FISIKA
“DAMPAK PENGARUH MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN DALAM
TEKNIK FISIKA DAN PENERAPANNYA DALAM TEKNIK SIPIL”
DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD IRSYAM, ST, M.Si
NIDN.1002117002
Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Pemuaian pada pagar pengaman
jalan” dapat selesai pada waktunya.Makalah ini memuat tentang pengertian momentum,
hubungan momentum dan impuls, hukum kekekalan momentum, tumbukan. Penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima pembaca dengan senang hati.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharap
kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Terimakasih semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................. 4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
6. Sistematika Penulisan.................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP.................................................................................................... 17
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….. 17
B. Saran………………………………………………………………………………. 17
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
1.3Batasan Masalah
Yang menjadi batasan masalah dalam makalah ini tentang pembuatan ataupun uji materi di dalam
Pembahasan, sehingga kami bergantung pada contoh yang sudah ada dan kami dapat kan dari daftar
pustaka.
1.4 Tujuan Penulisan Masalah
a. Sebagai Referensi bagi para pembaca tentang Mekanika Fluida, Sifat Sifat Mekanika Fluida.
b. Sebagai bahan masukan bagi para pembaca tentang hubungan Mekanika Fluida dalam Bidang
Teknik Sipil.
c. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai penerapan mekanika
fluida pada bidang teknik sipil khususnya pada pemanfaatan data gelombang pasang surut air
laut.
Untuk memahami lebih jelas tentang makalah ini, maka materi – materi yang tertera pada makalah
ini dikelompokan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan, dan Manfaat dalam
penulisan Makalah ini
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari kutipan buku dan
dengan cara browsing menggunakan internet yang berkaitan dengan penyusunan Makalah.
BAB III DAMPAK DAMPAK PENGARUH MEKANIKA FLUIDA DALAM TEKNIK
FISIKA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL
Bab ini berisi tentang gambaran dan pemecahan masalah yang ditimbulkan oleh gelombang pasang
surut air laut.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi yang telah
diuraikan pada bab – bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan pustaka atau referensi yang penulis ambil dalam menyelesaikan makalah ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pemuaian zat padat merupakan peristiwa bertambah panjang, lebar, atau volume suatu
benda padat karena pengaruh panas (kalor). Contoh pemuaian zat padat seperti pemuaian rel
kereta yang telah disebutkan tadi. Benda padat pada prinsipnya mengalami pemuaian di semua
bagian benda tersebut (volume) tapi guna memudahkan mempelajarinya, pemuaian zat padat
dibagi menjadi 3
a. Pemuaian Panjang
Jika temperatur dari sebuah benda naik, kemungkinan besar benda tersebut akan
mengalami pemuaian. Misalnya, sebuah benda yang memiliki panjang L0 pada temperatur T
akan mengalami pemuaian panjang sebesar ΔL jika temperatur dinaikan sebesar ΔT. Secara
matematis, perumusan pemuaian panjang dapat dituliskan sebagai berikut.
dengan α adalah koefisien muai panjang.
Satuan dari α adalah kebalikan dari satuan temperatur skala Celsius (1/ °C) atau kelvin (1/K).
Tabel berikut ini menunjukkan nilai dari koefisien muai panjang untuk berbagai zat.
Pemuaian panjang adalah pertambahan panjang benda akibat pengaruh suhu (1 dimensi).
Coba amati kabel listrik yang terlihat lebih kendor di siang hari jika dibanding pada pagi hari,
itulah contoh dari muai pemuaian panjang. Besarnya pemuaian zar tergantung pada konstanta
muai panjang zat dan nilai konstanta tersebut akan berbeda-beda untuk tiap zatnya. Alat yang
digunakan untuk menyelidiki pemuaian panjang berbagai jenis zat padat adalah musschenbroek.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu,
dan tergantung dari jenis benda.
Bahan α (1/K)
Aluminium 24 × 10–6
Kuningan 19 × 10–61,2 × 10–6
Karbon 7,9 × 10–6
-Intan 17 × 10–69 × 10–6
-Grafit 3,2 × 10–6
Tembaga 51 × 10–6
Gelas 1 × 10–6
-Biasa 11 × 10–6
-Pyrex
Es
Invar
Baja
b. Pemuaian Luas
Sebuah benda yang padat, baik bentuk persegi maupun silinder, pasti memiliki luas dan volume.
Seperti halnya pada pemuaian panjang, ketika benda dipanaskan, selain terjadi pemuaian panjang juga akan
mengalami pemuaian luas. Perumusan pada pemuaian luas hampir sama seperti pada pemuaian panjang, yaitu
sebagai berikut.
Contoh pemuaian luas yang bisa sobat amati adalah pada pemanasan lempeng tipis
logam. Lempeng tipis logam akan mengalami penambahan luas setelah dipanaskan. Kemampuan
suatu benda untuk mengalami pemuaian luas sangat ditentukan oleh koefisien muai luas
dilambangkan dengan β, Dengan nilai β = 2α. Rumus Pemuaian Luas
ΔA = Ao.β.ΔT
A = Ao + ΔA
A = A0 (1+β.ΔT)
Ket :
Ao = Luas Sebelum dipanaskan
A = luas setelah pemanasan
ΔA = penambahan luas
β = koefisien muai luas
ΔT = selisih suhu (kenaikan suhu)
c. Pemuaian Volume
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, setiap benda yang padat pasti memiliki volume. Jika panjang
sebuah benda dapat memuai ketika dipanaskan maka volume benda tersebut juga ikut memuai. Perumusan
untuk pemuaian volume sama dengan perumusan panjang dan luas, yaitu
dengan γ adalah koefisien muai volume
Perlu Anda ketahui terdapat hubungan antara α dan β terhadap waktu γ , yaitu
Pemuaian volume sama juga dengan pertambahan atau pemuaian panjang secara 3
dimensi. Karena itu muai volume sama juga dengan tiga kali muai panjang. Pemuaian volume
suatu zat tergantung pada koefisien muai volumenya γ (gamma) dimana γ = 3α
ΔV = Vo.γ.ΔT
V= Vo + ΔV
V= Vo(1+γ.ΔT)
Ket :
ΔV = penambahan volume
Vo = volume awal
ΔT = kenaikan suhu
γ = koefisien muai volume
BAB III
PEMBAHASAN
Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama
masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan bearti. Supaya perkerasan
mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi juga ekonomis, maka perkerasan
jalan dibuat berlapis-lapis. Lapisan paling atas disebut juga sebagai lapisan permukaan,
merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Dibawahnya terdapat lapisan pondasi, yang
terletak di atas tanah dasar yang telah dipadatkan
Berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas 3 jenis
perkerasan antara lain :
a. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement). Perkerasan lentur merupakan jenis
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapis perkerasan ini bersifat
memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang
telah dipadatkan.
1. Lapisan permukaan (Surface Course). Lapis permukaan struktur pekerasan lentur terdiri atas
campuran mineral agregat dan bahan pengikat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas
dan biasanya terletak di atas lapis pondasi.
2. Lapisan pondasi atas (Base Course). Lapis pondasi adalah bagian dari struktur perkerasan
lentur yang terletak langsung di bawah lapis permukaan. Lapis pondasi dibangun di atas lapis
pondasi bawah atau, jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah, langsung di atas tanah dasar.
3. Lapisan pondasi bawah (Sub Base Course). Lapis pondasi bawah adalah bagian dari
struktur perkerasan lentur yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi. Biasanya terdiri
atas lapisan dari material berbutir (granular material) yang dipadatkan, distabilisasi ataupun
tidak, atau lapisan tanah yang distabilisasi.
4. Lapisan tanah dasar (Subgrade). Tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau
permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan
permukaan dasar untuk perletakan bagian – bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan
keawetan konstruksi perkerasan
Gambar1. Susunan Lapis Konstruksi Perkerasan Lentur
Beton Aspal
Beton aspal adalah jenis perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal, dengan
atau tanpa bahan tambahan. Material - material pembentuk aspal dicampur di instalasi
pencampur pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan.
Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan.
Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal diantaranya stabilitas, keawetan
atau durabilitas, kelenturan atau fleksibilitas, tahanan terhadap kelelahan (fatique resistance),
kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap air, dan kemudahan pelaksanaan.
a. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan merima beban lalu lintas tanpa terjadi
perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding. Jalan yang melayani volume lalu
lintas yang tinggi dan dominan terdri dari kendaraan berat membutuhkan perkerasan jalan
dengan stabilitas tinggi.
b. Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima beban lalu lintas seperti
berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan
keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air atau erubahan temperatur.
c. Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat
penurunan dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Fleksibilitas dapat
ditingkatkan dengan agregat bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang tinggi.
d. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance) adalah kemampuan beton aspal menerima
lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelehan berupa alur dan retak.
e. Kekesatan/tahanan geser (skid resistance) adalah kemampuan permukaan beton aspal
terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga
kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.
f. Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal.
g. Mudah pelaksanaan (workability) adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan.
Jenis beton aspal dapat dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material pembentuk beton
aspal dan fungsi beton aspal. Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan
campuran, beton aspal dibedakan atas:
a. Beton aspal campuran panas (hotmix), adalah beton aspal yang material pembentuknya
dicampur pada suhu pencampuran sekitar 140ºC;
b. Beton aspal campuran sedang (warm mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya
dicampur pada suhu pencampuran sekitar 60ºC;
c. Beton aspal campuran dingin (cold mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya
dicampur pada suhu pencampuran sekitar 60ºC;
a. Laston (Lapisan Aspal Beton), dikenal dengan nama AC (Asphalt Concrete). Laston terdiri
dari: AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course), AC-BC (Asphalt Concrete Wearing
Course), AC-Base (Asphalt Concrete Base).
b. Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama HRS (Hot Rolled Sheet).
Lataston terdiri dari HRS-WC dan HRS-Base.
c. Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir), dikenal dengan nama HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) yang
digunakan untuk jalan – jalan dengan lalu lintas ringan. Latasir terdiri dari Latasir kelas A
(HRSS-A) dan Latasir kelas B (HRSS-B).
d. Lapisan Perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan perata dan pembentuk
penampang melintang pada permukaan jalan lama.
e. SMA (Split Mastic Asphalt), lapiCampusan ini terutama digunakan untuk jalan-jalan dengan
beban lalu lintas berat.
f. HSMA (High Stiffness Modulus Asphalt), adalah beton aspal yang mempergunakan aspal
berpenetrasi rendah yaitu 30/45. Lapisan ini terutama digunakan untuk jalan-jalan dengan
beban lalu lintas berat.
Lapis Aspal Beton (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya yang terdiri
dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Lapis aspal beton umumnya digunakan
untuk jalan – jalan dengan beban lalu lintas berat. Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston)
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara pada perkerasan
jalan raya yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang terukur serta berfungsi
sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi di bawahnya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kesimpulan
Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahankarena terbatasnya
pengetahuan dan rujukan yang saya miliki dalam menyusunmakalah tersebut.
Saya selaku penulis banyak berharap kepada dosen pendidikan agama islamuntuk
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun demi ter!apainyakesempurnaan dalam
makalah saya. Semoga makalah ini berguna bagi saya dan pembaca makalah ini sendiri
Daftar Pustaka
https://makalah-web.blogspot.com/2018/03/makalah-fisika-terbaru-tentang-
pemuaian.html#.XfhMdfkzbIV
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-rumus-dan-satuan-massa-jenis-beserta-contoh-soalnya-
lengkap/