat cair
ɣ ɣ ɣ ɣ
h
p p p p
A A A A
Tek.Terukur (positif)
Tek. Atmosfer
Tek. Atmosfer
Tek. Absolut
(pa) , maka :
pa = h . ɣ + pu AIR RAKSA
o
Karena tekanan uap air pada temp 20 C
relatif kecil, maka dianggap pu= 0
sehingga
pa = h . ɣ atau
pa p
h = ------- = ------ = 760 mm air-raksa
ɣ ɣ
p
h = -------
ρ.g
Tekanan Atmosfer juga bisa dinyatakan dalam tinggi air , sebesar 10,33 m.
p p
h = ------ = ---------
ɣ ρ.g
Pada gambar a)
pA = ɣ . hA = ρ . g . hA
Pada gambar b)
pA = ɣ . hA = ɣ . (h1 + h0) = ρ . g . (h1 + h0)
p0 = ɣ . h0 = ρ . g . h0
3.7 Manometer
Manometer adalah alat dengan menggunakan kolom zat cair untuk mengukur
perbedaan tekanan.
Prinsip manometer , bila zat cair dalam kondisi keseimbangan maka tekanan
disetiap titik pada bidang horisontal untuk zat cair homogen adalah sama
Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair , tergantung pada jarak-
vertikal dari permukaan zat cair ke titik tersebut.
Tekanan pada semua titik yang terletak pada bidang horisontal yang terendam
didalam zat cair pada bejana berhubungan memiliki tekanan yang sama.
Pada gambar a) semua titik pada bidang datar , antara lain titik 1 , 2 , 3 , 4
memiliki tekanan yang sama
Pada gambar b) titik 5 dan titik 6 yang terletak pada bidang datar tidak sama
tekanannya karena air didalam kedua tangki tidak berhubungan (dibatasi
dengan katup).
Pada gambar c) titik 7 dan titik 8 yang terletak pada bidang horisontal yang
merupakan batas kedua zat cair memiliki tekanan yang sama , sedangkan
bidang horisontal yang melalui titik 9 dan titik 10 adalah bukan merupakan
bidang dengan tekanan sama.
B. Piezometer
D. Manometer Mikro
a) b)
Micro-manometer sebelum dihubungkan Micro-manometer setelah dihubungkan
dengan Pipa yg akan diukur tekanannya dengan Pipa yg akan diukur tekanannya
Salah satu kaki manometer diganti dengan suatu tangki yang luas tampang
lintangnya lebih besar dibanding dengan tabung yang lain , maka pembacaan
dapat dilakukan pada satu tabung.
Manometer ini dikenal dengan “Manometer Mikro” atau (“Micro-
manometer”)
E. Manometer Diferensial
Apabila berat jenis zat cair didalam pipa A adalah ɣ1 , pipa B adalah ɣ3 dan
berat jenis pada manometer adalah ɣ2 , maka kondisi kesetimbangan berlaku
(sesuai gambar a) :
atau ( pA - pB ) = ɣ2 . h2 + ɣ3 . h3 - ɣ1 . h1
apabila ɣ1 = ɣ3 , maka :
( pA - pB ) = ɣ2 . h2 + ɣ1 ( h3 - h1)
( pA - p B ) ɣ2
-------------- = ---- h2 + (h3 - h1)
ɣ1 ɣ1
Apabila elevasi pipa A dan pipa B sama [ h1 = (h2 + h3) atau (h3 – h1) = - h2 ] ,
ɣ2
maka : ( hA - hB ) = ----- h2 - h2
ɣ1
ɣ2
= ( ----- - 1) h2
ɣ1
Apabila tekanan di pipa A dan pipa B lebih kecil dari tekanan atmosfer dan
apabila berat jenis zat cair pada manometer (ɣ2) lebih kecil dari berat jenis zat
cair pada pipa A dan B maka digunakan manometer seperti pada gambar b) ,
sehingga diperoleh persamaan kesetimbangan :
pA - ɣ1 . h1 = pB - ɣ2 . h2 - ɣ3 . h3
atau ( pA - pB ) = ɣ1 . h1 -- ɣ2 . h2 -- ɣ3 . h3
A. Bidang Datar
F = A ɣ . h0 atau F = A . p0
Gaya hidrostatis tersebut bekerja pada pusat tekanan P dan misalkan pusat-
tekanan terletak pada jarak yp dari titik sumbu O , maka momen gaya
hidrostatis terhadap titik 0 = jumlah momen gaya tekanan pada seluruh luasan
terhadap titik O , sehingga :
( Io + A . yo2 )
yp = -------------------
A . yo
atau
Io
yp = yo + --------
A.y o
dengan :
yp = jarak searah bidang antara pusat tekanan dan permukaan
zat cair.
yo = jarak searah bidang antara pusat berat bidang dan
permukaan zat cair.
Io = momen inersia bidang a terhadap sumbu yang melalui pusat
berat bidang.
B. Bidang Lengkung
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa benda yang terendam didalam
zat cair mengalami tekanan pada permukaannya.
Komponen “horisontal” gaya tekanan yang bekerja pada benda adalah sama
yang berlawanan arah dan saling menghilangkan.
Komponen “vertilal” gaya tekanan yang bekerja pada benda yang terendam
tidak saling meniadakan. Komponen gaya vertikal kebawah yang ditimbulkan
oleh zat cair bekerja pada permukaan atas benda dan komponen gaya keatas
bekerja pada permukaan bawah benda.
Karena tekanan setiap satuan luas akan bertambah untuk setiap perubahan
kedalaman maka komponen arah keatas adalah lebih besar dari pada
komponen arah kebawah , resultantenya adalah gaya keatas yang bekerja
pada benda , dan gaya keatas ini disebut dengan “Gaya Apung”
Suatu benda yang diletakkanpada zat cair , maka kemungkinan benda tersebut
akan tenggelam , melayang atau mengapung pada zat cair. Hal tersebut
sangat tergantung pada berat benda dan besarnya gaya apung. Gaya apung
ini akan dijelaskan berdasarkan Hukum Archimedes.
G1
V1 ɣ zat cair
G2
F1
V2
G3
F2
V2
F2
(a) (b) (c)
Kondisi (a) :
Benda Mengapung Bila berat benda (G1) lebih kecil dari gaya
apung (F1) ------ > G1 < F1
(F1 < V1 x ɣ zat cair , dengan V1 = volume benda yang terendam zat
cair).
Kondisi (b) :
Benda Melayang Bila berat benda (G2) sama dengan gaya
apung (F2) ------ > G2 = F2 (G2 > G1)
(F2 = V2 x ɣ zat cair , dengan V2 = volume benda yang terendam zat
cair).
Kondisi (c) :
Benda Tenggelam Bila berat benda (G3) lebih besar dari gaya
apung (F3) ------ > G3 > F3 (G3 >> G2)
(F3 = V3 x ɣ zat cair , dengan V3 = volume benda yang terendam zat
cair).
26 Ir. Hudhiyantoro, MSc.
4.3 Stabilitas Benda dalam zat cair
A. Benda Terapung
Benda terapung dalam keadaan setimbang stabil bila pusat beratnya (G)
berada dibawah pusat apung (B).
Bila pada proses goyangan titik M masih diatas G maka benda akan
kembali ke posisi sebelum digoyang (kembali stabil) , dan bila goyangan
diperbesar segingga titik M berada dibawah G maka benda akan terguling
(menjadi tidak stabil stabil)
Io . tg α = V . BM . Sin α
B. Benda Melayang
Kinematika aliran zat cair mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau
gaya yang menyebabkan gerak tersebut dengan mempelajari kecepatan
disetiap titik dalam medan aliran setiap saat.
Pada aliran zat cair , gerak partikel sulit diikuti dan oleh karena itu biasanya
ditentukan kecepatan pada suatu titik sebagai fungsi waktu. Setelah
kecepatan diperoleh maka didapatkan distribusi tekanan serta gaya yang
bekerja pada zat cair.
Aliran pada zat cair dapat diklasifikasikan menjadi 7 macam aliran , sebagai
berikut :
Aliran Invisit adalah aliran dimana dianggap kekentalan zat cair µ 0 (zat
cair ideal) yang sebenarnya zat cair dengan kekentalan = 0 tidak ada di
alam , tetapi anggapan tersebut adalah untuk menyederhanakan
permasalahan yang cukup kompleks di hidrolika.
Karena zat cair tidak mempunyai kekentalan maka tidak terjadi tegangan
geser antar partikel zat cair dan antara zat cair dengan bidang batas.
Pada kondisi tertentu , anggapan µ 0 dapat diterima untuk zat cair
dengan kekentalan kecil seperti air.
Aliran Viscos adalah aliran dimana kekentalan diperhitungkan (zat cair riil)
dan terjadi tegangan geser antar partikel zat cair yang bergerak.
Aliran mantap (“steady flow”) terjadi apabila variabel dari aliran antara
lain Debit Q, Kecepatan V, Tampang-aliran A, Tekanan p, Rapat Massa
dsb. disembarang titik pada zat cair tidak berubah terhadap Waktu t , yang
dinyatakan dengan :
∂Q ∂V ∂A ∂p ∂ρ
------ = 0 ; ------ = 0 ; ------ = 0 ; ------ = 0 ; ------ = 0
∂t ∂t ∂t ∂t ∂t
Pada aliran turbulen , dengan gerak partikel zat cair yang selalu tidak
beraturan dan terjadi fluktuasi kecil dari kecepatan, tetapi karena nilai
reratanya pada suatu periode adalah konstan maka aliran tersebut
merupakan aliran mantap , contoh aliran pada pipa dengan tekanan tetap,
aliran melalui saluran irigasi.
h1 h2 = h2 h1 h2 ǂ h2
h2
h2
Jenis aliran 1-D sangat jarang terjadi , tetapi didalam analisa hidrolika
dapat dilakukan aliran 3-D dapat disederhanakan menjadi aliran 1-D
Garis Arus (“stream line”) adalah kurva khayal yang ditarik didalam aliran zat
cair , untuk menunjukkan arah gerak diperbagai titik dalam aliran dengan
mengabaikan fluktuasi sekunder yang terjadi akibat turbulensi.
Apabila sejumlah garis-arus ditarik melalui setiap titik disekeliling suatu luasan
kecil maka akan terbentuk suatu tabung-arus.
Debit Aliran Q (M3/dt , L/dt) adalah jumlah atau volume zat cair yang mengalir
melalui tampang lintang aliran per satuan waktu.
Debit Aliran Q (m3/dt , L/dt) adalah jumlah atau volume zat cair yang mengalir
melalui tampang lintang aliran per satuan waktu.
A 1 . V1 = A2 . V2
2
Apabila pipa bercabang , maka
berdasarkan persamaan kontinuitas 1
maka :
Q1 = Q2 + Q3 3
A1 . V1 = A2 . V2 + A3 . V3
Problem set :
1 2
1. Zat cair adalah ideal, tidak memiliki kekentalan sehingga kehilangan energi
akibat gesekan = Nol.
2. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa zat cair =
konstan).
p V2
z + ------ + ---------- = C
2.g
p
----- = Tinggi tekanan
V2
----- = Tinggi Kecepatan
2.g
dengan :
k = konstanta
V = kecepatan aliran
f = koeffisien gesekan
L = panjang pipa
D = diameter pipa
A1 = luas tampang pipa di hulu
A2 = luas tampang pipa di ilir
VC . aC
= ------------- = CV . CC
V . a
“Koeff. Debit” tergantung pada Koeff. Kontraksi CC & Koeff. Kecepatan CV
VC = CV 2.g.H
CC = aC / a -------> aC = a . CC
Q = aC . VC = a . CC . CV 2.g.H
= a .Cd 2.g.H
Problem Set 1 :
V2 = 2 . g ( H1 – H2 )
Q = a . Cd 2 . g ( H1 – H2 )
= a . Cd 2.g.H
Q2 = Cd . b ( H2 – H ) 2.g.H
Problem Set 3 :
Problem Set 4 :
Waktu yang diperlukan untuk menurunkan zat cair dari ketinggian H 1 menjadi
H2 adalah :
2.A
t = ----------------- ( H11/2 – H21/2)
a .Cd 2 g
Problem Set 6 :
Bila pada suatu saat perbedaan elevasi permukaan zat cair di kedua tangki
adalah H , maka debit aliran adalah :
Q = a .Cd 2.g.H
2 . A 1 . A2
t = ------------------------------ ( H11/2 – H21/2)
a .Cd (A1 + A2) 2 g
atau
2 . A 1 . A2
t = ------------------------------ ( H21/2 – H11/2)
a .Cd (A1 + A2) 2 g
8.1 Pendahuluan
Peluap adalah merupakan limpasan zat cair melewati (diatas) ambang , dan
tinggi zat cair yang melimpas diatas ambang peluap disebut dengan “tinggi
peluapan”
Peluap pada umumnya adalah dipergunakan untuk mengukur debit / jumlah zat
cair yang mengalir.
Menurut “tebal” dan “tipis” nya ambang , dibedakan peluap “ambang tipis”
dan peluap “ambang lebar”
Peluap ambang-tipis bila t < 0,5 H
Peluap ambang-lebar bila t > 0,66 H
Bila 0,5 H < t < 0,66 H , maka keadaan aliran adalah tidak stabil
Ambang peluap terjunan dan peluap terendam dapat berupa “ambang tipis”
maupun “ambang lebar” dan bentuk ambangnya dapat berupa “ambang
segi-empat” , “ambang segi-tiga” maupun “ambang trapesium”.
Apabila panjang peluap sama dengan lebar saluran maka disebut peluap
tanpa kontraksi samping atau peluap tertekan (pada umumnya bentuk
ambangnya segi-4) , sedangkan apabila panjang peluap tidak sama dengan
lebar saluran maka disebut peluap dengan kontraksi samping
melalui peluap : Q =
2
---
3
b. Cd . H3/2 2g
15 Cd . H tg(/2) 2 g
8
--- 3/2
Q =
dengan :
H = tinggi peluapan
Cd1 = koefisien debit bagian segi-4
Cd2 = koefisien debit bagian segi-3
b = lebar dasar (bagian segi-4)
= sudut antara sisi peluap dengan grs vertikal
.
Peluap disebut ambang lebar bila tebal peluap (t) > 0,66 H , dengan H =
tinggi peluapan.
Q = 0,384 Cd . b. H3/2 2 g
Apabila muka-air disebelah hilir peluap berada diatas puncak peluap , maka
peluapan yang terjadi adalah tidak sempurna.
2
3 Cd b (H1-H2) 2 g + Cd b H2 2 g(H1-H2)
3/2
Q = ---
9.1 Pendahuluan
Aliran viscos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan (viscositas)
yang merupakan aliran zat cair yang riil. Kekentalan disebablkan karena
adanya sifat kohesi antara partikel zat cair dan karena adanya kekentalan maka
terjadi perbedaan kecepatan partikel pada medan aliran sehingga partikel yang
berada dekat dengan dinding batas akan diam sedang yang agak jauh dari
dinding akan bergerak.
Kekentalan adalah sifat zat cair yang dapat menyebabkan terjadinya tegangan
geser pada saat bergerak , dan tegangan geser akan mengubah sebagian
energi aliran dalam bentuk energi lain seperti panas, suara dsb. Segingga
pengubahan ke bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya “kehilangan
tenaga”.
Apabila pengaruh kekentalan (viscositas) adalah cukup dominan (kental) dan
kecepatan aliran kecil maka disebut “Aliran Laminer” , bila kekentalan
(viscositas) adalah tidak dominan (encer) dan dengan bertambah besarnya
kecepatan aliran maka akan menjadi “Aliran Turbulen” dimana partikel-partikel
zat cair bergerak secara tidak teratur.
ρ.D.V D.V
Angka Reynolds : Re = -------- atau Re = --------
µ
dengan (nu) adalah kekentalan
kinematik.
A
R = ----- dengan A = luas basah
P P = keliling basah
V12
he = K ------ dengan K = (1 – A1/A2)2
2g
V12
he = 0,44 ------
2g
Untuk sudut belokan 90o dan dengan belokan yang berangsur- angsur ,
maka kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan antara jari-jari
belokan (R) dan diameter pipa (D) , dan nilai Kb untuk berbagai nilai R/D
sesuai dengan tabel
V2
hb = Kb ------
2g
L V2 8 f L Q2
ht = f --------- = ------------ berdasar V = Q/A = Q/(D2/4)
D 2g g2D5
8 f L Q2
H = Hs - ----------- (1)
g2D5
QHɣ
atau Daya = --------- HP ................. (2)
75
Q ɣ 8 f L Q2
Daya = --------- ( Hs - ----------- ) HP
75 g2D5
QHɣ
atau Daya = --------- HP
75
Kehilangan tenaga pada masing-2 pipa adalah hf1 , hf2 dan hf3 dengan
mengabaikan kehilangan tenaga sekunder , maka persamaan kontinuitas :
Q = Q 1 = Q2 = Q3
Pada titik 1 dan titik 2, tinggi tekanan (P/ɣ) adalah H 1 dan H2 sedangkan
V1 = V2 = 0 (kolam) , sehingga :
(z1 + H1) – (z2 + H2) = (hf1 + hf2 + hf3)
H = (hf1 + hf2 + hf3)
L1 V12 L2 V22 L3 V32
H = f1 --------- + f2 --------- + f3 ---------
D1 2g D2 2g D3 2g
Q
Kecepatan aliran untuk masing-2 pipa V = ----------
D2/4
8 Q2 f 1 L1 f 2 L2 f 3 L3
Maka H = -------
2 ( ------- + -------5 + ------- ) ......................... (1)
g D1 5
D2 D35
g H
Sehingga Q = ------------------------------------------------
4( f1 L1/D15 + f2 L2/D25 + f2 L2/D25 )
8 Q2 f e Le
H = ------- ( ------- ) ....................................................
g 2 De5
(2)
D 5 f 1 L1 f 2 L2 f 3 L3
panjang pipa equivalen Le = -------e ( -------5+ ------- 5+ ------- 5
)
fe D1 D2 D3
Apabila aliran zat cair melalui dua atau lebih pipa yang dihubungkan
secara paralel , maka persamaan kontinuitas :
Q = Q 1 + Q 2 + Q3
Q = /4 (V1D12 + V2D22 + V3D32)
Persamaan energi :
H = hf1 = hf2 = hf3
H 8 Q2 ( -------
= -------
f e Le
) ...... dari persamaan (2) diatas
g 2
De5
De5
Q = /4 ( --------- )1/2 H1/2 2g
f e Le
Maka :
Q = Q 1 + Q2 + Q3
Apabila sistem jaringan pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam , maka
persamaan kontinuitas adalah :
Q1 + Q2 = Q3 .......................... (1)
Jaringan pipa digunakan dalam bidang teknik sipil pada sistem jaringan
distribusi air minum. Analisis jaringan pipa adalah cukup rumit sehingga
memerlukan perhitungan yang cukup teliti.
Metoda yang digunakan didalam menyelesaikan perhitungan sistem
jaringan pipa dalam uraian berikut ini adalah metoda “Hardy Cross” selain
metoda “matriks”.
Metoda “Hardy-Cross”
Problem Set 1 :
Sebuah jaringan pipa seperti
tergambar , maka hitung besar debit
dan arahnya dari setiap pipanya
dengan m = 2
Pendekatan I :
Jaring 1
2
PIPA kQ 2kQ
2
AB 2 x 70 = 9.800 2 x 2 x 70 = 280
BC 1 x 352 = 1.225 2 x 1 x 35 = 70
AC 4 x 302 = - 3.600 2 x 4 x 30 = 240
k Q2 = 7.425 (2 k Q) = 590
Jaring 2
2
PIPA kQ 2kQ
2
BD 5 x 15 = 1.125 2 x 5 x 15 = 150
BC 1 x 352 = - 1.225 2 x 1 x 35 = 70
CD 1 x 352 = - 1.225 2 x 1 x 35 = 70
k Q2 = - 1.325 (2 k Q) = 290
Pendekatan III :
Jaring 1
2
PIPA kQ 2kQ
2
AB 2 x 58 = 6.728 2 x 2 x 58 = 232
BC 1 x 212 = 441 2 x 1 x 21 = 42
AC 4 x 422 = - 7.056 2 x 4 x 42 = 336
k Q2 = 113 (2 k Q) = 610
Jaring 2
PIPA k Q2 2kQ
2
BD 5 x 17 = 1.445 2 x 5 x 17 = 170
BC 1 x 212 = - 441 2 x 1 x 21 = 42
CD 1 x 332 = - 1.089 2 x 1 x 33 = 66
k Q2 = - 85 (2 k Q) = 278
Latihan :
1. Air dipompa dari kolam A menuju kolam B dengan beda elevasi muka-air =
25 M , melalui pipa sepanjang 1500 m dan diameter pipa = 15 cm.
Koeff gesekan pipa f = 0,02 , maka hitung Daya Pompa jika debit aliran 25
L/dt dan efisiensi pompa = 90%.
2. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui tiga buah pipa yang
dihubungkan secara paralel. Elevasi muka air kolam A berada 10 m diatas
elevasi muka-air kolam B. Elevasi muka-air kolam konstan , sedangkan
panjang dan diameter ketiga pipa adalah Pipa-1 L1 = 650 m, D1 = 30 cm ;
Pipa-2 L2 = 600 m, D2 = 20 cm ; Pipa-3 L3 = 650 m, D3 = 35 cm.
Tinggi kekasaran semua pipa k = 0,15 mm dan kekentalan kinematik =
0,98 x 10-6 m2/dt , maka hitung debit aliran yang melalui masing-2 pipa.