MUHAMMAD NUZUL
P022181031
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PEMODELAN HIDROLOGI DAN HIDROLIKA DALAM
MEMPREDIKSI BANJIR DAS BAUBAU
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah
MUHAMMAD NUZUL
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
2. Risiko .................................................................................. 12
3. Kerentanan ......................................................................... 14
1. Iklim .................................................................................... 16
1. Risiko ................................................................................... 93
2. Kerentanan ......................................................................... 94
x
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Tabel 18. Rekap hasil perhitungan hujan rencana untuk empat metode 78
xii
Tabel 22. Jumlah penduduk dan luas genangan sungai Baubau Q10 th 86
Tabel 25. Jumlah bangunan dan resume tinggi banjir tiap periode ulang 89
Tabel 26. Fasilitas utama terkena dampak banjir tiap periode ulang .... 90
Tabel 27. Hasil validasi antara Qmaks banjir dan kapasitas penampang 92
Tabel 32. Data Curah Hujan Rata-Rata Kota Baubau ......................... 123
Tabel 34. Curah hujan rencana metode distribusi normal ................... 125
Tabel 36. Curah hujan rencana metode distribusi log normal .............. 126
Tabel 37. Perhitungan metode distribusi log pearson III ...................... 126
Tabel 38. Curah hujan rencana metode distribusi log pearson III ........ 127
xiii
Tabel 40. Nilai reduce mean dan reduce standard deviation ................ 128
Tabel 41. Curah hujan rencana metode distribusi gumbel .................. 128
Tabel 45. Hasil perhitungan parameter dispersi statistik dan logaritmik 129
Tabel 47. Perhitungan peringkat peluang periode ulang t tahun ......... 130
Tabel 51. Intensitas hujan dengan periode ulang tertentu ................... 134
Tabel 52. Intensitas curah hujan dan hujan efektif DAS Baubau ......... 135
Tabel 53. Perhitungan satuan unit hidrograf Sungai Baubau .............. 139
Tabel 54. Hidrograf banjir rancangan nakayasu kala ulang 5 tahun .... 140
Tabel 55. Hidrograf banjir rancangan nakayasu kala ulang 10 tahun ... 141
Tabel 56. Hidrograf banjir rancangan nakayasu kala ulang 20 tahun ... 141
Tabel 57. Hidrograf banjir rancangan nakayasu kala ulang 25 tahun ... 142
Tabel 58. Tabulasi output kondisi saluran pada tiap penampang ......... 149
Tabel 60. Jumlah penduduk terkena banjir sungai periode 5 tahun ..... 159
xiv
Tabel 61. Jumlah bangunan dan Resume tinggi banjir periode 5 tahun 160
Tabel 62. Fasilitas utama terkena dampak banjir periode 5 tahun ....... 160
Tabel 63. Jumlah penduduk terkena banjir sungai periode 10 tahun ... 161
Tabel 65. Fasilitas utama terkena dampak banjir periode 10 tahun ..... 161
Tabel 66. Jumlah penduduk terkena banjir sungai periode 20 tahun ... 162
Tabel 68. Fasilitas utama terkena dampak banjir periode 20 tahun ..... 162
Tabel 69. Jumlah penduduk terkena banjir sungai periode 25 tahun ... 163
Tabel 70. Jumlah bangunan dan Resume tinggi banjir periode 25 th ... 163
Tabel 71. Fasilitas utama terkena dampak banjir periode 25 tahun ..... 164
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 18. Grafik Resume Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS . 79
Gambar 20. Profil Muka Air Banjir Periode Ulang Debit 511.76 m3/s ... 83
Gambar 21. Peta Potensi Banjir DAS Baubau Periode 5 Tahun .......... 85
Gambar 22. Peta Potensi Banjir DAS Baubau Periode 10 Tahun ........ 86
Gambar 23. Peta Potensi Banjir DAS Baubau Periode 20 Tahun ........ 87
Gambar 24. Peta Potensi Banjir DAS Baubau Periode 25 Tahun ........ 88
Gambar 27. Banjir Sungai Baubau Pada Tahun 2012, (ULF 2012) .... 96
Gambar 31. Peta Wilayah Prediksi Genangan Banjir Periode Ulang ... 101
Gambar 38. Grafik Curah Hujan Bulanan DAS Baubau ...................... 124
Gambar 39. Grafik Distribusi Hujan Efektif Tiap Jamnya .................... 136
Gambar 40. Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Baubau 138
Gambar 50. Tampilan Utama Aplikasi Hec-Ras (unsteady flow) .......... 150
Gambar 52. Grafik Flow Hydrograph Debit di Batas Hulu dan Muka Air
di Batas Hilir untuk Syarat Batas Ketinggian .................... 151
Gambar 55. Tampilan Genangan Banjir pada periode Ulang 25 Th..... 152
Gambar 56. Long Section Profil Muka Air Maksimum Sepanjang Sungai 153
Gambar 58. Grafik Hubungan Debit dan Elevasi Muka Air sungai,
STA 3 Km ........................................................................ 154
Gambar 59. Grafik Surface Area Sepanjang Badan Sungai ................ 154
Nomor Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to determine the discharge design as a first step in predicting
inundated areas and then planning mitigation strategies.
The research was conducted in the Baubau watershed area. The research
method uses the frequency distribution method and the Nakayasu Synthetic Unit
Hydrograph which is part of the hydrological model. A hydraulic model is also carried
out to design the carrying capacity of the river using Hec-Ras software which is a
continuation of the hydrological model. To describe the location of inundation,
quantitative methods are used with an overlay analysis approach so as to produce
a spatial flood inundation map with the help of ArcGIS software.
The results showed that the watershed discharge at the return period of Q5
years was 435.24 m3/s, for the return period of Q25 this year it was 511.76 m3/s,
exceeding the capacity of the river so that it has the potential for flooding which has
an impact on 3 areas, namely Murhum District, Batupoaro District, and Wolio District
spread across 7 urban villages. Therefore, mitigation and adaptation strategies are
made according to the location of the control which are grouped into 3 namely the
upstream, middle and downstream parts of the river.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Tenggara, yang berada dalam Sub DAS Baubau. Lokasi aliran
sungai membelah pusat kota di sepanjang aliran tengah menuju ke hilir sungai
dan bermuara pada Selat Baubau. Di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)
Baubau dari tengah sampai pada hilir sungai telah lama tumbuh permukiman
Sungai Baubau tidak dibarengi dengan peraturan pola ruang dan pengawasan
DAS yang terlihat dari penurunan kapasitas infiltrasi DAS dan meningkatnya
Dari data yang diperoleh BPBD dan DIBI pada tahun 2009 sampai
2018, telah terjadi kasus banjir tiap tahun tersebar di beberapa kelurahan
kejadian tersebut tidak menelan korban jiwa akan tetapi merendam puluhan
rumah penduduk hampir tiap tahunnya. Banjir adalah setiap aliran yang relatif
Hal ini tentu menjadi persoalan bagi Pemerintah kota terhadap Misi
mewujudkan Baubau sebagai Kota Tertib, Aman, Maju, Indah, Populer dan
3
strategi dan program pembangunan yang tepat dan terarah, yang dirumuskan
Kota Baubau tahun 2018-2023). Sementara itu, Kepala Bappeda Kota Baubau
Aswad, 2019).
dengan tingkat kerusakan kategori berat sampai sangat berat (Safril kasim,
bencana banjir didasarkan pada Perka BNPB No.2 Tahun 2012 dengan
penggunaan lahan, curah hujan, jenis tanah, jarak dari sungai, hasil analisis
tersebut Kota Baubau berada dalam kategori ancaman banjir rendah hingga
aparat pada BPBD Kota Baubau untuk mengenali kebutuhan korban bencana
(Anwar Sadat, 2016). Hal tersebut hanya bermanfaat pada saat pasca
penanganan pasca banjir tidak dapat langsung memperoleh hasil yang efektif
daerah dataran (flood plain) di sepanjang DAS serta data pendukung lainnya,
luapan debit sungai dengan menyusun peta zonasi ancaman bencana banjir
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang ada dapat dibuat rumusan masalah
yaitu :
1. Berapa besarnya debit banjir rancangan pada kala ulang 5, 10, 20, dan
C. Tujuan Penelitian
Kota Baubau.
D. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Manfaat Teoritis :
2. Manfaat Praktis :
dapat dilihat bahwa input data utama untuk proses perhitungan dengan Hec-
Ras adalah data analisis hidrologi mencakup data curah hujan dan analisis
hidrolika aliran saluran terbuka mencakup data profil sungai, serta data
dan peta-peta tematik pendukung yang relevan, dalam satu Sistem Informasi
Langkah/Tindakan (Upaya
Mitigasi dan Adaptasi)
KESIMPULAN
2. Pembatasan Masalah
masalah luapan banjir pada daerah hilir Sungai Baubau yang berada tepat di
bencana banjir.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
penelitian.
primer dan sekunder, dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
BAB V : PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana Banjir
curah hujan akibat perubahan iklim yang sering menimbulkan kerugian baik
fisik maupun material. Kata Presiden Grup Bank Dunia, Jim Yong Kim.
yang akan diwariskan kepada anak cucu kita sangat berbeda dengan dunia
yang kita tempatkan sekarang. Dunia yang akan diwariskan pada anak cucu
kita akan sangat berbeda dengan dunia yang kita tempatkan sekarang jika
tidak ada langkah konkrit untuk mengatasi perubahan iklim. Perubahan iklim
adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pembangunan, dan kita
1. Bahaya Banjir
berasal dari peristiwa alam (seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain) yang
bersifat ekstrim yang dapat berakibat buruk atau keadaan yang tidak
suatu lokasi tertentu (Bollin et al. 2003; Noor (2011). Sementara itu menurut
White et al. (1973) dalam Cardona, O.D et al. (2012) bahaya merupakan suatu
11
peristiwa yang akan mungkin terjadi di masa depan yang disebabkan oleh
faktor fisik alam maupun akibat ulah manusia yang dapat merugikan
masyarakat.
masyarakat. Rossi et al. (1994) dalam Senirwan (2013). Bahaya banjir dapat
terjadi pada dataran di sekitar bantaran sungai yang masuk dalam daerah
genangan pada debit banjir tahunan Q100 merupakan daerah rawan banjir
1. Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam istilah asing disebut drainage area,
dan Basin. Tidak ada batasan baku, tetapi selama ini yang dipahami bahwa
catchment lebih kecil dari watershed, dan basin adalah DAS besar (Priyono
Sebuah DAS yang besar dapat dibagi menjadi Sub DAS – Sub DAS
yang lebih kecil ditampilkan pada Gambar 2. Unit spasial yang lebih kecil dapat
dibentuk pada Sub DAS untuk melakukan analisis spasial yang lebih akurat
2. Risiko
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
yang dapat berupa maut, luka, sakit, jiwa terancam, kurangnya rasa aman,
adalah sesuatu kejadian yang mungkin dapat terjadi di masa depan yang
melalui sumber data yang telah ditentukan. Data yang diperoleh selanjutnya
dibagi dalam 3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Untuk
dari peta risiko dan zona dataran banjir. Pedoman tersebut memiliki beberapa
tujuan yaitu :
3. Kerentanan
dekat dengan sungai, berada di daerah cekungan dan di daerah pasang surut
air laut, sedangkan bentukan banjir pada umumnya terjadi pada daerah
rendah sebagai akibat dari banjir yang terjadi berulang-ulang, biasanya daerah
adalah Curah hujan, Frekuensi genangan banjir, Luas daerah tergenang dan
C. Penggunaan Lahan
kecepatan yang lebih tinggi seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi
yang menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah atau Rencana Tata
Hidrologi mempelajari siklus air di alam raya. Siklus hidrologi atau siklus
mengembun dan menjadi hujan atau salju, lalu turun masuk ke dalam tanah
16
1. Iklim
ini sekedar memperhatikan unsur iklim yaitu hujan dan memerlukan data
penentuan bulan kering, bulan basah dan bulan lembab dengan pengertian
sebagai berikut :
Dalam menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah, tahun
(Q) yaitu :
Schmidt dan Ferguson, maka didapatkan delapan tipe iklim dari A hingga H
E. Curah Hujan
Curah hujan adalah air dalam bentuk atau padat yang jatuh di atas
sedangkan bentuk dan jumlahnya dipengaruhi oleh faktor iklim yaitu angin,
menentukan besarnya curah hujan rata - rata di suatu daerah antara lain garis
lintang, posisi dan luas daerah, jarak dari pantai atau sumber lain, efek
1. Analisa Frekuensi
kejadian pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut
tahunan (diambil data hujan yang terbesar pada tiap tahunnya) dengan suatu
untuk menentukan periode ulang pada peristiwa hidrologis masa yang akan
datang.
yang dipakai dalam analisis frekuensi dalam menghitung data curah hujan
a).Distribusi Gumbel.
𝑌𝑇𝑟−𝑌𝑛
XT = X̅ + ( ) x Sx (2)
𝑆𝑛
𝑇𝑟
Y Tr = - Ln [𝐿𝑛 ( )] (3)
𝑇𝑟−1
2 1/2
∑𝑛
𝑛=1 (𝑅𝑖−𝑅 )
Sn [ ] (4)
𝑛−1
Dimana :
Untuk mengetahui besarnya nilai dari YTR, Yn, Sn dapat dilihat dalam
tabel 5 berikut :
b).Distribusi Normal.
XT = X̅ + KT x S (5)
𝑋 𝑇− X̅
KT = (6)
𝑆𝑥
Dimana :
Sx = Standar deviasi.
̅̅̅̅̅̅̅ + KT x SLog X
Log XT = 𝐿𝑜𝑔𝑋 (7)
Dimana :
distribusi Log Pearson III yang dipakai dalam analisis hidrologi. Tidak ada
syarat untuk distribusi ini, disebut Log Pearson III karena memperhitungkan 3
Log Pearson III, tentukan nilai koefisien kemiringan (CS) dan standar deviasi
berikut :
23
̅̅̅̅̅̅̅ + KT x SLOG X
Log XT = 𝐿𝑜𝑔𝑋 (8)
Dimana :
KT = Faktor frekuensi.
Besarnya nilai KT pada distribusi Log Pearson III dapat dilihat pada tabel
berikut :
hujan, maka selanjutnya dipilih salah satu metode untuk dilakukan pengujian
1).Dispersi Statistik
adalah distribusi Normal dan distribusi Gumbel. Dalam perhitungan ini ada
deviasi standar (SX), koefisien variasi (CV) koefisien kemiringan (CS) dan
𝑅𝑥
𝑋̅ = ∑ (9)
𝑛
∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2
SX=√ (10)
𝑛−1
25
𝑆𝑥
CV = (11)
𝑋̅
𝑛 x ∑𝑛 (𝑋𝑖− 𝑋̅)3
CS= (𝑛−1) 1=1 (12)
(𝑛−2)x x 𝑆𝑥 3
𝑛 2 x ∑𝑛 ̅ 4
1=1(𝑋𝑖− 𝑋)
CK= (𝑛−1) (13)
x (𝑛−2) x (𝑛−3) x 𝑆𝑥 4
Dimana :
SX =Standar deviasi
CV =Koefisien variasi.
CS =Koefisien Kemencengan/kemiringan.
CK =Koefisien Kurtosis/ketajaman.
logaritmik :
̅̅̅̅̅̅̅̅ )2
∑(𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖− 𝐿𝑜𝑔𝑋
SLog X = √ (14)
𝑛−1
S𝐿𝑜𝑔𝑥
CV = ̅̅̅̅̅̅̅̅
(15)
𝐿𝑜𝑔X
𝑛 x ∑𝑛 ̅̅̅̅̅̅̅̅ 3
1=1(𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖− 𝐿𝑜𝑔𝑋)
CS = (16)
(𝑛−1) x (𝑛−2) x S𝐿𝑜𝑔𝑥3
26
𝑛 2 x ∑𝑛 ̅̅̅̅̅̅̅̅ 4
1=1(𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖− 𝐿𝑜𝑔𝑋)
CK = (17)
(𝑛−1) x (𝑛−2) x (𝑛−3) x S𝐿𝑜𝑔𝑥 4
b. Pengujian Chi-Kuadrat
(Oi−Ei)2
X 2 = ∑Gi=1 (18)
Ei
Dimana :
antara nilai Chi-Kuadrat (𝑋) hitung < 𝑋 kritis. Nilai 𝑋 kritis dapat dilihat di tabel
berikut :
pengurutan data dari yang terbesar sampai terkecil atau sebaliknya dengan
menggunakan persamaan :
m
P= x 100% (19)
n−1
Dimana :
DK = G − (R+1) (21)
Dimana :
G = Jumlah kelas
DK = Derajat kebebasan
N = Jumlah data
Dimana :
p = Peluang
n = Jumlah data
1
p 𝑥𝑖 = (23)
T
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada
suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Dalam penelitian ini
intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis (1992)
intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm)
Dimana :
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air
hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluar
DAS (Titik Kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil
adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis
sebagai berikut :
Dimana :
a. Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di
b. Conduit time (td) yaitu waktu perjalanan dari pertama masuk sampai
titik keluaran.
tc = t0 + t d (27)
31
Dimana :
t0 = 23 x 3,28 x Ls x n (menit).
td = Ls 60 V (menit).
cepat ataupun lambat pada saat menuju ke suatu saluran drainase dan
yang nantinya menuju ke saluran primer atau sungai, tergantung dari tata
guna lahan di sekitar saluran tersebut. Nilai koefisien ini juga dapat
digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari suatu DAS yang artinya
memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie
semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya
aliran permukaan (run off). Perubahan tata guna lahan yang dapat terjadi
secara langsung akan mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu
DAS.
32
F. Debit Banjir
ulang tertentu. Debit banjir dengan kala ulang 100 tahun Q100 bermakna
banjir yang mempunyai probabilitas kejadian 0.01 dalam setahun yang akan
menggenangi daerah dataran banjir. Daerah dataran banjir Q100 tentu jauh
lebih besar dibanding daerah dataran banjir Q10. Mengingat banyak sungai di
Indonesia yang tidak dilengkapi dengan alat pengukur debit, maka debit banjir
Gumbel, metode Log Pearson III, ataupun metode Normal. Dan perhitungan
dll) untuk pemodelan unsteady flow dan metode rasional untuk steady flow.
33
maksimum bagi saluran-saluran dengan daerah aliran kecil antara 100 - 200
acres atau kira-kira 40-80 ha. Untuk daerah yang alirannya lebih luas sampai
dengan 5000 Ha, dapat digunakan metode rasional yang diubah. Untuk luas
daerah lebih dari 5000 Ha, digunakan hidrograf satuan atau metode rasional
yang diubah. Metode Rasional ini bisa dinyatakan secara aljabar dengan
Q=f×C×I×A (28)
Dimana :
C = Koefisien pengaliran
menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu sebagian hujan total yang
aliran terhadap waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut dikenal ada dua
macam hidrograf, yakni hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka
air tidak lain berupa data atau grafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water
Level Recorder).
34
a. Hidrograf satuan.
dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata diseluruh areal DAS
dan dengan intensitas tetap selama satu satuan waktu yang ditetapkan,
sintesis.
yang dipandang oleh pengelolanya memiliki arti yang cukup penting. Hal
pengumpulan data, hingga pada saat dibutuhkan untuk analisis data tidak
disembarang lokasi yang dikehendaki dalam suatu DAS tanpa tergantung ada
atau tidaknya data pengukuran sungai. Akan tetapi, perlu ditegaskan bahwa
ini bisa mensintesiskan hidrograf dari DAS yang terukur dan menggunakannya
untuk DAS yang tidak terukur. Hidrograf satuan ini secara sederhana dapat
untuk L > 15 km
untuk L < 15 km
tp = tg + 0,8 Tr (31)
t 0,3= ɑ x tg (33)
C x A x R0
Q P = 3,6x (0,3 x t (34)
px t0,3 )
t0,3 : Waktu saat debit sama dengan 0,3 kali debit puncak (jam)
seperti :
peak magnitude).
Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag).
t 2,4
Qt = QP x ( ) (35)
Tp
𝑡− 𝑇𝑃
Qd1 = QP x 0,3 (36)
𝑡0,3
G. Model Hidraulika
air atau mekanika suatu aliran. Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua
macam aliran yaitu aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dalam
penelitian ini jenis aliran yang digunakan yaitu aliran saluran terbuka yang
yang berhubungan dengan atmosfer, tidak seperti pada aliran saluran tertutup
F.M. (1966).
39
1. Analisis Hidrolika
beberapa data berupa hasil analisis hidrologi untuk mendapatkan profil muka
Dalam modul Hec-Ras dikenal dua jenis tipe aliran yaitu aliran tetap
(steady flow) dan aliran tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap adalah
kecepatan aliran air juga tidak berubah menurut waktu. Sebaliknya aliran
kecepatannya juga berubah menurut waktu. Profil muka air pada Hec-Ras
𝑎2 .𝑉22 𝑎2 .𝑉12
Y2+z2+ = 𝑌1 + 𝑧1 + + he (39)
2𝑔 2𝑔
Dimana :
g : Gravitasi
he : Kehilangan energi
berikut :
𝑎2 .𝑉22 𝑎2 .𝑉12
he =L..𝑆f + c. [ = 𝑌1 + 𝑧1 + ] (40)
2𝑔 2𝑔
Dimana :
Dimana :
tanggul.
𝑄̅lob, 𝑄̅ch, 𝑄̅rob : Debit aliran di bagian kiri tanggul, tengah saluran dan
kanan tanggul.
1,486
𝐾= 𝐴. 𝑅 2/3 (43)
𝑛
Dimana :
untuk memperoleh aliran kiri dan aliran kanan tanggul. Pada bagian
menghitung aliran diantara setiap titik koordinat di dalam sisi tanggul (Gambar
8). Aliran kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total aliran di sisi kiri
berikut ini:
a. Manajemen file.
e. Penyusunan laporan.
Hasil yang diperoleh dari Hec-Ras adalah ketinggian profil muka air
sekitar sungai tersebut. Maka dari itu dengan menggunakan program Hec-Ras
44
infrastruktur yang ada disekitar sungai tersebut. Dan hasil dari prediksi
1. Penginderaan Jauh
Dewasa ini, foto udara skala kecil dan citra satelit telah digunakan untuk
dan Kiefer, 1990). Data SIG dan penginderaan jauh saling melengkapi satu
sedangkan citra yang digunakan sebagai latar belakang bagi data vektor,
Ras sehingga dapat secara langsung memproses data spasial yang terdapat
45
peringatan bahaya banjir diantaranya keluaran GIS berupa peta. Peta tersebut
harus cukup aman dan stabil serta tidak mudah jebol pada saat terjadinya
limpasan banjir di atas tanggul. Selain itu, normalisasi alur sungai, relokasi
untuk merendahkan elevasi muka air banjir sungai serta mengurangi luas dan
tinggi genangan.
yang telah dibuat pemerintah pusat maupun daerah, sudah banyak yang bisa
elemen.
47
dari proses dimana masyarakat turut serta dalam mengambil keputusan. Pada
negatif.
suatu kombinasi dari semua kekuatan dan sumber-sumber yang ada di dalam
kembali kearifan lokal yang dapat dijadikan sebagai peringatan dini terhadap
bencana banjir.
48
segera siap siaga dan bertindak sesuai kondisi, situasi dan waktu yang tepat.
dalam penyusunan sistem peramalan dan peringatan dini banjir suatu DAS
perlu memperhatikan:
b. Hidrologi
c. Karakteristik DAS