Anda di halaman 1dari 36

STUDI KOMPARATIF DESAIN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA

DENGAN FLAT PLATE SYSTEM BERDASARKAN TATA CARA


PEMBEBANAN GEMPA SNI 03-1726-2002 DAN ASCE 7-05

oleh

TAUFIK HIDAYAT
NIM. 222010117022

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Etika Profesi.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis memilih bidang gempa yang merupakan salah
satu bagian disiplin ilmu teknik sipil. Dipilihnya bidang ini berdasarkan materi yang
disampaikan sesuai dengan SNI 03-1726-2002 yang berjudul : “STUDI KOMPARATIF
DESAIN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN FLAT PLATE SYSTEM
BERDASARKAN TATA CARA PEMBEBANAN GEMPA SNI 03-1726-2002 DAN
ASCE 7-05”.

Dalam menyelesaikan makalah ini, Penulis telah berusaha dengan segala daya dan upaya,
namun penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan
waktu sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segenap hati dan
sikap terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Indramayu, 04 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum ........................................................................................................ 3
2.2 Flat Plate ................................................................................................... 3
2.3 Pembebanan Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002 .......................... 3
2.3.1 Peraturan Perencanaan........................................................... 4
2.3.2 Gempa Rencana ....................................................................... 4
2.3.3 Wilayah Gempa dan Respon Spektrum ………………........ 4
2.3.4 Kategori Gedung ………………………………… ………..... 5
2.3.5 Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan …………6
2.3.6 Daktilitas Struktur …………………………………………… 6
2.3.7 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa …… 6
2.3.8 Waktu Getar Alami Fundamental ………………………..... 7
2.4 Pembebanan Gempa Berdasarkan ASCE 7-05 .................................... 7
2.4.1 Persyaratan Dasar.................................................................... 7
2.4.2 Prosedur Perencanaan ............................................................ 7
2.4.3 Kategori Hunian dan Faktor Keutamaan.............................. 8
2.4.4 Klasifikasi Site ......................................................................... 8
2.4.5 Parameter Percepatan Pada Peta........................................... 8
2.4.6 Parameter Percepatan Respon Spektral................................ 9
2.4.7 Kategori Desain Gempa .......................................................... 10
2.4.8 Penentuan Koefisien R, Cd, dan ῼo ........................................ 10
2.4.9 Konfigurasi Struktur................................................................ 11
2.4.10 Prosedur Analisis yang dipergunakan ................................. 11
2.4.11 Prosedur Gaya Lateral Ekivalen ..........................................11
2.4.12 Penentuan Perioda ................................................................. 12
2.4.13 Distribusi Gaya Gempa Vertikal ......................................... 12
2.4.14 Distribusi Gaya Gempa Horizontal ..................................... 13
III. METODOLOGI
3.1 Studi Literatur ......................................................................................... 14
3.2 Studi Kasus ............................................................................................... 14
3.3 Preliminary Design .................................................................................. 14
3.3.1 Perencanaan Balok Tepi .......................................... .............. 14
3.3.2 Perencanaan Dimensi Kolom.................................................. 15
3.3.3 Perencanaan Ketebalan Pelat ………………………………. 15
3.4 Pembebanan ............................................................................................. 15
3.5 Kombinasi Pembebanan ......................................................................... 16
3.6 Analisa Struktur ...................................................................................... 16
3.7 Pendetailan Struktur Primer .................................................................. 16
3.7.1 Penulangan Balok Tepi .......................................... ............... . 16
3.7.2 Penulangan Geser Balok ......................................................... 16
3.7.3 Penulangan Kolom ……………………………….................. 16
3.7.4 Perencanaan Pelat ………………………………................... 16
3.7.5 Penulangan Dinding Geser ………………………………..... 17
IV. PENDETAILAN STRUKTUR PRIMER DENGAN PEMBEBANAN
GEMPA SNI 03-1726-2002
4.1 Umum ........................................................................................................ 19
4.2 Data Perencanaan .................................................................................... 19
4.3 Pembebanan Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002......................... . 19
4.3.1 Perhitungan Berat Total Gedung (Wt) …………………….. 19
4.3.2 Perhitungan Pusat Massa ....................................................... 20
4.3.3 Lantai Tingkat sebagai Diafragma ………………………… 20
4.3.4 Arah Pembebanan Gempa ………………………………….. 20
4.3.5 Faktor Respons Gempa (C) ………………………………… 20
4.3.6 Menentukan Eksentrisitas Rencana Bangunan ………….... 20
4.3.7 Pembebanan Gempa Statik Ekivalen ……………………….20
4.3.8 Cek Waktu Getar Alami Fundamental dengan Trayleigh ........22
4.3.9 Koefisien Gempa Dasar (C) sebenarnya …………………… 23
4.3.10 Gaya Geser Horizontal Total akibat gempa sebenarnya …23
4.3.11 Cek Waktu Getar Alami Fundamental dengan Trayleigh ...... 24
4.3.12 Kontrol Drift ……………………………………………….. 24
4.4 Hasil Perhitungan Tulangan ................................................................... 26
V. KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 29
5.1.1 Hasil Analisa Gaya Gempa ……………………..................... 29
5.1.2 Hasil Penulangan …………………….................................... 30
5.2 Saran ……………………………………………………………………. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng IndoAustralia,
lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, menyebabkan hampir semua wilayah Indonesia
mempunyai resiko gempa tektonik tinggi. Karena letaknya yang demikian, Indonesia seakan-
akan berada di dalam lingkaran api yang terus membara. Masih ingat dalam benak kita pada
akhir tahun 2004 terjadi gempa super dahsyat dengan kekuatan 8,9 skala richter yang
menyebabkan gelombang Tsunami di Aceh, gempa berkekuatan 5 skala richter yang
mengguncang Jawa Barat ataupun gempa yang baru saja meluluhlantahkan Padang kemarin
dengan kekuatan 7,2 skala richter. Runtutan gempa yang terjadi di Indonesia tidak hanya
mengakibatkan kerugian cukup besar tapi juga banyaknya korban yang berjatuhan.
Terlepas dari berbagai polemik dan kompleksnya permasalahan dari peristiwa gempa
yang terjadi, adalah tugas utama dari para ahli maupun praktisi khususnya yang bergerak di
bidang ketekniksipilan untuk menciptakan suatu tatanan baru mengenai perancangan gempa
yang lebih baik lagi. Hal tersebut tentunya tidak hanya bertujuan untuk menciptakan struktur
bangunan yang lebih kuat dan tahan gempa, tetapi juga bertujuan untuk memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi setiap orang yang ada dan tinggal di dalam bangunan
tersebut.
Di negara Indonesia sendiri, sebelumnya telah ada suatu tata cara mengenai perancangan
ketahanan gempa untuk rumah dan gedung yaitu SNI 03-1726-2002. Akan tetapi, menurut
para ahli gempa di Indonesia, peraturan ini dirasakan sudah tidak relevan lagi dan
teknologinya telah tertinggal dari segi konstruksi dan kegempaan. Dikatakan demikian karena
beberapa formula yang digunakan di dalam tata cara ini secara konseptual salah sehingga tata
cara ini masih harus direvisi dan diperbaiki lagi. SNI 031726-2002 sendiri sebenarnya
mengacu kepada tat cara Amerika, Uniform Building Code, UBC-97. Namun, sejak tahun
2000 terjadi perubahan mendasar mengenai tata cara perancangan struktur untuk pembebanan
gempa di Amerika. Perubahan ini tentunya akan banyak mempengaruhi tata cara yang masih
berlaku saat ini.
ASCE 7-05 merupakan tata cara gempa terbaru yang sudah digunakan sebagai dasar
perancangan untuk pembebanan gempa di Amerika. Dan menurut para ahli gempa di
Indonesia, tata cara gempa yang baru ini dapat dijadikan acuan utama untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang ada pada SNI 031726-2002. Mengapa harus ASCE 7-05? Mungkin
itulah yang menjadi pertanyaan kenapa harus ASCE 7-05 yang menjadi acuan dalam merevisi
tata cara gempa yang lama. Dunia sudah berpaling pada ASCE 7-05, mungkin itu salah satu
alasannya. Namun, hal mendasar yang menjadi acuan untuk memakai ASCE 7-05 sebagai
acuan untuk merevisi dan memperbaiki SNI 03-1726-2002 adalah terletak pada konsep desain
bangunan tahan gempa yang digunakan. Pada SNI 03-17262002, konsep desain yang
digunakan masih berbasis pada “Force Based Design”, bertahan terhadap gempa sedang
tanpa kerusakan berarti dan bertahan terhadap gempa maksimum tanpa runtuh. Perancangan
berbasis gaya tersebut tidak menyatakan dengan jelas kriteria kinerja yang ingin dicapai, tetapi
mekanisme keruntuhan yang direncanakan menjamin tidak terjadi keruntuhan total (collapse)
terhadap gempa besar. Berbeda dengan ASCE 7-05 yang menggunakan konsep desain
1
“Performance Based Earthquake Design”, bangunan didisain untuk mencapai target
performance tertentu yang dikaitkan dengan tingkat kerusakan bangunan pasca gempa
(Hoedajanto,Drajat). Konsep inilah yang sedang dikembangkan dan menjadi tren terbaru
untuk merancang bangunan tahan gempa di negara-negara maju.
Berangkat dari hal di atas, maka ASCE 705 diharapkan dapat menjadi jawaban atas
kekurangan-kekurangan yang ada pada SNI 03-1726-2002 dan dapat diterapkan di Indonesia
sepenuhnya. Atas dasar itulah maka penulis melakukan suatu kajian berupa studi
perbandingan antara tata cara gempa yang lama, SNI 03-1726-2002 dengan tata cara gempa
yang baru, ASCE 7-05. Studi dilakukan pada gedung yang menggunakan sistem lantai flat
plate yang dikombinasikan dengan dinding geser.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa permasalahan yang akan dibahas, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mendesain struktur gedung tahan gempa dengan sistem lantai flat plate
berdasarkan Tata Cara Pembebanan Gempa SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05?
2. Bagaimana perbedaan hasil perhitungan beban gempa untuk gedung dengan sistem lantai
flat plate yang didesain berdasarkan tata cara SNI 03-1726-2002 dan ASCE 705?
3. Bagaimana perbedaan hasil penulangan untuk gedung dengan sistem lantai flat plate yang
didesain berdasarkan tata cara SNI 03-1726 dan ASCE 7-05?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Tugas Akhir ini antara lain:
1. Mengetahui cara mendesain struktur gedung tahan gempa dengan sistem lantai flat plate
berdasarkan Tata Cara Pembebanan Gempa SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05.
2. Menunjukkan perbedaan hasil perhitungan beban gempa untuk gedung dengan sistem
lantai flat plate yang didesain berdasarkan tata cara SNI 03-1726 dan ASCE 7-05. Dalam
hal ini perbedaan yang akan ditunjukkan meliputi nilai base shear dan drift yang terjadi.
3. Menunjukkan perbedaan hasil penulangan untuk gedung dengan sistem lantai flat plate
yang didesain berdasarkan tata cara SNI 03-2847-2002 dengan pembebanan gempa
berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05. Dalam hal ini perbedaan yang akan
ditunjukkan meliputi hasil penulangan untuk kolom, balok, pelat, dan shearwall.

1.4 Batasan Masalah


Batasan permasalahan yang ada dalam studi ini meliputi:
1. Desain struktur dan pendetailan tulangan memakai SNI 03-2847-2002.
2. Perhitungan gaya gempa memakai SNI 031726-2002 dan ASCE 7-05.
3. Sistem struktur berupa sistem lantai flat plate.
4. Gedung terletak di wilayah gempa 4, tanah keras, dan berfungsi sebagai perkantoran.
5. Tidak meninjau perancangan pondasi dan struktur sekunder.
6. Tidak meninjau aspek ekonomi.
7. Perhitungan analisis struktur menggunakan program ETABS 9.07.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Pada tugas akhir ini akan direncanakan struktur bangunan gedung yang terletak di
Wilayah Gempa menengah. Tipe struktur menggunakan sistem lantai flat plate yang
pendetailannya akan di desain sesuai dengan SNI-03-2847-2002, Pasal 23.10 berdasarkan
pembebanan gempa SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05.

2.2 Flat Plate


Pada umumnya, ada dua jenis sistem lantai yaitu one-way beam and slab (balokpelat satu
arah) dan two-way slab (pelat dua arah ) yang terdiri dari flat plate, flat slab, dan waffle slab.

Gambar 2.1 Jenis Sistem Lantai

Flat plate merupakan pelat beton pejal dengan tebal merata yang mentransfer beban
secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan balok atau kepala kolom atau drop panel
(Jack C. McCormac,2002). Flat plate diperkuat dalam dua arah sehingga meneruskan
bebannya secara langsung ke kolom-kolom yang mendukungnya. Pelat ini membutuhkan
tinggi lantai terkecil untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dan memberikan
fleksibilitas terbaik dalam susunan kolom dan partisi. Kapabilitas flat plate terhadap gempa
relative kecil, sumbangan kekakuan terhadap beban lateral relatif kecil bahkan tidak memadai
untuk bangunan tinggi karena kemampuan struktur yang lebih dominan terhadap beban
vertikal (gravitasi) dibanding beban lateral, sehingga flat plate perlu sistem struktur penahan
lateral tersendiri, bisa portal khusus atau shearwall (wiryantowordpress,2008).
Pelat datar punya kelemahan dalam transfer geser di sekeliling kolom. Dengan kata lain,
ada bahaya dimana kolom akan menembus pelat (punching shear). Tekanan pons di kolom
tidak kuat dengan tegangan normal pelat beton. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut
dilakukan penambahan ketebalan pelat atau menggunakan shearhead

2.3 Pembebanan Gempa Berdasarkan SNI 03-1726-2002

3
2.3.1 Peraturan Perencanaan
Syarat-syarat perancangan struktur gedung tahan gempa yang ditetapkan dalam
standar ini tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut:
- Gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau yang masih memerlukan
pembuktian tentang kelayakan nya.
- Gedung dengan sistem isolasi landasan (base isolation) untuk meredam pengaruh gempa
terhadap struktur atas.
2.3.2 Gempa Rencana
Gempa rencana ditetapkan mempunyai perioda ulang 500 tahun, agar probabilitas
terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun. Akibat pengaruh gempa
rencana, struktur gedung secara keseluruhan harus masih berdiri, walaupun sudah berada
dalam kondisi di ambang keruntuhan.
Pengaruh gempa rencana itu harus dikalikan oleh suatu faktor keutamaan gedung I.
Faktor keutamaan ini untuk menyesuaikan periode ulang. Gempa berkaitan dengan
penyesuaian umur gedung. Faktor keutamaan ini bergantung pada berbagai kategori
gedung dan bangunan yang telah diatur pada SNI 03-1726-2002, Pasal 4.1.2
2.3.3 Wilayah Gempa dan Respon Spektrum
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam Gambar
2.2, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan
Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan
perioda ulang 500 tahun, yang nilai rataratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan
dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Percepatan Puncak Batuan Dasar dan Percepatan Puncak Muka Tanah SNI
03-1726-2002
Percepatan Puncak Muka Tanah
Wilayah
Percepatan Puncak Tanah Tanah Tanah
Gempa
Batuan Dasar Keras Sedang Lunak
1 0,03 0,04 0,05 0,08
2 0,10 0,12 0,15 0,20
3 0,15 0,18 0,23 0,30
4 0,20 0,24 0,28 0,34
5 0,25 0,28 0,32 0,36
6 0,30 0,33 0,36 0,38

4
Gambar 2.2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang
500 tahun sesuai SNI 03-1726-2002
Untuk masing-masing Wilayah Gempa ditetapkan spektrum respons gempa rencana
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.3. C adalah faktor respons gempa dinyatakan dalam
percepatan gravitasi dan T adalah waktu getar alami struktur gedung dinyatakan dalam detik.
Untuk T = 0 nilai C tersebut menjadi sama dengan Ao, di mana Ao merupakan percepatan
puncak muka tanah menurut Tabel 2.1.

Gambar 2.3 Respons spektrum gempa rencana wilayah 4


2.3.4 Kategori Gedung
Kategori struktur berdasarkan pada tingkat kepentingan gedung pasca gempa, misal
gedung umum (hunian, niaga, kantor), bangunan monumental, gedung penting pasca
gempa (rumah sakit, instalasi
air bersih, pembangkit tenaga listrik, dsb), gedung tempat menyimpan bahan berbahaya
(gas, minyak bumi, bahan beracun), atau cerobong dan tangki diatas menara. Pengaruh
Gempa Rencana harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I. Dari tabel dibawah, nilai
faktor keutamaan untuk gedung perkantoran adalah I = 1,0.
Tabel 2.2. Faktor Keutamaan
Faktor
Kategori Gedung Keutamaan (I)

Gedung umum seperti untuk


penghunian, perniagaan dan 1,0
perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental 1,6

Gedung penting pasca gempa seperti


rumah sakit, instalasi air bersih,
pembangkit tenaga listrik, pusat 1,4
penyelamatan dalam keadaan darurat,
fasilitas radio dan televisi.

Gedung untuk menyimpan bahan


berbahaya seperti gas, produk minyak 1,6
bumi, asam, bahan beracun.
Cerobong, tangki di atas menara. 1,5

5
2.3.5 Struktur Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan
 Struktur gedung beraturan harus memenuhi ketentuan SNI 03-1726-2002, Pasal 4.2.1.
Pengaruh gempa rencana struktur gedung beraturan ini dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekivalen. Sehingga analisisnya dapat menggunakan analisis
statik ekivalen.
 Struktur gedung tidak beraturan adalah struktur gedung yang tidak memenuhi syarat
konfigurasi struktur gedung beraturan atau tidak sesuai SNI 03-17262002, Pasal 4.2.1.
Pengaruh gempa struktur ini harus diatur dengan menggunakan pembebanan
gempa dinamik. Sehingga analisinya dapat menggunakan analisis respons dinamik.
2.3.6 Daktilitas Struktur
Daktail adalah kemampuan deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang
berarti. Sedangkan struktur daktail adalah kemampuan struktur mengalami simpangan
pasca elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang
menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan
kekakuan yang cukup, sehingga struktur tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada
dalam kodisi di ambang keruntuhan
Faktor daktilitas struktur gedung µ adalah rasio antara simpangan maksimum
struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan δm dan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama δy,
yaitu :

Dalam persamaan diatas µ = 1,0 adalah nilai faktor daktilitas untuk struktur gedung
yang berperilaku elastik penuh, sedangkan µm adalah nilai faktor daktilitas maksimum
yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur gedung yang bersangkutan menurut SNI 03-1726-
2002, Pasal. 4.3.4.
Dalam Tugas akhir ini akan direncanakan struktur gedung menggunakan flat plate.
Uraian dari sistem pemikul beban gempa dari flat plate ini adalah berupa struktur rangka
gedung dengan dinding geser beton bertulang dimana beban gravitasi dipikul oleh rangka
ruang sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding geser. Sehingga nilai faktor daktilitas
maximum, faktor reduksi gempa maximum, faktor tahanan lebih
struktur dan faktor tahanan lebih total adalah, µ m= 3,3 ; Rm =5,5 ; f = 2,8
2.3.7 Gaya Geser Dasar Gempa dan Beban Lateral Gempa
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1, struktur gedung beraturan dapat direncanakan
terhadap pembebanan gempa nominal akibat gempa rencana dalam arah masing-masing
sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal statik ekuivalen. Apabila
kategori gedung memiliki faktor keutamaan I menurut Tabel 2.3 dan strukturnya untuk suatu
arah sumbu utama denah struktur dan sekaligus arah pembebanan gempa rencana memiliki
faktor reduksi gempa R dan waktu getar alami fundamental T1, maka beban geser dasar
nominal static ekuivalen V terjadi di tingkat dasar dapat diperhitungkan menurut persamaan:

V C1 I Wt
R

6
dimana C1 adalah nilai faktor respons gempa yang didapat dari spektrum respons gempa
rencana untuk waktu getar alami fundamental T1, sedangkan Wt adalah berat total gedung,
termasuk beban hidup yang sesuai.
Beban geser nominal tersebut diatas harus dapat dibagikan sepanjang tinggi struktur
gedung menjadi beban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa
lantai ke-i menurut persamaan :

Fi Wi zi V
n
Wi z i
i 1

di mana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai, zi adalah
ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral, sedangkan n adalah nomor
lantai tingkat paling atas.
2.3.8 Waktu Getar Alami Fundamental
Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing masing
sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
n
2
Wi d i
i 1
T 6,3 n
g F i di
i 1 i

di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam SNI 03-1726-2002,
Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan ‘g’
adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2.

2.4 Pembebanan Gempa Berdasarkan ASCE 7-05


2.4.1 Persyaratan Dasar
Prosedur analisis dan desain gempa yang digunakan dalam desain struktur bangunan dan
komponennya harus seperti yang ditetapkan dalam ASCE 7-05. Struktur bangunan harus
melibatkan sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap yang mampu memberikan
kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan pergerakan
tanah desain dalam batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang ditetapkan. Pergerakan
tanah desain harus diasumsikan terjadi sepanjang segala arah horisontal struktur bangunan.
Kecukupan sistem struktur harus ditunjukkan melalui pembentukan model matematik dan
evaluasi model ini untuk pengaruh pergerakan tanah desain. Gaya gempa desain, dan
distribusinya sepanjang ketinggian struktur bangunan, harus dibentuk sesuai dengan salah satu
prosedur yang sesuai yang ditunjukkan dalam ASCE 705, Pasal 12.6 dan gaya dalam dan
deformasi yang terkait dalam komponen struktur harus ditentukan. Prosedur alternatif yang
disetujui tidak boleh dipakai untuk menentukan gaya gempa dan distribusinya kecuali bila
gaya dalam dan deformasi terkait dalam komponen struktur ditentukan menggunakan model
yang konsisten dengan prosedur yang diadopsi.
2.4.2 Prosedur Perencanaan
Berbagai data yang diperlukan dalam menentukan beban seismik pada ASCE 7-05 secara
umum adalah sebagai berikut :

7
1. Kategori hunian dan faktor keutamaan (I)
2. Klasifikasi Site
3. Peta percepatan respon spektral, SS dan S1
4. Spectral response coefficients, SDS dan SD1
5. Seismic design category (SDC)
6. Penentuan Koefisien R, Cd, dan
7. Analysis procedure yang dipergunakan
8. Basic seismic-force-resisting system
9. Design base shear
10. Seismic response coefficient, CS
2.4.3 Kategori Hunian dan Faktor Keutamaan
Kategori Hunian dari bangunan terdapat pada ASCE 7-05, Tabel 1.1, sedangkan Faktor
Keutamaan (I) dijelaskan pada ASCE 7-05, Tabel 11.5-1.
2.4.4 Klasifikasi Site
Berdasarkan propertis tanah di site, site harus diklasifikasikan sebagai Klasifikasi Tanah
A, B, C, D, E, atau F sesuai dengan ASCE 7-05, Pasal 20. Dimana properties tanah tidak
diketahui dengan cukup detil untuk menentukan Klasifikasi Tanah, harus digunakan
Klasifikasi Tanah D kecuali jika diperoleh data geoteknik untuk menentukan klasifikasi tanah
E atau F.
Pengklasifikasian tanah ditentukan berdasarkan kondisi tanah sesuai tabel berikut
(ASCE7-05, Tabel 20.1).
Tabel 2.3 Klasifikasi Site
Klasifikasi Site Vs N or Su
Nch
A. Hard rock >5,000 ft/s NA NA
B. Rock 2,500to NA NA
5,000 ft/s
C. Very dense soil and 1,200to >50 >2,000 psf
soil rock 2500 ft/s
D. Stiff soil 600to 15to 1,000to
1,200 ft/s 50 2,000 psf
E. Soft clay soil <600 ft/s <15 <1,000 psf
F. Soils requiring ste Lihat Pasal
response analysis 20.3.1
Pada tugas akhir ini, Klasifikasi dari daerah gempa yang ditinjau berada pada Klasifikasi
Site B dengan jenis tanah keras (rock) dengan menyesuaikan pada peta gempa Indonesia yang
terbaru.
2.4.5 Parameter Percepatan Pada Peta
Secara kuantitatip hasil analisis tidak lagi diberikan dalam bentuk peta zoning gempa
akan tetapi disajikan dalam format dua buah peta kontur percepatan gempa rencana
maximum dari batuan dasar untuk waktu getar pendek 0,2 detik SS dan 1 detik, S1.

8
Gambar 2. 4 Peta Wilayah G empa untuk Percepatan R espon
Spektral 0,2 detik

Gambar 2.5 Peta Wilayah Gempa untuk Percepatan Respon Spektral 1 detik
2.4.6 Parameter Percepatan Respon Spektral
Percepatan Respon Spectral MCE untuk periode singkat (SMS) dan pada periode 1 detik
(SM1) yang diatur untuk efek klasifikasi tanah dihitung berdasarkan persamaan berikut :
SMS = Fa SS
SM1 = Fν S1 Keterangan:
SMS = percepatan respon spectral MCE pada peta pada period pedek
SM1 = percepatan respon spectral MCE pada peta pada period 1detik
Dimana koefisien tanah Fa dan Fv didefinisikan dalam ASCE 7-05, Tabel 11.4-1 dan Tabel
11.4-2.
Tabel 2.4 Koefisien Tanah, Fa
Parameter Percepatan Respon Spektral
Gempa
Klasifikasi
Maksimum Pada Period Pendek
Site
Ss ≤ Ss = Ss = Ss = Ss ≥
0,25 0,5 0,75 1,0 1,25
A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
C 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
D 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
E 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
F Lihat Pasal 11.4.7
Catatan: Gunakan interpolasi garis lurus untuk Nilainilai tengah dari Ss
Tabel 2.5 Koefisien Tanah, Fv
Parameter Percepatan Respon Spektral
Gempa
Klasifikasi
Maksimum Pada Period 1 detik
Site
S1 ≤ S1 = S1 = S1 = S1 ≥
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
A 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
B 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
C 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
D 2,4 2,0 1,8 1,6 1,5
E 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
F Lihat Pasal 11.4.7
Catatan: Gunakan interpolasi garis lurus untuk Nilainilai tengah dari S

9
Parameter Percepatan Respon Spektral gempa rencana pada period pendek, SDS, dan pada
period 1 detik, SD1, harus ditentukan dari persamaan berikut :
SDS = 2/3 SMS
SD1 = 2/3 SM1
2.4.7 Kategori Desain Gempa
Perhitungan perancangan besarnya gaya gempa rencana untuk desain dan analisis
perhitungan dinyatakan oleh besarnya gaya geser dasar, ketentuan mengenai syarat kekuatan
dan pendetailan tulangan serta fleksibilitas ketidak teraturan bentuk bangunan dan limitasi
tinggi bangunan tidak lagi ditentukan oleh peta zoning gempa sebagaimana halnya yang telah
ditetapkan dalam SNI 1726-02. Pada ASCE 7-05, ketentuan mengenai hal tersebut di atas
telah di gantikan oleh kriteria perancangan baru yang di sebut Kategori Desain Gempa
(Seismic Design Category-SDC) dan dikaitkan dengan Kategori Hunian atau Occupancy
Category. Struktur harus diperuntukan pada Kategori Desain Gempa sesuai dengan ASCE 7-
05,
Tabel 11.6-1 dan Tabel 11.6-2.
Tabel 2.6 Kategori Desain Gempa Berdasarkan Parameter Percepatan Respon Period Pendek
Kategori Hunian
Nilai SDS
I atau II III IV
SDS < 0,167 A A A

B B C

C C D

0,50 ≤ SDS D D D

Tabel 2.7 Kategori Desain Gempa Berdasarkan Parameter Percepatan Respon Period 1 detik
Kategori Hunia n
Nilai SD1
I atau II III IV
SD1 < 0,067 A A A

B B C

C C D

0,20 ≤ SD1 D D D

2.4.8 Penentuan Koefisien R, Cd, dan 0


Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi pada salah satu
tipe yang ditunjukkan dalam ASCE 7-05, Tabel 12.2-1 atau kombinasi sistem seperti dalam
ASCE 7-05, Pasal 12.2.2, 12.2.3, dan 12.2.4. Setiap tipe dibagi-bagi oleh tipe elemen
vertikal yang digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan
harus sesuai dengan kategori desain gempa dan batasan ketinggian yang ditunjukkan dalam
Tabel, 12.2-1. Koefisien modifikasi respons yang tepat, R, faktor kuat lebih sistem , 0, dan
faktor pembesaran defleksi, Cd, ditunjukkan dalam Tabel 12.2-1 harus digunakan dalam
penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan drif tingkat desain.
Dalam Tugas akhir ini akan direncanakan struktur gedung menggunakan flat
plate. Uraian dari sistem pemikul beban gempa dari flat plate ini adalah berupa struktur
rangka gedung dengan dinding geser beton bertulang biasa, Sehingga koefisien modifikasi
respons, R, faktor kuat lebih sistem, 0, dan faktor pembesaran defleksi, Cd adalah sebagai
berikut:
R = 5 ; 0 = 2,5 ; Cd = 4,5

10
2.4.9 Konfigurasi Struktur
Pada ASCE 7-05, struktur dapat diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak beraturan
berdasarkan pada konfigurasi horisontal dan vertical
 Ketidakteraturan Horisontal
Struktur yang mempunyai satu atau lebih jenis ketidakteraturan yang terdapat pada ASCE
7-05, Tabel 12.3-1 harus direncanakan sebagai struktur yang mempunyai ketidakteraturan
structural horisontal. Struktur yang digunakan pada kategori rencana gempa pada Tabel
12.3-1 harus memenuhi ketentuan pada tabel dalam subbab tersebut.
 Ketidakteraturan Vertikal Struktur yang mempunyai satu atau lebih jenis ketidakteraturan
seperti yang tertera pada ASCE 7-05, Tabel 12.3-2 harus direncanakan sebagai struktur
yang dengan ketidakaturan vertical. Struktur yang digunakan pada kategori rencana gempa
pada Tabel 2.3-2 harus memenuhi ketentuan dalam tabel tersebut.
Dalam Tugas akhir ini akan direncanakan struktur dengan konfigurasi denah
gedung yang beraturan (regular).
2.4.10 Prosedur Analisis yang dipergunakan
Analisis struktur yang dibutuhkan terdiri dari salah satu dari tipe yang diperbolehkan
dalam ASCE 7-05, Tabel 12.6-1 berdasar pada kategori desain gempa struktur, sistem
struktural, data dinamik, dan keteraturan, atau dengan persetujuan otoritas yang mempunyai
yurisdiksi, suatu alternatif prosedur yang berlaku umum boleh digunakan. Prosedur Analisis
yang terpilih harus diselesaikan menurut kebutuhan sesuai dengan subbab yang terkait
mengacu pada Tabel 5.6-1.
2.4.11 Prosedur Gaya Lateral Ekivalen
Geser dasar gempa (base shear), V, dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai
dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-1. V = CsW dimana
Cs = koefisien respons gempa yang ditentukan sesuai dengan Pasal 12.8.1.1
W = berat gempa efektif menurut Pasal 12.7.2.
Koefisien Respons Gempa dapat dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pers.12.8-2.
Cs SDS
R
T
dimana
SDS = parameter percepatan respons spektrum desain dalam rentang perioda pendek seperti
ditentukan dari Pasal 11.4.4
R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 12.2-1
I = faktor keutamaan hunian yang ditentukan sesuai dengan Pasal 11.5.1
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan ASCE 7-05, Pers. 12.8-2 tidak perlu melebihi:

Cs harus tidak kurang dari Cs = 0,01

11
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi dimana S1 sama dengan atau lebih
besar dari 0,6g, Cs harus tidak kurang dari

2.4.12 Penentuan Perioda


Perioda struktur dasar, T, dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti
struktur dan karateristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji. Perioda dasar,
T, tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu) dari
ASCE 7-05, Tabel 12.8-1 dan perioda dasar pendekatan, Ta, yang ditentukan dari ASCE 7-05,
Pers. 12.8-7. Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda dasar, T,
diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, Ta, yang dihitung
sesuai dengan ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1. Perioda dasar pendekatan (Ta), dalam detik, harus
ditentukan dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.2.1, Pers.12.8-7, TaCt hnx dimana hn adalah tinggi dalam
ft di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur dan koefisien Ct dan x ditentukan dari ASCE
7-05, Tabel 12.8-2.
Tabel 2.9 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct Dan x
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka penahan momen dimana
rangka menahan 100% gaya gempa
yang disyaratkan dan tidak dilingkupi
atau dihubungkan dengan komponen
yang lebih kaku dan akan mencegah
rangka dari defleksi bilamana dikenai
gaya gempa:
Rangka penahan momen baja 0,028 0,8
(0,0724)a
Rangka penahan momen beton 0,016 0,9
(0,0466)a
Rangka baja dibres secara eksentris 0,03 0,75
(0,0731)a
Semua sistem struktur lainnya 0,02 0,75
(0,0488)a
a
Ekivalensi metrik ditunjukkan dalam tanda kurung. Dimana nilai Perioda dasar, T, tidak boleh melebihi,
T ≤ CuTa dengan Cu sebagai batasan atas pada perioda yang dihitung yang ditentukan dari
ASCE 7-05, Tabel 12.8-1.
Tabel 2.10 Koefisien Untuk Batasan Atas Pada Perioda Yang Dihitung
Parameter Percepatan Respons
Spektrum Desain pada 1 detik, Koefisien Cu
SD1
0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
0,1 1,7

2.4.13 Distribusi Gaya Gempa Vertikal


Gaya gempa lateral (Fx) (kip atau kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan
dari ASCE 7-05, Pasal 12.8.3:

dimana :

12
Cvx = faktor distribusi vertikal,
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur
wi and wx = porsi berat gempa efektif total struktur (W) yang ditempatkan atau dikenakan pada
tingkat i atau x hi and hx = tinggi (ft atau m) dari dasar sampai Tingkat i atau x
k = eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:
untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, k = 1 untuk struktur
yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, k = 2 untuk struktur yang mempunyai
perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi
linier antara 1 dan 2
2.4.14 Distribusi Gaya Gempa Horizontal
Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kip atau kN) harus ditentukan dari
ASCE 7-05, Pasal 12.8.4:

dimana Fi = porsi geser dasar gempa (V) (kip atau kN) yang timbul di Tingkat i. Geser tingkat
desain gempa (Vx) (kip atau kN) harus didistribusikan pada berbagai elemen vertikal sistem
penahan gaya gempa di tingkat yang ditinjau berdasarkan pada kekakuan lateral relatif elemen
penahan vertikal dan diafragma.

BAB III
13
METODOLOGI

Metodologi ini akan menguraikan dan menjelaskan urutan pelaksanaan penyelesaian


tugas akhir secara rinci, mulai dari pengumpulan data, literatur dan pedoman perancangan,
sampai dengan kesimpulan akhir dari analisas struktur ini yaitu untuk membandingkan dua
permodelan struktur, Berikut ini adalah langkah-langkah penyelesaian yang akan dilakukan
penulis.
3.1 Studi Literatur
Mempelajari literatur/pustaka yang berkaitan dengan tugas akhir diantaranya tentang
peraturan yang membahas perancangan struktur, antara lain :
a. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002).
b. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2002).
c. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Pembebanan untuk Bangunan
Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989).
d. Ketentuan Beban Disain Minimum untuk Gedung dan Struktur Lain (ASCE 7-05).
e. Jurnal-jurnal yang terkait dengan tugas akhir.

3.2 Studi Kasus


Dalam tugas akhir ini, permodelan struktur yang digunakan adalah sistem lantai flat
plate yang dikombinasikan dengan dinding geser sebagai pemikul beban lateral.
Direncanakan didirikan di daerah gempa menengah menurut ketentuan SNI 03-28472002
dengan pembebanan gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan ASCE 7-05 yang nantinya
hasilanya akan dibandingkan.

Gambar 3.1 Model Denah Tipikal Struktur Simetris Flat Plate

3.3 Preliminary Design


3.3.1 Perencanaan Balok Tepi
Menurut SNI 03-2847-2002, Tabel 8, balok pada 2 tumpuan sederhana memiliki tebal
minimum (bila lendutan tidak dihitung):
1
H min 16 L

a. Untuk struktur ringan dengan berat jenis 1500 kg/m 3 2000 kg/m3, nilai di atas harus
dikalikan dengan 1,65-(0,0003) Wc tetapi tidak kurang dari 1,09.
14
b. Untuk fy selain 400 Mpa, nilainya harus dikalikan dengan (0.4 + fy/700), dimana L =
Panjang beton, Wc = Berat jenis beton, f y = Mutu baja.
3.3.2 Perencanaan Dimensi Kolom
Adapun rumus yang digunakan untuk merencanakan dimensi kolom :

dimana
Nuk = beban aksial yang diterima kolom f’c = kuat tekan beton karakteristik
A = luas penampang kolom
= faktor reduksi untuk komponen struktur dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat.
akan tetapi tersebut hanya memperhitungkan akibat gaya aksial saja, maka agar kolom juga
mampu menahan gaya momen diambil = 0,3 ~0,35
3.3.3 Perencanaan Ketebalan Pelat
Tebal minimum pelat tanpa balok yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya dan
mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang tidak lebih dari dua harus
memenuhi ketentuan SNI 03 – 2847 – 2002, Pasal 11.5.3.2.
Tabel 3.1 Ketentuan Tebal Minimum Pelat
Tanpa penebalan
Panel luar
Tegangan Tanpa Dengan
leleh, fy balok balok Panel dalam
pinggir pinggir

300
33 36 36
400
30 33 33
500
28 31 31

3.4 Pembebanan
Pembebanan dikelompokkan menjadi dua menurut arah gayanya, yaitu beban vertikal dan
beban horizontal. Untuk beban vertikal terdiri dari:
a. Beban mati (RSNI 03-1727 -2002)
b. Beban hidup ( RSNI 03-1727-2002)
Sedangkan beban horizontal terdiri dari beban gempa statik dan beban angin. Beban
gempa direncanakan berdasarkan dua tata cara perhitungan pembebanan gempa, yakni SNI
03-1726-2002 dan ASCE 7-05. Sedangkan beban angin dalam tugas akhir ini tidak
diperhitungkan karena masih kalah besar dengan beban gempa.

3.5 Kombinasi Pembebanan


Kombinasi Pembebanan yang akan digunakan sesuai dengan ketentuan SNI 031726-
2002, Pasal 11.2. a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6 L
c. 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
15
d. 0,9 D ± 1,0 E

3.6 Analisa Struktur


Penghitungan gaya-gaya dalam pada rangka utama diperoleh dengan bantuan program
ETABS v9. 07.

3.7 Pendetailan Struktur Primer


3.7.1 Penulangan Balok Tepi
Tulangan direncanakan setelah memperhitungkan beban yang diterima. Dalam
perhitungan tulangan digunakan rasio tulangan ρmin < ρperlu < ρmax.
Untuk struktur yang berada di wilayah gempa menengah maka penulangan balok
mengikuti SNI 03-2847-2002 Pasal 23.10.1 sampai dengan Pasal 23.10.4.
3.7.2 Penulangan Geser Balok
Tulangan geser balok (sengkang) direncanakan sesuai ketentuan SNI 03-28472002,
Pasal 13 dan Pasal 23.10.4.2.
3.7.3 Penulangan Kolom
Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan hasil output program ETABS
v9.07 yang kemudian menjadi input untuk program PCACOL. Perangkat lunak
PCACOL dapat membantu kita dalam merencanakan tulangan kolom.
Untuk struktur yang berada di wilayah gempa menengah maka penulangan balok
mengikuti SNI 03-2847-2002, Pasal 23.10.1, Pasal 23.10.2, Pasal 23.10.3 dan Pasal 23.10.5.
3.7.4 Perencanaan Pelat
Perancangan pelat dilakukan dengan output gaya dalam dari progam ETABS v9.07 yang
kemudian dianalisa dengan menggunakan
metoda portal ekivalen.

3.7.4.1 Momen rencana pada jalur tengah


1. Bagian dari momen terfaktor negatif dan positif yang tidak dipikul lajur kolom harus
dibagikan secara proporsional pada setengah lajur-lajur tengah yang berada di
sebelahnya.
2. Masing-masing lajur tengah harus direncanakan mampu memikul jumlah momen yang
diberikan pada kedua setengah lajur tengah yang bersebelahan.
3. Suatu lajur tengah yang berdekatan dan sejajar dengan sua tu tepi yang ditumpu oleh
dinding harus direncanakan mampu memikul dua kali momen yang dibagikan pada
setengah lajur tengah yang berdekatan dengan tumpuan dalam pertama.
3.7.4.2 Perhitungan tulangan sekunder pelat
Tata cara penulangan dilakukan seperti pada penulangan balok. Untuk struktur yang
berada di wilayah gempa menengah maka penulangan pelat mengikuti SNI 03-28472002,
Pasal 23.10.6 untuk pelat dua arah tanpa balok.
3.7.4.3 Hubungan slab-kolom
Untuk hubungan slab-kolom, yang paling penting ialah mengenai penulangan punching
shear yang seminimal mungkin harus dihindari. Perumusan geser yang digunakan menganut
peraturan SNI 03-2847-2002, Pasal 13.12:

16
2 1
1 f 'c b o d
6
s d 1
Vc = 2 f 'c bo d
bo 12
1
f 'c b o d
3

Sedangkan gaya geser yang bekerja pada slab-kolom sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal 13.12.6:

Dengan

dimana
Ac = luas beton yang dianggap sebagai penampang kritis
Jc = momen inersia penampang kritis s = 40 (kolom dalam) , 30 (kolom tepi) ;20
(kolom sudut)
Tulangan geser diperlukan apabila Vu > φVc maka Vc ditentukan dengan rumus: Vc =
f 'c b o d , dimana bo perimeter penampang kritis.

3.7.5 Penulangan Dinding Geser


Untuk perancangan shearwall harus memenuhi ketentuan SNI 03-2847-2002, Pasal 13
dan Pasal 16 untuk dinding geser biasa.
Kuat geser untuk dinding geser ditentukan sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal 13.10.6 dengan
persamaan:

Dari kedua persamaan tersebut diambil Vc yang terkecil. Sesuai SNI 03-2847-2002, Pasal
13.10.8, apabila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada Vc/2, maka tulangan harus
disediakan sesuai dengan SNI 03-2847-2002, Pasal 13.10.9.

17
Start

Studi Liter atur

Preliminary D esign

Analisis Pembebanan Analisis Pembebanan


- Beban mati - Beban mati
- Beban hidup - Beban hidup
- Beban gempa sesuai - Beban gempa sesuai
SNI 03 -1726-2002 ASCE 7 -05
- Kombinasi pembebanan - Kombinasi pembebanan

Permodelan danRunning Permodelan danRunning


Program ETABS v.9.07 Program ETABS v.9.07

No
Analisis Analisis
Struktur Struktur

Yes
Yes
Hasil Perbandingan

Kesimpulan d an Saran

Finish

Gambar 3.3 Diagram Alir Metodologi

18
BAB IV
PENDETAILAN STRUKTUR PRIMER DENGAN PEMBEBANAN GEMPA
SNI 03-1726-2002

4.1 Umum
Perancangan struktur primer pada sistem lantai flat plate yang dikombinasikan dengan
dinding geser meliputi perancangan balok tepi, pelat, kolom dan shearwall. Dasar input
perhitungan diambil berdasarkan hasil running permodelan pembebanan dari progam ETABS
v9.07. Pada penulangan pelat akan dibahas mengenai jenis-jenis penulangan pelat flat plate
yang meliputi penulangan lentur pelat, penulangan jalur tengah dan jalur kolom serta
penulangan susut pelat. Beban lateral dari gempa untuk struktur gedung pada bab ini
diselesaikan dengan menggunakan Tata Cara Pembebanan Gempa SNI 03-1726-2002.
4.2 Data Perencanaan
Sebelum memulai analisis beban gempa, dilakukan permodelan struktur terhadap gedung
yang hendak direncanakan. Gedung dimodelkan sebagai bangunan simetris tipikal setinggi 10
tingkat. Adapun data perancangan yang dipakai sebagai berikut.
- Fungsi gedung : Perkantoran
- Luas : 40 x 30 m2
- Tinggi : 35,5 m (10 tingkat)
- Mutu baja (fy) : 400 MPa
- Mutu beton (f’c) : 35 Mpa
- Jenis bangunan : Beton bertulang
- Kategori tanah : Tanah keras
- Zona gempa : Menengah (Zona 4)
- Lokasi Gempa : Bali
- Kolom lantai 1 – 10 : 60 x 60 cm2
- Shearwall : 40cm
- Pelat : 20 cm
- Balok tepi : 40/60 cm
4.3 Pembebanan Gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002
4.3.1 Perhitungan Berat Total Gedung (Wt)
Tabel 4.1 Berat Struktur per Tingkat
Tingka Tingg Berat
Wi.hi
t i Tingkat
hi (m) Wi (kg) kg-m
10 35,5 1047120 37172760
9 32 1411200 45158400
8 28,5 1411200 40219200
7 25 1411200 35280000
6 21,5 1411200 30340800
5 18 1411200 25401600
4 14,5 1411200 20462400
3 11 1411200 15523200

19
2 7,5 1411200 10584000
1 4 1629360 6517440
Σ 1396608 26665980
0 0
4.3.2 Perhitungan Pusat Massa
Karena bentuk bangunan per lantai simetris maka pusat massanya adalah:
Arah X = Xcr = 20 m
Arah Y = Ycr = 15 m
4.3.3 Lantai Tingkat sebagai Diafragma
Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.3.1, bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem
lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dan dapat dianggap
bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal.
Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.3.1, bahwa syarat lantai beton dapat dianggap
sebagai diafragma adalah tidak boleh ada lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50%
luas seluruh tingkat.Karena pada denah tugas akhir initidak ada bukaan yang melebihi 50%
luas seluruh tingkat ,maka lantai-lantai pada gedung ini dapat dianggap sebagai diafragma.
4.3.4 Arah Pembebanan Gempa
Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 5.8.2, untuk mensimulasikan arah gempa rencana yang
sembarang, maka pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah utama harus dianggap
efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan pengaruh pembebanan gempa yang
arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan efektifitas 30%.
Gempa Statik X (GS.X): 100% efektifitas untuk arah X dan 30% efektifitas arah Y.
Gempa Statik Y (GS.Y): 100% efektifitas untuk arah Y dan 30% efektifitas arah X.
4.3.5 Faktor Respons Gempa (C)
Faktor Respon Gempa (C) dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang Nilai Faktor
Respon Gempa (C1) bergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya
ditampilkan dalam spektrum respon gempa rencana. Respon Spektrum Gempa rencana untuk
masing masing wilayah gempa ditetapkan sesuai grafik nilai C-T dalam SNI 03-1726-2002.
Dimana dalam tugas akhir ini ditetapkan Respon Spektrum Gempa rencana untuk Wilayah
Gempa 4 pada tanah keras.
Pada Zona 4,C1 pada tanah keras didapat dengan nilai 0,30/T di mana T adalah waktu getar
alami struktur gedung.
4.3.6 Menentukan Eksentrisitas Rencana Bangunan
Karena gedung simetris, maka untuk setiap lantai didapatkan koordinat pusat massa,
yaitu: koordinat X = Xcr + edx = 20 + 1,5 = 21,5 m dan koordinat Y = Ycr + edy = 15 + 2,0 = 17,0
m
4.3.7 Pembebanan Gempa Statik Ekivalen
4.3.7.1 Perkiraan Waktu Getar Alami Fundamental (T1)
Perhitungan waktu getar alami memakai rumusan empiris (perkiraan awal) pada method
A (UBC, Section 1630.2.2). dengan perumusan:
Tx = Ty = Ct (H)3/4
Pada arah U-S (arah X)
T1 = Ct(H)3/4
= 0,0488 x (35,5)3/4
= 0,71 detik
20
Pada arah B-T (arah Y)
T1 = Ct (H)3/4
= 0,0488 x (35,5)3/4
= 0,71 detik
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, Pasal 5.6, waktu getar alami struktur gedung dibatasi, T1 < ζ
n dimana:
Untuk zona Gempa 4, maka = 0,17 (Tabel 8 SNI 03-1726-2002)
n = jumlah tingkat = 10 T1 < x n
0,71 detik < 0,17 x 10 = 1,7 detik (OK)
4.3.7.2 Koefisien gempa dasar (C) perkiraan awal
C diperoleh dari respon spectrum gempa rencana (SNI 03-1726-2002, Gambar 2)
Untuk arah X (T1 = 0,71 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh
0,30 0,30
C1 0,42
T1 0,71
Untuk arah Y (T1 = 0,71 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh
C1 0,30 0,30 0,42
T1 0,71
4.3.7.3 Faktor Keamanan dan Faktor Reduksi Gempa
Gedung direncanakan menggunakan sistem rangka gedung dalam hal ini menggunakan
flat plate yang dikombinasikan dengan shearwall, sehingga berdasarkan. SNI 03-1726-2002,
Tabel 3 didapatkan nilai Faktor Reduksi gempa, R = 5,5 dan Faktor Keutamaan pada SNI 03-
1726-2002, Tabel 1 dengan nilai I = 1 untuk gedung perkantoran.
4.3.7.4 Gaya Geser Horizontal Total akibat gempa perkiraan awal
Dalam SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1.2, rumus umum gaya gempa statik ekivalen:

4.3.7.5 Distribusi Gaya Geser Horizontal Total akibat gempa perkiraan awal
Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1.3, beban geser dasar nominal V harus dibagikan
sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik equivalen yang
menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i sebesar :

21
Tabel 4.2 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total Akibat Gempa Perkiraan Awal pada Arah
Gempa X & Y
hi Wi Wihi Fi 30 % Fi
Tingkat
(m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

10 35.5 1047.12 37172.76 148.67 44.60


9 32 1411.20 45158.40 180.61 54.18
8 28.5 1411.20 40219.20 160.86 48.26
7 25 1411.20 35280.00 141.10 42.33
6 21.5 1411.20 30340.80 121.35 36.40
5 18 1411.20 25401.60 101.59 30.48
4 14.5 1411.20 20462.40 81.84 24.55
3 11 1411.20 15523.20 62.08 18.63
2 7.5 1411.20 10584.00 42.33 12.70
1 4 1629.36 6517.44 26.07 7.82

4.3.8 Cek Waktu Getar Alami Fundamental (perkiraan awal) dengan Trayleigh
Besarnya T yang dihitung sebelumnya harus dibandingkan dengan Trayleigh, dengan rumus:

dimana besarnya T1 yang dihitung sebelumnya tidak boleh lebih dari 20 % hasil T Rayleigh sesuai
SNI 03-1726-2002, Pasal 6.2.2.
Tabel 4.3 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental pada Gempa Arah X
Tingka hi Fi di (mm) Wi di2 F.di
t (m) (ton) (tm2) (tm)
10 35.5 148.67 35.54 1.323 5.28
9 32 180.61 31.78 1.425 5.74
8 28.5 160.86 27.80 1.091 4.47
7 25 141.10 23.67 0.791 3.34
6 21.5 121.35 19.47 0.535 2.36
5 18 101.59 15.29 0.330 1.55
4 14.5 81.84 11.27 0.179 0.92
3 11 62.08 7.55 0.080 0.47
2 7.5 42.33 4.30 0.026 0.18
1 4 26.07 1.71 0.005 0.04
178.3922 5.78 24.37

Nilai T yang diijinkan = 0,98 – (20% x 1) = 0,78 detik


Karena T1 = 0,71 < TRayleigh = 0,78 detik, maka
T1 pakai TRayleigh = 0,98 detik
Tabel 4.4 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental pada Gempa Arah Y
Tingka hi Fi di (mm) Wi di2 F.di
t (m) (ton) (tm2) (tm)
10 35.5 148.67 28.07 0.825 4.17
9 32 180.61 25.06 0.886 4.53

22
8 28.5 160.86 21.90 0.677 3.52
7 25 141.10 18.64 0.490 2.63
6 21.5 121.35 15.33 0.331 1.86
5 18 101.59 12.05 0.205 1.22
4 14.5 81.84 8.90 0.112 0.73
3 11 62.08 5.99 0.051 0.37
2 7.5 42.33 3.44 0.017 0.15
1 4 26.07 1.40 0.003 0.04
140.7711 3.60 19.22

Nilai T yang diijinkan = 0,87 – (20% x 0,87) = 0,69 detik


Karena T1 = 0,71 > TRayleigh = 0,69 detik, maka T1 = 0,71 detik
4.3.9 Koefisien Gempa Dasar (C) sebenarnya
C diperoleh dari respon spektrum gempa rencana (SNI 03-1726-2002, Gambar 2)
Untuk arah X (T1 = 0,98 detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh
0,30 0,30
C1 0,31
T1 0,98
Untuk arah Y (T1 = 0,71detik), zone 4 dan jenis tanah keras, diperoleh
C1 0,30 0,30 0,42
T 1 0,71
4.3.10 Gaya Geser Horizontal Total akibat gempa sebenarnya
Dalam SNI 03-1726-2002, Pasal 6.1.2 rumus umum gaya gempa statik ekivalen:

Pada arah X, Vx=

Pada arah Y, Vy=


Tabel 4.5 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total Akibat Gempa Sebenarnya pada Arah Gempa X
hi Wi Wi.hi Fi 30 % Fi
Tingkat
(m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

10 35.5 1047.12 37172.76 109.73 32.92


9 32 1411.20 45158.40 133.31 39.99
8 28.5 1411.20 40219.20 118.73 35.62
7 25 1411.20 35280.00 104.15 31.24
6 21.5 1411.20 30340.80 89.57 26.87
5 18 1411.20 25401.60 74.99 22.50
4 14.5 1411.20 20462.40 60.40 18.12
3 11 1411.20 15523.20 45.82 13.75
2 7.5 1411.20 10584.00 31.24 9.37
1 4 1629.36 6517.44 19.24 5.77
Jumlah 222059.88

Tabel 5.6 Distribusi Gaya Geser Dasar Horizontal Total Akibat Gempa Sebenarnya pada Arah Gempa Y
23
hi Wi Wi.hi Fi 30 % Fi
Tingkat
(m) (ton) (ton-m) (ton) (ton)

10 35.5 1047.12 37172.76 148.67 44.60


9 32 1411.20 45158.40 180.61 54.18
8 28.5 1411.20 40219.20 160.86 48.26
7 25 1411.20 35280.00 141.10 42.33
6 21.5 1411.20 30340.80 121.35 36.40
5 18 1411.20 25401.60 101.59 30.48
4 14.5 1411.20 20462.40 81.84 24.55
3 11 1411.20 15523.20 62.08 18.63
2 7.5 1411.20 10584.00 42.33 12.70
1 4 1629.36 6517.44 26.07 7.82

4.3.11 Cek Waktu Getar Alami Fundamental (sebenarnya) dengan Trayleigh


Besarnya T yang dihitung sebelumnya harus dibandingkan dengan Trayleigh, dengan rumus:

dimana besarnya T1 yang dihitung sebelumnya tidak boleh lebih dari 20 % hasil T Rayleigh sesuai
SNI 03-1726-2002, Pasal 6.2.2.
Karena hanya pada arah gempa X nilai T1 lebih besar daripada Trayleigh, maka pada arah X
harus dilakukan pengecekan untuk Waktu Getar Alami Fundamental sebenarnya dengan
menggunakan nilai T dari Trayleigh.
Tabel 4.7 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental Sebenarnyapada Gempa Arah X

Nilai T yang diijinkan = 0,98 – (20% x 0,98) = 0,78 detik Maka:


T1= 0,98 detik>TRayleigh = 0,78detik OK
T1 = 0,98 detik < T = x n = 0,17 x 10 = 1,7 detik OK
4.3.12 Kontrol Drift
Kinerja batas layan (Δs) struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat
pengaruhgempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton
yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non struktural dan ketidaknyamanan

24
penghuni. Simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pengaruh gempa nominal yang sudah dikali faktor skala.
Menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 8.1.2 tidak boleh melampaui:
0,03
Δs < hi atau 30 mm (yang terkecil)
R
0,03
Δs < 4000 21,82 mm atau 30 mm
5,5
(untuk hi =4 m)
Kinerja batas ultimatum (Δm) struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat
maksimum struktur gedung diambang keruntuhan, yaitu untuk untuk membatasi kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur yang dapat menimbulkkan korban jiwa. Simpangan (Δs) dan
simpangan antar tingkat (Δm) harus dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal, dikali dengan suatu faktor pengali. Faktor pengali berdasarkan
ketentuan SNI 03-17262002, Pasal 8.2.1 untuk gedung beraturan:
0,7R
0,7 5,5 3,85
Δm = ξ Δs = 3,85Δs
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimate struktur gedung, dalam segala hal
simpangan antar struktur gedung menurut SNI 03-1726-2002, Pasal 8.2.2 tidak boleh
melampaui:
0,02 x hi = 0,02 x 4000 = 80 mm untuk lantai dengan hi = 4 m.
Tabel 4.8. Kontrol Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate pada Gempa Arah X
Drift Syarat Drift Syarat
∆s Drift ∆m Drift
∆s ∆s ∆m ∆m
Lantai antar antar Ket.
(mm) tingkat (mm) (mm) (mm)
tingkat
(mm) (mm)
10 26.23 2.78 19.1 101.00 10.69 70 OK
9 23.46 2.94 19.1 90.31 11.31 70 OK
8 20.52 3.05 19.1 79.00 11.73 70 OK
7 17.47 3.10 19.1 67.27 11.94 70 OK
6 14.37 3.08 19.1 55.33 11.87 70 OK
5 11.29 2.97 19.1 43.46 11.43 70 OK
4 8.32 2.75 19.1 32.03 10.57 70 OK
3 5.57 2.40 19.1 21.46 9.22 70 OK
2 3.18 1.91 19.1 12.23 7.36 70 OK
1 1.26 1.26 21.82 4.87 4.87 80 OK

Tabel 4.9. Kontrol Kinerja Batas Layan dan Kinerja Batas Ultimate pada Gempa Arah Y
Drift Syarat Drift Syarat
∆s Drift ∆m Drift
∆s antar ∆s ∆m ∆m
Lantai antar Ket.
(mm) tingkat (mm) (mm) (mm)
tingkat
(mm) (mm)
10 28.07 3.01 19.1 108.07 11.59 70 OK
9 25.06 3.16 19.1 96.48 12.15 70 OK
8 21.90 3.26 19.1 84.33 12.57 70 OK
7 18.64 3.31 19.1 71.76 12.76 70 OK
6 15.33 3.28 19.1 59.01 12.63 70 OK
5 12.05 3.15 19.1 46.38 12.13 70 OK
4 8.90 2.91 19.1 34.25 11.20 70 OK
3 5.99 2.54 19.1 23.04 9.78 70 OK
2 3.44 2.04 19.1 13.26 7.87 70 OK
1 1.40 1.40 21.82 5.39 5.39 80 OK

25
4.4 Hasil Perhitungan Tulangan
Setelah dilakukan perhitungan gaya gempa rencana kemudian didapatkan output gaya
dala dengan bantuan program ETABS 9.07 dan hasil penulangan untuk tiap elemen struktur
sebagai berikut.
b. Balok Tepi
Balok tepi Memanjang
- Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah
didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)
- Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah
didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)
Balok tepi Melintang
- Daerah tumpuan atas didapat 8D-19 (A s = 2267,04 mm2) dan daerah tumpuan bawah
didapat 6D-19 (As = 1700,28 mm2)
- Daerah lapangan atas didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2) dan daerah lapanganbawah
didapat 5D-19 (As = 1416,9 mm2)
b. Pelat
Pelat Eksterior
Arah X
• Tulangan tumpuan luar lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-320
- Tulangan bawah : D 16-160
• Tulangan tumpuan dalam lajur kolom
-Tulangan atas : D 16-100
-Tulangan bawah : D 16-60
• Tulangan lapangan lajur kolom
-Tulangan atas : D 16-250
-Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan tumpuan lajur tengah
-Tulangan atas : D 16-250
-Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan lapangan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250

Arah Y
• Tulangan tumpuan luar lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-250

26
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan tumpuan dalam lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-100
- Tulangan bawah : D 16-50
• Tulangan lapangan lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan tumpuan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan lapangan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250

Pelat Interior
Arah X
• Tulangan tumpuan dalam lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-100
- Tulangan bawah : D 16-50
• Tulangan lapangan lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan tumpuan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan lapangan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250

Arah Y
• Tulangan tumpuan dalam lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-100
- Tulangan bawah : D 16-50
• Tulangan lapangan lajur kolom
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan tumpuan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250
• Tulangan lapangan lajur tengah
- Tulangan atas : D 16-250
- Tulangan bawah : D 16-250

27
c. Kolom
Kolom Ekterior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai
Kolom Interior didapatkan tulangan 20D16 direncanakan tipikal untuk semua lantai
d. Shearwall
Untuk penulangan pada badan dinding geser didapatkan:
- Tulangan Vertikal : 2D12-300 mm
- Tulangan Horizontal : 2D12-150 mm
Untuk Komponen batas pada dinding geser didapatkan tulangan 24D19

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

28
5.1 KESIMPULAN
Dari rangkaian analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya
kemudian disimpulkan dan dirangkum pada bab ini, dengan tujuan agar pembaca dapat secara
lengsung mengetahui hasil perbandingan yang meliputi hasil analisis gaya gempa yang terjadi
dan hasil penulangan.
5.1.1 Hasil Analisa Gaya Gempa
a. Perhitungan gempa dengan menghasilkan gaya geser dasar (base shear):
- Gaya geser dasar total akibat gempa:
Pada arah arah X
Vx = 777332,84 kg = 777,33 ton
Pada arah Y
Vy = 1066500,65 kg = 1066,5 ton
b. Perhitungan gempa dengan ASCE 7-05 menghasilkan gaya geser dasar (base shear):
- Gaya geser dasar total akibat gempa:
Pada arah arah X
Vx = 642439,68 kg = 642,44 ton
Pada arah Y
Vy = 642439,68 kg = 642,44 ton
- Gaya geser dasar akibat gaya gempa pada diafragma (pelat):
Pada arah arah X
Vx = 1396608 kg = 1396,61ton
Pada arah Y
Vy = 1396608 kg = 1396,61ton
Dari data diatas dapat disimpulkan, bahwa sejatinya SNI 03-1726-2002 menghasilkan base
shear yang lebih besar daripada base shear yang dihasilkan oleh ASCE 7-05 baik gempa pada
arah X dan arah Y. Akan tetapi, pada ASCE 7-05 mensyaratkan pada struktur yang
mempunyai diafragma dalam hal ini pelat sebagai SPBL (sistem pemikul beban lateral)
seperti pada sistem lantai flat Plate harus pula didesain gaya gempa rencana yang akan
diterima oleh diafragma. Gaya gempa yang diterima oleh diafragma ini kemudian
dibandingkan dengan gaya geser dasar total yang telah dihitung dengan ASCE 7-05
sebelumnya dan dipilih yang terbesar diantara keduanya. Didapatkan gaya geser (V) yang
terbesar adalah gaya geser diafragma sebesar 1396,61 ton untuk arah X dan Y. Sehingga
untuk struktur dengan sistem lantai flat plate, gaya geser dasar (base shear) terbesar adalah
berdasarkan perhitungan ASCE 7-05. c. Drift yang terjadi
Dari analisis program ETABS 9.07, didapatkan nilai drift (simpangan) yang terbesar
berdasarkan gaya gempa rencana yang dihitung berdasarkan ASCE 7-05 dibanding dengan
SNI 03-1726-2002. Dimana drift yang dihasilkan oleh gaya gempa rencana ASCE 705 adalah
sebesar 34,01 mm.

5.1.2 Hasil Analisa Penulangan


Dari hasil penulangan dari analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan, untuk
penulangan kolom dan balok pada SNI 031726-2002 dan ASCE 7-05 hasil penulangan tidak

29
berbeda jauh. Hal ini dikarenakan balok dan kolom menerima beban lateral yang kecil.
Perbedaan Penulangan terlihat jelas pada elemen penahan beban lateralnya yaitu pelat dan
shearwall. Dimana didapatkan hasil penulangan yang jauh lebih banyak terutama pada
tulangan pada jalur kolom pada pelat dan tulangan horizontal pada shearwall apabila gedung
didesain berdasarkan ASCE 7-05. Hal ini dikarenakan gaya gempa rencana berdasarkan
ASCE 7-05 jauh lebih besar dari gaya gempa rencana berdasarkan SNI 031726-2002.

5.2 Saran
1. Untuk perancangan bangunan gedung tahan gempa di Indonesia, sudah seharusnya
menggunakan Tata Cara Pembebanan Gempa yang terbaru yakni berdasarkan ASCE 7-05.
Disamping karena teknologinya lebih maju dibanding SNI 031726-2002, perhitungan
gaya gempa rencana yang dihasilkan juga lebih akurat karena persyaratan-persyaratan
untuk bangunan tahan gempa lebih spesifik dan mendetail. Misalnya seperti pada bangunan
dengan sistem lantai seperti flat plate, perancangan gaya gempa rencananya sebaiknya
didesain dengan ASCE 7-05 karena pada ASCE 7-05 juga memperhitungkan gaya gempa
rencana yang diterima oleh diafragma (pelat) sementara pada SNI 03-1726-2002 tidak ada
persyaratan demikian.
2. Dengan adanya peta Wilayah Gempa yang terbaru maka sudah selayaknya SNI 031726-
2002 harus diupdate dan diperbaharui karena ketentuan-ketentuan yang ada pada SNI 03-
1726-2002 sudah tidak relevan dan tidak bisa digunakan untuk menentukan gaya gempa
rencana berdasarkan peta Wilayah Gempa indonesia yang baru.
3. Untuk studi selanjutnya, perancangan bangunan dengan menggunakan pembeban gempa
ASCE 7-05, pendetailan tulangannya sebaiknya dilakukan dengan menggunakan ACI-08
karena ketentuanketentuan pada ASCE 7-05 lebih relevan pada ACI-08 dibanding SNI 03-
2847-2002 yang merujuk pada ACI-99.
4. Untuk selanjutnya studi bisa dilakukan pada struktur yang memiliki konfigurasi tidak
simetris.

DAFTAR PUSTAKA

30
American Society of Civil Engineers. 2005. Minimum Design Loads for Buildings and
Other Structures. ASCE 7-05. 388 hal.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Bangunan Gedung. SNI 03-1726-2002. 85 hal.
Badan Standarisasi Nasional. 2005. Tata Cara Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan
Rumah Dan Gedung. RSNI 03-1727-1989. 169 hal.
Nawy, E.G., Tavio, dan Kusuma, B. 2010. Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan
Mendasar, Edisi Kelima, Jilid 1. Surabaya : ITS Press. 438 hal.
Nawy, E.G., Tavio, dan Kusuma, B. 2010. Beton Bertulang: Sebuah Pendekatan
Mendasar, Edisi Kelima, Jilid 2. Surabaya : ITS Press. 893 hal.
Purwono, R., dan Tavio. Maret 2010. Evaluasi Cepat Sistem Rangka Pemikul Momen Tahan
Gempa. Surabaya : ITS Press. 51 hal.
Purwono, R. 2005. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Edisi Ketiga.
Surabaya : ITS Press. 274 hal.
Purwono, R., Tavio, I. Imran, dan I.G.P.Raka. Maret 2007. Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) Dilengkapi Penjelasan (S-
2002). Surabaya : ITS Press. 408 hal.
Tavio, dan Kusuma, B. Maret 2009. Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding
Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya : ITS Press. 141 hal.
Tumilar, S. 2008. Petunjuk Penggunaan Ketentuan Seismik dan Angin Berdasarkan
ASCE 7-05 dan IBC 2006. Jakarta ; HAKI. 264 hal.

31

Anda mungkin juga menyukai