Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM METALURGI I

KOROSI GALVANIK

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Habybur Rahman
NPM : 3334170061
Kelompok :5
Rekan : 1. Muhammad Rafli Supriadi
2. Joseph Bona Nandito
Tanggal Praktikum : 9 Oktober 2020
Tanggal Pengumpulan Lap. : 13 Oktober 2020
Asisten : Katarina Viviandesta

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk
Tanda Tangan Tanggal Revisi Tanda Tangan
Laporan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Oktober 2020

(Katarina Viviandesta)
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan ..............................................................................1
1.3 Batasan Masalah ................................................................................1
1.4 Sistematikan Penulisan ......................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Korosi ................................................................................. 3
2.2 Korosi Galvanik ............................................................................... 6
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi galvanik......................... 7
2.4 Pencegahan Korosi Galvanik ........................................................... 9
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan ....................................................................11
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................12
3.2.1 Alat yang digunakan ................................................................12
3.2.1 Bahan yang digunakan .............................................................12
3.3 Prosedur Percobaan .........................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
.................................................................................... 4.1 Hasil Percobaan
................................................................................................................................14
4.2 Pembahasan .....................................................................................14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
........................................................................................... 5.1 Kesimpulan
................................................................................................................................22
5.2 Saran ................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN .......................................................24
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ............28
LAMPIRAN C. BLANKO PERCOBAAN ...........................................................34

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Korosi Galvanik ................................................16

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum Korosi Galvanik ........................................11
Gambar 4.1 Rangkaian Mekanisme Percobaan Korosi Galvanik .........................16
Gambar 4.2 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Cu/Zn ....................................17
Gambar 4.3 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Cu/Pb ....................................18
Gambar 4.4 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Pb/Zn ....................................18
Gambar B.1 Rangkaian Mekanisme Percobaan Korosi Galvanik ........................27

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan ....................................................................... 24
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus ......................................... 28
B.1 Jawaban Pertanyaan..................................................................... 26
B.2 Tugas Khusus............................................................................... 29
Lampiran C. Blanko Percobaan ........................................................................... 34

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan logam sebagai bahan baku ataupun material dalam berbagai
barang-barang yang digunakan sehari-hari sangat banyak dan tidak dapat dielakkan.
Tetapi dalam usaha penggunaan material logam terdapat suatu keadaan yang tidak
menguntungkan yang biasa disebut dengan karat atau korosi. Korosi adalah
kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi kimia antara suatu logam dengan
lingkungannya. Salah satu yang menyebabkan terjadinya korosi adalah karena
adanya perbedaan potensial berdasarkan sel volta dari dua buah logam yang saling
berdekatan, proses ini disebut dengan korosi galvanik. Pemahaman mengenai
korosi galvanik sangat diperlukan agar dapat dirancang sistem proteksi yang sesuai
degan kondisi lingkungan dimana material digunakan.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan korosi galvanik ini untuk mengetahui nilai
potensial masing-masing logam yang berbeda dalam media korosif dan
untuk mengetahui korosi galvanik pada logam tersebut.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah yang terjadi pada percobaan ini yang terdapat dua
variabel yakni, variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat pada percobaan
ini adalah laju korosi dan nilai E0. Variabel bebas pada percobaan ini adalah pelat
Cu, Pb, dan Zn serta waktu pengamatan.

1.4 Sistematika Penulisan


Pada penulisan laporan percobaan korosi galvanik ini terdapat 5 bab dan
lampiran. Dimana bab I berisikan tentang latar belakang dilakukannya percobaan
2

ini, tujuan Percobaan, batasan masalah pada praktikum korosi lingkungan dan
sistematika penulisan laporan percobaan korosi galvanik. Bab II merupakan
tinjauan pustaka yang berisikan teori dasar. Bab III berisikan metode percobaan
yang berisikan diagram alir, prosedur percobaan, alat dan bahan yang digunakan.
Bab IV berisikan pembahasan dari hasil percobaan yang didapatkan dan
dibandingkan dengan literatur percobaan yang sama. Bab V berisikan kesimpulan
percobaan dan saran. Lampiran berisikan contoh perhitungan, jawaban pertanyaan
dan tugas khusus, dan blanko percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Korosi


Korosi adalah proses degradasi atau kerusakan material karena pengaruh
lingkungan yang korosif. Selain itu, korosi merupakan proses alam yang tidak dapat
dihindari tetapi dapat dikendalikan. Dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada
dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Korosi adalah serangan yang
merusak material melalui reaksi dengan lingkungan sekitar. Dampak serius dari
proses korosi menjadi masalah penting di seluruh dunia.Sering kita temui sehari-
hari bentuk degradasi, korosi dapat menyebabkan penutupan pabrik, pemborosan
sumber daya yang berharga, kehilangan atau kontaminasi produk, penurunan
efisiensi, pemeliharaan material yang mahal, dan overdesign yang mahal. Korosi
juga membahayakan keselamatan orang-orang sekitar dan menghambat kemajuan
teknologi. Korosi pada logam terjadi karena adanya aliran arus listrik dari satu
bagian ke bagian lain di permukaan logam. Aliran arus ini menyebabkan hilangnya
metal pada bagian yang melepaskan arus ke lingkungan. Terdapat empat unsur
pokok yang harus dipenuhi agar korosi dapat terjadi yaitu Anoda (reaksi oksidasi),
Katoda (reaksi reduksi), Elektrolit, dan sambungan logam, agar arus listrik dapat
mengalir diantara dua logam. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap korosi
(Graver, 1985).
1. Adanya oksigen terlarut dalam elektrolit
2. Jenis konsentrasi elektrolit
3. Jenis logam/paduan
4. Kecepatan gerakan elektrolit
5. Temperatur tinggi
6. Adanya galvanik sel dan tegangan
Banyak jenis-jenis korosi, namun secara umum dapat dibagi dalam 12 jenis korosi,
sebagai berikut (Uhlig, 1971):
4

1. Korosi seragam (uniform corrosion).


Jenis korosi yang dikarakterisasikan oleh reaksi kimia atau elektrokimia
dengan penampakan produk korosi dan peronggaan skala besar dan
merata. Kerugian akibat korosi merata berupa kehilangan material
konstruksi, keselamatan kerja,pencemaran lingkungan akibat produk
korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan dan berupa
penurunan kapasitas.
2. Korosi dwi logam (galvanic corrosion).
Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam dengan nilai potensial
berbeda saat dua buah logam bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif.
Dimana elektron mengalir dari metal kurang mulia (anodik) menuju
metal yang lebih mulia (katodik).
3. Korosi celah (crevice corrosion).
Jenis korosi lokal yang terjadi antara dua buah material baik logam-
logam atau logam-non logam yang mempunyai celah antara keduanya
yang mengakibatkan terjadinya perbedaan konsentrasi oksigen
(differential oxygen). Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali
dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi
oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di
dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih banyak,
akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar
menjadi katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda
sehingga terbentuk celah yang terkorosi
4. Korosi sumuran (pitting corrosion).
Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang menyerang secara lokal
selektif yang menghasilkan bentuk-bentuk permukaan lubang-lubang di
logam. Korosi sumuran terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena
lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam
5. Korosi erosi.
Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses
5

mekanik melalui pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif
dengan logam. korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu
kondisi aliran laminar, kondisi aliran turbulensi dan kondisi
peronggaan.
6. Korosi retak tegang (stress corrosion cracking).
Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang disebabkan kehadiran
secara simultan tegangan tarik (tensile stress) dan media korosif yang
menyebabkan terjadi penampakan retak di dalam logam.
7. Korosi batas butir (intergranular corrosion).
Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara lokal
menyerang batas butir-butir logam sehingga butir-butir logam akan
hilang atau kekuatan mekanik dari logam akan berkurang, Korosi ini
disebabkan adanya kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur yang
berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur pada
daerah batas butir.
8. Peluluhan selektif (selective leaching/dealloying).
Peluluhan selektif atau dealloying merupakan penghilangan salah satu
unsur dari paduan logam oleh proses korosi.
9. Freeting corrosion.
Freeting corrosion merupakan jenis korosi yang terjadi pada dua
permukaan kontak logam dengan beban yang besar bergerak dengan
gerak vibrasi pada permukaan logam dasar di lingkungan
korosif.Material logam yang berputar dan tergesek tersebut mengalami
keausan akibat gesekan dan mengalami korosi secara bersamaan.
10. Peronggaan (cavitation).
Peronggaan terjadi saat tekanan operasional cairan turun di bawah
tekanan uap gelembung-gelembung gas yang dapat merusak permukaan
logam dasar.
11. Korosi mikroba (microbial corrosion).
Korosi yang terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai penyedia
lingkungan yang korosif.
6

12. Korosi perapuhan hidrogen (hydrogen embrittlement corrosion).


Korosi perapuhan hidrogen merupakan jenis korosi melalui kerusakan
logam secara mekanik akibat kehadiran atau interaksi dengan hidrogen
dari lingkungan.
Untuk kinetika korosi, korosi terjadi karena adanya 8 tahapan reaksi pada
permukaan logam. Delapan tahapan tersebut adalah sebagai berikut (Uhlig, 1971).
1. Terjadinya reaksi anodik pada permukaan logam (logam terlepas
membentuk ion-ion logam).
2. Terjadinya reaksi katodik (perpindahan elektron).
3. Laju difusi oksigen kepermukaan logam dan berikatan dengan logam.
4. Laju difusi ion logam menjauhi logam induk.
5. Terbentuknya lapisan tipis presipitat yang terdiri dari oksida logam,
hidroksida logam, dan garam dari logam tersebut.
6. Difusi ion logam yang menembus lapisan endapan yang porous sehingga
menambah ketebalan dari lapisan tersebut.
7. Difusi ion logam atau oksigen kepermukaan kontak yang berada diantara
oksida dengan logam dan oksida dengan larutan.
8. Terdapat konduktifitas listrik pada daerah permukaan anoda dan katoda.
9. Dari delapan tahapan tersebut maka akan membentuk suatu rate
determining steps. Dari sini terjadilah suatu aktivasi kontrol atau reaksi
yang mengontrol laju korosi tersebut. Pada proses korosi yang
melakukan aktivasi kontrol adalah laju difusi.

2.2 Korosi Galvanik


Korosi galvanik atau Galvanic Corrosion adalah jenis korosi yang terjadi
ketika dua buah logam atau paduan yang berbeda, saling kontak atau bersentuhan
dalam suatu larutan elektrolit. Elektrolit dapat berupa larutan air garam, asam atau
basa.Kedua logam yang berada dalam larutan elektrolit akan membentuk sebuah
sel galvanik. Logam yang memiliki nilai potensial elektroda yang lebih rendah yaitu
logam dengan posisi lebih tinggi dalam daftar seri elektrokimia akan menghasilkan
reaksi anodic, sedangkan logam yang memiliki nilai potensial elektroda lebih tinggi
7

akan menghasilkan reaksi katodik pada permukaannya. Perbedaan potensial


elektroda antara kedua logam yang membentuk sel gavanik merupakan penentu
daya dorong untuk terjadinya korosi. Pada deret volta dari kiri ke kanan makin
mudah mengalami reduksi atau sifat oksidator makin kuat, sedangkan dari kanan
ke kiri mudah mengalami oksidasi atau sifat reduktor makin kuat. Logam-logam
yang berada di sebelah kiri atom H mempunyai harga Eº negatif, sedangkan yang
di sebelah kanan mempunyai harga Eº positif. Adapun material yang semakin susah
untuk terkorosi dapat diketahui dari deret volta yang mana berikut adalah deret
volta dari unsur yang paling mudah teroksidasi atau terkorosi (Trethewey, 1991) :
Li, K, Ba, Sr, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H,
Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au
Salah satu penentuan laju korosi adalah berdasarkan kehilangan berat.
Menurut Faraday, kehilangan berat suatu logam akibat proses korosi dinyatakan
dengan massa zat yang hilang sebanding dengan jumlah listrik yang dialirkan. Laju
korosi logam atau suatu paduan logam dinyatakan dengan satuan massa persatuan
luas persatuan waktu atau satuan panjang persatuan waktu. Oleh karena itu, laju
korosi suatu logam dapat dinyatakan dengan persamaan :
𝑤𝑥𝑘
Laju Korosi (r) = ……………....……….. (1.1)
𝜌𝑥𝐴𝑥𝑡

Yaitu:
w : berat yang hilang (gram)
Ρ : densitas benda uji (gr/cm3)
A : luas penampang (cm2)
T : waktu pengkorosian (hours)
K : konstanta

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi Galvanik


Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi galvanik yaitu diantaranya:
1. Faktor Lingkungan
Tingkatan korosi galvanik tergantung pada keagresifan dari
8

lingkungannya. Pada umumnya logam dengan ketahanan korosi yang


lebih rendah dalam suatu lingkungan berfungsi sebagai anoda. Biasanya
baja dan seng keduanya akan terkorosi akan tetapi jika keduanya
dihubungkan maka Zn akan terkorosi sedangkan baja akan terlindungi.
Pada kondisi khusus, sebagai contoh dalam lingkungan air dengan
temperature 180 oF, terjadi hal sebaliknya yaitu baja mengalami korosi
sedangkan Zn terlindungi. Rupanya dalam kasus ini produk korosi pada
Zn bertindak sebagai permukaan yang lebih mulia terhadap baja, Zn
menjadi kurang aktif dan potensialnya menjadi kebalikannya jika ada
ion-ion penghalang seperti nitratdan karbonat dalam air. Korosi galvanik
tidak terjadi jika kedua logam benar-benar kering karena tidak ada
elektrolit yang memindahkan arus dintara anoda dan katoda.
2. Faktor Jarak
Laju korosi pada umumnya paling besar pada daerah dekat pertemuan
kedua logam. Laju korosi berkurang dengan makin bertambahnya jarak
dari pertemuan kedua logam tersebut. Pengaruh jarak ini tergantung pada
konduktivitas larutan dan korosi galvanik dapat diketahui dengan adanya
serangan korosi lokal pada daerah dekat pertemuan logam.
3. Faktor Luas Penampang
Yang dimaksud dengan luas penampang elektroda terhadap korosi
galvanik adalah pengaruh perbandingan luas penampang katodik
terhadap anodik. Jika luas penampang katodik jauh lebih besar dari pada
katoda. Makin besar rapat arus pada daerah anoda mengakibatkan laju
korosi makin cepat pula. Korosi di daerah anodik akan menjadi 100-1000
kali lebih besar jika dibandingkan dengan keseimbangan luas penampang
anodik dan katodik.

2.4 Pencegahan Korosi Galvanik


Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari,
namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan
mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur
9

produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan,


bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional,
sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
Ada beberapa cara pengendalian yang umum dilakukan untuk mengendalikan
korosi galvanik, antara lain :
1. Pemilihan material yang tepat. Mengusahakan beda potensial antara
kedua material tersebut sekecil mungkin.
2. Menghindarkan penggunaan 2 jenis logam yang saling berhubungan
dalam suatu kontruksi.
3. Lakukan penggunaan lapis lindung. Jika harus menggunakan lapis
lindung maka gunakan lapis lindung pada katoda.
4. Hindari kombinasi luas penampang material dengan anoda kecil
sedangkan luas penampang katoda besar.
5. Tambahkan inhibitor untuk mengurangi keagresifan lingkungan.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Diagram alir yang digunakan pada percobaan korosi galvanik dapat dilihat
pada gambar 3.1.

Pelat Cu, Pb, dan Zn dipersiapkan untuk percobaan

Larutan NaCl 3% dibuat dengan


akuades 100 ml

Dua pelat logam yang berbeda


dihubungkan ke multitester

Dua pelat tersebut dicelupkan dengan


waktu selama 2, 4, dan 6 menit

Tegangan yang didapat dari multitester


dicatat pada blanko percobaan

Prosedur percobaan diulangi dengan


pasangan logam lainnya

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur
11

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Korosi Galvanik

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan korosi galvanik sebagai
berikut.
a. Gelas Beker
b. Multitester
c. Neraca Digital
d. Pengaduk
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan korosi galvanik
sebagai berikut.
a. Akuades
b. Garam dapur
c. Pelat Cu, Pb dan Zn

3.3 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan pada percobaan korosi galvanik adalah sebagai
berikut.
1. Pelat Cu, Pb dan Zn dipersiapkan untuk percobaan.
2. Larutan NaCl 3% dibuat dengan akuades 100 ml.
3. Pelat logam yang berbeda dihubungkan dengan multitester.
4. Dua pelat logam yang terhubung dengan multitester dicelupkan pada
larutan NaCl 3% secara bersamaan.
5. Tegangan yang ditunjukkan oleh multitester dengan variabel waktu
12

yang telah ditentukan, kemudian dicatat pada blanko percobaan.


6. Prosedur percobaan diulangi dengan pasangan pelat logam yang
lainnya.
1 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Hasil yang didapatkan dari percobaan korosi galvanik yang telah dilakukan
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Korosi Galvanik
Material E0 Waktu Ekorosi 𝐄̅korosi ΔE Laju Laju
Redoks (menit) (volt) (volt) (volt) Korosi Korosi
(volt) (volt/menit) Rata-rata
(volt/menit)
1 0,503 0,597 0,597
Cu/Zn 1,1 3 0,446 0,458 0,654 0,218 0,317
5 0,425 0,675 0,135
1 0,2894 0,1806 0,1806
Cu/Pb 0,47 3 0,2993 0,297 0,1707 0,1707 0,0903
5 0,303 0,167 0,0334
1 0,535 0,095 0,095
Pb/Zn 0,63 3 0,539 0,538 0,091 0,0303 0,0478
5 0,539 0,091 0,0182

4.2 Pembahasan
Korosi adalah proses degradasi atau perusakan material yang disebabkan
oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Korosi jua dapat diartikan sebagai
kebalikan dari ekstraksi metalurgi. Dimana ekstraksi metalurgi ialah memisahkan
logam secara murni dari unsur alam lainnya khususnya oksida untuk diambil
mnafaat atau diolah unsur logamnya. Sedangkan korosi ini merupakan kembalinya
logam murni dalam bentuk alamnya yaitu berupa senyawa baik senyawa oksida
14

maupun senyawa lainnya.


Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium basah.
Sebagai contoh korosi yang berlangsung di dalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida
(SO2). Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah apabila besi
terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di dalam medium basah yang
terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa makroskopis, misalnya
peristiwa korosi galvanik sistem besi - seng, korosi erosi, korosi retakan, korosi
lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa mikroskopis
dihasilkan misalnya oleh korosi` tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit adalah proses elektrokimia.
Proses ini terjadi bila ada reaksi setengah sel yang melepaskan elektron dan reaksi
setengah yang menerima elektron tersebut. Kedua reaksi ini akan terus berlangsung
sampai terjadi kesetimbangan dinamis di mana jumlah elektron yang dilepas sama
dengan jumlah elektron yang diterima. Korosi pada logam terjadi karena adanya
aliran arus listrik dari satu bagian ke bagian lain di permukaan logam. Aliran arus
ini menyebabkan hilangnya metal pada bagian yang melepaskan arus ke
lingkungan. Salah satu jenis korosi yang umum adalah korosi galvanik.
Korosi galvanik (korosi logam berbeda) mengacu pada kerusakan korosi
yang disebabkan ketika dua logam berbeda yang digabungkan dalam elektrolit
korosif. Hal ini terjadi ketika dua (atau lebih) logam berbeda dibawa ke dalam
kontak listrik di bawah air. Ketika bentuk galvanis, salah satu logam di menjadi
anoda dan terkorosi cepat salah satunya, sementara yang lain menjadi katoda dan
terkorosi lambat. Dalam percobaan korosi galvanik ini hal yang pertama dilakukan
adalah menyiapkan plat Pb, Cu, dan Zn setelah itu dilakukan pembuatan larutan
NaCl 3% dan multitester disiapkan. Plat yang berbeda di hubungkan dengan
multitester Cu/Zn, Cu/Pb, Pb/Zn. Larutan NaCl dilarutkan dalam gelas beker denga
akuades untuk mendapatkan NaCl 3%.
Pada percobaan pertama yaitu pelat logam Cu/Zn, Cu memiliki nilai
potensial yang lebih besar dibanding Zn, maka Cu berperan sebagai katoda dan Zn
15

berperan sebagai anoda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


Katoda (+): Cu2+ + 2e → Cu.................................................................(4.1)
Anoda ( - ): Zn → Zn2+ + 2e-................................................................(4.2)
Pada logam Zn, elektron mengalir menuju ke logam yang memiliki
potensial lebih tinggi yaitu logam Cu. Akibatnya ion-ion pada logam Zn mengalir
ke logam Cu, sehingga pada logam Zn tersisa ion-ion positif yang bereaksi dengan
ion-ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam logam. Karena
peristiwa tersebut permukaan pelat seng kehilangan sebagian massanya.
Pada percobaan kedua yaitu pelat logam Cu/Pb, pelat Cu berperan sebagai
katoda karena memiliki potensial yang lebih tinggi dari Pb. Sedangkan Pb yang
memiliki sel potensial lebih rendah berperan sebagai anoda dalam sel gavanik.
Sehingga Pb mengalami korosi dan kehilangan sebagian massanya. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+): Cu2+ + 2e →Cu..................................................................(4.3)
Anoda ( - ): Pb → Pb2+ + 2e-................................................................(4.4)
Dan pada percobaan terakhir yaitu pelat logam Pb/Zn, karena memiliki
potensial yang lebih rendah dari Pb, Zn akan bertindak sebagai anoda dan Pb
sebagai katoda. Logam Zn yang akan mengalami korosi karena kehilangan elektron
sehingga ion positifnya berikatan dengan ion negatif dari elektrolit. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (+): Pb2+ + 2e → Pb..................................................................(4.5)
Anoda ( - ): Zn → Zn2+ + 2e-................................................................(4.6)
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh grafik hubungan antara
jenis logam dan laju korosinya seperti pada Gambar 4.1. Dari grafik tersebut terlihat
bahwa laju korosi yang paling tinggi terdapat pada logam Cu/Zn dan laju korosi
yang paling rendah terdapat pada logam Cu/Pb. Hal ini dikarenakan logam Cu dan
logam Zn memiliki beda potensial yang lebih tinggi dibandingkan dengan beda
potensial antara logam Cu dan logam Pb. Cu memiliki nilai potensial sebesar 0,34
volt, Zn memiliki nilai potensial sebesar -0,78 volt dan Pb memiliki nilai potensial
sebesar -0,17 volt. Semakin tinggi beda potensial antara dua buah logam maka akan
semakin cepat laju korosi yang ditimbulkan, sesuai dengan percobaan yang telah
16

dilakukan. Beda potensial antara logam satu dengan logam lainnya terlihat pada
deret volta sebagai berikut :

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, (H), Sb, Bi, Cu,
Hg, Ag, Pt, Au

Logam Cu berada jauh di sebelah kanan Zn sehingga memiliki beda potensial yang
jauh pula. Logam Zn lebih mudah mengalami reduksi dibandingkan dengan logam
Cu dan harga E0 Zn lebih negatif dibanding nilai Cu yang harga E0 nya positif. Beda
potensial merupakan selisih antara Eoredoks dengan nilai Ekorosi.

Pada pelat logam Cu/Pb yang memiliki laju korosi paling rendah, terlihat
bahwa logam Cu berada sedikit lebih kanan dari logam Pb, sehingga beda potensial
antara logam Cu dan logam Pb tidak jauh berbeda.

Bimetallic Couple
electrons electron
s
External
Circuit
CATHODE

ANODE

Electrolyte

Gambar 4.1 Rangkaian Mekanisme Percobaan Korosi Galvanik

Pada percobaan korosi galvanik terdapat dua pelat yang terdiri dari anoda dan
katoda. Pada conto satu material yang digunakan pelat Cu/Zn yang memiliki nilai
E0 Redoks 1,1 dengan masing–masing Cu +0,34 volt yang bertindak sebagai katoda
dan Zn -0,76 volt yang bertindak sebagai anoda. Hal ini karena Zn berada di sebelah
kiri Cu pada deret volta dan Zn bersifat negatif. Pada percobaan coto yang kedua
17

yaitu Cu/Pb yang memiliki E Redoks 0,47 dengan masing – masing Cu +0,34 volt
yang bertindak sebagai katoda dan Pb -0,13 volt yang bertindak sebagai anoda. Hal
ini karena Pb berada di sebelah kiri Cu pada deret volta dan Pb bersifat negatif yang
artinya mudah teroksidasi. Dan pada percobaan conto ketiga yaitu Pb/Zn memiliki
E0 Redoks 0,63 dengan masing – masing Pb -0,13 volt yang bertindak sebagai
katoda dan Zn -0,76 volt yang bertindak sebagai anoda. E0 yang didapatkan
berdasarkan perhitungan dengan rumus yang dapat dilihat pada 4.1.
E0 Redoks = E katoda – E anoda................................(4.1)
Dimana elektron akan mengalir dari logam anoda menuju logam katoda. Logam
anoda berubah menjadi ion – ion positif logam yang bereaksi dengan ion negatif
yang berada didalam larutan elektrolit. Permungkaan anoda kehilangan ion-ion
sehingga terbentuklah korosi atau karat.
Berikut ini grafik batang pebrnadingan ∆E terhadap laju korosi pada masing
masing conto.

0,7
0,6
0,5
(Volt/Menit)
Laju Korosi

0,4
0,3
0,2
0,1
0
0,597 0,654 0,675
∆E (Volt)
Gambar 4.2 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Cu/Zn

Pada Gambar 4.2 hubungan dari ∆E terhadap laju korosi pada plat Cu/Zn
terlihat bahwasanya seiring kenaikan ∆E nya, laju korosinya semakin menurun.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur, yang mana seharusnya semakin tinggi ∆E,
maka semakin besar laju korosinya atau berbanding lurus. Pada Gambar 4.3
hubungan dari ∆E terhadap laju korosi pada plat Cu/Pb terlihat bahwasanya seiring
18

kenaikan ∆E nya, laju korosinya semakin meningkat . Hal ini sudah sesuai dengan
literatur yaitu semakin tinggi ∆E, maka semakin besar laju korosinya atau
berbanding lurus. Begitu pula dengan Gambar 4.4 hubungan dari ∆E terhadap laju
korosi pada plat Pb/Zn terlihat bahwasanya seiring kenaikan ∆E nya, laju korosinya
semakin meningkat . Hal ini sudah sesuai dengan literatur yaitu semakin tinggi ∆E,
maka semakin besar laju korosinya atau berbanding lurus. Dari ketiga grafik
hubungan ∆E terhadap laju korosi yang paling tinggi laju korosinya yaitu pada plat
Cu/Pb pada ∆E bernilai 0,1806 volt dengan laju korosinya 0,1806 volt/menit.

0,2
0,18
0,16
0,14
(Volt/Menit)
Laju Korosi

0,12
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0,167 0,1707 0,1806
∆E (Volt)

Gambar 4.3 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Cu/Pb

0,1
0,09
0,08
0,07
(Volt/Menit)
Laju Korosi

0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0,091 0,091 0,095
∆E (Volt)

Gambar 4.4 Grafik ∆E Terhadap Laju Korosi Plat Pb/Zn


19

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan pada
percobaan korosi galvanik ini, maka dapat disimpulkan:
1. Nilai Eº redoks setiap pasangan logam yaitu untuk pasangan logam
Cu/Zn memiliki nilai Eº redoks sebesar +1,1V, untuk pasangan logam
Cu/Pb memiliki nilai Eº redoks sebesar +0,47 V, dan untuk pasangan
logam Pb/Zn memiliki nilai Eº redoks sebesar +0.63 V.
2. Semakin besar ∆E, maka semakin besar laju korosi yang terjadi
3. Laju korosi yang paling cepat terjadi pada plat Cu/Pb yaitu 0,1806
volt/menit dengan ∆E nya sebesar 0,1806 pada waktu 1 menit.

5.2 Saran
Adapun dalam praktikum ini membutuhkan sebuah saran guna untuk
memperbaiki dan membuat praktikum menjadi lebih baik untuk selanjutnya.
1. Sebaiknya menggunakan variasi logam lain.
2. Sebaiknya mencoba lautan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Graver. Corossion in Metal. NewYork: John Wiley& Sons Inc. 1985.

Lai, G. Y. 2007. High Temperature Corrosion and Materials Application. ISBN


978-0-87170853. Halaman. 321

Marcus P .,Oudar J..Corrosion Mechanism in Theory and Practice. Marcel Dekker


Inc. 1995

Trethewey, Kenneth R. and Chamberlain, John. KOROSI: Untuk Mahasiswa dan


Rekayasawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1991.

Uhlig, Herbert. Corrosion and Corrosion Control. NewYork: John Wiley& Sons
Inc. 1971.
LAMPIRAN

LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
22

Lampiran A. Contoh Perhitungan


1. Perhitungan Eº Redoks pada Percobaan
a. Pelat Cu/Zn
E0 Cu = + 0,34 volt (katoda)
E0 Zn = - 0,76 volt (anoda)
E0 redoks = 0,34 volt – (-0,76) volt = 1,1 volt
b. Pelat Cu/Pb
E0 Cu = +0,34 volt (katoda)
E0 Pb = -0,13 volt (anoda)
E0 redoks = 0,34 volt – (-0,13) volt = 0,47 volt
c. Pelat Pb/Zn
E0 Pb = - 0,13 volt (katoda)
E0 Zn = - 0,76 volt (anoda)
E0 redoks = -0,13 volt – (-0,76) volt = 0,63 volt

2. Perhitungan Ē korosi pada Percobaan


Dimana, Ē korosi = rata-rata potensial korosi (volt)
a. Pelat Cu/Zn
E Korosi pada t = 1 menit adalah 0,503 volt
E Korosi pada t = 3 menit adalah 0,446 volt
E Korosi pada t = 5 menit adalah 0,425 volt
Ē korosi = (0,503 +0,446 +0,425)/3 = 0,458 volt
b. Pelat Cu/Pb
E Korosi pada t = 1 menit adalah 0,2894 volt
E Korosi pada t = 3 menit adalah 0,2993 volt
E Korosi pada t = 5 menit adalah 0,303 volt
Ē korosi = (0,2894 + 0,2993 + 0,303)/3 = 0,297 volt
c. Pelat Pb/Zn
E Korosi pada t = 1 menit adalah 0,535 volt
E Korosi pada t = 3 menit adalah 0,539 volt
23

E Korosi pada t = 5 menit adalah 0,539 volt


Ē korosi = (0,535+ 0,539 + 0,539) / 3 = 0,538 volt

3. Perhitungan Laju Korosi pada Percobaan


a. Pelat Cu/Zn
∆E 0,597volt
Laju Korosi= = = 0,597 volt/menit
waktu 1 menit
∆E 1,093 volt
Laju Korosi= = = 0,218volt/menit
waktu 3menit
∆E 1,096 volt
Laju Korosi= = = 0,135 volt/menit
waktu 5menit
b. Pelat Cu/Pb
∆E 0,1806 volt
Laju Korosi= = = 0,1806 volt/menit
waktu 1 menit
∆E 0,1707 volt
Laju Korosi= = = 0,0569 volt/menit
waktu 3 menit
∆E 0,167 volt
Laju Korosi= = = 0,0334 volt/menit
waktu 5menit
c. Pelat Pb/Zn
∆E 0,095 volt
Laju Korosi= = = 0,095 volt/menit
waktu 1 menit
∆E 0,091 volt
Laju Korosi= = = 0,0303 volt/menit
waktu 3 menit
∆E 0,091 volt
Laju Korosi= = = 0,0182volt/menit
waktu 5menit
24

LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
25

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus


B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan dan sebutkan tentang deret galvanik!
Jawab:
Deret galvanik atau deret volta adalah urutan logam-logam (termasuk
hidrogen) yang didasarkan oleh kenaikan potensial elektroda standarnya, yang
terdiri atas: Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H, Sb,
Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au. Semakin ke kanan unsur dalam deret volta, logam semakin
muda mengalami reduksi dan memiliki potensial sel yang lebih tinggi dibandingkan
dengan logam yang di sebelah kirinya.

2. Gambarkan secara manual skematik korosi galvanik!


Jawab:

Bimetallic Couple
electrons electron
s
External
Circuit
CATHODE

ANODE

Electrolyte

Gambar B.1 Rangkaian Mekanisme Percobaan Korosi Galvanik

3. Tuliskan masing-masing reaksi anodik dan katodik serta tentukan logam yang
berperan sebagai anoda dan katoda!
Jawab:
a) Pada Cu/Zn
26

Cu sebagai katoda : Cu2+ + 2e Cu.......................(B.1)


Zn sebagai anoda : Zn Zn2+ + 2e.......................(B.2)
b) Pada Cu/Pb
Cu sebagai katoda : Cu2+ + 2e Cu...................... (B.3)
Pb sebagai anoda : Pb Pb2+ + 2e.......................(B.4)
c) Pada Pb/Zn
Pb sebagai katoda : Pb2+ + 2e Pb.......................(B.5)
Zn sebagai anoda : Zn Zn2+ + 2e.......................(B.6)

4. Jelaskan proses terjadinya korosi galvanik! jelaskan dengan sederhana


menggunakan bahasa kalian sendiri!
Jawab:
Korosi galvanik terjadi ketika dua buah logam yang memiliki potensial yang
berbeda saling berhubungan, dimana potensial dapat dilihat pada deret galvanik.
Mekanismenya terjadi reaksi oksidasi dan oksidasi (redoks), dimana logam yang
memiliki potensial lebih rendah akan mengalami reaksi oksidasi dan berperan
sebagai anoda. Sedangkan, logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi akan
mengalami reaksi reduksi dan bertindak sebagai katoda.

5. Berikan 5 contoh kasus korosi galvanik dalam kehidupan sehari-hari serta


pencegahannya
Jawab:
Contoh kasus korosi galvanik dalam kehidupan sehari-hari serta
pencegahannya:
a. Turbin kapal dan sambungannya, pencegahan bisa dengan coating.
b. Sambungan baut, pencegahannya isolasi dua logam yang berbeda
tersebut satu sama lain jika dilakukan penggabungan.
c. Rangka Kapal, Pencegahan pengunaan material yang sama.
d. Kunci dan gembok, pencegahan menggunakan material yang sama.
e. Struktur Bangunan, pencegahan dengan coating.
27

B.2 Tugas Khusus


1. Sebutkan dan jelaskan contoh korosi temperatur tinggi
Jawab:
1. korosi sulfates, terjadi karena sulfur dilepaskan dari garam dan berdifusi
ke dalam subtrat logam membentuk alumuium atau kromium sulfida berwarna
abu-abu atau biru, sehingga setelah laisan garam dihilangkan, baja tidak dapat
membangun kembali lapisan oksida pelindung baru (Lai, 2007)
2. korosi vanadium (fuel ash corossion), korosi yang terjadi pada temperatur
tinggi yang disebabkan residu bahan bakar minyak berat yaitu natrium dan
vanadium yang aka menghasilkan abu yang mengakibatkkan korosi (Marcus,
1995).
28

LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2 LABORATORIUM TEKNIK METALURGI


Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email:
labmet.untirta@gmail.com

Tanggal : 10 DATA PERCOBAAN Kelompok : 5


Oktober 2020
KOROSI GALVANIK

Eᵒ Waktu E Korosi Ē Korosi ∆E Laju Korosi Laju Korosi


Material
Redoks (Menit) (Volt) (Volt) (Volt) (Volt/Menit) Rata – Rata
(Volt/Menit)

1 0,503 0,597 0,597


3 0,446 0,458 0,654 0,218 0,317
Cu/Zn 1,1
5 0,425 0,675 0,135

0,47 1 0,2894 0,1806 0,1806


Cu/Pb 0,2993 0,297 0,0903
3 0,1707 0,0569
5 0,303 0,167 0,0334

0,095 0,095
Pb/Zn 0,63 1 0,535 0,091 0,0303 0,0478
3 0,539 0,538 0,091 0,0182
5 0,539

No. Nama NPM Asisten

1. Habybur Rahman 3334170061

2. Mu
uhammad Rafli Supri adi 3334180005

3. Joseph Bona Nandito 3334180028

4. (Katarina Viviandesta
......................................)

Anda mungkin juga menyukai