Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN MERUSAK

UJI IMPAK

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Langlang Nurcahyoko
NPM : 3331200107
Kelompok :8
Rekan : 1. Benridho Rizkynawan
2. Taufan Rianto
3. Saefudin Yusuf Habibie
Tanggal Praktikum : 30 April 2021
Tanggal Pengumpulan Lap. : 5 Mei 2021
Asisten : Dimas Budi Setyoko

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON–BANTEN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk Laporan Tanda Tangan

5 Mei 2021

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Mei 2021

(Dimas Budi Setyoko)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................1
1.3 Batasan Masalah........................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ketangguhan Material...............................................................3
2.2. Uji Impak..................................................................................4
2.3. Metode Charpy..........................................................................5
2.4. Metode Izod...............................................................................6
2.5. Jenis Patahan.............................................................................6
2.6. Mesin Uji Impak.......................................................................8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1. Diagram Alir Percobaan............................................................10
3.2. Alat dan Bahan..........................................................................11
3.2.1 Alat yang Digunakan........................................................11
3.2.2 Bahan yang Digunakan....................................................12
3.3. Prosedur Percobaan...................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan.........................................................................13
4.2. Pembahasan...............................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan...............................................................................18
5.2. Saran..........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN......................................................20
iii
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS............22
LAMPIRAN C. BLANKO PERCOBAAN...........................................................27

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Metode Charpy dan Izod.................................................................6
Gambar 2.2 Cup and Cone Fracture...................................................................7
Gambar 2.3 Proses Terjadinya Patahan Ulet.......................................................7
Gambar 2.4 Patahan Granular pada Baja Ringan................................................8
Gambar 2.5 Mesin Uji Tarik...............................................................................9
Gambar 3.1 Diagram alir Percobaan...................................................................10
Gambar 4.1 Grafik Hububgan Suhu dengan Harga Impak.................................14
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Suhu dengan Persen Patahan..............................16

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran A. Contoh Perhitungan.......................................................................20
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus........................................22
B.1 Jawaban Pertanyaan..............................................................23
B.2 Tugas Khusus........................................................................25
Lampiran C. Blanko Percobaan..........................................................................27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita menggunakan material jenis logam dan Material lainnya di kehidupan
sehari-hari. Dalam konteks tersebut. Logam sudah menjadi bagian yang mendasar
untuk sebuah konstruksi. Setiap material memiliki sifat mekanik yang berbeda
dan tiap material unggul dalam salah satu sifat dibandingkan material yang
lainnya. Sifat mekanik meliputi kekerasan, keuletan, kekuatan, dan ketangguhan.
Dikarenakan sifat mekanik pada tiap material berbeda, maka diperlukan metode
untuk menguji sifat mekanik tersebut. Uji impak merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan. Yang mendorong Uji impak ini adalah ketika perang
dunia ke 2, beberapa kapal terbelah menjadi dua.
Uji impak bertujuan untuk menguji ketahanan material terhadap beban.
Percobaan ini berbeda dengan uji tarik. Dimana di pengujian tarik pembebanan
dilakukan secara perlahan. Pada percobaan ini, pembebanan dilakukan secara tiba-
tiba. Contoh uji impak adalah ketika kendaraan bermotor secara tiba-tiba
menghantam tembok yang statis.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap harga impak (HI) serta jenis patahan dan sifat perpatahan berdasarkan
persen patahan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan Masalah terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Pada percobaan kali ini variabel bebasnya adalah Suhu dan
variabel terikat pada percobaan ini adalah harga impak dan jenis patahan.
1.4 Sistematika Penulisan
Pada Laporan ini terlampir dari Bab I sampai dengan Bab 5, serta ada pula
2

Lampiran yang hingga Blanko percobaan. Pada Bab I berisikan Latar belakang
dilakukannya percobaan uji impak, tujuan percobaan, Batasan masalah, dan
sistematika penulisan. Pada Bab II terdapat tinjauan pustaka yang merupakan
dasar teori dari pengujian impak. Pada Bab III terdapat metode percobaan yang
berisikan diagram uji percobaan, alat dan bahan, serta prosedur percobaan. Pada
Bab IV terdapat hasil percobaan dan juga pembahasan terhadap hasil percobaan
tersebut. Lalu pada Bab V terdapat kesimpulan dan saran terhadap percobaan uji
impak. Dilanjutkan dengan daftar Pustaka yang merupakan sumber terpercaya
dari buku dan juga jurnal yang dipakai dalam penulisan laporan ini. Lalu ada
lampiran A yang merupakan contoh perhitungan. Lalu ada lampiran B yang
menjawab pertanyaan pada buku panduan dan tugas khusus yang diberikan oleh
asisten. Yang terakhir terdapat blanko percobaan yang berisikan data-data hasil
percobaan uji impak kali ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketangguhan Material


Ketangguhan merupakan suatu ukuran energi yang diperlukan untuk
mematahkan suatu material. Material yang bersifat ulet memerlukan energi
perpatahan yang lebih besar. Material yang bersifat ulet lebih tangguh
dibandingkan bahan yang bersifat getas meskipun kekuatan bahan sama.
Penurunan ketangguhan suatu material memiliki resiko yang tinggi. Untuk
mengukur ketangguhan secara konvensional dapat dilakukan dengan uji impak
atau benturan [ CITATION Sri92 \l 1033 ]. Ketangguhan suatu material adalah
kemampuan material untuk menyerap energi pada daerah plastis. Ketangguhan
material dapat dipertangguh dengan cara pencampuran bahan satu dengan bahan
lainnya. Adapun faktor yang memegaruhi ketangguhan bahan yaitu sebagai
berikut :
1. Bentuk Takikan
Bentuk Takikan berpengaruh terhadap ketangguhan suatu material. Hal
ini disebabkan adanya perbedan distribusi tegangan yang tedapat pada
tiap jenis takikan. Berikut adalah beberapa jenis Takikan :
a. Takikan segitiga
Memiliki ketangguhan yang paling kecil. Jenis takikan ini terbilang
paling mudah patah yang disebabkan oleh distribusi tegangan yang
hanya terdistribusi pada satu titik yaitu ujung takikannya.
b. Takikan segi empat
Jika dibandingkan dengan takikan segitiga, takikan jenis ini
memiliki ketangguhan yang lebih besar dikarenakan tegangan yang
terjadi didistribusikan pada dua titik di sudutnya
c. Takikan setengah lingkaran
Memiliki ketangguhan yang besar dikarenakan pada jenis takikan
ini tegangan tersebar pada tiap sisi di lingkaran. Sehingga jenis
takikan ini tidak mudah patah
5

2. Beban
Semakin besar beban yang diberikan pada material/spesimen, maka
energi yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen semakin kecil
dan juga hall yang sama untuk sebaliknya. Jika sebuah spesimen diberi
beban yang sangan besar, maka spesimen tersebut akan mudah patah.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dimiliki oleh spesimen, maka ketangguhan
yang dimiliki spesimen akan semakin tinggi jika menerima beban
secara tiba-tiba. Sebaliknya jika suhu rendah maka ketangguhan yang
dimiliki pun akan ikut merendah.
4. Transisi Ulet Rapuh
Transisi Ulet-Rapuh dapat memengaruhi ketangguhan material.
Transisi dari Ulet ke rapuh terjadi pada suhu tertentu dimana patahan
dari sebuah material berubah dari ulet ke rapuh. Suhu ini mungkin
didefinisikan sebagai rata-rata energi diantara daerah ulet ke rapuh
pada energi terserap tertentu atau dari karakteristik patahan
[ CITATION Askrd \l 1033 ].
5. Ukuran Butir
Ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan. Jika sebuah butir semakin
halus maka material pun akan menjadi rapuh, dan sebaliknya jika butir
semakin besar maka bahan akan semakin ulet.

2.2 Uji Impak


Uji Impak dilatarbelakangi oleh masalah patahan getas yang terjadi pada
perang dunia kedua. Pada perang dunia kedua beberapa kapal yang berada pada
musim dingin terbagi menjadi dua dengan patahan getas. Patahan yang terjadi
menyebabkan tiap kapal tidak dapat beroperasi dan ada patahan yang tidak
memengaruhi operabilitas kapal. Patahan terjadi ketika kapal sedang berlayar di
laut dan ketika sedang berlabuh. Hal ini menyebabkan perhatian terpusatkan pada
baja ringan ulet yang dapat berubah menjadi getas dalam kondisi tertentu. Pada
kondisi tertentu tersebut ilmuan mulai melakukan berbagai kondisi. Ilmuan mulai
6

terdorong untuk mencari pengertian terhadap pecahan getas yang terjadi


[ CITATION Die611 \l 1033 ]. Ada 3
7

faktor mendasar yang menyebabkan pembelahan patahan getas yaitu sebagai


berikut :
1. Tegangan triaksial
2. Suhu rendah
3. Laju regangan yang tinggi
Latar belakang diatas mendorong pengujian yang bernama pengujian
impak. Pengujian impak memiliki tujuan untuk mengukur energi yang dapat
diserap oleh suatu material hingga material patah. Seperti Namanya, Pengujian
impak adalah respon material terhadap beban yang tiba-tiba atau kejut (beban
impak). Pengujian impak terbagi menjadi dua macam pengujian standar, yaitu
Charpy dan Izod.

2.3 Metode Charpy.


Pengujian impak Charpy banyak digunakan sebagai penentuan kualitas
dari material. Sampel uji dari metode charpy memiliki luas penampang bujur
sangkar (10 x 10 mm) dan memiliki takik yang bersudut 45 o dengan jari-jari 0,25
mm dan kedalaman 2 mm. Pengujian patah biasanya ditentukan dari tegangan
yang diperlukan untuk mematahkan material atau spesimen, namun dalam metode
Charpy adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan material atau spesimen
[ CITATION MST85 \l 1033 ]. Dalam sudut pandang ini, metode Charpy terlihat
maju. Jenis takik yang dapat digunakan dalam metode charpy ada tiga yaitu
sebagai berikut:
1. V-notch Specimen
2. Keyhole Specimen
3. U-notch Specimen
Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan batang impak yang ditumpu
pada kedua ujungnya dalam posisi mendatar. Bagian bertakik diletakkan posisi
paling tengah yang akan menjadi titik kontak antara beban impak dengan
spesimen. Setelah itu bagian belakang bertakik diberi beban impak dengan ayunan
bandul. Spesimen akan melengkung dan berakhir patah yang disebabkan oleh laju
regangan yang tinggi [ CITATION ASM00 \l 1033 ]. Metode charpy sering
8

digunakan pada Amerika Serikat sedangkan metode izod lebih lazim digunakan di
Inggris.Pada pengujian ini berlangsung lebih cepat dikarenakan spesimen tidak
perlu dijepit.
9

2.4 Metode Izod


Metode Izod adalah metode uji impak yang lazim digunakan di Inggris,
namun pada zaman kini jarang digunakan. Perbedaan metode Izod dengan metode
Charpy terletak pada posisi takik dan peletakan bahan uji serta arah beban
impaknya. Takik pada metode Izod terletak di ujung yang dijepit. Peletakan
metode Izod diletakkan dengan posisi vertikal atau berdiri tegak. Bebam impak
yang diberikan terhadap spesimen di metode Izod berasal dari arah depan takik.
Metode Izod dijepit pada satu ujung sumbu secara vertical seperti sebuah
kantilever. Beban impak mengenai spesimen Izod pada ujung yang tidak dijepit
yaitu ujung sumbu paling atas. Untuk lebih mengerti perbedaan antara Metode
Charpy dengan Metode Izod, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini

Gambar 2.1 Metode Charpy dan Izod[ CITATION Die611 \l 1033 ]

2.5 Jenis Patahan


Pada uji impak, spesimen akan mengalami patahan. Patahan sendiri terjadi
ketika spesimen telah dikenai beban impak. Hal ini disebabkan oleh spesimen
yang tidak dapat menahan beban kejut dan juga beban kejut yang diberikan
melebihi kemampuan spesimen untuk menahan beban yang diberikan. Patahan
menjadi patokan untuk ketangguhan pada percobaan uji impak kali ini dimana
semakin tinggi harga impak maka semakin tinggi pula ketangguhannya. Secara
umum, patahan terbagi menjadi dua, yaitu patahan Ulet dan Getas. Keduanya
dijelaskan sebagai berikut :
1. Patahan Ulet
Patahan ulet memiliki sifat yang dapat menyerap energi yang besar.
Patahan ulet memiliki ciri pada bagian patahan memiliki tekstur yang
10

berserabut, menyerap cahaya, dan buram. Untuk gambar terlihat


seperti berikut ini :

Gambar 2.2 Cup and Cone Fracture [ CITATION Cal01 \l 1033 ].

Patahan ulet terjadi secara perlahan yang dilakuka menggunakan


energi yang statis atau pembebanan yang statis. Patahan ulet cenderung
mengalami deformasi elastis yang lama jika dibandingkan dengan
patahan getas. Patahan jenis ini lebih tangguh jika dibandingkan
dengan patahan getas dikarenakan jenis patahan inilah yang dapat
menahan beban atau gaya yang banyak hingga dapat menyerap energi
yang terbilang lebih daripada patahan getas. Ada fenomena yang hanya
terjadi pada patahan ulet yaitu fenomena Necking. Fenomena ini terjadi
ketika spesimen yang ulet sudah mencapai Ultimate Tensile Strength
dan mulai memasuki fase deformasi plastis. Berikut adalah gambar
proses terjadinya patahan ulet
11

Gambar 2.3 Proses terjadinya patahan Ulet[ CITATION Die611 \l


1033 ]
12

2. Patahan Getas
Patahan getas terjadi tanpa adanya deformasi dan terjadi dengan
perambatan retakan yang cepat. Arah dari retakan hampir sejajar
dengan arah tegangan tarik yang diterapkan dan menghasilkan
permukaan yang relatif datar [ CITATION Cal01 \l 1033 ]. Patahan
getas memiliki ciri permukaan yang berbentuk granular, berkilat,
memantulkan cahaya. Patahan jenis getas terjadi relatif lebih cepat,
penampang tidak tereduksi akibat dari patahan. Patahan getas sendiri
terdapat dua jenis yaitu patahan getas Transgranular dan patahan getas
Intragranular. Untuk Transgranular patahan memotong diantara
granular, sedangkan untuk intergranular merambat diantara granular
yang ada pada material. Berikut adalah gambar Patahan getas :

Gambar 2.4 Patahan Granular pada baja ringan[ CITATION Cal01 \l


1033 ]

2.6. Mesin Uji Impak


Mesin uji impak adalah mesin yang digunakan untuk menentukan energi
yang diserap dalam mematahkan sepotong spesimen pada kecepatan tinggi.
Spesimen yang dimaksud adalah spesimen yang sudah memiliki takik Energi yang
diterima adalah ukuran ketangguhan takik material tertentu dab vertubdaj sevagau
alat yang bertujuan untuk belajar bergantung pada suhu transisi. Mesin uji impak
tersusun dari pendulum dengan massa yang diketahui dan panjang yang
dijatuhkan dari ketinggian. Pendulum dijatuhkan lalu mengenai spesimen
bertakik. Setelah spesimen dan pendulum melakukan kontak, Energi yang
13

disimpan oleh pendulum dipindahkan terhadap material. Mesin uji impak


menggunakan metode bandul yang
14

memanfaatkan gaya gravitasi untuk menggerakan palu. Untuk menyimpulkan


energi yang dipindahkan dapat dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan
ketinggian palu sebelum dan sesudah patahan terjadi. Berikut adalah gambaran
mesin uji impak :

Gambar 2.5 Mesin Uji Impak[ CITATION Askrd \l 1033 ]

Setelah dilakukannya pengujian impak menggunakan mesin uji impak,


maka akan didapatkan beberapa data. Data yang didapatkan memegang peran
dalam mendapatkan Harga Impak suatu material. Satuan dari Harga Impak adalah
Joule/mm2. Untuk mencari nilai dari harga impak maka dapat dilakukan
menggunakan persamaan matematis berikut :
E
HI = ……………………………… (2.1)
A
Keterangan :
HI = Harga Impak (J/mm2)
E = Energi yang diserap (J)
A = Luas penampang (mm2)
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Dalam percobaan ini, terdapat diagram alir percobaan untuk
mempermudah pengertian terhadap alur precobaan. Berikut adalah diagram alir
untuk uji impak :

Benda uji disiapkan sesuai


ukuran standar

Kedalaman takik dan luas penampang


diukur

Bandul diatur pada posisi skala 300 Joule

Benda uji diletakkan pada mesin uji impak charpy

Bandul dilepaskan dan energi yang diserap untuk


mematahkan benda uji dicatat

Dilakukan percobaan pada kondisi suhu yang berbeda yang telah ditentukan
asisten
16

Harga impak dihitung dari setiap benda


uji yang didapat

Bentuk patahan diamati dan diukur

Ditentukan % patahan yang didapat


pada setiap benda uji

Data pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang digunakan
Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam uji impak:
1. Mesin uji impak charpy
2. Oven
3. Bejana
4. Jangka sorong
5. Thermometer
17

3.2.2 Bahan-bahan yang digunakan


Berikut adalah bahan yang digunakan dalam uji impak:
1. Benda uji
2. Es
3.3 Prosedur Percobaan
Prosedur yang ada dalam percobaan uji impak adalah sebagai berikut
1. Benda uji disiapkan sesuai ukuran standar
2. Kedalaman takik dan luas penampang benda uji diukur
3. Bandul diatur pada posisi skala 300 joule
4. Benda uji diletakkan pada mesin uji impak charpy
5. Bandul dilepaskan dan energi yang diserap untuk mematahkan benda
uji dicatat
6. Dilakukan percobaan pada kondisi suhu yang bereda sesuai yang
ditentukan oleh asisten
7. Harga impak yang didapatkan pada setiap benda uji dihitung
8. Bentuk patahan yang terjadi diamati dan diukur
9. Ditentukan % (persen) patahan yang didapat pada setiap benda uji
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah dilakukan percobaan uji impak, didapat data-data yang
tercantum pada tabel berikut ini
Tabel 4.1 Hasil Percobaan
Panjang
Luas Energ Harga Persen
No Suhu
Penampang i Impak A B Patahan

1 80 6 127 1.5875 7 6 47%


2 80 30 176 2.2 7 7 39%
3 80 103.4 168 2.1 6 5 62%

4.2 Pembahasan
Prosedur percobaan dari percobaan uji impak adalah sebagai
berikut. Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menyiapkan benda
uji dalam ukuran standar. Pada percobaan kali ini percobaan menggunakan
metode charpy sehingga benda uji perlu dibuat ukurannya sesuai dengan
ASTM E23 dengan Takikan V sudut 45o. Langkah kedua adalah mengukur
kedalaman takik dan luas penampang benda uji. Untuk menghitung luas
penampang pertama tinggi dikurangi oleh kedalaman takik lalu dikalikan
dengan lebar dari benda uji. Dalam hal ini berarti 8 mm dikali dengan 10
mm jadi luas penampang 80 mm.
Setelah selesai melakukan persiapan pada benda uji, dilanjutkan
pada mesin uji impak. Langkah ketiga adalah mengatur bandul pada mesin
uji impak ke harga 300 Joule. Setelah diatur, dilakukan Langkah keempat
yaitu meletakkan benda uji pada mesin uji impak charpy. Peletakkan
dilakukan secara horizontal sebagaimana metode charpy dilakukan dan
bagian takikan terletak pada bagian tengah. Dipastikan juga bahwa bandul
akan mengenai bagian belakang takikan. Setelah persiapan mesin uji
impak dilakukan pelepasan bandul dan mencatat energi yang
20

Diserap untuk mematahkan benda uji. Setelah itu dilakukan percobaan pada suhu
yang berbeda. Setelah dilakukannya percobaan, harga impak dihitung pada tiap
benda uji. Bentuk patahan yang terjadi diamati dan diukur. Setelah itu ditentukan
persen patahan yang didapatkan pada setiap benda uji. Disebutkan pada prosedur
percobaan bahwa benda uji dibuat dengan takikan juga. Takikan disini bertujuan
untuk memusatkan tekanan yang nantinya akan diberikan melalui beban impak
dari pendulum. Takikan juga berfungsi untuk mengendailkan hasil yang
didapatkan dari spesimen. Maksud dari mengendalikan disini adalah agar patahan
terjadi tepat di tengah benda uji charpy. Untuk metode izod, peletakan takikan
berbeda dengan metode charpy. Detil lainnya yang tidak dapat diabaikan adalah
jenis takikan V ini perlu dibuat dalam kedalaman 2 mm dengan sudut 45o.
Material BSN 375 adalah material yang digunakan dalam
percobaan impak ini. BSN adalah singkatan dari Badan Standarisasi
Nasional. . BSN adalah jenis standar bahan yang digunakan di Indonesia.
BSN 375 merupakan batang kawat baja berkarbon tinggi. Baja ini
memiliki sifat yang tampak, tidak mengandung serpihan, lipatan retakan.
Pada percobaan ini terdapat grafik perbandingan antara Suhu di
sumbu X dan Harga Impak di sumbu Y. Suhu memengaruhi harga impak.
keduanya saling berhubungan dalam percobaan ini. Untuk bentuk grafik
dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :
2.5

2
Harga Impak (J/mm2)

1.5

0.5

0
6 30 103.4
Suhu (oC)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan suhu dengan harga impak


21

Terlihat pada grafik bahwa harga impak meningkat seiring


meningkatnya suhu. Hal ini berarti ketangguhan bahan atau material BSN
375 meningkat seiring ditingkatkannya suhu. Material juga akan
mengalami perubahan pada patahan dan sifat mekaniknya. Patahan akan
cenderung lebih ulet ketika suhu menjadi lebih tinggi. Hal ini
menyebabkan energi impak yang diperlukan untuk mematahkan spesimen
menjadi lebih tinggi. Sedangkan ketika suhunya menjadi Rendah, logam
BSN 375 akan menjadi lebih getas atau mudah patah. Dikarenakan
menjadi getas, energi impak yang dibutuhkan untuk mematahkan bahan
akan menjadi kecil. Secara literatur, sebagaimana dicantumkan pada buku
The Brittle Fracture Story oleh Constance Tipper pada tahun 1962,
peristiwa ini adalah transisi dari ulet ke getas atau Ductile to Brittle
Transition. Dalam literatur tersebut, Tipper menyatakan bahwa saat suhu
tinggi, energi impak secara relatif juga besar karena patahannya berubah
menjadi ulet. Saat suhu menurun, energi impak menurun drastis
bersamaan dengan berubahnya patahan menjadi getas. Dari percobaan dan
grafik ini, dapat dibilang bahwa hasil yang didapat sesuai dengan literatur
yang dicantumkan oleh Tipper dalam bukunya. Terbilang sesuai karena
nilai harga impak naik bersamaan dengan nilai suhu.
Dari grafik yang diamati, percobaan ini menyatakan bahwa suhu
memengaruhi sifat dari sebuah logam atau material. Dalam hal ini baja
BSN 375 yang telah dipersiapkan sesuai dengan ASTM E23, dipengaruhi
oleh suhu. Ketangguhan yang didapatkan meningkat seiring suhu yang ada
pada benda uji ditingkatkan. Dalam peningkatan suhu ini juga memicu
perubahan sifat mekanik pada benda uji. Benda uji akan menjadi terbilang
lebih tangguh terhadap beban impak yang diberikan terhadapnya. Benda
uji akan berubah dari jenis patahannya. Semakin dingin suhu yang dimiliki
oleh benda uji, maka benda uji akan semakin getas, dan begitu pula
sebaliknya, semakin panas maka semakin ulet.
Selanjutnya adalah grafik perbandingan suhu terhadap persen
patahan. Grafik tersebut dapat diperoleh ketika hasil patahan telah diamati
22

dan didapatkan dimensi dari patahan tersebut. Patahan tersendiri terbagi


menjadi dimensi A dan B. Keduanya digunakan untuk menemukan persen
patahan yang dimiliki oleh benda uji. Grafik yang didapatkan terlampir
pada Gambar 4.2 berikut ini:
70

60

50
Persen Patahan (%)

40

30

20

10

0
6 30 103.4
Suhu (oC)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Suhu dengan Persen Patahan

Persen patahan disini berhubungan dengan luas dari patahan yang


terjadi pada benda uji. Benda uji disini memiliki luas patahan yang
berbeda dari benda uji pada suhu satu dengan suhu yang lainnya. Untuk
menentukan persen patahan, hal ini sebelumnya sudah ditentukan oleh
ASTM. ASTM adalah American Society for Testing and Materials. Pada
grafik terlihat bahwa persen patahan pada suhu rendah lebih tinggi lalu
menurun ketika suhu ditingkatkan. Namun setelah ditingkatkan lagi persen
patahan tiba-tiba meningkat kembali. Untuk persen patahan sendiri,
terdapat tabel yang menjadi acuan. Tabel ini dapat ditemukan pada buku
ASTM E23 – 07. Secara literatur, grafik yang diberikan sudah benar,
dimana pada suhu tinggi benda uji menjadi ulet dan pada suhu rendah
benda uji menjadi getas.
Pada percobaan uji impak ini, suhu memengaruhi jenis patahan
yang terjadi pada benda uji. Patahan pada logam sendiri secara umum
terbagi menjadi dua. Terdapat patahan ulet dan patahan getas. Patahan ulet
23

adalah jenis patahan yang terjadi disebabkan oleh beban statis yang
diberikan pada benda uji. Patahan ulet biasanya adalah jenis patahan yang
menandakan bahwa benda uji memiliki ketangguhan yang relatif lebih
tangguh. Patahan getas adalah jenis patahan yang terjadi disebabkan oleh
retakan yang terjadi pada benda uji. Patahan jenis ini terjadi ketika benda
uji diberikan beban impak atau beban yang tiba-tiba. Pada percobaan ini
suhu memegang peran besar. Dikarenakan suhu memicu fenomena yang
disebut
24

sebagai transisi ulet ke getas atau Ductile to Brittle Transition. Transisi ini terjadi
saat benda uji dipanaskan atau benda uji didinginkan. Untuk melakukan hal
tersebut, percobaan ini menggunakan oven, dan es untuk menaikkan dan
menurunkan suhu dari benda uji.
Pada percobaan uji impak ini, patahan yang terjadi adalah patahan
getas. Tetapi, pada patahan getas tersebut tidak semuanya sama.
Tergantung pada suhu yang diberikan, benda uji dengan suhu satu dengan
suhu yang lainnya relatif berbeda. Jenis patahan pada suhu tertentu akan
relatif lebih ulet daripada suhu lainnya. Pada uji impak ini, terdapat 3
benda uji yang masing masing diberi suhu yang berbeda. Pada suhu-suhu
tersebut, luas patahan yang dimiliki juga berbeda yang memiliki dimensi
A dan dimensi B. Kedua dimensi tersebut dicantumkan dalam blanko
percobaan. Satuan dari kedua dimesi tersebut adalah mm. untuk
mengetahui patahannya, maka dilakukanlah konversi dari panjang tersebut
ke persen patahan. Untuk konversi yang dilakukan, dapat menggunakan
tabel yang dicantumkan pada buku ASTM E23. Dari literatur yang
praktikan dapat, semakin tinggi nilai persen patahan, maka semakin ulet
benda uji dalam suhu tersebut. Dari literatur tersebut, praktikan
menyimpulkan bahwa benda uji yang berada pada suhu 103.4 derajat
Celsius bersifat ulet dan benda uji yang bersuhu 30 derajat Celsius lebih
getas daripada yang bersuhu 6 derajat Celsius .
Pada percobaan ini terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi percobaan. Percobaan ini yang pertama dipengaruhi oleh
kekuatan luluh dan keuletan. Untuk material tertentu, energi impak yang
dimiliki akan terlihat menurun ketika kekuatan luluh ditingkatkan. Hal ini
disebabkan oleh material yang mengalami beberapa proses yang
membuatnya lebih getas dan kurang dapat mengalami deformasi plastis.
Yang kedua memengaruhi percobaan ini adalah takikan. Takikan berperan
sebagai pemusat tekanan yang diberikan pada benda uji. Yang ketiga
memengaruhi percobaan ini adalah suhu. Energi impak diserap dalam
bentuk deformasi plastis ketika benda uji luluh. Yang keempat
25

memengaruhi percobaan ini adalah mekanisme patahan. Logam cenderung


gagal karena salah satu dari mekanisme, penggabungan atau pembelahan
mikrovoid. Pembelahan dapat terjadi pada bahan kubik yang berpusat pada
tubuh dan terjadi di sepanjang bidang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya percobaan uji impak metode charpy, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Temperatur memengaruhi harga impak yang dimiliki oleh benda uji
2. Temperatur memengaruhi jenis perpatahan
3. Berdasarkan persen patahan, jenis patahan yang terjadi adalah patahan
getas dengan beberapa patahan relatif ulet terhadap patahan yang getas
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah :
1. Menggunakan jenis bahan yang berbeda
2. Menggunakan jenis takikan yang berbeda
3. Mencoba menggunakan metode izod.
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. Sriati, Ilmu dan Teknologi Bahan, Jakarta: PT Erlangga, 1992.


[2] D. R. Askeland, The Science and Engineering of Materials Sixth Edition,
Stamford: Cengage Learning Inc., 2011.
[3] G. E. Dieter, JR., Mechanical Metallurgy, New York: McGraw-Hill
Book Company, 1961.
[4] T. S. MS. and S. Saito, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, 1985.
[5] ASM International, ASM Handbook Volume 8: Mechanical Testing and
Evaluation, Materials Park: ASM International, 2000.
[6] W. D. Callister, Jr., Fundamentals of Materials Science and
Engineering, New York: John Wiley & Sons, Inc., 2001.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN
Lampiran A. Contoh Perhitungan
1. Luas Penampang
A=L x ( t−kedalaman takikan )=10 x ( 10−2 )=10 x 8 = 80 mm2
2. Harga Impak pada Temperatur
a. Temperatur 3oC
E 127
HI = = =¿ 1.5875 J/mm2
A 80
b. Temperatur 30oC
E 176
HI = = =¿ 2.2 J/mm2
A 80
c. Temperatur 103.4oC
E 168
HI = = =¿ 2.1 J/mm2
A 80
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus
B.1 Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan impact test?
Jawab:
Impact test atau Uji impak adalah pengujian yang dilakukan untuk
mempelajari ketangguhan suatu material. Ketangguhan material
merupakan faktor yang menandakan kesanggupan material untuk
menyerap energi ketika deformasi plastis
2. Jelasan perbedaan antara ketangguhan, kekuatan, dan kekerasan!
Jawab:
Perbedaan terletak pada pengertian. Ketangguhan adalah besar
energi yang dibutuhkan sampai terjadi perpatahan pada material. kekuatan
adalah besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan
material untuk menahan deformasi. dan yang terakhir adalah kekerasan,
kekerasan adalah kemampuan material menahan deformasi plastis local
akiban penetrasi pada pemurkaan
3. Jelaskan faktor yang mempengaruhi ketangguhan suatu material!
Jawab:
Faktor yang dapat memengaruhi ketangguhan suatu material adalah
Bentuk Takikan. hal ini dikarenakan takikan dapat mendistribusi tegangan
secara berbeda tergantung bentuknya. Lalu ada beban, tergantung pada
beban yang diberikan, ketangguhan dari material akan bervariasi.
Selanjutnya ada suhu, semakin tinggi suhu yang dimiliki spesimen,
ketangguhan spesimen akan semakin tinggi, dan sebaliknya jiga suhu
rendah, maka ketangguhan spesimen akan semakin rendah. Lalu ada
transisi ulet-rapuh, pada transisi ini, bergantung pada suhu dimana transisi
terjadi dikarenakan suhu yang menyebabkan transisi dari ulet ke getas dan
sebaliknya. Selanjutnya ada ukuran butir
4. Jelaskan dan gambarkan macam-macam takik spesimen uji impak
menurut standar ASTM!
Jawab:
Menurut buku ASTM E23-07a, terdapat tiga jenis takikan, yaitu
Takikan V,takikan setengah lingkaran, dan takikan lubang kunci
(Keyhole). Berikut gambar beserta dimensi tiap takikan.

5. Jelaskan mengapa uji impak penting dilakukan dalam rangkaian uji


Teknik?
Jawab:
Alasan mengapa uji impak penting adalah pada industri tiap
material yang dipakai akan berpengaruh akan bagaimana barang akan
bertahan. Uji impak mempelajari mengenai sifat ketangguhan dari bahan
yang merupakan salah satu dari sifat mekanik yang diperhatikan ketika
memilih bahan untuk dijadikan barang yang akan diproduksi. Sehingga
pemilihan material berdasarkan sifat disini akan menjelaskan mengapa uji
impak terbilang penting.
6. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis perpatahan impak!
Jawab:
Perpatahan pada umumnya terdapat dua, yaitu perpatahan ulet dan
getas. Kedua perpatahan ini terjadi pada pengujian impak. Patahan ulet
adalah patahan yang terjadi karena beban statis yang diberikan pada
material, jika beban yang diberikan dihilangkan maka deformasi yang
terjadi sebelum patahan terjadi akan hilang. Patahan getas adalah patahan
yang diawali oleh retakan yang cepat dan tidak ada deformasi plastis pada
material.
7. Sebutkan dan jelaskan contoh persitiwa yang pernah terjadi yang
berkaitan dengan fenomena perpatahan getas!
Jawab:
Pada perang dunia kedua, terdapat kapal Liberty yang diproduksi
massal oleh Amerika. Sekitar sebanyak 1500 kapal Liberty ini mengalami
patahan getas dan 12 kapal termasuk 2710 kapal Liberty yang dibuat patah
menjadi dua tanpa peringatan. Pertama kecurigaan mendarat pada
galangan kapal yang memiliki pekerja yang kurang berpengalaman dan
Teknik pengelasan yang baru. Namun Constance Tipper dari Cambridge
University mendemonstrasikan bahwa pengelasan yang menyebabkan
patahan getas ini, tetapi disebabkan oleh Embrittlement yang terjadi pada
suhu rendah dari jenis baja yang digunakan
8. Apa yang dimaksud dengan temperatur transisi uji impak? Jelaskan
hubungannya dengan perubahan sifat material logam (ulet dan getas)
Jawab:
Temperatur transisi uji impak adalah temperatur yang menyebabkan
transisi antara sifat ulet dan getas. Hal ini dijelaskan oleh Constance
Tipper pada penelitiannya bahwa temperatur dapat mengubah sifat
keuletan logam menjadi getas. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
Embrittlement pada suhu rendah yang disebabkan oleh unsur pada logam
itu sendiri.
B.2 Tugas Khusus
1. Gambarkan perbedaan uji spesimen charpy dan izod beserta
dimensinya
Jawab:
Menurut ASTM E23, berikut adalah Spesimen Charpy Jenis takikan
V-45o beserta Dimensinya

Berikut adalah spesimen Izod dengan jenis takikan V-45o beserta


dimensinya

2. Bagaimana Mekanisme Uji Impak?


Jawab:
Pertama bandul diatur pada ukuran tertentu, misalnya pada
percobaan ini adalah 300 Joule. Lalu spesimen yang telah disiapkan sesuai
dengan ASTM E23 diletakkan sesuai dengan metode yang diujikan.
Metode yang diujikan pada percobaan ini adalah Metode charpy, maka
spesimen diletakkan secara horizontal dengan dua sumbu menjadi
tumpuan dan dipastikan bahwa bandul mengenai bagian belakang takikan.
Setelah dipersiapkan maka bandul akan berayun dan mengenai spesimen
dan menghasilkan patahan. Patahan disini terjadi karena beban kejut atau
beban impak atau beban tiba-tiba yang disebabkan oleh ayunan bandul
yang lalu mengenai spesimen.
LAMPIRAN C
BLANKO PERCOBAAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK
METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email :
metalurgilaboratorium@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai