Anda di halaman 1dari 25

TUGAS PAPER

MATA KULIAH PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


TEGANGAN MUKA

Dosen Pembimbing : 1. Fahmi Arifan, ST, M.Eng

2. Anggun P. S, ST, PhD

JUDUL PAPER
Deteksi Efektifitas Bahan Antiseptik Melalui
Pengukuran Tegangan Permukaan

Disusun Oleh :
Kelompok 2A
(Kelas A)

1. Tama Riska Simaremare (40040119650027)


2. Silvy Aryo Rahmasari (40040119650111)

TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, petunjuk,
kasih dan karunia-Nya, penyusun diberikan kelancaran dalam membuat makalah
ini. Karena semua itu j penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain baik secara langsung
maupun tidak langsung, tugas ini tidak mungkin terselesaikan. Pada kesempatan
ini penyusun ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dan membimbing penyusun sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Tugas ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang berisikan ilmu


pengetahuan Tegangan Muka. Maksud dan tujuan penyusun dalam menyusun
makalah ini adalah untuk membahas materi yang berkaitan dengan Tegangan
Muka.

Penyusun menyadari sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan,


makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penyusun telah berusaha
menyusun makalah ini sebaik mungkin baik dari segi isi, bentuk, teknik
penyajian, bahasa, dan lain-lain. Penyusun sangat berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi pihak lain.

Semarang, 19 Maret 2020

Penyusun

II
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………… I

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI ......................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 4

2.1. Pengertian Tegangan Permukaan ............................................................. 4

2.2. Macam – macam Metode Tegangan Permukaan...................................... 4

2.2.1. Metode Cincin de-Nouy .................................................................... 4

2.2.2. Metode Kenaikan Kapiler ................................................................. 5

2.2.3. Metode Bubble Pressure…………………………………………… 5

2.2.4 Metode Berat Tetes………………………………………………….6

2.3. Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan ............................................ 6

2.4. Adhesi dan Kohesi .................................................................................... 7

2.5. Fluida ........................................................................................................ 7

2.5.1. Fluida Statis....................................................................................... 7

2.5.2. Fluida Dinamis .................................................................................. 7

2.5.3 Fluida Newtonian…………………………………………………...8

2.5.4 Fluida Non-Newtonian……….……………………………………..8

2.6. Kapilaritas ................................................................................................ 8

2.7. Gejala Kapilaritas ..................................................................................... 8

III
2.8. Surfaktan .................................................................................................. 8

2.9. Klasifikasi Surfaktan………. ................................................................... 9

2.9.1. Surfaktan Anionik ............................................................................. 9

2.9.2. Surfaktan Kationik ............................................................................ 9

2.9.3. Surfaktan Nonionic ........................................................................... 9

2.9.4. Surfaktan Amfoterik.......................................................................... 9

2.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Muka ...................... 10

2.10.1. Suhu ............................................................................................. 10

2.10.2. Zat Terlarut (Solute) .................................................................... 10

2.10.3. Surfaktan ..................................................................................... 10

2.10.4. Jenis Cairan ................................................................................. 10

2.10.5. Konsentrasi Zat Terlarut .............................................................. 10

2.11. Viskositas ................................................................................................. 11

2.12. Densitas………………………………………………………………….11

2.13. Aplikasi Tegangan Muka………………………………………………..12

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 13

3.1. Metode Penelitian ................................................................................... 13

3.1.1. Bahan .................................................................................................. 13

3.1.2. Alat...................................................................................................... 13

3.1.3. Cara Kerja ........................................................................................... 13

3.2. Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 13

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 16

4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 16

4.2. Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................V

IV
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………….VII

V
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tegangan permukaan diartikan sebagai suatu kemampuan atau


kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya
lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya
didefinisikan sebagai usaha yang membentuk luas permukaan baru.(Juliyanto et
al., 2017). Kita dapat menentukan tegangan permukaan dengan menggunakan
konsep kapilaritas yaitu peristiwa naik atau turunnya zat cair di dalam pipa kapiler
(pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara
zat cair dengan dinding kapiler.Namun, dilapangan belum banyak ditemukan alat
peraga sederhana untuk menentukan tegangan permukaan zat cair.(Juliyanto et al.,
2017).

Tabung pipa kapiler ini memiliki beberapa diameter yang berbeda dari
ukuran besar sampai paling kecil.Cairan dimasukkan dalam tabung yang
berdiameter besar dengan menggunakan corong. Cairan tersebut dengan
sendirinya akan mengisi pipa yang lain. Gelembung udara mempengaruhi
kenaikan cairan pada tabung yang diameternya sangat kecil. Untuk itu, pada saat
mengisikan cairan ke dalam tabung harus dilakukan dengan hati-hati. Salah satu
alat untuk mengukur diameter dan naik turunnya cairan pada tabung pipa kapiler
yaitu dengan menggunakan katetometer. (Wahyuni, 2015).

Naik atau turunnya cairan dalam suatu pipa kapiler disebabkan oleh gaya
adhesi dan kohesi. Adhesi adalah gaya antara molekul yang jenisnya berbeda.

Kohesi adalah gaya di antara molekul-molekul dengan jenis yang sama.


Besarnya kekuatan relatif gaya adhesi dan kohesi bergantung pada tegangan
permukaan.

1
Terjadinya fenomena kapilaritas, salah satunyakarena peranan penting
adanya tegangan permukaan. (Wahyuni, 2015).

Selain menggunakan tabung pipa kapiler, tegangan permukaan dapat


diukur menggunakan peralatan kawat berbentuk U. Alat ini diisi dengan zat cair.
Karena adanya tegangan permukaan, dibutuhkan gaya untuk menarik kawat yang
bisa digerakkan sehingga dapat menambah luas (Wahyuni,2015).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tegangan permukaan?

2. Apa macam- macam metode tegangan muka?

3. Apa penyebab terjadinya tegangan permukaan?

4. Apa yang dimaksud dengan adhesi dan kohesi?

5. Apa yang dimaksud dengan fluida?

6. Apa yang dimaksud dengan kapilaritas?

7. Bagaimana terjadinya gejala kapilaritas?

8. Apa yang dimaksud dengan surfaktan?

9. Apa aja Klasifikasi surfaktan?

10. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka?

11. Bagaimana penerapan tegangan muka sehari – hari?

12. Apa yang dimaksud dengan densitas?

13. Apa yang dimaksud dengan viskositas?

2
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tegangan permukaan

2. Untuk mengetahui metode tegangan permukaan

3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya tegangan permukaan

4. Untuk mengetahui pengertian adhesi dan kohesi

5. Untuk mengetahui pengertian fluida

6. Untuk mengetahui pengertian kapilaritas

7. Untuk mengetahui terjadinya gejala kapilaritas

8. Untuk mengetahui pengertian surfaktan

9. Untuk mengetahui Klasifikasi surfaktan

10. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tegangan muka

11. Untuk mengetahui penerapan tegangan muka dalam kehidupan


sehari-hari

12. Untuk mengetahui pengertian densitas

13. Untuk mengetahui pengertian viskositas

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Tegangan Permukaan

Tegangan dalam permukaan ini adalah gaya persatuan panjang yang harus
diberikan sejajar pada permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Gaya ini
tegangan permukaan mempunyai satuan dyne/cm dalam satuan cgs. tegangan
permukaan juga diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu
permukaan datar atau bulat seperti bola atau ringkasnya didefinisikan sebagai
usaha yang membentuk luas permukaan baru. Dengan sifat tersebut zat cair
mampu untuk menahan benda-benda kecil di permukaannya (Juliyanto et al.,
2017).

2.2. Macam – macam Metode Tegangan Permukaan

2.2.1. Metode Cincin de-Nouy


Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan dan tegangan
antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan
bahwa gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada
zat cair sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka.
Gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin dalam hal ini diberikan
oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam dyne. (Juliyanto et al., 2017).

𝑭₂
𝜸=
𝝅(𝒅₂ + 𝒅₂)

Dimana :

F2 = Gaya yang diperlukan untuk melepaskan


cincin Du Nouy dari permukaan larutan (Mn)

γ = Tegangan Permukaan (mN/m)

4
d1 = Diameter dalam cincin du nouy (m)

d2 = Diameter luar cincin du nouy (m)

2.2.2. Metode Kenaikan Kapiler


Beberapa metode penentuan tegangan muka diantaranya adalah
metode kenaikan pipa kapiler. Metode kenaikan pipa kapiler merupakan
metode bila suatu pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang
membasahi dinding maka cairan akan naik kedalam kapiler karena adanya
tegangan muka. Kenaikan cairan sampai suhu tinggi tertentu sehingga
terjadi keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah.(Juliyanto et al.,
2017)

F = πr2h ρ g

Dimana, h : tinggi muka

g : percepatan gravitasi

ρ : berat jenis

r : jari-jari kapiler

Gaya keatas : F’ = 2 πr / cos θ

2.2.3 Metode Bubble Pressure

Metode bubble pressure, dimana tekanan didalam gelembung


sebanding dengan tegangan permukaan, maka tegangan permukaan dapat
diukur dengan mengukur tekanan gelembung. (Fathona et al., 2019)

𝐠𝐑
𝐇= (𝛒₁𝐡₁ − 𝛒₂𝐡₂)
𝟐

Dimana :

H = tegangan permukaan

g = percepatan gravitasi (cm/s2)

R = Jari-jari gelembung dalam pipa kapiler

5
ρ1 = Massa jenis zat cair dalam manometer

ρ2 = massa jenis zat cair dalam bejana(gr/ml)

h1 = selisih tinggi permukaan cairan di kaki manometer

h2 = selisih tinggi permukaan zat cair pada bejana dengan


ujung gelembung udara pada pipa kapiler (cm)

2.2.4 Metode berat tetes

Yaitu metode yang mengukur surface tension dengan melihat bentuk dan
dimensi dari tetesan cairan yang menggantung. (Fathona et al., 2019)

𝜌1 𝑛𝑜
𝛾 = 𝜌2 . ɣ𝑜
𝑛₂

Dimana :

ɣ = tegangan permukaan surfaktan 10%

ρo = Berat jenis air (g/ml)

ρ1 = Berat jenis surfaktan 10% (g/ml)

ƞo = jumlah tetesan air

ƞ1 = jumlah tetesan surfaktan 10%

ɣ = tegangan permukaan air (720 dyne/cm)

2.3. Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk


menegang, sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv

6
berlaku bahwa besar gaya kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada
zat yang non-adesiv berlaku sebaliknya (Juliyanto et al., 2017).

2.4. Adhesi dan Kohesi

Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar molekul yang sama jenisnya
sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda jenisnya.
(Arum, 2017).

Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan permukaan
gelas, maka air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga air
membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung).
Keadaan ini dapat menyebabkan zat cair dapat naik ke atas oleh tegangan
permukaan yang arahnya ke atas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan
gaya berat cairan tercapai.(Toto & Yulisma, 2017)

2.5. Fluida

Fluida adalah zat-zat yang mengalir dan menyesuaikan diri dengan bentuk
wadah dan tempatnya atau zat yang berdeformasi teru menerus selama
dipengaruhi oleh tegangan geser.(Asnal, 2012). Fluida terbagi menjadi dua yaitu
fluida statis dan fluida dinamis :

2.5.1. Fluida Statis


Fluida dikatakan statis saat berada dalam fase tidak bergerak tetapi
tidak ada perbedaan kecepatan antar partikel. (Arum, 2017).

2.5.2. Fluida Dinamis


Fluida dinamis merupakan fluida yang berada dalam keadaan
bergerak. Fluida di sini dianggap dalam keadaan steady dimana
mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu, tidak mengalami
perubahan volume, tidak kental dan tidak mengalami turbulen. Aliran
fluida dibedakan menjadi dua yaitu: (Arum, 2017).

7
2.5.2.1. Aliran Laminer
Aliran Laminer merupakan aliran fluida mulus dimana
lapisan - lapisan yang bersebelahan meluncur satu dengan yang lain
dengan mulus. Aliran laminer biasanya dijumpai pada air yang
dialirkan melalui pipa atau selang.

2.5.2.2. Aliran Turbulen


Aliran ini ditandai dengan adanya lingkaran - lingkaran
tidak menentu dan menyerupai pusaran (Arum, 2017).

2.5.3 Fluida Newtonian

Fluida Newtonian adalah salah satu jenis fluida yang memiliki kurva shear
and stress dan gradien kecepatan linear. Fluida Newtonian akan terus
mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Contoh : air,
benzene, ethanol

2.5.4 Fluida Non-Newtonian

Fluida yang tidak tahan terhadap tegangan geser (shear and stress),
gradient kecepatan (shear rate) dan temperatur. Dengan kata lain
kekentalan (viscocity) merupakan fungsi daripada waktu. Contoh : cat,
minyak pelumas, lumpur. (Sutinah, 2013)

2.6. Kapilaritas

Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya zat cair di dalam pipakapiler
(pipa sempit). Kapilaritas dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi antara
zat cair dengan dinding kapiler. (Juliyanto et al., 2017).

2.7. Gejala Kapilaritas

Gejala kapilaritas merupakan gejala naik turunnya zat cair dalam pipa
kapiler. Penyebab dari terjadinya peristiwa ini adalah gaya tarik antara molekul di
dalam zat cair yang dibedakan menjadi adhesi dan kohesi(Arum, 2017).

2.8. Surfaktan

8
Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphipatic
atau amphiphilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu
molekul yang sama. Adanya surfaktan dalam emulsi berfungsi sebagai penstabil
koloid dari partikel sebagai hasil dari adsorpsi surfaktan pada antarmuka partikel
air.(Dewi et al., 2015).

2.9. Klasifikasi Surfaktan

2.9.1. Surfaktan Anionik


Surfaktan anionik merupakan suatu surfaktan yang gugus polarnya
mengandung muatan negatif (contohnya adalah C12H25C6H4SO3- Na+
(Natrium Alkil Benzena Sulfonat), sodium lauril sulfonat, sodium dodesil
benzen sulfonat, sodium lauril eter sulfat, ammonium lauril sulfat, sodium
metil kokoil sulfat,sodium lauril sarkosinat(Tang, 2011).

2.9.2. Surfaktan Kationik


Surfaktan kationik adalah merupakan suatu surfaktan yang gugus
polarnya mengandung muatan positif Surfaktan kationik biasanya berasal
dari senyawa amina yang berantai panjang primer. Senyawa kelompok
surfaktan kationik ini dapat digunakan sebagai zat tolak air, zat pelunak
untuk tekstil dan kertas, zat pencegah korosi serta digunakan dalam flotasi
bijih. (Tang, 2011).

2.9.3. Surfaktan Nonionic


Surfaktan nonionic atau netral adalah merupakan suatu surfaktan
dengan bagian aktif permukaannya mengandung gugus non ion (contohnya
adalah suatu karbohidrat yang dapat berikatan hidrogen dengan air).
(Tang, 2011).

2.9.4. Surfaktan Amfoterik


Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang mengandung muatan
negatif dan positif pada bagian aktif permukaannya misalnya sulfobetain.
(Tang, 2011).

9
2.10. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tegangan Muka

2.10.1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu karena
meningkatnya energy kinetik molekul. Pada umumnya nilai tegangan
permukaan zat cair berkurang dengan adanya kenaikan suhu. (Juliyanto et
al., 2017).

2.10.2. Zat Terlarut (Solute)


Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan
viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.
(Juliyanto et al., 2017).

2.10.3. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
atau antar muka. (Juliyanto et al., 2017).

2.10.4. Jenis Cairan


Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara
molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar.
Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara
molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya kecil. (Juliyanto et al.,
2017).

2.10.5. Konsentrasi Zat Terlarut


Solut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan
tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih
besar daripada didalam larutan.

Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan


tegangan muka mempunyai permukaan yang lebih kecil daripada di dalam
larutan. (Juliyanto et al., 2017).

10
2.11. Viskositas

Viskositasmerupakan pengukuran dari ketahananfluida yang diubah


baik dengan tekanan maupun tegangan. kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.(Widayanti, 2016)

μk = c x t
dimana :
μk = viskositas kinematic
t = waktu
c = konstanta oswald

2.12. Densitas

Densitas atau massa jenis memiliki makna sebagai hubungan dari massa
dengan volume. Benda yang memiliki densitas yang besar akan memiliki
kerapatan massa yang besar. Dengan begitu semakin mampat antar
partikel penyusun benda, maka nilai densitasnya semakinbesar untuk benda yang
sama. (Dewi K et al., 2017)

(𝐰𝟐−𝐰𝟏)
𝛒= 𝐯𝐩

dimana :

ρ = densitas (g/ml)

w1 = berat piknometer kosong (g)

w2 = berat piknometer dengan sampel (g)

vp = volume piknometer (ml)

2.13. Aplikasi Tegangan Muka

11
a. Dengan konsentrasi rendah surfaktan pada heksilresoksinol akan
membantu penetrasi zat tersebut ke dalam cacing kremi Ascaris.
Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan tegangan
antarmuka antara fase cair dan dinding sel organisme, sehingga
mempermudah adsorpsi dan penyebaran heksiresorsinol di atas
permukaan cacing.

b. Senyawa amonium kuarterner yang merupakan salah satu surfaktan


justru mempunyai aktivitas antibakteridengan mekanisme menaikkan
permeabilitas (kebocoran) membran sel lipid yang menyebabkan
kematian organisme tersebut dikarenakan hilangnya bahan-bahan
esensial dari sel.

c. Zat pembasah yang merupakan suatu surfaktan dapat menurunkan


sudut kontak dengan membantu memindahkan fase udara
pada permukaan dan menggantikannya dengan suatu fase cair.

Contoh :

1. pendispersian obat-obat seperti sulfur, arang dan serbuk-


serbuk lain dengan air,

2. pemindahan udara dari matriks kapas dan perban penyerap


sehingga larutan obat bisa diadsorbsi untuk pemakaian
pada berbagai daerah tubuh,

3. pemindahan kotoran dan sisa-sisa dengan menggunakan


deterjen dalam pencucian luka,

4. pemakaian losio dan spray obat pada permukaan kulit dan


selaput lender. (Sinala et al., n.d.)

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Bahan

Iodium 1 %, iodium 10 %, triklosan, dan kalium permanganat uji


efektivitasnya digunakan medium nutrien agar dan bakteri E.Coli.

3.1.2. Alat

Pipa kapiler, pipet tetes, gelas ukur, erlenmenyer.

3.1.3. Cara Kerja

Bahan antiseptik, pada dasarnya harus mempunyai sifat mudah


larut dalam air atau nilai kelarutannya tinggi. Hal ini dimaksudkan agar
bahan antiseptik dapat langsung tersebar ke dalam air. Oleh sebab itu,
bahan antiseptik harus mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah
dari tegangan permukaan air. Pada penelitian ini, besar tegangan
permukaan untuk bahan antiseptik triklosan ± 36 dyne/cm, iodine 1%
mempunyai tegangan permukaan ± 65 dyne/cm, dan kalium permanganat
mempunyai nilai tegangan permukaan ± 70 dyne/cm. Untuk uji daya
hambat digunakan bakteri E.Coli dengan mengukur luas daerah hambat
perkembangan bakteri. Dengan memvariasikan konsentrasi yang sesuai
dengan konsentrasi pada saat melakukan pengukuran tegangan permukaan.

3.2. Hasil dan Pembahasan

Judul pada jurnal yang kami gunakan yaitu “Deteksi Efektifitas Bahan
Antiseptik Melalui Pengukuran Tegangan Permukaan” Uji daya hambat yang
dilakukan pada ketiga bahan antiseptik menunjukkan bahwa penurunan
konsentrasi, selain menurunkan nilai tegangan permukaan, juga menaikan besar

13
daya hambat pertumbuhan bakteri. Hasil daya hambat per hari isa dilihat dalam
tabel 1.

Tabel 1. Uji daya hambat perhari

Gambar 1. Hubungan tegangan


permukaan dan daya hambat
menggunakan triksolan

Bahan antiseptik triklosan adalah 35,32 dyne/cm, dengan diameter zona


hambat hari pertama 17,85 mm menjadi 20,09 mm pada hari kedua. Apabila zona
hambat dari hari pertama hingga hari kedua semakin besar maka dapat dikatakan
bahwa larutan antiseptik tersebut mempunyai kemampuan mematikan kuman
(bakterisida)

Gambar 2. Hubungan tegangan


permukaan dan daya hambat
menggunakan Iodine 1%

14
Nilai tegangan permukaan (γ) terendah untuk bahan antiseptik iodine 1 %
adalah 64,82 dyne/cm, dengan diameter hari pertama 12,90 mm menjadi 9,95 mm.
Apabila zona hambat dari hari pertama hingga hari kedua semakin kecil maka
dapat dikatakan bahwa larutan antiseptik tersebut mempunyai kemampuan
menghambat perkembangan kuman (bakteriostatik).

Gambar 3. Hubungan tegangan


permukaan dan daya hambat
menggunakan kalium permanganat

Bahan antiseptik kalium permanganat, nilai tegangan permukaan (γ)


terendah yakni 70,36 dyne/cm, dengan diameter hari pertama 10,70 mm menjadi
12,90 mm. Apabila zona hambat dari hari pertama hingga hari kedua semakin
besar maka dapat dikatakan bahwa larutan antiseptik tersebut mempunyai
kemampuan mematikan kuman (bakterisida).

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Semakin besar nilai konsentrasi larutan antiseptik (C), maka semakin kecil
nilai tegangan permukaannya (γ ). Semakin kecil nilai tegangan permukaan
larutan antiseptik maka efektifitas mematikan kumannya semakin tinggi.

Untuk daya hambat terkecil yaitu larutan kalium permanganat (1gr/ liter)
yaitu 7,15 mm dan yang memiliki daya hambat terbesar adalah larutan triklosan
(133,93 gr/liter) yaitu 17,85 mm. Adapun larutan antiseptik yang bersifat
menghambat kuman (bakteriostatik) adalah iodine 1% dan iodine 10% sedangkan
larutan antiseptik yang bersifat mematikan kuman ( bakterisida) adalah triklosan
dan kalium permanganat.

4.2. Saran

Dalam penelitian lebih lanjut kita dapat menguji keefektifitas antiseptic


dengan metode tegangan muka. Sehingga hasil dari penelitian ini cukup akurat,
jadi pada penelitian ini diperoleh dua jenis bahan antiseptik yang dapat mematikan
kuman yaitu triklosan dan kalium permanganat, dan satu bahan antiseptic yang
bersifat bakterio static yaitu iodine 1%.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arum, W. F. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop


Problem Solving Dan Problem Posing Pada Materi Fluida. Jurnal
Teknika STTKD, 4(2), 40–50.

Asnal, E. (2012). Dinamika Fluida. Fisika 1.

Dewi, Y. N., Mulyanti, D., & Maulana, I. T. (2015). Optimasi Formulasi


Basis Sediaan Emulgel dengan Variasi Konsentrasi Surfaktan.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba.

Hidayati, S., Gultom, N., & Eni, H. (2012). OPTIMASI PRODUKSI


METIL ESTER SULFONAT DARI METIL ESTER MINYAK
JELANTAH.
Reaktor, 14(2), 165.
https://doi.org/10.14710/reaktor.14.2.165-172

Juliyanto, E., Rofingah, J., Sejati, A. F., & Hakim, F. N. (2017).


Menentukan tegangan permukaan zat cair. Jurnal Kajian Pendidikan
Sains.

Sinala, S., Si, S., Si, M., Junaedi, A., Si, S., & Farm, M. (n.d.). BAB I
Dasar-dasar Farmasi Fisika dan Sifat Fisika Molekul Topik 1 Dasar-
dasar Farmasi Fisika. 1, 1–147.

Tang, M. (2011). Pengaruh Penambahan Pelarut Organik Terhadap


Tegangan Permukaan Larutan Sabun. 2011(Snips), 22–23.

Wahyuni, H. S. (2015). Pengukuran Tegangan Permukaan Larutan


Detergen Menggunakan Apitan Kaca Dengan Bantuan Analisa
Foto. i–49.

Dewi K, S., Firdausi, A., & Diah P, M. (2017). Densitas dan Porositas
Batuan. In Fisika Laboratorium.
Fathona, I. W., Suhendi, A., & Elektro, F. T. (2019). STUDI SISTEM
PENGUKURAN SURFACE TENSION MENGGUNAKAN STUDY OF

V
SURFACE TENSION MEASUREMENT SYSTEM USING DU. 6(3), 10324–
10331.
Sutinah. (2013). Bab Ii Landasan Teori. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Toto, T., & Yulisma, L. (2017). Analisis Aplikasi Konsep Gaya dalam Fisika
yang Berkaitan dengan Bidang Biologi. Jurnal Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Fisika, 3(1), 63. https://doi.org/10.21009/1.03109

VI
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS PAPER MATA KULIAH
PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Judul Paper : Deteksi Efektifitas Bahan Antiseptik Melalui


Pengukuran Tegangan Permukaan

a. Rencana Isi Paper:

BAB I. PENDAHULUAN :

1.1 Latar Belakang

1.2 Permasalahan

1.3 Tujuan

BAB II. LANDASAN TEORI :

2.1 Pengertian Tegangan Permukaan

2.2 Macam – Macam Metode Tegangan Permukaan

2.3 Penyebab Terjadinya Tegangan Permukaan

2.4 Adhesi dan Kohesi

2.5 Fluida

2.6 Kapilaritas

2.7 Gejala kapilaritas

2.8 Surfaktan

2.9 Klasifikasi surfaktan

2.10 Faktor – faktor yang mempengaruhi tegangan muka

2.11 Viskositas

2.12 Densitas

VII
2.13 Aplikasi Tegangan Muka

BAB III. PEMBAHSAN :

3.1 Metode Penelitian

3.2 Hasil dan Pembahasan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Mahasiswa yang Bersangkutan,

Mahasiswa Mahasiswa

Tama Riska Simaremare Silvy Aryo Rahmasari


NIM : 400401196501 NIM : 40040119650111

Mengetahui, Menyetujui,
Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium
Tegangan Muka

Fahmi Arifan, ST, M.Eng Hovivah


NIP. 198002202005011001 NIM. 400401176400030

VIII

Anda mungkin juga menyukai