id
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
pada Program D-III Teknik Sipil Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik – Universitas Sebelas Maret Surakarta
OLEH :
PUTRI PRAMUDYA WARDHANI
NIM : I 8709023
MOTTO
Cukuplah Allah SWT sebagai penolongku karena Dia Maha Kuasa atas
seluruh alam dan seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Seluruh impianku harus terwujud, tak peduli esok akan terwujud atau
tidak. Aku akan meraihnya walau selangkah demi selangkah akan ku
perjuangkan dengan memberikan terbaik dari diriku, Apabila takdir
berkata lain pastilah Allah SWT Maha Melihat dan memberiku sesuatu
yang lebih baik dari apa yang kupikirkan.
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah SWT, Tuhan semesta alam (Q.s Al- An’am :162).
Perubahan adalah hasil akhir dari proses belajar.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Terima Kasih.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ........................................................................ 2
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
1.5. Manfaat Penulisan....................................................................... 3
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Curah Hujan Tahunan Stasiun Hujan Jatiroto dan Nguntoronadi 27
Tabel 4.7. Probabilitas Curah Hujan Metode Log Pearson Tipe III .... 34
Tabel 4.8. Perhitungan Chi Square Test Metode Log Pearson III ............. 35
Tabel 4.12. Unit Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Satu Harian ............ 39
2 Tahunan ................................................................................. 42
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17. Hujan Wilayah Harian Maksimum Tahunan DAS Keduang ..... 45
Tabel 4.20 Unit Hidrograf Satuan Metode Nakayasu 2 Harian Tahunan .... 48
Tabel 4.25 Hujan 2 Harian Maksimum Bulanan Wilayah DAS Keduang ... 54
Tabel 4.27. Unit Hidrograf Satuan Metode Nakayasu 2 Harian Bulanan ..... 56
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR NOTASI
Cs Koefisien skewness
Cv Koefisien variasi
Ck Koefisien kurtosis
n Panjang data,
X Tinggi hujan rerata,
S Standar deviasi.
Xi Data hujan ke-i,
X Data hujan rerata –i,
S Deviasi standar,
n Jumlah data,
G Koefisien kemencengan
K Variabel standar untuk X menurut G.
2
Harga Chi-kuadrat terhitung,
K Banyaknya kelas,
Of Frekuensi terbaca pada setiap kelas,
Ef Frekuensi yang diharapkan untuk setiap.
A Luas DAS (km2),
R0 Curah hujan spesifik (= 1mm),
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Banjir merupakan aliran air yang relatif tinggi dimana melebihi kapasitas
tampungan air yang ada semisal sungai dan saluran air. Faktor penyebab banjir
sangat kompleks karena melibatkan alam (meteorologi dan hidrologi), tata guna
lahan, kegiatan manusia, pembangunan infrastruktur dan lain-lain. Faktor-faktor
inilah yang saling berinteraksi dan menyebabkan kerentanan terjadinya banjir
sangat besar sehingga merugikan makhluk hidup di bumi.
Salah satu permasalahan banjir diakibatkan oleh faktor alam adalah curah hujan
yang tinggi dan aliran air di sungai yang secara hidrologis digambarkan sebagai
hidrograf dengan puncak dan volume banjir. Curah hujan yang jatuh di atas
daerah aliran sungai kebanyakan menjadi limpasan langsung yang terdiri dari
limpasan permukaan dan interflow. Aliran semacam ini dapat menghasilkan
puncak banjir yang tinggi. Kejadian debit maksimum atau banjir puncak hanya
beberapa saat tapi dapat menghancurkan tanggul atau tebing, menggenangi
pemukiman dan persawahan, mengganggu aktivitas manusia dan lain-lain
(C.D.Soemarto, 1995).
Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpenting di pulau Jawa yang merupakan
pusat penghidupan sebagian masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akhir-
akhir ini sungai Bengawan Solo mengalami banjir besar di beberapa daerah
termasuk DAS Bengawan Solo Hulu, salah satunya di cabang anak sungainya
yaitu sungai Keduang di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang masalah di atas adalah:
1. Bagaimana pola distribusi hujan di DAS Keduang?
2. Bagaimana menghitung banjir di DAS Keduang dengan periode ulang?
3. Bagaimana menghitung potensi banjir di DAS Keduang?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
Banjir adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung oleh alur sungai atau
saluran (SK SNI M-18-189-F, 1989).
Setidaknya ada lima faktor penting penyebab banjir di indonesia yaitu: faktor
hujan, faktor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan
perencanaan pembangunan alur sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor
kesalahan tata wilayah, pembangunan sarana dan prasarana (Agus Maryono,
2000).
Di kebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan menjadi
limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak banjir yang
tinggi (C.D.Soemarto, 1995).
Data yang diperoleh dari alat pencatat, bisa saja jadi tidak panggah karena: alat
pernah rusak, alat pernah pindah tempat, lokasi alat terganggu, atau terdapat data
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
tidak sah. Jika ini semua terjadi maka akan sangat merugikan. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji kualitas data hujan.
2.1.2.1.Kelengkapan data
Seringkali data hujan yang digunakan hilang karena berbagai faktor maka di
perlukan pengisian data yang hilang untuk menunjang kelengkapan data yang di
butuhkan. Data yang hilang atau kesenjangan (gap) data suatu pos penakar hujan,
pada saat tertentu dapat diisi dengan bantuan data yang tersedia di pos-pos
penakar di sekitarnya pada saat yang sama. Cara yang dipakai dinamakan ratio
normal. Syarat untuk menggunakan carai ini adalah tinggi hujan rata-rata tahunan
pos penakar yang datanya hilang harus diketahui, disamping dibantu dengan data
tinggi hujan rata-rata tahunan dan data pada pos-pos penakar di sekitarnya
(C.D.Sumarto, 1995).
2.1.2.2. Kepanggahan
Uji konsistensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: lengkung massa ganda
(double mass curve) untuk stasiun hujan ≥3 (tiga), dan untuk individual stasiun
(Rescaled Adjusted Partial Sums), Sri Harto (2000). Bila Q/ n yang dapat lebih
kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence level yang sesuai, maka data
dinyatakan panggah.
Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi yaitu
(Suripin, 2004):
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh
pada analisis selanjutnya. Seri data seperti ini dikenal dengan seri data maksimum
(maximum annual series). Jumlah data dalam seri akan sama dengan panjang data
yang tersedia. Dalam cara ini, besaran data maksimum kedua dalam suatu tahun
yang mungkin lebih besar dari besaran data maksimum dalam tahun yang lain
tidak diperhitungkan pengruhnya dalam analisis. Hal ini oleh beberapa pihak
dianggap kurang realistis, apalagi jika diingat bahwa perhitungan permulaan
tahun hidrologi tidak selalu seragam, ada yang berdasar musim ada pula yang
mengikuti kalender masehi. Oleh karena itu, Beberapa ahli menyarankan
menggunakan cara seri parsial.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan yang
sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu
commit to user hujan wilayah tersebut. Dalam
alat penakar hujan belum dapat menggambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa stasiun penakar hujan yang ada didalam dan/atau di sekitar kawasn
tersebut (Suripin, 2004).
Suripin (2004) menerangkan bahwa ada tiga cara yang digunakan dalam
menghitung hujan rerata kawasan, yaitu:
1. Rata-Rata Aljabar
Metode ini dikenal juga sebagi metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara
ini memberikan proposi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
commitbahwa
dua pos penakar terdekat. Diasumsikan to uservariasi hujan antara pos yang satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
dengan yang lainya adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat
mewakili kawasan terdekat.
Hasil metode poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan dengan metode rata-
rata aljabar. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 - 5.000km2, dan
jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkan luasnya.
3. Metode Isohyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-
rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan
secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain, asumsi
metode Thiessen yang secara membabi buta menganggap bahwa tiap-tiap pos
penakar mencatat kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya dapat dikoreksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
Suripin (2004) menyebutkan bahwa analisis frekuensi diperlukan seri data hujan
yang diperoleh dari pos penakar hujan baik yang manual maupun yang otomatis.
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu
untuk memperoleh probabilitas besaran hujan dimasa yang akan datang. Dengan
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Dalam ilmu statistik dikenal
beberapa macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak
digunakan dalam bidang hidrologi adalah:
1. Distribusi Normal,
4. Distribusi Gumbel
1. Chi-Kuadrat
2. Smirnov- Kolmogrov
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Curah hujan efektif adalah curah hujan yang menghasilkan limpasan. Tinggi
curah hujan adalah relatif karena tergantung dari kondisi daerah bersangkutan
seperti kelembapan tanah, simpanan permukaan dsb (Anonim,2011).
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit
sekali dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik
atau parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dulu, misalnya waktu untuk
mencapai puncak hidrograf (Time to peak magnitude), lebar dasar, luas,
kemiringan, panjang alur terpanjang (length of the longest channel), koefisien
limpasan (runoff coefficient) dan sebagainya.
Banyak ragam hidrograf satuan sintetik (HSS) yang telah dikembangkan. Untuk
Indonesia, khususnya Pulau Jawa telah dikembangkan HSS GAMA-1 yang
merupakan hasil penelitian Prof. Dr. Ir. Sri Harto, Dipl H dari Universitas Gadjah
Mada. Berikut beberapa HSS yang umum dikenal dalam praktek:
1. HSS Nakayasu
2. HSS Snyder
3. HSS SCS
4. HSS Gama-I
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai)
dalam DAS tersebut. Pengertian DAS sering diidentikkan dengan watershed,
catchment area atau river basin (Naik Sinukaban, 2007).
Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalm analisis dan perencanaan hidrologi,
meliputi:
2. Lama waktu (durasi) t,adalah panjang waktu dimana hujan turun dalam
menit atau jam.
3. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama
durasi hujan dan, dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar,
dalam mm.
1976). Dalam penelitian ini dipilih cara poligon thiessen dengan persamaan
berikut ini:
N
1
P A N .PN ………………………………………………...…………...(2.1)
Aw N 1
dengan:
P = hujan wilayah (mm),
PN = hujan masing-masing stasiun pencatat hujan (mm),
Aw = luas wilayah (Km2),
AN = luas masing-masing poligon (Km2),
N = jumlah stasiun pencatat hujan.
Uji konsistensi dapat dilakukan dengan lengkung massa ganda (double mass
curve) untuk stasiun hujan ≥3 (tiga), dan untuk individual stasiun (stand alone
station) dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums), Sri Harto (2000).
Bila Q/ n yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan confidence
level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah. Uji kepanggahan dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut:
k
S k* Yi Y , dengan k = 1, 2, 3, ..., n …………………………………….(2.2)
i 1
S 0* 0 .................................................................................................................(2.3)
S k*
S k** , dengan k = 0, 1, 2, 3, ...., n...............................................................(2.4)
Dy
n 2
2 Yi Y
D y ........................................................................................(2.5)
i 1 n
dengan:
Yi = data hujan ke-i,
Y = data hujan rerata –i,
Dy = deviasi standar,
n = jumlah data. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
n 0 .5
2
xi X
Standar deviasi, S = i 1
………………………………….……..(2.8)
n 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
n 3
n
Koefisien skewness, Cs = xi X ………………….……(2.9)
n 1 n 2 s3 i 1
S
Koefisien variasi, Cv = …………………………………………………...(2.10)
X
n2 n
4
Koefisien kurtosis, Ck = 4
xi X ...........................(2.11)
n 1 n 2 n 3S i1
dengan:
n : panjang data,
X : tinggi hujan rerata,
S : standar deviasi.
Distribusi frekuensi memiliki beberapa jenis antara lain distribusi normal, Log
Normal, Gumbel dan Log Pearson III.Untuk mengetahui jenis yang digunakan
maka harus mengetahui syarat-syarat yang bisa masuk, dengan menghitung
parameter statistiknya. Syarat pemilihan jenis distribusi dapat dilihat pada Tabel
2.4 sebagai berikut:
1. Normal Cs=0
Ck=0
Ck(ln x) = Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3
Ck= 5,4
Suripin (2004) menyebutkan bahwa pada situasi tertentu, walaupun data yang
diperkirakan mengikuti distribusi sudah dikonversi kedalam bentuk logaritmis,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
ternyata kedekatan antara data dan teori tidak cukup kuat untuk menjustikasi
pemakaian Log Normal. Person telah mengembangkan serangkaian fungsi
probabilitas yang dapat dipakai hampir semua distribusi probabilitas empiris.
Tidak seperti konsep yang melatar belakangi pemakian distribusi Log Normal
untuk banjir puncak, maka distribusi probabilitas ini hampir tidak berbasis teori.
Distribusi ini dipakai karena fleksibilitasnya. Log-Person Tipe III menjadi
perhatian para ahli sumber daya air karena memiliki (i) harga rata-rata, (ii)
simpangan baku dan (iii) koefisien kemencengan. Yang menarik, jika koefisien
kemencengan sama dengan nol, distribusi kembali ke distribusi Log Normal
Langkah –langkah penggunaan Log Person Tipe III, sebagai berikut:
X= log X…………………………………………………………………(2.12)
n
log X i
log X = i 1
……………………………………………………….(2.13)
n
n 0 .5
2
xi X
i 1
S =
n 1
……………………………………………………..(2.14)
n
3
n log X i log X
G= i 1
………….………..……...……………………(2.15)
n 1 n 2 s3
Untuk memilih distribusi yang sesuai dengan data yang ada, perlu dilakukan uji
statistik. Pengujian bisa dilakukan dengan uji Chi-kuadrat atau uji Smirnov-
Kolmogorof. Untuk penelitian ini menggunakan uji Chi kuadrat
K 2
Ef Of
x 2
………………………………………………………….(2.17)
i 1 Ef
dengan:
2
: harga Chi-kuadrat terhitung,
K : banyaknya kelas,
Of : frekuensi terbaca pada setiap kelas,
Ef : frekuensi yang diharapkan untuk setiap kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung .Curah hujan efektif merupakan hasil perkalian dari koefisien
pengaliran dengan curah hujan total (Anonim, 2010).
Heff = XT x C
dengan :
XT = Hujan rancangan
C = Koefisien limpasan
Tp Tg 0.8t r ………………………………………….…….………………(2.19)
T0.3 Tg …………………………………………………..………………..(2.20)
2.4
t
Qt Qp …...………………………………………….(2.23)
Tp
t Tp
T 0. 3
Q( t ) 0 .3 Qp ……………………………………...…….(2.24)
2. Selang nilai : (TP+T0,3) ≤ t ≤ (TP+T0,3+1,5 T0,3)
t T p 0.5T 0.3
1.5T 0.3
Q(t ) 0.3 Qp ……………………………...…..…..(2.25)
t T p 1.5T 0.3
2T 0.3
Q( t ) 0.3 Qp ………………………………………(2.26)
dengan:
A : luas DAS (km2),
R0 : curah hujan spesifik (= 1mm),
Tp : waktu puncak (jam),
T0.3 : waktu dari puncak banjir sampai 0.3 Qmax. (jam),
Tg : time lag yaitu waktu antara hujan sampai Qmax (jam),
tr : satuan waktu (= 1 jam),
: koefisien ( 1.5 - 3.5),
L : panjang sungai utama (km).
tr
i
o
QP O,32 QP
O,3 QP
commit
Gambar 2.4 Hidrograf to user
Satuan Sintetik Nakayasu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
Gambar 3.1 Peta Sub DAS Bengawan Solo Hulu 3 DAS Keduang.
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Tahapan penelitian ditunjukan dalam bagan alir Gambar 3.2 – Gambar 3.4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
22
Mulai
Data:
Peta DAS Keduang
Data hujan harian stasiun
hujan di sub DAS
Keduang
Uji Konsistensi
Tidak Konsisten
Ya
Pemanggahan
dengan RAPS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Selesai
commit to user
Mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
Mulai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data tinjauan analisis banjir tahunan sub DAS Bengawan Solo Hulu
3 DAS Keduang, Wonogiri meliputi:
1. Peta RBI Bakosurtanal skala 1:2500, Sub DAS Bengawan Solo Hulu 3 DAS
Keduang.
Gambar 4.1 Peta Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo DAS Keduang.
2. Data curah hujan tahun 1999 - 2011 stasiun hujan Jatiroto dan Nguntoronadi,
data lengkap dapat dilihat pada lampiran (A1-A26).
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Untuk mengetahui besarnya curah hujan rencana yang terjadi di DAS Keduang
diperlukan data curah hujan harian selama beberapa tahun terakhir pada stasiun
penakar hujan terdekat. Data curah hujan yang digunakan diperoleh dari Dinas
pengairan Wonogiri yang merupakan data curah hujan harian selama 13 tahun
terakhir (1999-2011) dari stasiun penakar hujan Jatiroto dan Nguntoronadi.
Tabel 4.1 Curah Hujan Tahunan Stasiun Hujan Jatiroto dan Nguntoronadi
Tahun Curah hujan (mm/tahun)
Sta.Jatiroto Sta.Nguntoronadi
1999 2123 1943
2000 2433 1630
2001 1851 1731
2002 1327 1569
2003 1150 411
2004 1391 538
2005 1008 531
2006 2305 575
2007 1314 499
2008 905 183
2009 1825 1058
2010 2727 1553
2011 2307 1984
Sumber: Dinas Pengairan Kabupaten Wonogiri
Uji konsistensi harus dilakukan untuk data hujan yang akan diolah karena data
hujan harus panggah agar hasilnya tidak meragukan. Uji konsistensi dilakukan
dengan cara RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) , karena hanya terdapat 2
stasiun hujan saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
SK ** Kumulatif = 0,555
Hasil uji kepanggahan untuk stasiun Jatiroto dengan cara RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sums) dapat dilihat pada Tabel 4
Berdasarkan nilai yang didapat pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai QRAPS
hit (maks) terdapat pada tahun 2007. Kemudian QRAPS hit (maks) / n = 0,745.
Nilai ini dibandingkan dengan nilai kritik terdapat pada tabel 2.2 dengan n = 13
dan confidance interval 90%, maka untuk interval 13 tahun nilai QRAPSKrittik =
1,065. Disimpulkan QRAPS hit (maks) / n = 0,745 < nilai QRAPSKrittik = 1,065,
hasil ini menunjukan data hujan pada stasiun hujan Jatiroto panggah.
commit to user
Gambar 4.2 Hujan Wilayah Dengan Metode Poligon Thiessen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
A2
C2 =
Atotal
39 ,145
=
420 ,982
= 0,093
P = 68,000X0,907+20,000X0,093
P =63,537 mm/hari
Hasil curah hujan untuk tahun berikutnya terdapat pada tabel sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Tabel 4.3 Hujan Wilayah Harian Maksimum Tahunan dengan Acuan Terbesar
Stasiun Jatiroto
Sta. Hujan
Jatiroto Sta.Nguntoronadi Wilayah
Tahun (mm/hari) Tanggal (mm/hari) (mm/hari)
1999 68 1-Feb 20 63,537
2000 95 23-Feb 25 88,491
2001 85 25-Apr 0 77,096
2002 80 4-Feb 48 77,024
2003 70 10-Des 36 66,858
2004 102 3-Nov 53 97,421
2005 107 14-Mar 55 102,165
2006 82 23-Sep 42 78,319
2007 237 26-Des 123 226,360
2008 75 9-Okt 39 71,633
2009 74 20-Jan 54 72,140
2010 160 6-Des 33 148,191
2011 80 24-Nov 0 72,561
Tabel 4.4 Hujan Wilayah Harian Maksimum Tahunan dengan Acuan Terbesar
Stasiun Nguntoronadi
Sta. Nguntoronadi Sta.Jatiroto Hujan Wilayah
Tahun (mm/hari) Tanggal (mm/hari) (mm/hari)
1999 60 4-Jan 18 21,905
2000 45 7-Apr 35 35,930
2001 45 9-Feb 36 36,837
2002 58 30-Jan 0 5,393
2003 36 10-Des 70 66,857
2004 53 3-Nov 102 97,421
2005 55 14-Mar 107 102,165
2006 42 23-Sep 82 78,319
2007 123 26-Des 237 226,361
2008 39 9-Okt 75 71,633
2009 67 2-Feb 57 57,930
2010 139 7-Des 50 58,276
2011 135 7-Mei 16 27,065
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Penentuan distribusi hujan dilakukan dengan menganalisis data curah hujan harian
maksimum yang diperoleh dengan analisis frekuensi. Dari hasil perhitungan
menggunakan rumus 2.8-2.11 diperoleh nilai masing-masing parameter statistik
adalah sebagai berikut:
1. Hasil dispersi data normal
Xbar = 124,796/13 = 95,523
0,5
24456,79
S = = 45,145
13 1
45 ,145
Cv = = 0,473
95 ,525
13
CS = 2273011,641= 2,433
13 1 13 2 45,145 3
132
Ck = 40813749,74= 1,258
13 1 13 2 13commit
3 45,to
145user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
132
Ck = 0,084= 0,888
13 1 13 2 13 3 0,3594
Setelah dihitung parameter statistiknya maka diperoleh hasil yaitu distribusi yang
digunakan Log Pearson III
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Uji Chi Kuadrat dilakukan untuk jenis distribusi data Log Pearson III dengan
tingkat signifikasi 5 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Tabel 4.8 Perhitungan Chi Square Test (Metode Log Pearson III)
Ovserved
No Probability (P) Expected Frequency Ef - Of (Ef - Of)2
Frequency (Ef) (Of)
Kritis = 5,991
2
x hitung = 5,833
Kesimpulan : Hipotesa Log Pearson III Diterima
Maka distribusi hujan yang digunakan adalah Log Pearson III karena x2 < ∆ kritis
0,5
1,199
S = = 0,359
13 1
13
CS = 0,092= 1,819
13 1 13 2 0,359 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Menghitung debit rencana yang dimiliki oleh DAS yang mempunyai luas lebih
dari 12,5 km2, hanya bisa dihitung dengan selain metode rasional. Maka untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Tr = 1 Tg
= 1 3,01
= 3,01
Tp = Tg + 0,8 Tr
= 3,01 + 0,8 3,01
= 5,42
T0.3 = α Tg
= 2 3,01
= 6,02
A Ro
Qp =
3.6 (0,3Tp+T0,3)
420,8 1
=
3.6 (0,3 x 5,418+6,02)
= 15,295 m3/dt
Mencari perumusan dan batasan waktu untuk data selanjutnya dalam metode
Nakayasu:
Qa =
= 15,295
Qd1 =
commit to user
= 15,295
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Qd2 =
= 15,295
Qd3 =
= 15,295
Batasan waktu:
Qa = t < Tp
t < 5,42
Kontrol
Vtot 458880.461 m3
4.5888E+14 mm3
Luas 4.2098E+14 mm2
Vtot/Luas 1.090 mm
Hujan harusnya 1 mm jadi perlu dikoreksi.
Kontrol
Koreksi
Vtot 420980 m3
4.2098E+14 mm3
Luas 4.2098E+14 mm2
Sesuai dengan Tabel 4.11 maka dapat dibuat grafik HSS Nakayasu sebagai
berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
16
0,8 tr
14
Tg
12
Debit (m3/dt)
10
8
GRAFIK…
4
Qp 0,32Qp
2
0,3 Qp
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324
Waktu (jam)
Tp T0,3 1,5 T0,3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
Tabel 4.13 Unit Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Periode Ulang 2 Tahun
Waktu UH 1 2 3 4 Q
(jam) m3/det 13,053 10,072 4,754 4,351 3
m /det
0 0,000 0,000 0,000
1 0,243 3,174 0,000 3,174
2 1,283 16,753 2,449 0,000 19,202
3 3,396 44,331 12,927 1,156 0,000 58,414
4 6,774 88,422 34,207 6,102 1,058 129,789
5 11,573 151,059 68,229 16,146 5,584 241,017
5,418 14,032 183,160 116,560 32,204 14,777 346,702
6 12,490 163,035 141,331 55,017 29,474 388,856
7 10,226 133,482 125,801 66,708 50,353 376,345
8 8,373 109,286 102,998 59,378 61,053 332,716
9 6,855 89,477 84,328 48,615 54,345 276,765
10 5,612 73,258 69,042 39,803 44,494 226,597
11 4,595 59,978 56,527 32,588 36,429 185,523
11,438 4,210 54,948 46,281 26,681 29,826 157,735
12 3,906 50,981 42,399 21,845 24,419 139,644
13 3,418 44,617 39,338 20,012 19,993 123,961
14 2,992 39,048 34,428 18,568 18,316 110,360
15 2,618 34,174 30,130 16,250 16,994 97,548
16 2,291 29,908 26,369 14,222 14,872 85,372
17 2,005 26,175 23,078 12,446 13,016 74,715
18 1,755 22,908 20,197 10,893 11,391 65,389
19 1,536 20,048 17,676 9,533 9,969 57,227
20 1.,344 17,546 15,470 8,343 8,725 50,084
20,468 1,263 16,484 13,539 7,302 7,636 44,961
21 1,197 15,630 12,720 6,390 6,683 41,423
22 1,084 14,143 12,061 6,004 5,849 38,056
23 0,980 12,797 10,913 5,693 5,495 34,898
24 0,887 11,579 9,875 5,151 5,210 31,815
Debit Maksimum 388,856
Perhitungan debit 5 th, 10 th, 20 th, 50 th, 100 th, 200 th , 1000 th dapat dilakukan
dengan cara yang sama dan dapat dilihat di lampiran (B5-B8). Dengan hasil
sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Tabel 4.16 Hujan Wilayah 2 Harian Maksimum Tahunan dengan Acuan Terbesar
Stasiun Nguntoronadi
Sta. Hujan
Sta Nguntoronadi Jatiroto Wilayah
Tahun (mm/2hari) Tanggal (mm/2hari) (mm/2hari)
1999 78 17-18 april 0 7,250
2000 85 27-28 mar 0 7,900
2001 70 8-9 feb 59 60,022
2002 83 29-30 jan 0 7,718
2003 51 16-17 Feb 98 93,601
2004 76 2-3 nov 147 140,401
2005 76 2-3 des 147 140,401
2006 55 23-24 sept 107 102,196
2007 70 7-8 Des 136 129,894
2008 59 3-4 nov 114 108,882
2009 112 19-20 jan 0 10,414
2010 172 6-7 Des 210 206,466
2011 155 6-7 mei 39 49,786
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Tabel 4.19 Unit Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Hujan 2 Harian Tahunan
Q UH
t Qt Ket Komulatif Kontrol Koreksi
(m3/dt)
0 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,265 0,265 954,218 0,233
2 1,399 1,399 5036,393 1,230
3 3,702 3,702 13327,192 3,256
4 7,384 Qa 7,384 26582,243 6,494
5 12,615 12,615 45412,526 11,094
5,418 15,295 15,295 55063,175 13,451
6 13,615 13,615 49012,913 11,973
7 11,147 11,147 40128,561 9,803
8 9,126 9,126 32854,635 8,026
9 7,472 Q1 7,472 26899,222 6,571
10 6,118 6,118 22023,319 5,380
11 5,009 5.,009 18031,250 4,405
commit to user
Bersambung ke halaman berikutnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
Kontrol
Vtot 478699,864 m3
4,787E+14 mm3
Luas 4,21E+14 mm2
Vtot/Luas 1,137 mm
harusnya 1 mm perlu di koreksi
Kontrol
Koreksi
Vtot 420980 m3
4,21E+14 mm3
Luas 4,21E+14 mm2
Vtot/Luas 1,00 mm
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Disimpulkan bahwa debit banjir 2 harian tahun 1999 berpotensi banjir kala ulang
2 tahunan
Untuk hitungan di tahun selanjutnya dapat dilihat pada lampiran (B9-B22).
Agar terlihat jelas dapat digambarkan pada grafik perbandingan, sebagai berikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
900.000
800.000
700.000
Debit (m3/detik)
600.000
500.000
400.000 Keterangan:
DEBIT
300.000 Q2
Q5
200.000
100.000
0.000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Potensi banjir tahunan berdasarkan hujan 2 harian maksimum tahunan pada tahun
1999-2002, 2006, 2008, 2009 dan 2011 berpotensi banjir Q2. Tahun 2003-2005
dan 2007 berpotensi banjir Q5. Tahun 2010 berpotensi banjir Q10.
A2
C2 =
Atotal
39 ,148
=
420 ,982
= 0,093
Curah hujan total tahun 1999 adalah:
P P1 XC1 P1 XC 2
P = 71,00X0,907+48,00X0,093
P = 68,861 mm/2 hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Tabel 4.22 Hujan Wilayah 2 Harian Maksimum Bulanan dengan Acuan Terbesar
Stasiun Jatiroto Pada Bulan Januari
Sta Jatroto Sta.nguntoronadi HujanWilayah
Tahun (mm/2hari) Tanggal (mm/2hari) (mm/2hari)
1999 71 29sd30 48 68,861
2000 60 9sd10 45 58.,605
2001 70 10sd11 0 63,491
2002 0 29sd30 83 7,718
2003 50 23sd24 26 47,755
2004 76 24sd25 39 72,588
2005 0 0 0,000
2006 64 24sd25 33 61,127
2007 0 0 0,000
2008 27 30sd31 14 25,788
2009 73 9sd10 0 66,212
2010 0 21sd22 45 4,184
2011 98 7sd8 0 88,887
Tabel 4.23 Hujan Wilayah 2 Harian Maksimum Bulanan dengan Acuan Terbesar
Stasiun Nguntoronadi Pada Bulan Januari
Sta.Nguntoronadi Sta. Jatiroto Hujan Wilayah
Tahun (mm/2hari) Tanggal (mm/2hari) (mm/2hari)
1999 65 3sd4 54 55,023
2000 50 19sd20 0 4,649
2001 55 25sd26 0 5,114
2002 83 29sd30 0 7,718
2003 26 23sd24 50 47,755
2004 39 24sd25 76 72,588
2005 0 0 0,000
2006 33 24sd25 64 61,127
2007 0 0 0,000
2008 14 30sd31 27 25,788
2009 112 19sd20 0 10,414
2010 45 21sd22 0 4,184
2011 145 3sd4 0
commit to user 13,483
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Tabel 4.24 Hujan Wilayah 2 Harian Maksimum Bulan Januari DAS Keduang
Hujan Wilayah
Tahun (mm/2hari)
1999 68,861
2000 58,605
2001 63,491
2002 7,718
2003 47,755
2004 72,588
2005 0,000
2006 61,127
2007 0,000
2008 25,788
2009 66,212
2010 4,184
2011 88,887
Selanjutnya hasil hujan wilayah 2 harian maksimum bulanan dapat dilihat pada
tabel 4.25.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
58
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
59
900
800
700
600
Debit (m3/detik)
500
400 Keterangan:
DEBIT
Q2
300 Q5
Q10
200
100
0
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des
Bulan
Potensi banjir bulanan berdasarkan hujan 2 harian maksimum bulanan pada kurun
waktu analisis tahun 1999-2011, Januari-Maret, Juni dan September-Oktober
berpotensi banjir Q2.Bulan November berpotensi Q5.Bulan Desember berpotensi
Q10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil dan perhitungan pola distribusi hujan, untuk DAS Keduang
mengikuti pola distribusi hujan Log Pearson Tipe III.
2. Hasil perhitungan debit banjir kala ulang sebagai berikut : Q2 = 388,856
m3/detik, Q5 = 541,874 m3/detik, Q10 = 690,347 m3/detik, Q20 = 851,048
m3/detik, Q50 = 1195,229 m3/detik, Q100 = 1509,666 m3/detik, Q200 =
1904,774 m3/detik, Q1000 = 3254,336 m3/detik.
3. Potensi banjir tahunan berdasarkan hujan 2 harian maksimum tahunan
pada tahun 1999-2002, 2006, 2008, 2009 dan 2011 berpotensi banjir Q2.
Tahun 2003-2005dan 2007 berpotensi banjir Q5. Tahun 2010 berpotensi
banjir Q10. Potensi banjir bulanan berdasarkan hujan 2 harian maksimum
bulanan pada kurun waktu analisis tahun 1999-2011, Januari-Maret, Juni
dan September-Oktober berpotensi banjir Q2. Bulan November berpotensi
Q5. Bulan Desember berpotensi Q10.
5.2. Saran
commit to user
60