DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
Rifanda Antoni Setiawan ( M1D119003)
DOSEN PENGAMPU :
Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2. 1 Umum ................................................................................................... 4
2. 5 Sistem Distribusi.................................................................................. 10
3.2.3 Geologi......................................................................................... 18
LAMPIRAN ...................................................................................................... 63
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ikatan Hidrogen dalam Molekul Air dan Es .................................... 12
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (Wardhana, 1999) ....................... 15
Lanjutan Tabel 2.2 Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (Wardhana, 1999) ......... 15
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Dirinci per
Keluarahan di Kecamatan Alam Barajo, 2020 .................................................... 22
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Dirinci per Keluarahan di Kecamatan Alam Barajo, 2020 .................................. 22
Tabel 3.5 Jumlah TK dan Guru di Rinci per Kelurahan di Kecamatan Alam
Barajo, 2020 ...................................................................................................... 23
Tabel 3.6 Jumlah Guru dan Murid di Kecamatan Alam Barajo Tahun 2020 ....... 24
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenis Dirinci per Keluran di
Kecamatan Alam Barajo, 2020 ........................................................................... 25
Tabel 3.8 Jumlah Tempat Ibadah Dirinci per Kelurahan di Kecamatan Alam
Barajo, 2020 ...................................................................................................... 25
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Alam Barajo 10 tahun terakhir ............. 26
Tabel 4.9 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV ........ 36
v
Tabel 4.11 Perhitungan Penggunaan Air Non Domestik Kesehatan .................... 38
Tabel 4.12 Perhitungan Penggunaan Air Non Domestik Rumah Ibadah ............. 39
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat vital bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya.dapat dikatakan air merupakan sumber daya yang
terbatas. Selama ini kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. Penggunaan air
tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari hal kecil,
seperti air minum untuk melepas dahaga hingga kincir air yang dimanfaatkan
sebagai penghasil energy listrik dan segi keberadaannya pun ada bermacam-
macam jenis air. Oleh sebab itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap bisa
digunakan dengan baik oleh makhluk hidup terutama manusia. Pada saat ini,
sumber daya air menjadi masalah utama meliputi kuantitas air terutama air bersih
yang semakin lama semakin menurun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan manusia.
Air memiliki sifat yang mampu melarutkan berbagai zat baik dari fasa padat,
cair, gas maupun mikroorganisme. Kondisi seperti ini yang berdampak pada
keberadaan zat-zat yang bisa dilarutkan dalam air tersebut. Jika zat terlarut
tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka bisa dikatakan air tersebut
bersih. Sebaliknya, apabila kadar zat terlarut tersebut melebihi dari nilai ambang
batas (NAB) yang telah ditetapkan, maka air tersebut dikatakan tercemar. Sebagai
contoh, kadar air yang layak untuk diminum berbeda nilai ambang batasnya
dengan kadar air untuk industri atau transportasi. Penetapan nilai ambang batas ini
sudah diatur oleh Pemerintah dalam bentuk Peraturan yang dikeluarkan oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) adalah penyediaan air bersih bagi
masyarakat dengan mengolah sumber air baku sesuai dengan baku mutu yang
telah di tentukan. Air yang telah melalui proses pengolahan akan didistribusikan
ke masyarakat agar medapatkan air bersih. Pengolahan air sangat dibutuhkan
ketika air yang menjadi sumber untuk pelayanan air minum tidak memenuhi
standar kualitas air baku, sehingga ketika hasil pengolahan air memenuhi standar
kualitas air baku dapat didistribusikan. Sistem penyediaan air bersih selain dilihat
1
dari segi kuantitas dan kontinuitas, kualitas air bersih juga merupakan faktor
penting yang perlu diperhatikan. Meskipun air tanah biasanya tidak
terkontaminasi oleh bakteri, air tanah umumnya tetap memerlukan perlakuan
desinfeksi dengan klorin guna menjamin air tersebut bebas dari kontaminasi
bakteri. Selain itu dalam sistem distribusi air, sangat memungkinkan terjadinya
perubahan kualitas air.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan daerah sebagai
satu-satunya perusahaan yang bergerak dalam penyediaan air bersih untuk
kebutuhan masyarakat. PDAM juga menyediakan jasa dalam menyelengaarakan
kemanfaatan dibidang air minum. PDAM biasanya ada di setiap provinsi,
kecamatan dan kabupaten serta kotamadya dieluruh Indonesia.
Sumber air baku utama Provinsi Jambi adalah Sungai Batanghari yang
merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 800 km.
Sumber air baku utama yang digunakan PDAM Provinsi Jambi bersumber dari
sungai, danau, air tanah, dan mata air. Sungai batanghari memiliki persentase
paling tinggi yaitu rata-rata diatas 90% dan persentase paling rendah dimiliki oleh
sumber air tanah dengan rata-rata sebesar 1,3%. Kecamatan Alam Barajo
memiliki wilayah paling luas dan jumlah penduduk paling banyak dibandingkan
kecamatan lainnya. Salah satu cara untuk memperoleh sumber air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari masyarakat Kecamatan Alam Barajo memanfaatkan
pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Kecamatan Alam Barajo adalah salah satu dari 10 Kecamatan yang ada di
Kota Jambi. Kecamatan ini merupakan pemekaran dari kecamatan Kota Baru
sejak tahun 2016. Data dari Kementerian Dalam Negeri dalam catatan
kependudukan, jumlah penduduk kecamatan ini hingga pertengahan tahun 2021
sebanyak 109.229 jiwa dengan kepadatan 3.016 jiwa/km2. Kecamatan ini
memiliki Terminal Alam Barajo, di Kampoeng Radja.
1.2 Tujuan
2
2. Mahasiswa mampu merancang sistem penyediaan air bersih yang sesuai
dengan SNI dan peraturan yang berlaku.
3. Mahasiswa mampu membuat dan merencanakan jaringan perpipaan untuk
keperluan penyediaan air bersih di Kecamatan Alam barajo.
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Umum
Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
semua makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri,
perikanan, pertanian dan usaha-usaha lainnya. Dalam penggunaan air sering
terjadi kurang hati-hati dalam pemakaian dan pemanfaatannya sehingga
diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan
kebutuhan air melalui pengembangan, pelestarian, perbaikan dan perlindungan.
Dalam pemanfaatan air khususnya lagi dalam hal pertanian, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan serta pengembangan wilayah, Pemerintah Indonesia
melakukan usaha pembangunan dibidang pengairan yang bertujuan agar dapat
langsung dirasakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air
(Priyonnugroho, 2014).
Ketersediaan air dibumi secara total sangat melimpah. Lautan, danau dan
sungai-sungai adalah sumber air yang segera tampak menjanjikan akan
ketersediaan air. Namun demikian, ternyata air yang dapat digunakan untuk
kehidupan manusia mempunyai berbagai macam syarat sehingga air laut tidak
serta merta dianggap sebagai air yang tersedia bagi kehidupan. Hal ini karena air
laut perlu diproses dengan biaya yang mahal untuk dapat digunakan sebagai air
minum. Sumber Air bakunya berasal dari air hujan, air tanah, dan air permukaan
(Kaunang, 2015).
Kebutuhan yang pertama bagi terselenggaranya kesehatan yang baik adalah
tersedianya air yang memadai dari segi kuantitas dan kualitasnya yaitu harus
memenuhi syarat kebersihan dan keamanan. Pemerintah Indonesia melalui
DEPKES RI mensyaratkan kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya sebesar 60
liter per orang per hari. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Minum untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solusi Per Aqua, dan Pemandian Umum sebagai berikut: jernih, tidak
4
bewarna, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun, pH netral, dan bebas
mikroorganisme (Solihin dkk, 2020).
Perbedaan kebutuhan air bagi manusia disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah faktor jumlah penduduk dan aktivitas yang dilakukan.
Semakin besar jumlah penduduk suatu wilayah maka kebutuhan air akan semakin
besar. Begitu juga dengan semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh
penduduk maka semakin banyak pula kebutuhan air yang diperlukan. Banyak
sedikitnya aktivitas yang dilakukan oleh penduduk dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor umur. Semakin banyak penduduk dengan
golongan umur produktif biasanya akan semakin banyak aktivitas yang dilakukan
sehingga kebutuhan air akan semakin tinggi (Astuti dkk, 2018).
Ketersediaan air berdasarkan sumber air tersebut merupakan salah satu modal
dasar pembangunan, sehingga perlu tindakan bijak agar ketersediaan menurut
kualitas dan kuantitasnya terjaga dan tidak merusak keseimbangan ekosistem
lingkungan. Selain itu penyediaan air yang baik harus mampu melayani kebutuhan
air yang memadai serta mendapat respon serta dukungan yang positif dari
masyarakat (Noperissa dan Waspodo, 2018).
Pengembangan sumberdaya air memerlukan perencanaan yang matang
dikarenakan berkaitan dengan neraca air sungai. Keseimbangan antara
ketersediaan air dan kebutuhan air harus tetap dipelihara. Masalah utama dari
pengaturan sumberdaya air adalah jumlah kebutuhan akan air selalu berubah
seiring dengan waktu dan tempat. Seringkali yang terjadi adalah jumlah air yang
tersedia berbeda dengan air yang dibutuhkan. Oleh sebab itu diperlukan suatu
pengaturan agar air yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan yang ada. Dalam
pemenuhan kebutuhan yang ada, tentunya harus ditentukan kebutuhan mana yang
lebih diprioritaskan (Azizah, 2013).
2. 2 Sumber Air
5
pengotor-pengotor tertentu yang berasal dari bermacam-macam sumber pengotor
(industri, rumah tangga, pertanian dan lain-lain).
Pemanfaatan sumber air yang berasal dari air hujan biasa dilakukan di
daerah-daerah yang tidak mendapatkan air tanah, atau walaupun tersedia air tapi
tidak dapat digunakan. Air hujan yang akan dimanfaatkan biasanya ditampung
dari atap rumah, kemudian ditampung dalam tong, bak, atau kolam.
Sumber air tersebut mengandung banyak bahan-bahan yang berasal dari
udara seperti gas-gas (oksigen, nitrogen, karbon dioksida), asam asam kuat yang
berasal dari gas buangan industri tertentu dan partikel-partikel radioaktip. Dari
atap penampungan sendiri dicemari oleh partikel-partikel debu, kotoran burung,
dan berbagai kotoran lainnya. Sumber air yang berasal dari air hujan ini walaupun
tidak murni termasuk dalam kategori air lunak, sehingga apabila akan
dimanfaatkan untuk air minum perlu direbus dulu atau disucihamakan.
2.2.2 Air Permukaan (Surface Water)
Semua air yang berada di atas permukaan bumi seperti air parit, selokan,
sungai dan danau adalah air permukaan. Pada umumnya air tersebut mengandung
kotoran kotoran berupa benda-benda terapung yang berasal dari lingkungan
sekitarnya, benda benda padat tersuspensi, bakteri, buangan bahan, kimia, dan
sebagainya.
Kumpulan berbagai kotoran tersebut menimbulkan berbagai bau dan rasa,
sehingga bila air tersebut akan digunakan untuk kepentingan hidup manusia perlu
perlakuan/tindakan pembersihan lengkap secara bertahap, teknik pembersihannya
tergantung dari macam dan jumlah kotoran yang dikandungnya. Air permukaan
yang terdapat di daerah pegunungan umumnya relatif tidak begitu kotor
dibandingkan dengan air sungai, sehingga melalui penyimpanan yang lama serta
proses klorinasi saja air sudah dapat dimanfaatkan ( Susana, 2003).
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat dalam ruang-
ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu, dan dalam retak retak dari
6
batuan. Air bawah tanah (gronund water) atau dikenal juga sebagai air tanah
merupakan bagian dari siklus hidrologi, yaitu air permukaan disekitar bumi
termasuk air laut karena pengaruh panas matahari berubah menjadi uap air, oleh
angin sebagian ditiup ke arah daratan, dan pada tempat tertentu (umumnya
berelevasi tinggi) uap tersebut akan mengalami pemampatan setelah titik jenuh
terlampaui akan berubah menjadi kumpulan air dan jatuh ke bumi sebagai air
hujan (Saparuddin, 2010).
Air tanah ialah air yang terdapat di dalam tanah, tepatnya di bawah
permukaan air tanah. Pada umumnya air tanah mengandung bahan mineral larut
yang terdiri dari kation (Ca, Mg, Mn, dan Fe) dan anion (SO4, CO3, HCO3 dan
Cl). Kadar ion-ion tersebut bervariasi, tergantung kepada sifat dan kondisi tanah
setempat, semakin dalam air tanah yang diambil semakin tinggi kadar ion-ion
tersebut.
Air tanah ini banyak dipakai untuk berbagai keperluan, karena tidak
banyak terkontaminasi oleh lingkungan sekitarnya dibandingkan sumber-sumber
air lainnya, kontaminasi yang terjadi antara lain disebabkan oleh teknik
pengambilan yang kurang baik, adanya kebocoran sistim pipa, dan keretakan
tanah. Perlakuan pembersihan air tanah yang kadang diperlukan adalah proses
pelunakan untuk menghilangkan kesadahan air dan aerasi untuk menghilangkan
bau dan rasa yang tidak dikehendaki (Susana, 2003).
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material
lainnya seperti garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-
partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin karena memiliki kadar garam
rata-rata 3,5%. Kandungan garam disetiap laut berbeda kandungannya. Air laut
memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat
didalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dan lain-
lain. Apabila air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak
laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada
batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung
garam. (Prastuti, 2017)
7
Penggunaan air laut sebagai sumber air tawar dilakukan bilamana
sumber sumber air tawar seperti air hujan, air permukaan dan air tanah tidak
dapat diperoleh lagi. Untuk itu dilakukan proses desalinasi yang dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain adalah destilasi, elektro dialisa, osmosis /
hiperfiltrasi dan sebagainya. Sesuai dengan fungsinya sebagai pelarut, maka 96,5
% air murni yang terdapat alam air laut dapat melarutkan 3,5 % zat-zat kimia.
Secara kimiawi dalam air laut terdapat sekitar 80 unsur kimia, dengan nilai
keasaman (pH) antara 7,5 - 8,5. komposisi kimia air laut menjadi empat golongan,
yaitu senyawa anorganik terlarut, senyawa organik terlarut, gas terlarut dan
senyawa partikulat (Susana, 2003).
Jumlah kebutuhan air untuk tiap orang pada umumnya dari tahun ke tahun
akan meningkat, hal ini disebabkan antara lain:
a. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bersih untuk
kesehatan.
b. Meningkatnya kebutuhan air untuk pemakaian yang makin beragam,
misalnya untuk mencuci mobil, mesin pendingin udara dan sebagainya.
Pemakaian air oleh masyarakat bertambah besar selaras dengan kemajuan
masyarakat tersebut. Sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu
tolok ukur tinggi rendahnya suatu masyarakat. Kebutuhan air untuk pemakaian
non domestic antara lain dipengaruhi oleh jenis sarana yang membutuhkan air.
Sebagai contoh kebutuhan air untuk rumah sakit akan berbeda dengan kebutuhan
air untuk perkantoran. Disamping itu kebutuhan air untuk tiap jenis sarana juga
tidak selalu sama, misalnya kebutuhan rumah sakit kelas A akan berbeda dengan
kebutuhan rumah sakit kelas C.
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung
kebutuhan air pada masa yang akan datang juga perlu diketahui kebutuhan air
untuk tiap pemakai air pada masa yang akan datang. Data-data ini antara lain
dapat dibuat berdasarkan kecenderungan pemakaian air pada masa lalu dan saat
sekarang.
8
Perencanaan suatu sistem distribusi air minum, diperlukan beberapa kriteria
sebagai dasar perencanaan. Tujuan dari pengajuan beberapa kriteria perencanaan
adalah untuk mendapatkan suatu hasil perencanaan yang tepat dan terkondisi
untuk suatu wilayah perencanaan.
Seiring berjalannya waktu kebutuhan air bersih semakin lama semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan
datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk untuk tahun perencanaan.
Walaupun proyeksi bersifat ramalan, dimana kebenarannya bersifat subyektif,
namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metoda. Ada beberapa metoda
proyeksi penduduk yang digunakan untuk perencanaan.
1. Metoda Aritmatika
Metoda ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang
selalu meningkat/bertambah secara konstan. Rumus untuk perhitungannya:
Pn = Po + a . n
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
A : Rata-rata pertambahan penduduk (jiwa/tahun)
n : Kurun waktu proyeksi (tahun)
2. Metoda Geometri
Proyeksi dengan metoda ini dianggap bahwa perkembangan penduduk
secara otomatis berganda dengan pertambahan penduduk. Metoda ini tidak
memperhatikan asanya suatu saat terjadi perkembangan menurun,
disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Metode ini banyak
digunakan karena mudah dan mendekati kebenaran. Rumus
perhitungannya :
Pn = Po ( 1 + r ) n
Dimana :
Pn :Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa)
Po : Jumlah penduduk pada awal tahun dasar (jiwa)
a : Rata-rata pertambahan penduduk (%)
n : Selisih anatara tahun proyeksi dengan tahun dasar (tahun)
9
3. Metoda Least Square
Metoda ini juga dapat digunakan untuk daerah dengan perkembangan
penduduk yang mempunyai kecenderungan garis linear meskipun
perkembangan penduduk tidak selalu bertambah Rumus perhitungannya :
Pn = a + b . x
Dimana :
Pn : Jumlah penduduk pada tahun proyeksi (jiwa) ( PUPR, 2007).
2. 4 Sistem Transmisi
Sistem perpipaan transmisi ini bertujuan untuk menyalurkan air dari sumber
air baku, misalnya mata air menuju ke bangunan pengolahan, serta mengalirkan
air hasil olahan menuju ke reservoir induk. Sistem transmisi air bersih dapat
dilakukan dengan beberapa cara tergantung kondisi topografi yang
menghubungkan sumber air dengan reservoir induk. Sistem perpipaan yang
digunakan tergantung topografi dari wilayahnya, dan dapat dilakukan secara
gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi (Wardana
dan Budiharjo, 2013).
2. 5 Sistem Distribusi
Air adalah suatu senyawa kimia berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak
berbau dan tak ada rasanya. Air mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1 atm,
titik didih 100°C dan kerapatan 1,0 g/cm3 pada suhu 4°C (Schroeder, 1977).
Ukuran satu molekul air sangat kecil, umumnya bergaris tengah sekitar 3 A (0,3
nm atau 3x10-8 cm). Wujud air dapat berupa cairan, gas (uap air) dan padatan (es).
Air yang berwujud cairan merupakan elektrolit lemah, karena di dalamnya
terkandung ion-ion dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
2H2O H3O+ + OH-
Reaksi tersebut pada dasarnya memiliki komposisinya yang sederhana, air juga
memiliki sifat-sifat kimia yang tergolong unik. Keunikan ini terjadi sebagai akibat
dari adanya ikatan hidrogen yang terjadi antar molekul-molekul air. Ikatan
hidrogen dalam molekul air terjadi karena adanya sifat polar dalam air, sehingga
tempat kedudukan atom hidrogen yang positif akan menarik tempat kedudukan
oksigen yang negatif dari molekul air lainnya. Ikatan hidrogen terjadi dalam
beberapa senyawa hidrogen, dimana atom hidrogen menjembatani dua atom yang
cenderung menarik elektron lebih besar (keelektronegatifan).
Menurut Whitfield (1975) ikatan hidrogen ini sifatnya lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan kovalen. Namun demikian, ikatan hidrogen antara
dua molekul air yang berdekatan dan sifat terpolarisasi molekul air inilah yang
berperan terhadap sifat-sifat kimia dan fisik air yang unik itu terjadi. Molekul-
molekul dalam air dan es mempunyai banyak ikatan hidrogen dengan sesamanya.
11
Gambar 2.1 Ikatan Hidrogen dalam Molekul Air dan Es
Es yang merupakan wujud air dalam bentuk padat, terdiri dari jaringan
terbuka dari molekul-molekul H O yang terikat oleh ikatan hidrogen. Jaringan es
ini sangat terbuka, sehingga jika es meleleh, maka ikatan-ikatan hidrogen itu putus
dengan menghasilkan air yang kerapatannya lebih besar dari es. Jika suhu air
bertambah, maka kerapatannya akan bertambah karena strukturnya lebih rapat
sebagai akibat terjadinya pemutusan ikatan hidrogen. Pada waktu yang bersamaan
2 kerapatannya berkurang karena cairan memuai. Pada suhu 4°C kedua pengaruh
yang saling berlawanan itu seimbang dan memiliki kerapatan tertinggi yaitu 1
gram/cm3 . Diatas suhu 4°C pemuaian termal itu lebih menonjol dan kerapatan air
berkurang (Susana, 2003).
2. 7 Sifat Fisika Air
12
sekian banyak zat cair, air memiliki tegangan permukaan yang paling tinggi, hal
ini memungkinkan terjadinya asosiasi organisme baik yang hidup dibawahnya
maupun diatasnya.
B. Kalor Penguapan
Menurut Schroeder (1977) air memiliki kalor penguapan yang tinggi, hal
ini nampak ketika air dipanaskan maka proses penguapanrnya akan berlangsung
lebih lambat dibandingkan dengan cairancairan lainnya. Hal ini terjadi sebagai
akibat dari kekuatan ikatan hidrogen di antara molekul air yang harus diputuskan
agar molekul dapat terlepas. Tingginya kalor penguapan air ini menyebabkan
tingginya pula titik didih air (100°C), oleh karena itu air dipermukaan bumi
berbentuk cairan dan bukan berbentuk gas. Sifat air yang demikian itu dapat
menjadikan air sebagai bahan pendingin yang sangat baik, karena dapat menyerap
sejumlah besar panas.
C. Kerapatan Suhu
Umumnya cairan akan semakin rapat dengan semakin dinginnya suhu. Jika
cairan didinginkan sampai menjadi padat, maka wujud padat dari cairan ini
menjadi lebih rapat dibandingkan dengan wujud cairnya. Kondisi demikian tidak
terjadi pada air, karena air memiliki kerapatan suhu yang aneh. Air akan menjadi
semakin rapat bila didinginkan sampai pada suhu 4°C dan dalam proses
pendinginan selanjutnya, maka kerapatan air semakin menurun. Keunikan sifat
fisik air inilah yang menyebabkan es lebih dingin dibandingkan dengan air dan
dapat terapung diatas air. Sifat ini berperan penting dalam kehidupan dilaut,
karena jika tidak memiliki sifat tersebut maka sebagian besar volume lautan tidak
dapat dihuni karena air laut menjadi berbentuk gumpalan-gumpalan es yang besar.
D. Kapasitas Melarutkan
Air dapat melarutkan zat-zat kimia dan dapat digunakan sebagai medium
yang didalamnya berlangsung berbagai reaksi kimia. Kebanyakan proses-proses
kimia yang berlangsung, menyangkut reaksi yang menggunakan air sebagai
pelarutnya. Kemampuan air dalam proses melarutkan zat-zat kimia disebut sebagai
daya larut air, dan daya larut tersebut tergantung kepada sifat terpolarisasinya
molekul air dan ikatan hidrogen. Sebagai pelarut polar air juga dapat melarutkan
berbagai macam garam bergantung pada interaksi antara ion-ion garam dengan
13
muatan listrik yang dimiliki oleh molekul air (Susana, 2003).
2. 8 Manfaat Air
Ross (1970) memperkirakan bahwa dipermukaan bumi ini terdapat 326 juta
kubik mil air, dan dari sejumlah itu 97,2 % terdapat dilaut. Secara rinci dapat
dilihat dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Suplai Air di Dunia (Ross, 1970)
Lanjutan Tabel 2.2 Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (Wardhana, 1999)
Keperluan Jumlah Pemakaian (Liter)
Kebersihan rumah 32,0
Menyiram tanaman 11,0
Mencuci kedaraan 22,5
Lain-lain 20,0
Jumlah 150,0
Air memiliki sifat sebagai pelarut universil yang didalamnya selalu terlarut
unsur dan senyawa kimia lainnya selain hidrogen dan oksigen sebagai unsur
utamanya. Oleh karena itu, tidak ada air dan perairan alami yang murni di bumi
15
ini. Dengan terlarutnya unsur dan senyawaan kimia didalamnya, maka air
merupakan komponen ekologis yang berperan penting bagi hidup dan kehidupan
organisme. Kualitas air yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan manusia
tergantung pada kriteria penggunaan air tersebut. Penggunaan air pada umumnya
adalah diperuntukkan sebagai:
1. Air minum
2. Keperluan rumah tangga
3. Industri
4. Pengairan
5. Pertanian,
6. Perikanan dan lain-lain.
Penetapan standar air bersih tidaklah mudah ,karena tergantung pada
banyak faktor tertentu yang menyangkut kegunaan air dan sumber air. Walaupun
demikian ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada kemurnian
air namun didasarkan pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari
keadaan. normal maka hal itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran.
Pada tahun 1988, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah
mengeluarkan peraturan mengenai kriteria baku mutu air untuk berbagai
keperluan, demikian juga Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup dan Menteri Kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan yang sama
sehubungan dengan penggunaan air.
Menurut Wardhana (1999) indikator bahwa air lingkungan telah tercemar
adalah ditandai dengan adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
1. Adanya perubahan suhu air.
2. Adanya perubahan nilai pH atau konsentrasi ion hidrogen.
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air.
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
5. Adanya mikroorganisme.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Susana, 2003).
16
BAB III
KONDISI EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN
Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi yang lebih dikenal dengan
sebutan Jambi Kota Beradat. Wilayah Kota Jambi dikelilingi oleh wilayah
Kabupaten Muaro Jambi baik dari arah Utara, Selatan, Barat maupun di sebelah
Timur.
Secara geografi wilayah Kota Jambi terletak di antara : 103301,67 Bujur
Timur sampai 103400,22 Bujur Timur 01302,98 Lintang Selatan sampai
01401,07 Lintang Selatan dengan luas wilayah 205,38 Km2 atau sekitar 0,38
persen dari luas Provinsi Jambi.
Wilayah Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas
20.538 ha atau seluas 205,38 Km2 . Topografi wilayah Kota Jambi terdiri atas
wilayah datar dengan kemiringan 0 hingga 2 %, bergelombang dengan kemiringan
2 hingga 15 % dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40 % dengan luas lahan
berdasarkan topografi adalah sebagai berikut :
a) Datar (1-2%) = 11.326 ha (55 %)
b) Bergelombang (2-15%) = 8.081 ha (3,1%)
c) Curam (15 – 40%) = 41 ha (0,002%)
Kecamatan Alam Barajo Terletak Di Barat Kota Jambi, Dengan Ketinggian
Rata-Rata 15 M Dari Permukaan Air Laut. Batas- Batas Kecamatan Alam Barajo
Adalah Sebagai Berikut :
1. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kecamatan Telanaipura
2. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kabupaten Muaro Jambi
3. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan Kotabaru
4. Sebelah Barat Berbatas Dengan Kabupaten Muaro Jambi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi (PERDA) Nomor 13 Tahun 2014
Tanggal 30 Desember 2014, Kecamatan Kotabaru Di Pecah Menjadi 2
Kecamatan. Kecamatan Kotabaru Resmi Dipecah Menjadi Kecamatan Kotabaru
Dan Kecamatan Alam Barajo Pada Tahun 2016. Dengan Masing Masing
Kecamatannya Memiliki 5 Kelurahan. Tidak Terdapat Pembentukan Kelurahan
17
Yang Baru. Hanya Membagi 10 Kelurahan Tersebut Menjadi Masing Masing
Kelurahan Ke Dalam Kecamatan Kotabaru Dan Kecamatan Alam Barajo.
Keadaan Wilayah Kecamatan Alam Barajo Datar Dan Sedikit Berbukit
Dengan Luas 41.63 Km2 Dan Terdiri Dari 5 Kelurahan:
1. Kelurahan Kenali Besar Dengan Luas 11,28 Km2 (27.10% Dari Luas
Kecamatan)
2. Kelurahan Rawasari Dengan Luas 7,40 Km2 (17.78 % Dari Luas
Kecamatan
3. Kelurahan Bagan Pete Dengan Luas 17,45 Km2 ( 41.92 % Dari Luas
Kecamatan)
4. Kelurahan Beliung Dengan Luas 1,61 Km2 (3.86 % Dari Luas Kecamatan)
3.2 Kondisi Lingkungan Stategi
3.2.1 Hidrologi
3.2.2 Topografi
3.2.3 Geologi
Dilihat dari struktur batuan, Kecamatan Alam Berajo di wilayah Kota Jambi
terbentuk dari struktur batuan endapan permukaan, batuan sedimen umur miosen
18
dan batuan sedimen umur pliosen, Kecamatan Alam Barajo terdiri dari batuan
sedimen umur miosen yang tersebar di bagian wilayah barat Kota Jambi.
3.2.4 Klimatologi
Kecamatan Alam Berajo yang berada di wilayah Kota Jambi beriklim tropis
dengan dipengaruhi oleh dua musim, yaitu Musim Barat dan Musim Timur. Pada
saat musim barat angin bertiup kearah barat yang biasanya terjadi pada April–
Oktober,sementara musim Timur angin bertiup kearah Timur dan Selatan yang
berlangsung pada Oktober–April.
20
Tabel 3.2 Proyeksi lahan Kecamatan Alam barajo
3.3.2 Demografi
21
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Dirinci per
Keluarahan di Kecamatan Alam Barajo, 2020
No Kelurahan Penduduk Luas Wilayah Kepadatan Penduduk
Area (Km2) Density (Per Km2)
22
meningkat lebih cepat dibanding lakilaki yang disertai tingkat harapan hidup
perempuan jauh lebih lama dibandingkan penduduk laki-laki.
B. Pendidikan
Dalam menunjang pembangunan di Kecamatan Alam Barajo tentu tidak
terlepas dari sektor pendidikan dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi,
pendidikan non formal berupa pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang
pengetahuan berupa pendidikan keterampilan yang diperlukan bagi pembangunan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
penduduk. Sarana pendidikan di Kecamatan Alam BarajoTahun 2020 adalah
sebagaiberikut:
a. Sekolah Dasar unit, 9.660 orang siswa dan 200orang guru.
b. SLTP sebanyak 5 unit, 2.734 orang siswa dan 129 orang guru.
c. SLTA sederaja tsebanyak 10 unit, 4.040 orang siswa dan 164 orang guru.
Tabel 3.5 Jumlah TK dan Guru di Rinci per Kelurahan di Kecamatan Alam Barajo,
2020
No Kelurahan Tk Murid Guru
4 Belliung 1 34 2
23
Tabel 3.6 Jumlah Guru dan Murid di Kecamatan Alam Barajo Tahun 2020
No Jenis Sekolah Jumlah
1 SD Sederajat
- Sekolah 21
- Murid
9660
- Guru
200
2 SMP Sederajat
- Sekolah 5
- Murid
2734
- Guru
129
3 SLTA Sederajat
- Sekolah 10
- Murid
4040
- Guru
164
C. Kesehatan
Sarana kesehatan di Kecamatan Alam Barajo terdapat 2 unit Rumah Sakit, 2
unit Puskesmas,2 unit Pustu, 76 unit Posyandu, 5 Posbindu dan. Sedangkan
Tenaga Kesehatan Dokter Umum 5 orang, Dokter Gigi 2 orang, perawat 26 orang,
bidan 31 orang dan farmasi 7orang, orang dan sanitasi 2 orang.
24
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenis Dirinci per Keluran di
Kecamatan Alam Barajo, 2020
No Kelurahan Rumah sakit puskesmas Puskesmas
umum pembantu
1 Kenali Besar 2 1 1
2 Rawa Sari - - -
3 Bagan Pete - - 1
4 Belliung - 1 1
5 Mayang Mangurai - - 1
Jumlah Total 2 2 4
1 Kenali Besar 21 12 2 - -
2 Rawa Sari 6 7 3 - -
3 Bagan Pete 12 13 1 - -
4 Beliung 16 7 - - -
5 Mayang 27 20 1 - -
Mangurai
Jumlah 82 59 7 0 0
Dimana:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = Jumlah penduduk tahun awal
Pt = Jumlah penduduk pada tahun akhir
Ka = Rasio kenaikan penduduk rata-rata
t = selisih tahun perhitungan antara tahun awal dan tahun t (dalam tahun)
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Alam Barajo 10 tahun terakhir
Kecamatan Alam Barajo
Tahun Jumlah Penduduk per tahun
2010 73736
2011 73953
2012 75338
2013 81967
2014 89862
2015 92376
2016 94773
2017 97184
2018 99329
2019 101351
26
Perhitungan :
= 2761,5
= 159342 jiwa
27
4.1.2 Metode Geometri
Dimana :
= 0.0323
Kemudian :
= 1976670
28
Tabel 4.3 Perhitungan Metode Geometri
Geometri
r Pn Jumlah
0.0323 2020 104626.8
2021 108008.4
2022 111499.4
2023 115103.2
2024 118823.5
2025 122664
2026 126628.6
2027 130721.4
2028 134946.5
2029 139308.1
2030 143810.7
2031 148458.9
2032 153257.3
2033 158210.7
2034 163324.3
2035 168603.1
2036 174052.6
2037 179678.2
2038 185485.6
2039 191480.7
2040 197669.6
4.1.3 Metode Eksponensial
Dimana :
29
Perhitungan :
=0.03180986
Dengan :
=197669.6
31
No Metode Standar Deviasi Faktor Korelasi
Dari ketiga metode proyeksi penduduk yang dipakai dapat dilihat bahwa
nilai standar deviasi terkecil di tunjukkan oleh aritmatika dengan 17134.65 dan
faktor korelasi terbesar yang mendekati angka 1 di tunjukkan oleh aritmatik
dengan 0.975865179 sehingga di putuskan bahwa metode proyeksi yang
mendekati adalah aritmatika.
32
Gambar 4.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih
=127474 x 150
= 19121100 ltr/org/hr
33
Catatan:
34
c. Jumlah pemakaian air (ltr/org/dtk) = tingkat pemakaian air (ltr/org/hr) :
86400
Catatan:
35
industri, komersial, umum, dan lainnya. Konsumsi non domestik terbagi menjadi
beberapa kategori yaitu :
a. Umum, meliputi : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, terminal, kantor dan
lain sebagainya
b. Komersil, meliputi : hotel, pasar, pertokoan, rumah makan dan sebagainya
c. Industri, meliputi : peternakan, industri dan sebagainya Makin banyak
jumlah sarana yang membutuhkan air, kebutuhan air akan makin banyak
pula
Tabel 4.9 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV
4.3.1 Pendidikan
Catatan :
36
Tabel 4.10 Perhitungan Penggunaan Air Non Domestik Pendidikan
Pendidikan
Pemakaian
air per hari Pemakaian air per
total total (liter/murid detik
Sekolah Jumlah siswa guru total /hari) (liter/murid/dtk)
Tk 33 1047 128 1175 11750 0.14
Sekolah
Dasar 21 9660 200 9860 98600 1.14
Madrasah 6 1478 111 1589 15890 0.18
Smp 6 2734 129 2863 28630 0.33
Mts 1 598 34 632 6320 0.07
Sma/Smk 7 4040 164 4204 42040 0.49
Ma 2 243 38 281 2810 0.03
Perguruan
Tinggi 3 1127 132 1259 12590 0.15
Total 79 20927 936 21863 218630 2.530439815
Catatan :
37
Tabel 4.11 Perhitungan Penggunaan Air Non Domestik Kesehatan
Kesehatan
Rumah Jumlah Pemakaian air per hari Pemakaian air per detik
Sakit Bed (liter/murid/hari) (liter/murid/dtk)
RS. Abdul
Manap 320 64000 0.740740741
RS. MMC 105 21000 0.243055556
Total 425 85000 0.983796296
Pemakaian air per hari Pemakaian air per detik
Puskesmas Unit (liter/murid/hari) (liter/murid/dtk)
Puskesmas 2 4000 0.046296296
puskesmas
pembantu 4 8000 0.092592593
Total 6 12000 0.138888889
4.3.3 Rumah Ibadah
= 69 x3000 = 207000
= 2,3 ltr/dtk
= 92 x 2000 = 184000
= 2,1 ltr/dtk
= 11 x 1000 = 11000
= 0.12 ltr/dtk
= 1 x 1000 = 1000
= 0.01 ltr/dtk
38
e. Perhitungan vihara = jumlah unit x 1000 ltr/unit/ hr
= 1 x 1000 = 1000
= 0.01 ltr/dtk
Catatan :
Rumah Ibadah
Jumlah Pemakaian air per hari Pemakaian air per detik
Jenis Unit (liter/unit/hari) (liter/unit/dtk)
Masjid 69 207000 2.395833333
Mushola 92 184000 2.12962963
Gereja
protestan 11 11000 0.127314815
Greja
khatolik 1 1000 0.011574074
Vihara 1 1000 0.011574074
Total 174 404000 4.675925926
4.3.4 Kantor
= 22 x 10 = 220
= 0,002 ltr/dtk
39
Tabel 4.13 Perhitungan Penggunaan Air Non Domestik Kantor
Kantor
Pemakaian air Pemakaian air
Total per hari per detik
Kelurahan Pegawai (liter/murid/hari) (liter/murid/dtk)
Kelurahan Kenali Besar 12 120 0.001388889
Kelurahan Rawasari 5 50 0.000578704
Kelurahan Mayang
Mangurai 9 90 0.001041667
Kelurahan Bagan Pete 10 100 0.001157407
Kelurahan Beliung 8 80 0.000925926
Total 22 220 0.002546296
4.3.5 Ekonomi
40
memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat
keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi
data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data,
manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data
serta analisa data (Gunadi dkk, 2015).
41
Gambar 4.4 Gambar Hasil Pembagian Zona
Sumber : Google Earth
42
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi
slope (kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang
permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta
timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis
atau bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta (Ahmad dkk,
2018).
43
Berdasarkan gamabr 4.5 peta kontur diatas bahwa Kecamatan Alam
Barajo memiliki elevasi yang beragam, dimana terlihat perbedaan warna yang
signifikan. Warna merah kecoklatan memiliki ketinggian elevasi yang tinggi
dengan velue 64 yang menandakan bahwa Kecamatan Alam Barajo masih
memiliki wilayah perbukitan. Warna biru dan hijau menandakan daerah tersebut
berada didataran rendah, dengan hal ini dapat ditentukan bagaimana perancangan
sistem jaringan dan distribusi.
44
Transmisi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/km
Pipe 153 315 78 1 3.2 0.02 Open
Pipe 154 315 0 0 0 0 Open
Pipe 157 315 0 0 0 0 Open
Pipe 158 315 0 0 0 0 Open
Pipe 159 315 0 0 0 0 Open
Pipe 16 315 78 1 3.2 0.02 Open
Pipe 163 315 0 0 0 0 Open
Pipe 164 315 0 0 0 0 Open
Pipe 165 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
Pipe 166 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
Pipe 167 315 365.62 4.69 55.91 0.016 Open
Pipe 168 315 0 0 0 0 Open
Pipe 169 315 78 1 3.2 0.02 Open
Pipe 170 315 78 1 3.2 0.02 Open
Pipe 171 315 0 0 0 0 Open
Pipe 172 315 0 0 0 0 Open
Pipe 173 315 0 0 0 0 Open
Pipe 174 315 234 3 24.46 0.017 Open
Pipe 18 315 0 0 0 0 Open
Pipe 19 315 0 0 0 0 Open
Pipe 26 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
Pipe 3 315 0 0 0 0 Open
Pipe 7 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
Pipe 73 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
Pipe 8 315 365.62 4.69 55.91 0.016 Open
Pipe 84 315 234 3 24.46 0.017 Open
Pipe 9 315 121.87 1.56 7.31 0.018 Open
45
Pada tabel diatas terdapat data perpipaan yang digunakan pada sistem
jaringan transmisi. Data yang diatas meliputi ukuran pipa, aliran air, kecepatan
aliran, kehilangan tekanan, faktor friksi dan status keadaan pipa (terbuka atau
tertutup). Diameter pipa yang digunakan berukuran 315 mm. Aliran air yang
mengalir pada pipa tersebut beragam, aliran yang paling tinggi yaitu terdapat pada
pipa 1, 8 dan 168 sebesar 365,62 l/s. Pada kecepatan aliran diperoleh data
tertinggi pada pipa 1 dan pipa 8 sebesar 4,69 m/s. Kehilangan tekanan pada
jaringan transmisi ini didapat data tertinggi pada pipa 1 dan pipa 8 sebesar 55,91
m/Km. Faktor friksi didapat data tertinggi yaitu pada pipa 11,16,150, 153, dan
170 sebesar 0,02. Terdapat nilai 0 pada aliran pipa karena pompa pada jaringan
tersebut sedang tidak beroperasi sehingga tidak ada aliran air yang mengalir.
4.5.1 Intake
A. Perencanaan Intake
1. Pipa Inlet
Diletakkan ±20 cm dibawah muka air maksimum
Kecepatan aliran 1,4 m/dtk (kriteria desaian 0,6-1,5 m/dtk)
Debit maksimum perhari Kecamatan Kota Baru tahun 2036 (Qmd)
adalah 0,2213 m3/dtk
A =
= 0,158 m2
A = ¼ (3,24) D2
= = = 0,201 m/dtk
Cek Kecepatan V = =
= 8,062 m/dtk
2. Pipa Outlet
Diletakkan ±20 cm dibawah muka air maksimum
Kecepatan aliran 1,4 m/dtk (kriteria desaian 0,6-1,5 m/dtk)
46
Debit maksimum perhari Kecamatan Kota Baru tahun 2036 (Qmd)
adalah 0,2213 m3/dtk
A =
=
= 0,158 m2
A = ¼ (3,24) D2
= = = 0,201 m/dtk
Cek Kecepatan V = =
= 8,062 m/dtk
Sistem Penyediaan Air Bersih adalah suatu sistem penyediaan air bersih
yang meliputi pengambilan air baku, proses pengolahan dan reservoir serta
distribusi. Sistem distribusi adalah jaringan perpipaan untuk mengalirkan air
minum dari reservoir menuju daerah pelayanan/ konsumen. Perencanaan sistem
distribusi air minum didasarkan atas dua faktor utama yaitu kebutuhan air (water
demand) dan tekanan air, serta ditunjang dengan faktor kontinuitas dan safety
(keamanan) (Rivai dkk, 2006). Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih,
beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah :
a. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
b. Kebutuhan air Debit yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan.
c. Letak topografi daerah layanan, yang akan menentukan sistem jaringan dan
pola aliran yang sesuai.
d. Jenis sambungan sistem (Kalensun dkk, 2016).
Berdasarkan hasil yang didapat dari Sofware Epanet, maka diperoleh
kondisi tiap node di Kecamatan Alam Barajo yang disajikan pada tabel 4. 16
berikut :
47
Tabel 4.16 Sistem Jaringan Distribusi di Kecamatan Alam Barajo
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/Km
Pipe 17 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 20 315 81.75 1.05 3.49 0.02 Open
Pipe 21 315 77.75 1 3.18 0.02 Open
Pipe 22 315 118.44 1.52 6.93 0.019 Open
Pipe 23 315 74.67 0.96 2.95 0.02 Open
Pipe 24 315 68.67 0.88 2.53 0.02 Open
Pipe 25 315 62.67 0.8 2.13 0.02 Open
Pipe 27 315 43.77 0.56 1.1 0.022 Open
Pipe 28 315 39.77 0.51 0.92 0.022 Open
Pipe 29 110 8 0.84 7.92 0.024 Open
Pipe 30 110 8 0.84 7.92 0.024 Open
Pipe 31 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 32 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 33 315 31.77 0.41 0.61 0.023 Open
Pipe 34 315 23.77 0.31 0.35 0.024 Open
Pipe 35 110 8 0.84 7.92 0.024 Open
Pipe 36 250 15.77 0.32 0.51 0.024 Open
Pipe 37 200 11.77 0.37 0.88 0.025 Open
Pipe 38 110 7.77 0.82 7.51 0.024 Open
Pipe 39 110 4.23 0.44 2.43 0.027 Open
Pipe 42 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 43 110 8 0.84 7.92 0.024 Open
Pipe 44 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 45 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 47 110 8.23 0.87 8.35 0.024 Open
Pipe 48 200 12.23 0.39 0.95 0.024 Open
48
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/Km
Pipe 49 110 6.42 0.68 5.28 0.025 Open
Pipe 50 250 17.81 0.36 0.64 0.024 Open
Pipe 51 200 13.81 0.44 1.18 0.024 Open
Pipe 52 200 9.81 0.31 0.63 0.025 Open
Pipe 54 110 8 0.84 7.92 0.024 Open
Pipe 55 200 14.42 0.46 1.28 0.024 Open
Pipe 56 200 18.42 0.59 2.02 0.023 Open
Pipe 59 315 49.33 0.63 1.37 0.021 Open
Pipe 60 315 33.33 0.43 0.66 0.022 Open
Pipe 61 200 16 0.51 1.55 0.024 Open
Pipe 62 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 64 250 27.33 0.56 1.41 0.022 Open
Pipe 65 110 6 0.63 4.65 0.025 Open
Pipe 66 250 21.33 0.43 0.89 0.023 Open
Pipe 67 110 15.33 1.61 26.43 0.022 Open
Pipe 68 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 69 110 3.33 0.35 1.56 0.027 Open
Pipe 70 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 71 110 6 0.63 4.65 0.025 Open
Pipe 72 110 6 0.63 4.65 0.025 Open
Pipe 74 110 8.67 0.91 9.19 0.024 Open
Pipe 75 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 76 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 77 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 78 250 20.67 0.42 0.84 0.023 Open
Pipe 79 250 38.67 0.79 2.69 0.021 Open
Pipe 80 315 44.67 0.57 1.14 0.021 Open
49
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/Km
Pipe 81 315 50.67 0.65 1.44 0.021 Open
Pipe 82 315 56.67 0.73 1.77 0.021 Open
Pipe 83 315 62.67 0.8 2.13 0.02 Open
Pipe 85 315 148.25 1.9 10.51 0.018 Open
Pipe 86 315 85.75 1.1 3.81 0.019 Open
Pipe 87 315 136.25 1.75 8.98 0.018 Open
Pipe 88 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 89 75 6 1.36 30.04 0.024 Open
Pipe 90 75 6 1.36 30.04 0.024 Open
Pipe 91 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 92 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 93 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 94 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 95 90 8 1.26 21.06 0.024 Open
Pipe 96 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 97 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 98 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 99 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 100 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 101 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 102 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 103 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 104 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 105 110 4 0.42 2.19 0.027 Open
Pipe 106 75 4 0.91 14.18 0.025 Open
Pipe 107 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 108 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
50
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/Km
Pipe 109 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 110 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 111 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 112 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 113 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 114 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 115 100 10 1.27 19.05 0.023 Open
Pipe 116 100 4 0.51 3.49 0.026 Open
Pipe 117 100 6 0.76 7.4 0.025 Open
Pipe 118 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 119 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 120 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 121 100 12 1.53 26.71 0.022 Open
Pipe 122 100 6 0.76 7.4 0.025 Open
Pipe 123 100 6 0.76 7.4 0.025 Open
Pipe 124 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 125 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 126 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 127 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 128 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 129 200 18 0.57 1.93 0.023 Open
Pipe 130 200 12 0.38 0.91 0.025 Open
Pipe 131 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 132 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 133 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 134 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 135 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
51
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Link ID Factor
mm LPS m/s m/Km
Pipe 136 90 4 0.63 5.83 0.026 Open
Pipe 137 90 6 0.94 12.36 0.025 Open
Pipe 176 315 43.77 0.56 1.1 0.022 Open
Pipe 178 315 55.33 0.71 1.69 0.021 Open
Pipe 179 315 55.33 0.71 1.69 0.021 Open
Pipe 181 315 74.67 0.96 2.95 0.02 Open
Pipe 183 200 22.42 0.71 2.91 0.022 Open
Pipe 184 200 22.42 0.71 2.91 0.022 Open
Pipe 186 110 5.81 0.61 4.38 0.025 Open
Pipe 187 110 5.81 0.61 4.38 0.025 Open
Pipe 189 110 12 1.26 16.79 0.023 Open
Pipe 190 110 12 1.26 16.79 0.023 Open
Pump 2 #N/A 121.87 0 -41.91 0 Open
Pump 41 #N/A 78 0 -56.53 0 Open
Pump 46 #N/A 121.87 0 -41.91 0 Open
Pump 138 #N/A 78 0 -56.53 0 Open
Pump 139 #N/A 0 0 0 0 Closed
Pump 140 #N/A 0 0 0 0 Closed
Pump 144 #N/A 121.87 0 -41.91 0 Open
Pump 145 #N/A 0 0 -66.67 0 Open
Pump 146 #N/A 0 0 -66.67 0 Open
Pump 151 #N/A 78 0 -56.53 0 Open
Pump 155 #N/A 0 0 -66.67 0 Open
Pump 160 #N/A 0 0 0 0 Closed
Valve 4 315 121.87 1.56 0 0 Open
Valve 5 315 0 0 0 0 Closed
Valve 6 315 365.62 4.69 0 0 Open
52
Distribusi
Friction
Diameter Flow Velocity Unit Headloss Status
Factor
Link ID mm LPS m/s m/Km
Valve 12 315 78 1 0 0 Open
Valve 13 315 0 0 0 0 Closed
Valve 63 315 121.87 1.56 0 0 Open
Valve 141 315 78 1 0 0 Open
Valve 142 315 0 0 0 0 Closed
Valve 147 315 234 3 0 0 Open
Valve 148 315 0 0 0 0 Closed
Valve 149 315 0 0 0 0 Closed
Valve 152 315 78 1 0 0 Open
Valve 156 315 0 0 0 0 Closed
Valve 161 315 0 0 0 0 Closed
Valve 162 315 121.87 1.56 0 0 Open
Valve 175 315 0 0 0 0 Closed
Valve 177 315 43.77 0.56 0 0 Open
Valve 180 315 55.33 0.71 0 0 Open
Valve 182 315 74.67 0.96 0 0 Open
Valve 185 200 22.42 0.71 0 0 Open
Valve 188 110 5.81 0.61 0 0 Open
Valve 191 110 12 1.26 0 0 Open
a) Pipe
Pada tabel diatas terdapat data perpipaan yang digunakan pada sistem
jaringan distribusi. Data yang diatas meliputi ukuran pipa, aliran air, kecepatan
aliran, kehilangan tekanan, faktor friksi dan status keadaan pipa (terbuka atau
tertutup). Diameter pipa yang digunakan ada 6 jenis yaitu berukuran 75 mm, 90
mm, 110 mm, 200 mm, 250 mm dan 315 mm. Aliran air yang mengalir pada pipa
tersebut beragam, aliran yang paling tinggi yaitu terdapat pada pipa 85 sebesar
148, 25 l/s dan aliran paling kecil sebesar 4 l/s. Pada kecepatan aliran diperoleh
data tertinggi pada pipa 67 sebesar 1,16 m/s dan kecepatan aliran paling kecil
53
pada pipa 34 dan 52 sebesar 0,31 m/s. Kehilangan tekanan pada jaringan distribusi
ini didapat data tertinggi pada pipa 89 dan pipa 90 sebesar 30,04 m/Km dan
kehilangan tekanan paling rendah sebesar 0,35 m/Km. Faktor friksi didapat data
tertinggi yaitu pada pipa 31, 32, 39, 42, 44, 45, 69 dan 105 sebesar 0,27 dan data
paling rendah pada pipa 85 dan 87 sebesar 0,18.
b) Pump
Pump atau pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan pada air dan
mendistribusikan air. Aliran air pada pompa pada sistem jaringan distribusi ini
didapat data tertinggi pada pompa 2, 46 dan 144 sebesar 121, 87 l/s. kehilangan
tekanan pompa jaringan distribusi data tertinggi pada pompa 46 dan 144 sebesar
- 41,91 m/Km. Pada kecepatan aliran dan faktor friksi memiliki data 0
dikarenakan pompa yang ditutp sehingga tidak aktif atau pompa tidak beroperasi.
Status pompa ada yang terbuka dan tertutup hal ini dikarenakan pompa tidak
dioperasikan selama 24 jam, aka nada bergantian tiap pompa untuk terhindar dari
kerusakan.
c) Valve
Valve atau katup adalah sebuah alat untuk mengatur, mengarahkan atau
mengendalikan arus fluida dengan membuka, menutup, mengecilkan atau
membesarkan arus air dari suatu aliran perpipaan. Diameter pada katup yang
digunakan ada 3 jenis yaitu berukuran 110, 200 dan 315 mm. Aliran katup pada
data diperoleh nilai tertinggi pada katup 6 sebesar 365,62 l/s. Pada kecepatan
aliran data tertinggi diperoleh pada kutup 6 sebesar 4,69 m.s.
4.7 Fluktuasi Pemakaian Air
1. Kebutuhan harian rata-rata, yaitu rata-rata pemakaian air dalam satu hari
baik kebutuhan domestik maupun non domestik. Besarnya pemakaian air
54
diperoleh dari jumlah pemakaian air selama satu tahun dibagi jumlah hari
dalam satu tahun.
2. Kebutuhan hari maksimum, yaitu kebutuhan air terbesar dalam satu hari
selama satu tahun. Besarnya faktor hari maksimum diperoleh dengan cara
membandingkan antara kebutuhan hari maksimum dengan kebutuhan
harian rata-rata.
3. Kebutuhan jam puncak, yaitu kebutuhan air terbesar dalam satu jam
selama satu hari. Besarnya faktor jam puncak diperoleh dengan cara
mebandingkan antara kebutuhan jam puncak dengan kebutuhan harian
rata-rata (Hanifatuzzulfah, 2019).
Faktor maksimum (fmd) dalam tugas ini diambil sebesar 1,5 (Dirjen Cipta Karya,
DPU, 2000).
56
Tabel 4.18 Fluktuasi Pemakaian Air
STAND WM
JAM (M3) Vol air keluar M3 Fluktuasi Puncak
Kecamatan x
23.00 0.00 1347540
0.00 1.00 1347969 429 1.0811719
1.00 2.00 1348394 425 1.071091043
2.00 3.00 1348818 424 1.068570829
3.00 4.00 1349082 264 0.665336554
4.00 5.00 1349347 265 0.667856768
5.00 6.00 1349809 462 1.164338969
6.00 7.00 1350277 468 1.179460254
7.00 8.00 1350743 466 1.174419826
8.00 9.00 1351362 619 1.560012601
9.00 10.00 1351851 489 1.232384753
10.00 11.00 1352337 486 1.22482411
11.00 12.00 1352820 483 1.217263467
12.00 13.00 1353113 293 0.738422766
13.00 14.00 1353329 216 0.544366271
14.00 15.00 1353545 216 0.544366271
15.00 16.00 1353875 330 0.831670692
16.00 17.00 1354205 330 0.831670692
17.00 18.00 1354638 433 1.091252756
18.00 19.00 1355087 449 1.131576184
19.00 20.00 1355547 460 1.15929854
20.00 21.00 1355926 379 0.955161189
21.00 22.00 1356305 379 0.955161189
22.00 23.00 1356684 379 0.955161189
23.00 24.00 1357063 379 0.955161189
Total 396.7916667
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
58
5.2 Saran
Adapun saran untuk Tugas Besar Teknik Penyediaan Air Bersih adalah sebagai
berikut:
59
DAFTAR PUSTAKA
Kalensun, H., Kawet, L., & Halim, F. (2016). Perencanaan sistem jaringan
distribusi air bersih di Kelurahan Pangolombian Kecamatan
Tomohon Selatan. Jurnal Sipil Statik. 4(2).
Solihin, D., Prasetiyani, D., Sari, A. R., Sugiarti, E., & Sunardi, D. (2020).
Pemanfaatan Botol Bekas Sebagai Penyaring Air Bersih
Sederhana Bagi Warga Desa Cicalengka Kecamatan Pagedangan
Kabupaten Tangerang. DEDIKASI PKM, 1(3), Hal 98-102.
Susana, T. (2003). Air sebagai sumber kehidupan. Jurnal Oseana, 28(3), Hal 22.
Syarifuddin, H., & Johari, A. (2019). Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Serta
Strategi Pengembangan Taman Sebagai Ruang Terbuka Hijau Di
Kota Jambi. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, 2(1), 103-123.
Prastuti, O. P. (2017). Pengaruh Komposisi Air Laut dan Pasir Laut Sebagai
Sumber Energi Listrik. Jurnal Teknik Kimia Dan
Lingkungan, 1(1), Hal 35-41. p-ISSN : 2579-8537, e-ISSN :
2579-9746.
PUPR, K. (2007). Modul Proyeksi Kebutuhan Air Dan Identifikasi Pola Fluktuasi
Pemakaian Air. Perencanaan Jaringan Pipa Transmisi Dan
Distribusi Air Minum, 1-16.
62
LAMPIRAN
63
2. Peta Daerah Rencana Berdasarkan Zona
64
3. Peta Kontur
65
4. Jaringan Pipa Transmisi Dan Distribusi
66
5. Profil Memanjang Pipa
67
68
6. Detail Jaringan Pipa
69
70
71
7. Dokumentasi Survey Lapangan
72
8. Lembar Asiatensi Setiap Anggota Kelompok
73