Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................. 1
1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH ......................................... 1
1.3 BATASAN MASALAH ............................................................. 2
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................... 2
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 URAIAN UMUM ........................................................................ 13
iii
3.2 ALAT-ALAT UJI PEMBEBANAN STATIK ............................ 13
3.2.1 Hydraulic Jack ................................................................... 14
3.2.2 Plate Test............................................................................ 14
3.2.3 Presure Gauge ................................................................... 15
3.2.4 Dial Gauge ......................................................................... 15
3.2.5 Reference Beam.................................................................. 17
3.3 TAHAP PENGUJIAN BEBAN STATIK ................................... 17
3.3.1 Persiapan Uji Beban Statik ................................................ 17
3.3.2 Setting Alat ......................................................................... 18
3.3.3 Pelaksanaan Pembacaan Dial............................................. 18
3.4 INTERPRETASI HASIL UJI PEMBEBANAN STATIK .......... 20
3.4.1 Metode Chin F.K................................................................ 20
3.4.2 Metode Davisson................................................................ 21
BAB 4 PENUTUP
4.1. KESIMPULAN ........................................................................... 23
4.2. SARAN........................................................................................ 23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
3. Memahami metode pelaksanaan pile loading test dan interpretasinya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
pembebanan (loading test) terhadap fondasi tiang adalah untuk mengetahui
secara tepat dan akurat berapa besar daya dukung fondasi tiang tersebut memikul
gaya/ beban vertikal (compressive load), gaya/ beban (lateral load) dan gaya/
beban tarik (uplift load). Percobaan pembebanan vertikal (compressive loading
test) dilakukan terhadap fondasi tiang adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan fondasi akibat
beban rencana.
2. Untuk menguji bahwa tiang yang dilaksanakan mampu mendukung
beban rencana dan membuktikan bahwa dalam pelaksanaan tidak terjadi
kegagalan.
3. Untuk menentukan daya dukung ultimate nyata (real ultimate bearing
capacity) sebagai contoh dari hasil perhitungan berdasarkan formula
statis dan dinamis.
4. Untuk mengetahui kemampuan elastisitas daripada tanah.
Daya dukung dapat diperhitungkan menurut cara-cara statis maupun
dinamis. Uji pembebanan (loading test) dilakukan jika penyelidikan geoteknik
memberikan hasil yang meragukan dalam arti susunan tanah tidak homogen
homogen, keadaan tanah keras cukup dalam sehingga agak sukar untuk
menentukan daya dukung fondasi dengan tepat. Pengujian yang dilakukan
umumnya hingga 200% dari beban kerja pada tahap verifikasi daya dukung,
sedangkan untuk beberpa hal seperti keperluan optimasi dan kontrol beban ultimit
pada gempa kuat, seringkali diperlukan pengujian sebesar 250% hingga 300%
dari beban kerja.
Hal penting pada uji beban statik adalah hasilnya. Hasil uji beban statik
dalam rekayasa fondasi dapat menentukan mekanisme yang terjadi, seperti dapat
melihat kurva beban penurunan, besarnya deformasi plastis tiang, kemungkinan
terjadinya kegagalan bahan tiang dan lain sebagainya. Pengujian pembebanan
tiang umumnya dilaksanakan dengan maksud sebagai berikut:
1. Menentukan grafik hubungan beban dan penurunan, terutama pada
pembebanan di sekitar beban yang diharapkan.
4
2. Sebagai percobaan guna meyakinkan bahwa keruntuhan fondasi tidak
akan terjadi sebelum beban ditentukan tercapai. Nilainya beberapa kali
beban rencana. Nilai pengali tersebut dipakai sebagai faktor aman.
3. Menentukan kapasitas ultimit riil, mengecek hasil hitungan kapasitas
tiang yang diperoleh dari rumus statis dan dinamis.
Umumnya uji pembebanan perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti
berikut ini:
1. Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena
keterbatasan informasi mengenai detail dan geometri struktur. Kinerja
struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas bahan
akibat serangan zat kimia, ataupun akibat gempa, kebakaran,
pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.
2. Tingkat keamanan struktur yang rendah akibat jeleknya kualitas
pelaksanaan ataupun akibat adanya kesalahan perencanaan yang
sebelumnya tidak terdeteksi.
3. Struktur direncanakan dengan metode-metode khusus, sehingga
menimbulkan kekhawatiran akan tingkat keamanan struktur tersebut.
4. Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan
tambahan yang belum diperhitungkan pada perencanaan.
5. Diperlukan pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja
dicor.
Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan
pengukuran pergerakan tiang. Beban-beban diberikan secara bertahap dan
penurunan tiang diamati. Umumnya keruntuhan yang dicatat untuk interpretasi
lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan, tiang terus mengalami
penurunan. Pengujian dapat dilakukan setelah tujuh samapi tiga puluh hari dari
pengeboran. Hal ini penting untuk memungkinkan tanah yang telah terganggu
kembali ke keadaan semula dan tekanan air pori yang terjadi akibat pemancangan
tiang telah berdisipasi. Pembebanan dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
pertama dengan menggunakan sistem kentledge seperti ditunjukkan pada Gambar
2.1. Cara kedua dapat menggunakan kerangka baja atau jangkar seperti ilustrasi
5
Gambar 2.2. Pembebanan diberikan pada tiang dengan menggunakan dongkrak
hidrolik.
Pergerakan tiang dapat diukur menggunakan satu dial gauges yang
terpasang pada kepala tiang. Toleransi pembacaan antara satu dial gauge lainnya
adalah satu milimeter. Pengukuran pergerakan relatif tiang sangat penting untuk
mendapatkan informasi mengenai interaksi tanah dengan tiang. Pengujian tiang
sebaiknya dilengkapi dengan instumentasi. Instrumentasi yang dapat digunakan
adalah strain gauges yang dapat dipasang pada lokasi-lokasi tertentu sepanjang
tiang. Instrumentasi dapat memberikan informasi mengenai pergerakan kaki tiang,
deformasi sepanjang tiang, atau distribusi beban sepanjang tiang selama pengujian
(American Society Testing and Materials, 2010).
6
2.2.2 Uji Beban Dinamik
Uji beban dinamik atau HSDPT (High Strain Dynamics Pile Tests) atau
PDA (Pile Driving Analyzer) merupakan pengujian lain yang dapat dijadikan
pelengkap atau pengganti uji beban statik. Tujuan pengujian dinamis ini adalah
untuk mengetahui besarnya daya dukung ultimate tiang bor tunggal yang
dilakukan dilapangan dengan berbagai dimensi dan karakteristik tiang yang telah
ditentukan melalui perencanaan sebelumnya, baik untuk pemilihan tiang maupun
lokasinya.
Beban dinamik akibat tumbukan dari drop hammer pada kepala tiang,
akan menimbulkan regangan pada tiang dan pergerakan relatif (relative
displacement) yang terjadi antara tiang dan tanah sekitarnya, sehingga
menimbulkan gelombang akibat perlawanan atau reaksi tanah. Semakin besar
kekuatan tanah, semakin kuat perlawanan gelombang yang timbul. Gelombang
aksi maupun reaksi akibat perlawanan tanah akan direkam. Berat minimum dari
palu yang akan digunakan ditentukan sebesar 1% dari perkiraan daya dukung
ujung tiang. Sebagai contoh untuk daya dukung ijin tiang direncanakan sebesar
500 ton dan diambil daya dukung batasnya 200% dari daya dukung ijinnya,
sebesar 1000 ton, maka berat minimum palu adalah 10 ton. Tinggi jatuh palu
diambil antara 1 m sampai 2 m, dipilih ketinggian minimum berapa yang sudah
menghasilkan output daya dukung batas tiang. Pengujian dilakukan 2 sampai 5
kali tumbukan, sedangkan besarnya daya dukung tiang ditentukan dengan
rekaman 1 gelombang tumbukan saja.
7
Pengujian PDA saat ini banyak dilakukan untuk bermacam-macam
fondasi seperti fondasi tiang pancang maupun fondasi tiang bor. Pengujian PDA
untuk tiang berdiameter besar dan daya dukung besar sangat menguntungkan,
karena proses pengujian dangat singkat (dari persiapan sampai selesai hanya
berlangsung selama 1-3 jam).
8
1143-81 (opsional) yang direkomendasikan oleh Dinas Perhubungan Amerika
Serikat dan Pengelola Jalan Raya. Prosedur pengujian tersebut terdiri atas:
1. Bebani tiang dalam penambahan dua puluh kali hingga 300% dari beban
desain (masing - masing tambahan adalah 15% dari beban desain).
2. Pertahankan tiap beban selama lima menit, pembacaan dilakukan setiap
2,5 menit.
3. Tambahkan peningkatan beban hingga jacking continue dibutuhkan
untuk mempertahankan beban uji.
4. Setelah interval lima menit, lepaskan atau hilangkan beban penuh dari
tiang dalam empat pengurangan dengan jarak diantara pengurangan lima
menit.
Metode quick load test lebih cepat dan ekonomis serta lebih mendekati
suatu kondisi. Waktu pengujiannya selama 3-5 jam. Metode quick load test tidak
dapat digunakan untuk estimasi penurunan karena metode cepat.
9
Keuntungan utama dari metode CRP adalah lebih cepat 2-3 jam dan lebih
ekonomis. Hasil pengujian tiang dengan metode CRP menunjukkan bahwa beban
runtuh relatif tidak tergantung oleh kecepatan penetrasi bila digunakan batasan
kecepatan penurunan kurang dari 1,25 mm/menit. Kecepatan yang lebih tinggi
dapat menghasilkan daya dukung yang sedikit. Beban dan pembacaan deformasi
diambil setiap menit. Pengujian dihentikan bila pergerakan total kepala tiang
mencapai 10% dari diameter tiang bila pergerakan (displacement) sudah cukup
besar.
(3.1)
Dimana:
S : Settlement
Q : Penambahan beban
C1 : Kemiringan garis lurus
10
Gambar 2.4 Grafik Hubungan Beban dengan Penurunan Menurut Metode Chin
Sumber: Taslim, 2015
Kegagalan metode Chin dapat digunakan untuk tes beban dengan cepat
dan tes beban yang dilakukan dengan lambat. Umumnya kegagalan beban akan
memberikan perilaku yang tidak realistik jika tidak digunakan suatu kenaikan
waktu yang konstan pada uji tiang. Jika sepanjang kemajuan tes beban statis,
keruntuhan pada tiang akan bertambah sehingga garis Chin akan menunjukkan
suatu titik temu, oleh karena itu dalam merencanakan tiap pembacaan metode
Chin perlu dipertimbangkan. Metode Chin memperhatikan batasan beban yang
diregresikan linier yang mendekati nilai satu dalam mengambil suatu hasil tes
beban statis, dengan dasar nilai-nilai yang ditentukan dari dua cara yang telah
disebutkan. Secara umum dua titik akan menentukan satu garis dan titik ketiga
pada garis yang sama mengkorfimasikan suatu garis (Fellenius, Bengt H. 2001).
(3.3)
Dimana:
11
Se : Penurunan elastis (mm)
Q : Beban uji yang diberikan (ton)
L : Panjang tiang (m)
Ap : Luas penampang tiang (m2)
Ep : Modulus elastisitas tiang (ton/m2)
3. Tarik garis OA seperti gambar berdasarkan persamaan penurunan elastis
(Se).
4. Tarik garis BC yang sejajar dengan garis OA dengan jarak X, dimana X
adalah:
(3.4)
12
BAB 3
PEMBAHASAN
13
3.2.1 Hydraulic Jack
Hydraulic jack adalah alat pendongkrak hidrolik yang dapat mengangkat
segala apa yang didongkraknya dengan cara mengumpulkan angin dan menekan
cairan pada tabungnya sehingga membuat tabung dongkrak keluar dengan
kapasitas angkat tertentu. Cara menggunakan hydraulic jack adalah dengan cara
dipompa dengan tuas yang menggunakan tenaga manusia. Hydraulic jack sangat
ringan untuk dipompa tetapi dapat menghasilkan tekanan angin yang kuat.
14
3.2.3 Preasure Gauge
Preasure gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
fluida (gas atau liquid) dalam tabung tertutup. Satuan dari preasure gauge berupa
psi (pound per square inch), psf (pound per square foot), mmHg (millimeter of
mercury), inHg (inch of mercury), bar ataupun atm (atmosphere). Preasure gauge
pada uji pembebanan digunakan sebagai alat pengukur beban pada setiap tahap
pembebanan. Preasure gauge yang digunakan dapat mengukur tegangan sampai
1000 psi.
15
4. Mengukur kesejajaran pada permukaan benda.
5. Mengukur penyimpangan bantalan pada poros engkol.
Dial gauge dapat digunakan dengan cara kerja tertentu. Cara kerja dial
gauge adalah sebagai berikut:
1. Pasang contact point pada dial gauge.
2. Pasang dial gauge pada alat bantunya magnetic base.
3. Letakkan contact point pada benda kerja yang akan diukur.
4. Kendurkan screw pengikat pada skala lalu posisikan angka nol sejajar
dengan jarum penunjuk, setelah itu kencangkan lagi screw pengikatnya.
5. Gerak-gerakan benda kerja sesuai dengan kebutuhan yang ingin diukur.
6. Kemudian baca nilai penyimpangan jarum penunjuk pada skala.
Cara mengkalibrasikan dial gauge adalah sebagai berikut:
1. Letakkan dial gauge pada tempat yang rata atau datar.
2. Kemudian lihatlah skala utama dan skala nonius.
3. Jika skala utama tidak menunjukan angka nol, maka putar skrup
pengkalibrasian searah dengan jarum jam atau sebaliknya sampai jarum
skala utama menunjukkan angka nol .
4. Lakukan juga hal yang sama pada skala nonius.
16
3.2.5 Reference Beam
Reference beam adalah batang baja statis dan bebas gangguan sebagai
tumpuan ujung dial gauges.
17
4. Penyusunan cross beam, main beam dan balok kubus sebagai beban
pengujian.
18
Beban rencana : 140 ton
Beban pengujian : 280 ton (200% × beban rencana)
Hasil pembacaan dial dapat dimasukkan ke dalam Tabel 3.1 dan
digambarkan pada grafik hubungan antara beban dan penurunan.
Tabel 3.1 Data Load Displacement
Load Settlement
Cycle
% Tons (mm)
I 0 0 0,00
25 35 0,71
50 70 0,99
25 35 0,93
II 0 0 0,36
50 70 1,08
75 105 1,78
100 140 3,50
75 105 3,20
50 70 3,04
III 0 0 2,12
50 70 2,65
100 140 3,70
125 175 6,55
150 210 9,77
125 175 9,54
100 140 9,28
50 70 9,12
IV 0 0 7,77
50 70 8,57
100 140 9,51
150 210 12,51
175 245 15,17
200 280 18,33
175 245 18,28
150 210 17,20
100 140 16,35
50 70 15,96
0 0 14,16
Sumber: Taslim, 2015
19
Load (Tons)
0 100 200 300
0,00
2,00
4,00
6,00 Cycle I
Settlement (mm)
8,00 Cycle II
Gambar 3.6 Grafik Hubungan Antara Beban dan Penurunan pada Bored Pile
Sumber: Taslim, 2015
20
0,080
Settlement/Load (mm/ton) 0,070
y = 0,00433x + 0,00428
0,060
0,050
0,040 Settlement vs
Settlement/Load
0,030
Linear (Settlement
0,020 vs Settlement/Load)
0,010
0,000
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00
Settlement (mm)
= 164,96 ton
21
Gambar 3.8 Grafik Interpretasi Metode Davisson
Sumber: Taslim, 2015
22
BAB 4
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Fungsi uji pembebanan pada fondasi tiang adalah untuk membuktikan
akurasi perhitungan desain dengan kapasitas daya dukung tiang di
lapangan. Kondisi tanah di lapangan yang bervariasi merupakan
penyebab utama dilakukannya uji pembebanan.
2. Uji pembebanan terdapat dua macam yaitu uji pembebanan statik dan
dinamik. Perbedaan yang menonjol dari keduanya adalah beban yang
digunakan berbeda. Uji beban statik lebih cenderung menggunakan
beban biasa sedangkan uji beban dinamik dapat menggunkan gelombang
sebagai beban.
3. Metode pelaksanaan uji pembebanan khususnya statik terderi dari
persiapan pengujian, setting alat dan pemacaan dial. Hasil dari pengujian
dapat dilakukan interpretasi menggunakan metode Chin ataupun
Davisson. Hasil interpretasi dengan metode Chin didapat beban ulitimit
sebesar 164,96 ton sedangkan untuk metode Davisson didapat beban
ulitimit sebesar 379,37 ton.
4.2. SARAN
Pelaksanaan pengujian pembebanan pada tiang merupakan pekerjaan
yang membutuhkan keahlian dan ketelitian, maka dari itu penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Perhitungan besarnya daya dukung pada suatu fondasi tiang
mmebutuhkan data teknis dan data laboratorium yang lengkap agar
analisa perhitungan lebih akurat.
2. Selalu utamakan keamanan dan keselamatan kerja.
23
DAFTAR PUSTAKA
vii