Oleh:
(1) Orang tua dan kedua kakak saya yang telah memberikan semangat, doa dan
segala dukungannya demi terselesaikan laporan kerja praktik ini.
(2) Ir, Rachmawati Sugihhartati Dj. M.Env.Stud., Ph.D. selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini;
(3) Pak Edi Supriyadi, Pak Karsana, Ibu Farras, dan pihak lainnya dari PT East
Jakarta Industrial Park yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data yang saya perlukan;
(4) Rekan-rekan bimbingan Niken, Alya, Teh Vamela, dan Nur Afifah yang
selalu memberikan dukungan dalam pengerjaan laporan kerja praktik;
(5) Rekan-rekan indekos suksen yang turut membantu dalam akomodasi dan
memberikan semangat; dan
(6) Teman-teman angkatan 2017 dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, menghibur, dan
membantu dalam menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
i
Institut Teknologi Nasional
ii
2 DAFTAR ISI
v
Institut Teknologi Nasional
4 DAFTAR GAMBAR
vi
Institut Teknologi Nasional
vii
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan
letak geografis dekat DKI Jakarta, yang dinilai sebagai wilayah pusat pertumbuhan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008, Kabupaten Bekasi dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi (Jabodetabek) memiliki fungsi untuk kegiatan industri, permukiman, dan
pariwisata.
Sungai di Kabupaten Bekasi telah tercemar limbah industri sejak tahun 2014.
Sungai-sungai yang tercemar, yaitu Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai
1
Institut Teknologi Nasional
2
Perseroan Terbatas East Jakarta Industrial Park (PT EJIP) merupakan pengelola
kawasan industri EJIP yang berlokasi di Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten
Bekasi. Pelayanan yang diberikan oleh PT EJIP untuk industri yang berada di dalam
kawasannya, antara lain pengelolaan air minum untuk industri, dan pengelolaan
limbah cair industri. PT ini memiliki IPAL terpusat yang menampung air limbah
dari semua industri yang berada di dalam kawasan tersebut. Hasil akhir dari
pengolahan air limbah harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri sebelum dibuang ke badan air penerima.
Effluent IPAL disalurkan menuju Sungai Cikedokan. Berdasarkan hal tersebut,
maka diperlukan evaluasi IPAL pada perusahaan ini. Kerja praktik ini mengangkat
topik evaluasi IPAL di PT EJIP yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari unit pengolahan air limbah PT EJIP. Hal ini ditinjau berdasarkan
efektivitas pengolahan, dan membandingkan kualitas effluent denga standar baku
mutu yang berlaku.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, seperti observasi,
wawancara, dan studi dokumen yang berkaitan dengan pengolahan limbah
cair. Data yang diperoleh diklasifikasikan menjadi dua jenis data sebagai
berikut.
- Data primer
Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dengan
metode observasi dan wawancara terkait gambaran umum
perusahaan, serta teknis operasional sistem IPAL di PT EJIP.
- Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi dokumen terkait pengolahan
limbah cair, yaitu sumber air limbah yang masuk ke IPAL; data
dimensi unit IPAL; data kualitas influent dan effluent IPAL bulan
April – Juni 2020.
Rincian data yang diperlukan disajikan pada Tabel 1.1.
c. Pengolahan Data dan Analisis
Pengolahan data dilakukan setelah memperoleh data yang diperlukan untuk
mengevaluasi efektivitas pengolahan limbah cair. Analisis dilakukan untuk
interpretasi hasil dari pengolahan data, sehingga dapat diperoleh strategi
untuk meningkatkan efektivitas pengolahan limbah cair berdasarkan
evaluasi yang telah dilakukan.
d. Kesimpulan dan Saran
Menarik kesimpulan dari hasil evaluasi dan memberikan saran untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
Mulai
Pengumpulan Data
Data Sekunder:
1. Sumber air limbah yang masuk
Data Primer:
IPAL;
1. Observasi kondisi eksisting unit
2. Data debit dan karakteristik limbah
proses dan operasi IPAL; dan
cair yang masuk;
2. Wawancara terkait operasional
3. Data dimensi unit IPAL; dan
IPAL.
4. Data kualitas influent dan effluent
IPAL bulan April – Juni 2020.
Selesai
- Untuk
(PT Ebara
Data teknis mengidentifikasi Primer Studi dokumen,
Indonesia,
3. operasional jenis unit dan wawancara, dan Visualisasi - Deskriptif
1992) dan
IPAL PT EJIP pengolahan yang Sekunder observasi
pegawai
beroperasi
Dekriptif dan
- Efektivitas penyisihan Komparatif
In - Ef
η= × 100% (4. 1)
In
Metode Metode
Data yang Jenis Sumber Metode
No. Kegunaan Data Pengumpulan Pengolahan Rumus
Diperlukan Data Data Analisis Data
Data Data
Keterangan:
td = Waktu detensi (jam)
V = Volume (m3)
Q = Debit (m3/hari)
- Sludge Volume Index (SVI)
SVI = (1000 × Vs) / (MLSS) (3.11)
Keterangan:
Vs = Volume sludge (ml)
- Volume bak
V=P×L×T (3.15)
Keterangan:
V = Volume (m3)
P = Panjang bak (m)
L = Lebar bak (m)
T = Tinggi bak (m)
- Overflow rate
Q
OR = (3.21)
A
Keterangan:
OR = Overflow Rate (m3/m2.hari)
Q = Debit (m3/hari)
A = Luas permukaan bak (m2
Luas area yang dikembangkan oleh perusahaan ini mencapai 320 hektar (Ha).
Pembangunan kawasan industri EJIP dibagi menjadi dua fase, pertama pada tahun
1990 dengan luas area yang dibangun 210 Ha. Fase kedua dilanjutkan pada tahun
1995 dengan luas area 110 Ha (PT EJIP, 2020b).
9
Institut Teknologi Nasional
10
2.3 Ketenagakerjaan
Jumlah pegawai PT EJIP hingga tahun 2020 berjumlah 144 pegawai dengan hari
kerja sebanyak 5 hari, yaitu hari Senin – Jumat. Waktu kerja dimulai pada pukul
08.00 – 17.00 WIB. Jam kerja untuk Watec Control dilakukan selama 24 jam
dengan sistem shift yang terbagi menjadi 3 shift. Sistem ini berlaku untuk operator,
dan tim Tanggap Darurat Lingkungan (TDL). Berikut adalah pembagian waktu
kerja yang berlaku (Farras, 2020c).
a. Operator:
Shift 1 pukul 06.30 – 15.00 WIB
Shift 2 pukul 14.30 – 23.00 WIB
Shift 3 pukul 22.30 – 07.00 WIB
Waktu kerja untuk setiap operator, yaitu 8 jam dalam sehari. Setiap
pergantian shift memiliki waktu 30 menit untuk penyamarataan informasi.
b. Tim TDL
Shift 1 pukul 07.30 – 16.30 WIB
Shift 2 pukul 19.30 – 04.30 WIB
Setiap shift memiliki penambahan waktu kerja selama 3 jam, sehingga
waktu kerja untuk tim TDL, yaitu 11 jam dalam sehari.
2.4 Lokasi
Kawasan industri yang dikembangkan oleh PT EJIP memiliki luas 320 Ha.
Kawasan tersebut berlokasi di Desa Sukaresmi, Kecamatan Cikarang Selatan,
Kabupaten Bekasi. Batas administrasi dari Kawasan Industri EJIP adalah sebagai
berikut.
Batas Utara : Kawasan Industri Delta Silicon 4
Batas Timur : Kawasan Komersil dan Kawasan Bekasi International Industry
Estate (BIIE)
Batas Selatan : Desa Ciantra
Batas Barat : Sungai Cikarang dan Kawasan Industri MM2100
Batas-batas administrasi Kawasan Industri EJIP disajikan pada Gambar 2.3.
IPAL berlokasi di Jalan Citanduy 7, Kawasan industri EJIP, Cikarang Selatan,
Kabupaten Bekasi, yang dikelola oleh Watec Department. Batas administrasi dari
Watec Department adalah sebagai berikut.
Batas Utara : PT Alviny Indonesia
Batas Timur : PT Narumi Indonesia dan PT Kyowa Indonesia
Batas Selatan : PT Kiyokuni Factory Indonesia dan PT Jaya Indah Casting
Batas Barat : Sungai Cikarang dan Kawasan Industri MM2100
Batas-batas administrasi Watec Department disajikan pada Gambar 2.4
Board of Commissioner
(BOC)
President Director
Secretary to BOD
Legal & External Affairs Coorporate Secretariat
Department Department
Section Purchasing
Engineering Water Treatment & Finance Accounting Human Resource General Affair Security & Order
Department Environmental Customer Service Department Department Department Department
Control Department
Department
Section Corp Data Section Personel
Section Office
Administration Administration
Section Section Management
Operation & Tenat
Maintenance Section Budget & Section Training
Relations Section General
Finance & People
Services
Section Development
Laboratory Section
Section
Marketing Section Industrial
Accounting & Tax
Section Relations
Environmental
Control
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi PT EJIP
Sumber: (PT EJIP, 2020b)
Assistant Manager
Internal Auditor Product/service Monitoring
Sampling Laboratory Water Treatment Maintenance Monitoring & Hazardous Emergency Response Team
Investigation Waste (ERT) & Kesehatan,
Dalam Keselamatan, Kerja dan
Kawasan Water Laboratory Mechanical Tenant Lingkungan Hidup (K3LH)
Industrial Water
EJIP Monitoring
Treatment Plant
Microbiology Laboratory Electrical K3LH
Luar Pollution
Kawasan Investigation ERT
Civil
EJIP Air Laboratory Waste Water
PROPER
Treatment Plant Situation Checking
Soil Laboratory
Spreading Prevention
Kebutuhan Kampung
Cicadas dan Desa
Sukaresmi
Kebutuhan Masjid
Air Baku dari Water
Sungai Cikarang Treatment Plant
Kebutuhan Kantor
EJIP
Sungai Cikedokan
Berdasarkan hasil observasi lapangan, terdapat tiga jenis pengolahan pada IPAL
yang ditinjau dari urutan proses pengolahan. Pengolahan tersebut, yaitu (1)
pengolahan primer menggunakan proses fisika; (2) pengolahan sekunder dengan
proses biologis menggunakan lumpur aktif; dan (3) pengeringan lumpur dengan
tekanan. Debit perencanaan air limbah industri yang masuk ke IPAL adalah 14.000
m3/hari (PT EJIP, 2020b).
EJIP memiliki standar baku mutu kualitas air limbah yang berlaku untuk seluruh
tenant. Standar baku mutu tersebut tercantum dalam estate regulation yang
dikeluarkan oleh PT EJIP. Sedangkan, standar baku mutu untuk IPAL mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) Nomor 3 Tahun 2010.
Standar baku mutu pembuangan air limbah disajikan pada Tabel 2.1.
Permen LH
Nomor 3
Estate Regulation
Tahun
No. Parameter Satuan (Effluent
2010
Standard Tenant)
(Effluent
Standard)
6 Cobalt mg/l 0,4 -
L/detik/Ha
lahan
Kuantitas Air Limbah Maksimum - 0,8
kawasan
terpakai
Sumber: (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010; PT EJIP, 2015)
Terdapat peraturan untuk menjamin pembuangan air limbah yang benar, tenant
wajib mengikuti aturan terkait pembuangan air limbah ke saluran pipa induk.
Peraturan tersebut tercantum dalam estate regulation yang dijelaskan sebagai
berikut (PT EJIP, 2015).
1) “Sejumlah penyaring untuk menangkap limbah padat dan grease trap untuk
menahan bahan-bahan berminyak harus dipasang pada sebuah titik sebelum
sambungan dengan saluran pipa pembuangan air limbah.
2) Tenant dilarang membuang sampah atau sisa-sisa makanan ke dalam
saluran pembuangan miliknya atau saluran pipa pembuangan air limbah
bersama.
3) Tenant harus menutup dan memilihara saluran pembuangan kotoran dengan
benar dan menjaga agar tetap bersih, sehingga tidak menyebarkan bau yang
tidak sedap.
4) Saluran terbuka dimaksudkan untuk menampung air hujan. Air limbah tidak
diboleh dibuang pada saluran terbuka.
5) Dalam hal mutu air limbah berbeda-beda dari waktu ke waktu. Tenant harus
menyediakan tempat penampungan yang cukup besar untuk menyimpan air
limbah untuk mempertahankan nilai baku mutu sesuai dengan peraturan
yang sudah ditentukan.
6) Air limbah yang dibuang ke saluran pipa pembuangan air limbah bersama,
tidak diperkenankan mengandung hal-hal sebagai berikut:
• Kalsium karbit;
• Minyak, spirtus, atau pelarut mudah terbakar;
• Cairan, padatan, atau gas mudah terbakar;
• Bahan-bahan radioaktif;
• Pigmen-pigmen yang tidak dapat diuraikan secara biologis;
• Insektisida dan fungisida;
• Limbah yang dapat membentuk coating; dan
• Bahan-bahan yang mungkin merusak saluran pembuangan air
limbah.
g. Tenant harus memanfaatkan saluran pembuangan air limbah bersama yang
disediakan di dalam kawasan industri dan dilarang menggunakan metode
pembuangan lainnya.
h. Tidak ada air hujan yang dapat dibuang ke saluran pembuangan air limbah
bersama dengan tanpa maksud.
i. Air limbah yang tidak memenuhi baku mutu pembuangan air limbah yang
sudah diatur dalam estate regulation dilarang dibuang langsung ke saluran
pembuangan air limbah bersama. Air limbah wajib diolah terlebih dahulu
pada instalasi pengolahan milik setiap tenant, sehingga air limbah tersebut
memenuhi standar baku mutu pembuangan air limbah
j. EJIP akan melakukan pemantauan terhadap air limbah setiap tenant dengan
waktu pengambilan sampel secara acak.”
IPAL ini ditujukan untuk mengolah air limbah dari kawasan industri, supaya
kualitas effluent yang dibuang ke Sungai Cikedokan memenuhi standar baku mutu
yang tercantum dalam regulasi yang berlaku.
20 unit
% Electronic manufacture = 89 unit × 100% = 22%
Minimarket
Communication 1%
Service Gas Distribution Property Agent
Clinic 1% Restaurant
1% 1%
1% 1%
Beverage
Manufacturing Representative Office Security
1% 1% 1%
Wooden Frame
1%
Wooden Furniture
Banking 1%
2%
Electronic Farmasi
Manufacturing Manufacturing
22% 2%
Logistics
2%
Plastic Product
Machine and Tools 8% Table Ware
21% 2%
Travel Service
2%
Automotive Textile
Manufacturing Manufacturing
17% 8%
Bekasi. Lokasi tersebut berada pada titik koordinat 060 19’ 08,4” Lintang
Selatan dan 107 05’ 34,9” Lintang Timur. Titik outfall disajikan pada Gambar
2.8.
Outfall
IPAL
alir proses pengolahan air limbah disajikan pada Gambar 2.9, dan layout unit IPAL
disajikan pada Gambar 2.10.
Measuring and
Inlet Sand Settling Mechanical Equalization
Bar Screen Distribution
Air Limbah Basin Fine Screen Basin
Tank
Return Sludge
Sludge
Thickening
Belt Filter
Press
Berikut ini merupakan deskripsi detail setiap unit pengolahan berdasarkan Gambar
2.9.
Bar Screen
Inlet
(a) (b)
Gambar 2. 10 (a) Lokasi Inlet (b) Unit Bar Screen
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
Hasil pembersihan
Arah aliran
Partikel yang mengendap secara berkala disisihkan menggunakan air lift pump,
kemudian partikel disalurkan menuju sand washing tank dan dibuang ke tempat
pembuangan lumpur. Terdapat oil boom yang dipasang pada inlet sand separation
basin yang berfungsi sebagai penahan ketika terdapat kandungan minyak pada air
limbah. Unit ini memiliki dua kompartemen. Jika aliran air limbah minimum, maka
hanya satu unit yang dioperasikan. Jika debit air limbah maksimum, maka
dioperasikan keduanya. Spesifikasi unit ini disajikan pada Tabel 2.3.
Arah aliran
2 unit fine
screen
Arah aliran
(a) (b)
(c)
Gambar 2. 14 (a) Unit Fine Screen Tampak Depan
(b) Unit Fine Screen Tampak Belakang (c) Bak Penampung Partikel
yang dibawa oleh Unit Fine Screen
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
Penempatan equalization basin berada lebih rendah dari aliran masuk, hal ini agar
tidak terjadi aliran balik ketika dalam kondisi debit puncak. Proses pemerataan
dilakukan menggunakan blower untuk mencegah terbentuknya padatan tersuspensi
pada dasar bak (Reynolds & Richards, 1996). Bahan organik dapat tersisihkan 10-
20% karena adanya pemberian oksigen melalui pipa-pipa yang ditempatkan
memanjang pada dasar bak (Tchobanoglous et al., 2003).
Air limbah pada equalization basin dialirkan menggunakan air lift pump menuju
measuring box dan aeration tank melalui penstock (pipa penghubung). Terdapat 4
buah air lift pump yang masing-masing terhubung dengan penstock dan 2 buah
emergency pump yang dioperasikan ketika terjadi overflow pada musim penghujan.
Spesifikasi unit ini disajikan pada Tabel 2.5.
measuring box dan distribution tank agar pengolahan secara biologi berlangsung
dengan baik. Terdapat bar screen pada measuring box untuk menyaring daun yang
jatuh di equalization basin karena adanya pepohonan di sekitar unit. Terdapat mixer
pada distribution tank untuk pencampuran apabila membutuhkan penambahan
bahan kimia pada proses pengolahan. Distribution tank berfungsi untuk membagi
aliran air limbah menuju aeration tank secara gravitasi. Spesifikasi unit ini
disajikan pada Tabel 2.6.
Tabel 2. 5 Spesifikasi Equalization Basin
Aspek Spesifikasi
Jumlah 2 unit
Dimensi Lebar = 20 m; Kedalaman = 3 m; dan Panjang = 30 m
Volume 3.600 m3/unit
Material Beton
Waktu Detensi 8 jam
Air diffuser piping
Header piping 150A Steel Galvanized Pipe (SGP)
Riser piping 100A SGP and 100A VP
Submerged Manifold Pipe 80A VP
Air Blower
Jumlah 3 set
Kapasitas 10 m3/menit
Daya 11 kW
Type 125A Rotary Blower
Lift Pump
Jumlah 4 set
Kapasitas 3 m3/menit
Daya 11 kW
Type Submersible 150 DL-5-11
Material Cast Iron
Emergency Lift Pump
Jumlah 2 set
Kapasitas 5 m3/menit
Daya 15 kW
Sumber: (PT Ebara Indonesia, 1992)
Aspek Spesifikasi
Dimensi Lebar = 3 m; Kedalaman = 3,5 m; dan Panjang = 3 m
Volume 31,5 m3
Material Beton
Mixer 1 set; 2,2 kW
Sumber: (PT Ebara Indonesia, 1992)
(a)
(b)
Air Lift
Pump
Inlet Equalization
Basin
(c)
Gambar 2. 15 (a) Unit Equalization Basin
(b) Kondisi Banjir Menggunakan Emergency Pump 2 unit (c) Penempatan Inlet
dan Lift Pump
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
Measuring Box
Flowmeter
Distribution Tank
(a) (b)
Bar Screen
(c)
Gambar 2. 16 (a) Flowmeter pada Measuring Box
(b) Unit Measuring Box dan Distribution Tank (c) Bar Screen pada unit
Measuring Box
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
(a) (b)
Gambar 2. 17 (a) Aeration Tank (b) Pipa Distribusi Udara
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
melalui perpipaan yang ditanam dalam tanah yang dilengkapi dengan flowmeter
digital. Flowmeter ini berfungsi untuk memantau debit harian air hasil pengolahan
yang dibuang menuju badan penerima. Spesifikasi unit ini disajikan pada Tabel
2.9.
Tabel 2. 8 Spesifikasi Unit Final Settling Basin
Aspek Spesifikasi
Jumlah 3 unit
Dimensi Diameter = 20 m dan Kedalaman = 2,9 m
Surface Loading 11,4 m3/m2.hari
Material Beton
Tipe Center Drive Circular Basin
Scrapper
Tipe Center cage, truss, and blade
Daya 0,4 kW/unitt
Material Mild Steel and Tar-Epoxy Coating
Scum Discharge Pit
Jumlah 1 unit
Dimensi Lebar = 4 m; Kedalaman = 0,8 m; dan Panjang = 4 m
Discharge pump type Submersible 65 DL-5-1.5
Jumlah discharge pump 2 set
Sumber: (PT Ebara Indonesia, 1992)
Scrapper
tekanan dengan sabuk (belt) yang berjalan. Setelah terbentuk bongkahan (cake)
lumpur ditimbang dan dimasukkan dalam box untuk diangkut ke tempat
pengolahan. Lumpur dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki izin mengolah
limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3), yaitu PT Prasadha Pamunah Limbah
Industri (PPLI). Terdapat unit sludge drying bed tetapi sudah tidak difungsikan
untuk pengolahan lumpur.
(a)
Flowmeter Effluent
Pembaca Debit
(b) (c)
Gambar 2. 19 (a) Unit Treated Water Tank
(b) Flowmeter yang Dipasang pada Pipa Distribusi Menuju Outfall (c) Alat
Pembaca Debit
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
Slurry Tank
(a) (b)
Cake lumpur
(c)
Gambar 2. 20 (a) Unit Slurry Tank
(b) Unit Belt Filter Press (c) Cake hasil Filter Press
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2020
Keterangan:
Melebihi Baku Mutu
Air limbah dari setiap industri yang terdapat dalam suatu kawasan industri
ditampung di IPAL kawasan. Penampungan air limbah disesuaikan dengan aturan
influent di kawasan industri. Pengolahan air limbah di kawasan industri akan
disesuaikan dengan standar effluent yang ditentukan pemerintah (Kwanda, 2000).
38
Institut Teknologi Nasional
39
umum lainnya yang mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan dan
kelestarian lingkungan.
fotosintesis. Selain itu, minyak dan lemak mampu mengikat oksigen yang
dibutuhkan biota air untuk respirasi (Maharani, 2017).
8) MBAS
MBAS adalah indikator penggunaan deterjen atau sabun. Busa yang
dihasilkan deterjen atau sabun merupakan hasil penyulingan minyak bumi
yang ditambahi berbagai bahan kimia sehingga dapat merusak ekosistem
(Hanny Aryantie et al., 2018).
9) Kadmium
Kadmium memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti logam
aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. Kadmium digunakan untuk
elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel, dan plastik. Kadmium
merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini
berisiko tinggi terhadap pembuluh darah (Darmono, 2001). Kadmium
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Logam kadmium
biasanya dalam bentuk campuran dengan logam lain seperti Zn, Cu, Pb,
dalam jumlah kecil (Istarani & Pandebesie, 2014).
10) Krom Heksavalen (Cr6+)
Kromium heksavalen merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak
dipelajari sidat racunnya. Sifat racun yang dibawa oleh logam ini dapat
mengakibatkan terjadinya keracunan kronis, akut, dan menyebabkan
kanker. Kromium hekavalen dalam perairan lebih berbahaya dibandingkan
kromium trivalent, karena. memiliki kelarutan dan mobilitasnya tinggi,
sehingga bersifat sangat aktif dan beracun (Hariyanti & Razif, 2019).
11) Tembaga
Logam tembaga banyak dijumpai di dalam air limbah pelapisan logam,
industri kawat, cat, pengerjaan logam, pabrikasi papan sirkuit, dan lainnya.
Konsentrasi logam tembaga di dalam air limbah bervariasi dari beberapa
ribuan mg/l untuk air limbah pencelupan pelapisan logam sapai beberapa
mg/l untuk air limbah proses pencucian. Logam tembaga di dalam air
limbah dapat dihilangkan dengan cara pengendapan sebagai logam
tembaga, dan juga proses pertukaran ion. Proses yang umumnya banyak
organik. Organisme tidak hanya berada pada air limbah tetapi juga pada air
permukaan seperti bakteri, jamur, alga, protozoa, dan virus yang hanya bisa dilihat
menggunakan mikroskop. Organisme yang bersifat patogen, yaitu bakteri,
protozoa, cacing, dan virus (Eddy, 2003).
hasil bahan pembersih, solvent (pelarut) atau bahan lain seperti plasticizer (Said,
2017).
Proses industri makanan dari bahan baku sering memerlukan air dengan kualitas
yang tinggi dalam jumlah yang besar. Proses pencucian sayuran dan buah-buahan
menghasilkan air limbah yang mengandung partikel padatan, dan juga
kemungkinan zat organik terlarut serta bahan detergen atau sufaktan.
Air limbah yang berasal dari industri proses makanan jadi yang dihasilkan dari
proses pemasakan mengandung polutan organik yang tinggi serta kemungkinan
mengandung garam, zat pewara, asam atau alkali dan juga minyak lemak dengan
jumlah yang cukup besar (Said, 2017).
3.8.2 Screening
Screening (Gambar 3.1) berfungsi untuk menyaring benda-benda padat dan kasar
yang ikut terbawa dalam air buangan. Agar benda-benda tersebut tidak
mengganggu aliran saluran, merusak alat, dan mencegah penyumbatan (clogging).
Screen yang digunakan bisa berbentuk bar screen (batang jeruji) perforated plate
(plat berlubang) berlubang atau yang lainnya. Jenis screen dapat dibedakan menjadi
dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar bar, yaitu bar screen dan
fine screen.
Bar screen atau disebut juga dengan saringan jeruji adalah saringan berbentuk
batang-batang horizontal atau kawat sejajar, kisi-kisi, wire mesh, atau pelat
berlubang, dan bukaannya umumnya adalah kisi melingkar atau persegi panjang
dengan jarak ± 15 mm. Deskripsi saringan kasar disajikan dalam Tabel 3.1. Unit
ini merupakan salah satu unit pretreatment dalam IPAL, berfungsi memisahkan
padatan besar yang berpotensi masuk dalam unit pengolahan air limbah dan
merusak unit-unit pengolahan (pompa, valves, pipa) seperti sampah, kayu, ranting,
dan lainnya (Tchobanoglous et al., 2003). Kriteria desain screen disajikan dalam
Tabel 3.2. dan faktor bentuk batas dalam Tabel 3.3.
Fine screen memiliki bukaan 2,3 – 6 mm, ada juga yang memiliki bukaan < 2,3
mm. Biasanya untuk pembersihan fine screen dilakukan secara mekanis. Fine
screen terdiri dari fixed screen dan movable screen. Fixed atau static screen
dipasang permanen dengan posisi vertikal, miring, atau horizontal. Movable screen
harus dibersihkan secara berkala. Kedua tipe saringan halus tersebut juga dapat
menghilangkan padatan tersuspensi lemak dan kadang dapat meningkatkan oksigen
terlarut (DO level) air limbah (Said, 2017).
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan unit screen adalah sebagai berikut.
Jumlah bar
Jumlah bar = n celah – 1 (3. 2)
Penentuan tata letak bak pemisah pasir, pertimbangan yang utama adalah untuk
melindungi kerusakan pada peralatan mekanik seperti pompa dan lainnya. Oleh
karena itu umumnya bak pemisah pasir diletakkan atau dipasang sebelum pompa
air baku limbah (raw sewage pump). Tetapi terkadang kondisi saluran selalu dalam
untuk peletakan bak pemisah pasir. Untuk kondisi yang demikian, bak pemisah
pasir diletakkan sesudah pompa atau digabungkan dengan bak pengendap awal.
Keuntungan atau kerugian mengenai berbagai letak pemisah pasir dirangkum pada
Tabel 3.4.
Pemilihan tipe bak pemisah pasir didasarkan pada beberapa faktor seperti jumlah
dan kuantitas pasir (grit), serta pengaruh grit terhadap treatment. Bak pemisah pasir
umumnya dikategorikan dalam dua jenis, yaitu tipe selective removal dan tipe
pemisah pasir dan menghilangkan organik yang ada di dalam air limbah. Pasir atau
grit secara selektif dipisahkan dari organik lainnya di dalam bak pemisah pasir
dengan kontrol kecepatan atau bak pemisahan pasir dengan aerasi (aerated grit
chamber).
Grit atau pasir di dalam air limbah memiliki berat jenis 1,5 – 2,7, sedangkan zat
organik (organic matter) mempunyai berat jenis 1,02. Dengan demikian untuk
memisahkan grit dengan material organik dapat dilakukan dengan pengendapan
bertahap (differential sedimentation).
Bak pemisah pasir dengan kontrol kecepatan adalah seperti bak pengendap dengan
bentuk sempit dengan kontrol kecepatan pada kondisi terbaik. Pada beberapa bak
pemisah pasir, untuk kontrol kecepatan dilakukan dengan menggunakan multiple
channel (multi saluran). Yang lebih ekonomis dan dapat mengontrol aliran atau
kecepatan yang lebih baik adalah dengan menggunakan peralatan kontrol (control
section) pada bagian belakang bak (channel). Peralatan kontrol ini dapat
mempertahankan kecepatan yang terkontrol di dalam bak terhadap perubahan
aliran.
Bak pemisah aerasi digunakan secara luas untuk memisahkan grit secara selektif .
bentuknya hampir sama dengan bak aerasi aliran spiral. Aliran spiral di dalam bak
didapatkan dengan cara mendifusi udara bertekanan ke dalam air. Kecepatan udara
diatur untuk mendapatkan kecepatan aliran dekat bak sedemikian rupa sehingga
cukup untuk mengendapkan pasir (grit) dengan berat jenis 2,5 dan diameter lebih
besar atau sama dengan 65 mesh (0,21 mm), dan umumnya digunakan untuk plant
dengan skala medium atau besar. Deskripsi kriteria desain grit chamber disajikan
dalam Tabel 3.5.
Fluktuasi debit limbah cair dapat dilihat dari pergerakan tinggi muka air yang
ditabung di dalam tangki. Tinggi muka air yang turun menunjukan bahwa aliran
effluent lebih besar dari aliran masuk (Qout<Qo). Prinsip pengadukan akan membuat
limbah cair memiliki karakteristik kualitatif limbah cair yang lebih seragam atau
homogen (Reynolds & Richards, 1996).
Berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam limbah cair, jika diaduk
secukupnya akan tercampur sehingga membentuk komposisi yang lebih seragam.
Pengadukan dibutuhkan gaya mekanik yang dapat memberikan turbulensi tinggi.
Semakin tinggi turbulensi maka proses penyeragaman karakteristik limbah cair
akan semakin cepat. Pengadukan dapat dilakukan secara hidrolis dan mekanis.
Metoda hidrolis yang sering digunakan adalah penghambatan aliran. Pencampuran
mekanik sering dilakukan dengan menggunakan mixer dan aerator (Reynolds &
Richards, 1996).
Unit ekualisasi merupakan suatu sistem yang sederhana dan pengendaliannya hanya
dilakukan melalui nilai debit effluent (Qout) agar selalu mencapai nilai Qout rata-rata.
Pada saat Qout>Qout rata-rata dan tinggi muka air semakin tinggi, maka harus
memperkecil bukaan katup sehingga Qout tetap konstan (Reynolds & Richards,
1996).
Keterangan:
Vsc = Volume cadangan hari x
Vsp = Volume cadangan hari x sebelumnya
Vic = Volume aliran hari x
Voc = Volume rata-rata
Keterangan:
Xoc = Konsentrasi COD di bak ekualisasi
Vic = Volume aliran (m3)
Xic = Konsentrasi COD rata-rata (mg/l)
Vsp = Volume cadangan hari sebelumnya (m3)
Xsp = Konsentrasi COD rata-rata sebelumnya (mg/l)
Keterangan:
Xo = Konsentrasi COD di bak ekualisasi
Qi = Debit rata-rata (m3/hari)
Waktu detensi
V (3. 9)
Waktu detensi (dt) =
Q
Keterangan:
V = Volume bak (m3)
Q = Debit rata-rata (m3/hari)
Memasukkan udara ke dalam air limbah adalah proses memasukkan udara atau
oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Apabila
nozzle diletakkan di tengah-tengah, maka akan meningkatkan kecepatan berkontak
gelembung udara tersebut dengan air limbah, sehingga proses pemberian oksigen
akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada bak
aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang dipompa ke
dalam air limbah oleh pompa tekan (Sugiharto, 1987).
Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen adalah cara mengontakkan
air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling-baling yang diletakkan pada
permukaan air limbah dengan melalui pemutaran baling-baling yang diletakkan
pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat
ke atas dan dengan terangkat muka air limbah akan mengakan kontak langsung
dengan udara sekitarnya (Sugiharto, 1987).
Jika kadar organik pada air limbah tinggi, diperlukan unit penyisihan secara biologi
karena pengolahan secara biologi dinilai sangat efektif dalam menyisihkan polutan
organik. Proses biologi yang digunakan bersifat pengolahan aerob, yaitu
pengolahan organik oleh mikroorganisme dalam suasana kaya akan oksigen
(Sugiharto, 1987)
Pada sistem lumpur aktif, waktu kontak bervariasi, yaitu antara 5 sampai 15 jam.
Resirkulasi lumpur akan bervariasi antara 25% sampai dengan 75%. Sedangkan
efisiensi penyisihan yang dihasilkan dari proses lumpur aktif berkisar antara 85%
sampai dengan 95%. Ada tiga kunci untuk mendesain proses lumpur aktif, yang
pertama adalah Hydraulic Residence Time (HRT) pada aeration tank yang
didefinisikan sebagai volume tangki dibagi dengan aliran masuk limbah, yang
kedua adalah Mean Residence Time (MRT) mikroorganisme dalam sistem yang
didefinisikan sebagai jumlah mikroorganisme pada sistem dibagi dengan
jumlah/hari limbah, serta yang ketiga adalah konsentrasi volumetrik pada aeration
tank (Tchobanoglous et al., 2003). Kriteria desain tangki aerasi dan mixer disajikan
dalam Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
Tabel 3. 7 Kriteria Desain Aeration Tank
No. Parameter Kriteria Desain Sumber
1. Umur Lumpur 4 – 15 hari (Eddy, 2003)
2. Volumetric Loading 0,8 – 2 kg/m3hari (Qasim, 1985)
3. Rasio food microorganism 0,2 – 0,6 kg/kg MLSS Hari (Qasim, 1985)
4. MLSS 3.000 – 6.000 mg/l (Qasim, 1985)
5. MLVSS 2.000 – 3.000 mg/l (Qasim, 1985)
6. Koefisien Resirkulasi 0,25 – 1 (Qasim, 1985)
(Tchobanoglous et al.,
7. Waktu Aerasi 15 – 30 menit
2003)
8. Koefisien Pertumbuhan 0,2 – 0,5 (Qasim, 1985)
9. Koefisien Kerusakan Sel 0,03 – 0,07 /hari (Qasim, 1985)
10. Kedalaman Tangki Aerasi 2,5 – 5 m (Qasim, 1985)
11. Konsentrasi O2 0,5 – 2 mg/l (Qasim, 1985)
12. Volume Udara 45 – 90 m3/kg BOD (Qasim, 1985)
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan unit aeration tank adalah sebagai
berikut.
Keterangan:
F/M = Rasio makanan dan mikroorganisme (/hr)
So = Konsentrasi BOD atau COD influent (mg/l)
Q = Debit air limbah yang masuk ke bak aerasi (m3/hari)
V = Volume bak aerasi (m3)
X = Konsentrasi volatile suspended solid (mg/l atau g/m3)
Keterangan:
Rasio Resirkulasi
r = Qr / Q (3. 12)
Keterangan:
r = rasio resirkulasi
Qr = Debit lumpur dari bak pengendap II yang diresirkulasi (m3/detik)
Q = Debit air limbah yang diolah (m3/detik)
Waktu proses/biodegradasi
θH = V / (Qin + Qr) (3. 13)
Keterangan:
θH = Waktu proses/biodegradasi (hari)
V = Volume bak aerasi (m3)
Qin = Debit air limbah yang masuk (m3/detik)
Qr = Debit lumpur yang di recycle (m3/detik)
Umur Lumpur
θc = (V × X) / (Qw × Xr) (3. 14)
Keterangan:
Θc = Umur lumpur (hari)
V = Volume bak aerasi (m3)
X = MLSS (mg/l)
Xr = MLSS pada lumpur yang di resirkulasi (mg/l)
Qw = Debit lumpur yang dibuang (m3/hari)
Waktu Detensi
Waktu detensi = V/Q (3. 15)
Keterangan:
V = Volume bak aerasi (m3)
Q = Debit air limbah yang masuk ke bak aerasi (m3/hari)
Volumetric Loading
VL = (Q × So) / V (3. 16)
Keterangan:
VL = Volumetric loading (kg BOD/m3.d)
Q = Debit air limbah yang masuk bak aerasi (m3/hari)
V = Volume bak aerasi (m3)
So = Konsentrasi substrat (mg BOD/L)
Produksi Lumpur
Px = Yobs × Q (So – S) / 1000 (3. 17)
Keterangan:
Px = Produksi lumpur (kg/hari)
Yobs = Koefisien yield observasi
Q = Debit air limbah yang masuk ke bak aerasi (m3/hari)
So = Konsentrasi BOD di influent (mg/l)
S = Konsentrasi BOD di effluent (mg/l)
Keterangan:
O2 = Kebutuhan O2 (kg/hari)
So = Konsentrasi BOD di influent (mg/l)
S = Konsentrasi BOD di effluent (mg/l)
Px = Produksi lumpur (kg/hari)
Q = Debit air limbah yang diolah (m3/hari)
F = Faktor konversi BOD5 ke BODu (0,68)
sesuai dengan %removal yang tercantum dalam Tabel 3.10. Perhitungan efektivitas
tersebut dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut (Sinantrya, 2018).
IPAL ini tidak dilengkapi dengan flow meter di inlet, yang berarti tidak ada alat
pengontrol debit air limbah harian. Apabila debit tidak terkontrol dan melebihi
kapasitas IPAL, maka hal ini akan mempengaruhi kinerja pengolahan limbah yang
menjadi lebih berat.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui debit air limbah
yang masuk ke IPAL. Seperti pengukuran manual. Pelaksanaan dari metode ini
dengan menggunakan wadah/ember yang diketahui volumenya dan alat pengukur
waktu. Akan tetapi, kondisi eksisiting tidak memungkinkan untuk dilakukan
perhitungan debit secara manual. Hal ini disebabkan karena konstruksi bangunan
sumur pengumpul yang berada di bawah tanah. Maka dari itu, debit air limbah
kawasan industri berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT EJIP. Debit air
limbah yang direncanakan dalam desain adalah 14.000 m3/hari dan debit aktual saat
IPAL beroperasi adalah 7.000 m3/hari (PT EJIP, 2020b). Debit tersebut masih
sesuai dengan kapasitas yang direncanakan.
Hasil pengujian pada bulan April – Juni tahun 2020 tercantum dalam Tabel 2.10.
Dari data hasil uji kualitas influent menunjukkan terdapat parameter kualitas air
67
Institut Teknologi Nasional
68
limbah yang melebihi standar EJIP. Parameter tersebut adalah sulfida pada bulan
April dan Juni 2020.
Selain itu sulfida juga dapat dihasilkan dari pembentukan hasil reaksi kimia yang
melibatkan bahan-bahan yang digunakan dalam proses elektronic manufacture dan
industri otomotif. Sumber sulfida dari industri otomotif dapat berasal dari tahap
pelapisan yang menggunakan bahan kimia yang mengandung sulfur (Andayani,
2018). Sedangkan sumber sulfida pada industri electronic manufacture dapat
ditemukan dalam kegiatan berikut (Azie, 2022).
Air limbah kemudian diproses di IPAL. Sebelum dibuang menuju badan air,
kualitas hasil pengolahan harus memenuhi standar baku mutu. Data pengujian
kualitas effluent IPAL dari bulan April – Juni tahun 2020 tercantum dalam Tabel
2.11. Berdasarkan data tersebut, setiap parameter sudah memenuhi standar baku
mutu dalam Permen LH No. 3 Tahun 2010.
Pengujian parameter nikel di titik inlet tidak dilakukan karena sudah dipantau
melalui pengujian sampel air limbah masing-masing tenant setiap bulannya.
Pengujian parameter nikel di titik outlet dilakukan untuk memantau dan
memvalidasi kualitas effluent IPAL aman dibuang setiap hari. Data pengujian
harian IPAL dari bulan April – Juni tahun 2020 tercantum dalam Tabel 4.1 sampai
Tabel 4.3. Berikut adalah tujuan dilakukannya pemantauan harian IPAL (Tarigan,
2019).
• Mengawasi kinerja sistem secara teratur, sehingga operator dapat
memeriksa kinerja unit pengolahan dan mengidentifikasi apabila terjadi
masalah teknis, dan melakukan langkah perbaikan.
• Memastikan bahwa IPAL memenuhi persyaratan baku mutu dan memonitor
perubahan dalam kualitas air limbah.
• Mendeteksi fluktuasi yang tidak normal dalam parameter pengolahan,
penurunan efisiensi proses, atau perubahan kondisi yang dapat
mengindikasikan gangguan dalam operasi IPAL.
Kualitas effluent akan bergantung pada kinerja IPAL dalam menyisihkan zat
pencemar. Salah satu cara untuk menilai hal tersebut adalah dengan menggunakan
standar perhitungan efektivitas. Efektivitas yang dimaksud adalah seberapa besar
realisasi penurunan setiap parameter dibandingkan dengan target yang perlu
dicapai. Penurunan setiap parameter ini harus disesuaikan dengan standar baku
mutu limbah cair untuk kawasan industri.
COD, BOD, dan NH3-N. Parameter pH tidak dihitung. Menurut Mahendra (2019),
pH merupakan besaran fisis untuk menyatakan derajat keasaman, sehingga
perhitungan efektivitas tidak dapat dilakukan. Data yang digunakan untuk
perhitungan persentase efektivitas adalah data rata-rata setiap bulan selama 3 bulan
terakhir sejak pelaksanaan kerja praktik.
4.2.1 pH
Alat pengukur pH elektronik yang digunakan di laboratorium EJIP adalah pH
meter. Berdasarkan hasil pengukuran pada influent IPAL, sampel air limbah
memiliki nilai pH yang berbeda-beda berkisar antara 6,84 – 7,66. Perbandingan
hasil nilai pengukuran pH dengan standar baku mutu disajikan pada Gambar 4.1
sampai 4.3. Kadar pH setelah pengolahan yang diuji pada titik effluent IPAL
berkisar antara 6,75 – 7,57. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar pH limbah
cair pada outlet IPAL PT EJIP telah memenuhi persyaratan baku mutu dengan nilai
pH yang ditetapkan 6-9. Jika nilai pH tidak memenuhi standar baku mutu, maka
diperlukan pengolahan khusus di dalam proses IPAL, yaitu dengan injeksi bahan
kimia H2SO4 dan NaOH. Jika influent terlalu basa dan melebihi standar baku mutu
maka akan dilakukan injeksi H2SO4 untuk menyeimbangkan. Sedangkan bila
terlalu asam dan melebihi standar, maka akan dilakukan injeksi NaOH. Hal ini
menjaga agar pH dalam rentang baku mutu sehingga air limbah dapat diolah dengan
baik dan dapat dialirkan ke badan air (PT EJIP, 2020c).
71
Institut Teknologi Nasional
Tabel 4. 2 Data Kualitas Harian IPAL Periode Mei Tahun 2020
Inlet Outlet
Keterangan:
Melebihi Baku Mutu
72
Institut Teknologi Nasional
Tabel 4. 3 Data Kualitas Harian IPAL Periode Juni Tahun 2020
Inlet Outlet
Keterangan:
Melebihi Baku Mutu
73
Institut Teknologi Nasional
74
9,00
8,00
pH
7,00
6,00
5,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
pH Inlet pH Outlet
Baku Mutu Maksimal Permen LH No. 3 Tahun 2010 Baku Mutu Minimal Permen LH No. 3 Tahun 2010
9,00
8,00
pH
7,00
6,00
5,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
pH Inlet pH Outlet
Baku Mutu Maksimal Permen LH No. 3 Tahun 2010 Baku Mutu Minimal Permen LH No. 3 Tahun 2010
9,00
8,00
pH
7,00
6,00
5,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
pH Inlet pH Outlet
Baku Mutu Maksimal Permen LH No. 3 Tahun 2010 Baku Mutu Minimal Permen LH No. 3 Tahun 2010
4.2.2 TSS
Proses untuk menyisihkan padatan tersuspensi dalam air limbah ini terjadi pada unit
sand settling basin, aeration tank, dan final settling basin. Dengan pengolahan
sistem lumpur aktif sebagian besar polutan organik yang ada di dalam influent air
limbah akan diuraikan secara biologis di dalam bak aerasi (PT Ebara Indonesia,
1992). Effluent dari bak aerasi selanjutnya dialirkan ke final settling basin. Di dalam
unit tersebut lumpur aktif diendapkan atau dipisahkan dari air limbah yang telah
diolah. Air jernih yang ada di bagian atas bak pengendap (supernatant) merupakan
air olahan yang dikumpulkan pada treated water tank (outlet) sebelum dibuang
menuju badan air.
400,00
TSS (mg/l)
300,00
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tanggal
TSS Inlet TSS Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
400,00
TSS (mg/l)
300,00
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
TSS Inlet TSS Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
400,00
300,00
TSS (mg/l)
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
TSS Inlet TSS Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
Perbandingan hasil nilai pengukuran TSS dengan standar baku mutu disajikan pada
Gambar 4.4 sampai 4.6. Berdasarkan hasil pengukuran harian rata-rata nilai TSS
selama periode Mei – Juni sebelum pengolahan adalah 59,72 mg/l. Setelah
dilakukan pengolahan mengalami penurunan menjadi < 15 mg/l. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa parameter TSS limbah cair pada outlet IPAL telah memenuhi
persyaratan baku mutu air limbah kawasan industri dengan nilai TSS yang diizinkan
150 mg/l.
Kinerja IPAL dalam menyisihkan parameter TSS dapat dinilai dari efektivitas.
Persamaan yang digunakan tertera dalam Persamaan 3.40. Hasil perhitungan
efektivitas penyisihan parameter TSS dapat dilihat di Gambar 4.7 berikut.
89,00%
88,00%
87,00%
86,00%
85,00%
April Mei Juni
TSS 90,35% 91,06% 87,18%
Berikut adalah contoh perhitungan efektivitas penyisihan TSS pada bulan April.
Diketahui:
Rata-rata TSS influent (in) = 63,20 mg/l
Rata-rata TSS effluent (ef) = 6,10 mg/l
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai efektivitas penyisihan TSS menurun
pada bulan Juni yang menandakan kinerja IPAL dalam mengolah TSS juga
menurun. Hal ini dapat disebabkan karena curah hujan yang lebih tinggi jika
dibandingkan pada bulan April dan Mei. Data curah Kabupaten Bekasi disajikan
dalam Tabel 4.4.
Menurut Effendi (2003), kandungan TSS terdiri dari pasir halus, lumpur, serta jasa
renik yang terutama disebabkan oleh terjadinya kikisan tanah, yang terbawa masuk
air ke badan air. Kondisi ini sesuai dengan kondisi eksisting IPAL yang terbuka
tanpa atap, unit equalization basin dikelilingi pepohonan dan tanggul tanah
(Gambar 4.8). Unit ini juga terletak di bawah sehingga air limpasan di sekitar bak
dapat mengalir menuju equalization basin ketika hujan.
Rata-rata efektivitas IPAL dalam menyisihkan TSS dalam 3 bulan tersebut adalah
89,53%. Nilai tersebut diklasifikasikan sangat efektif (Tabel 3.10).
4.2.3 COD
COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi materi
organik dengan oksidasi secara kimia. Air limbah yang masuk melalui inlet
ditampung pada unit equalization basin untuk menyeragamkan kuantitas dan
kualitas yang berfluktuasi, sehingga air limbah memiliki karakteristik yang
homogen. Penguraian senyawa organik selanjutnya terjadi pada tahapan biological
treatment pada aeration tank. Pada tahap ini air limbah diuraikan secara biologi
menggunakan mikroorganisme. Proses penguraian senyawa organik menggunakan
sistem aerobik, sehingga dibutuhkan supply oksigen untuk kebutuhan
mikroorganisme pengurai. Air limbah hasil pengolahan lumpur aktif selanjutnya
dialirkan menuju final settling basin untuk proses pengendapan. Lumpur endapan
yang berada di lapisan bawah bak dipompakan menuju slurry tank dan sebagian
kembali menuju aeration tank.
Perbandingan hasil nilai pengukuran COD dengan standar baku mutu disajikan
pada Gambar 4.9 sampai 4.11. Parameter COD pada air limbah tenant memiliki
nilai yang lebih rendah dibandingkan standar baku mutu EJIP. Nilai tersebut
diperoleh dari hasil pengukuran harian pada titik inlet. Nilai rata-rata parameter
COD selama periode April – Juni adalah 153,95 mg/l. Setelah pengolahan,
parameter COD mengalami penurunan, nilai rata-rata parameter COD pada titik
outlet adalah 16,38 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran ini, kadar COD air limbah
hasil olahan IPAL telah di bawah baku mutu yang diizinkan, yaitu 100 mg/l.
Berikut adalah contoh perhitungan efektivitas penyisihan COD pada bulan April.
Diketahui:
Rata-rata COD influent (in) = 135,18 mg/l
Rata-rata COD effluent (ef) = 15,28 mg/l
η = 88,69%
Dari grafik (Gambar 4.12) dapat dilihat bahwa nilai efektivitas penyisihan COD
terendah pada bulan April yang menandakan kinerja IPAL dalam mengolah COD
juga menurun. Rata-rata efektivitas IPAL dalam menyisihkan COD dalam 3 bulan
tersebut adalah 89,42%. Nilai tersebut diklasifikasikan sangat efektif (Tabel 3.10).
4.2.4 BOD
Perbandingan hasil nilai pengukuran COD dengan standar baku mutu disajikan
pada Gambar 4.13 sampai Gambar 4.15. Berdasarkan hasil pengukuran parameter
BOD, didapatkan nilai yang bervariasi pada air limbah baik pada titik inlet maupun
outlet. Nilai rata-rata BOD pada inlet adalah 42,81 mg/l. Nilai ini lebih rendah jika
600,00
COD (mg/l)
400,00
200,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
COD Inlet COD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
600,00
400,00
COD (mg/l)
200,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
COD Inlet COD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
600,00
COD (mg/l)
400,00
200,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
COD Inlet COD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
400,00
300,00
BOD (mg/l)
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
BOD Inlet BOD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
400,00
300,00
BOD (mg/l)
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
BOD Inlet BOD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
400,00
300,00
BOD (mg/l)
200,00
100,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
BOD Inlet BOD Outlet
Baku Mutu Estate Regulation EJIP (Inlet) Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 (Outlet)
Berikut adalah contoh perhitungan efektivitas penyisihan BOD pada bulan April.
Diketahui:
Rata-rata BOD influent (in) = 29,76 mg/l
Rata-rata BOD effluent (ef) = 6,10 mg/l
Penyelesaian (Persamaan 3. 23)
In - Ef
η= × 100%
In
29,76 mg/l - 6,10 mg/l
η= × 100%
29,76 mg/l
η = 79,52%
Dari grafik (Gambar 4.16) dapat dilihat bahwa nilai efektivitas penyisihan BOD
terendah pada bulan April yang menandakan kinerja IPAL dalam mengolah BOD
juga menurun. Rata-rata efektivitas IPAL dalam menyisihkan BOD dalam 3 bulan
tersebut adalah 82,99%. Nilai tersebut diklasifikasikan sangat efektif (Tabel 3.10).
4.2.5 NH3
Berdasarkan grafik (Gambar 4.17 sampai 4.19), dapat diketahui bahwa konsentrasi
ammonia pada effluent air limbah aman karena berada di bawah baku mutu
lingkungan. Berdasarkan data hasil pengukuran harian, ammonia di effluent IPAL
berada dalam rentang 3,23 – 0,01 mg/l, dengan baku mutu 20 mg/l.
Keberadaan ammonia dalam air limbah ini dapat berasal dari industri tekstil karena
proses pemberian warna yang menggunakan bahan kimia dan air sebagai pelarut.
Menurut Jayaning Ratri & Argoto Mahayana (2022), air limbah dari industri tekstil
memiliki kandungan zat organik dan anorganik yang tinggi. Zat organik dalam
limbah cair tekstil ini berasal dari zat pewarna yang digunakan. Proses dekomposisi
kadar zat organik dan anorganik dalam air limbah tekstil akan menghasilkan produk
sampingan senyawa ammonia.
Diketahui:
Rata-rata NH3 influent (in) = 16,02 mg/l
Rata-rata NH3 effluent (ef) = 0,13 mg/l
Penyelesaian (Persamaan 3. 23)
In - Ef
η= × 100%
In
16,02 mg/l - 0,13 mg/l
η= × 100%
16,02 mg/l
η = 99,2%
15,00
10,00
5,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
NH3 Outlet Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 NH3 Inlet
15,00
10,00
5,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
NH3 Outlet Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 NH3 Inlet
30,00
25,00
NH3(Mg\l)
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tanggal
NH3 Outlet Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 NH3 Inlet
Efektivitas Penyisihan NH 3
100,0%
99,0%
98,0%
Efektivitas (%)
97,0%
96,0%
95,0%
94,0%
93,0%
92,0%
91,0%
April Mei Juni
NH3 99,2% 94,3% 98,4%
Dari grafik (Gambar 4.20) dapat dilihat bahwa nilai efektivitas penyisihan NH3
terendah pada bulan Mei yang menandakan kinerja IPAL dalam mengolah NH3
juga menurun. Rata-rata efektivitas IPAL dalam menyisihkan NH3 dalam 3 bulan
tersebut adalah 97,36%. Nilai tersebut diklasifikasikan sangat efektif (Tabel 3.10).
4.2.6 Nikel
Air limbah yang dihasilkan dari proses industri berpotensi mengandung logam berat
yang tinggi. Logam berat pada air limbah dapat berasal dari bahan baku ataupun
media tambahan dalam berbagai jenis industri (Wathoni dkk., 2021). Logam berat
yang terdapat dalam air limbah salah satunya adalah logam nikel. Logam nikel
terdapat dalam berbagai produk untuk sektor industri. Penggunaan nikel yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan cemaran apabila melebihi ambang batas, sehingga
membahayakan lingkungan. Air limbah yang mengandung nikel memiliki ciri fisik
berwarna coklat kehitaman dan berbau busuk (Nugroho dkk., 2022).
0,20
0,10
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 Nikel Outlet
0,20
0,10
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Tanggal
Baku Mutu Permen LH No. 3 Tahun 2010 Nikel Outlet
0,60
Parameter Nikel Juni 2020
0,50
lainnya. Analisis dimensi dilakukan pada unit ini dan diperoleh hasil pada Tabel
4.6. Berikut adalah perhitungan untuk penyesuaian dimensi berdasarkan kriteria
desain.
Diketahui:
Panjang (P) = 9 m
Lebar (L) = 1,5 m
Penyelesaian:
Panjang 9m 6
Rasio = = =
Lebar 1,5 m 1
Hasil perhitungan rasio panjang dan lebar tidak sesuai dengan kriteria desain.
Supaya memenuhi kriteria dapat dilakukan modifikasi dengan merubah panjang
bak.
Diketahui:
Rasio kriteria P : L = 5 : 1
Lebar = 1,5 m
Penyelesaian:
Panjang = 5 × Lebar
= 5 × 1,5 m
= 7,5 m
Tabel 4. 5 Hasil Analisis Bar Screen
Kondisi
Parameter Kriteria Desain*) Satuan Keterangan
Eksisting
Lebar penampang batang
4–8 5 mm Memenuhi
(mm)
Tebal penampang batang
25 – 50 40 mm Memenuhi
(mm)
Jarak antar batang (mm) 25 – 75 25 mm Memenuhi
Slope dari vertical (°) 45 – 60 45 ° Memenuhi
Kecepatan melalui celah Tidak ada
0,3 – 0,6 - m/detik
(m/detik) data
Kehilangan tekan melalui Tidak ada
150 - mm
celah (mm) data
Sumber: Hasil Analisis, 2020
*)
(Eddy, 2003)
Panjang = 2 × Lebar
= 2 × 8,54 m
= 17,08 m
Hasil analisis disajikan dalam Tabel 4.7.
a. F/M Rasio
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, F/M rasio bak aerasi adalah 0,9
kg BOD/kg/MLSS/hari. Menurut Said (2017), untuk pengolahan air limbah
dengan sistem lumpur aktif konvensional, rasio F/M adalah 0,2 - 0,5 kg
BOD/kg MLSS/hari. Jika menggunakan oksigen murni angka rasio ini dapat
lebih tinggi hingga 1,5.
b. MLSS
Pengukuran MLSS (Gambar 4.25) dilakukan setiap hari menggunakan
MLSS meter. Nilai yang diperoleh adalah 2.825 mg/l. Nilai yang diperoleh
telah sesuai dengan kriteria desain.
d. Umur Lumpur
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh umur lumpur adalah 25 hari. Hal
ini tidak sesuai dengan kriteria desain, yaitu selama 4 – 15 hari. Jika umur
lumpur > 15 hari, maka partikel flok menjadi kecil dan fraksi kehidupan sel
dalam biomassa menjadi rendah (Said, 2017). Umur lumpur yang terlalu tua
akan mengganggu kinerja bak pengendap akhir karena menyebabkan
bakteri berfilamen di permukaan air.
e. Waktu detensi
Sebelum menghitung waktu detensi, perlu diketahui dahulu volume bak.
Berikut adalah perhitungan waktu detensi unit aerasi.
Diketahui:
Panjang = 42 m
Lebar = 22 m
Kedalaman = 3,7 m
Jumlah unit = 2 unit
Debit = 7.000 m3/hari = 291,67 m3/jam = 4,87 m3/menit
Penyelesaian (Persamaan 3.15):
Volume = (P × L × T) × 2
= 42 m × 22 m × 3,7 m × 2 unit
= 6.837,6 m3
Volume
Waktu detensi =
Debit
6.837, 6 m3
=
291,67 m3 /jam
= 23,45 jam
Nilai waktu detensi unit tangki aerasi telah memenuhi kriteria desain yang
ada, yaitu berkisar 15 – 30 jam.
Diketahui:
Diameter = 20 m
Kedalaman = 2,9 m
Debit = 7.000 m3/hari = 291,67 m3/jam
Penyelesaian:
Luas permukaan = π × r2 (Persamaan 3.19)
= 3,14 × (10 m)2
= 314 m2
Debit
Cek Over Flow Rate = (Persamaan 3.21)
Luas permukaan
7000 m3 /hari
=
314 m2
= 22.29 m3/m2.hari
Volume
Cek waktu detensi = (Persamaan 3.22)
Debit
910,6 m3
=
291,67 m3 /jam
= 3,12 jam
Tabel 4. 9 Hasil Analisis Final Settling Basin
Kondisi
Parameter Kriteria Desain*) Satuan Keterangan
Eksisting
Over Flow Rate 15 – 40 22,29 m3/m2.hari Memenuhi
Kedalaman 3,5 – 5 2,90 m Memenuhi
Solid Loading 50 – 150 - m Tidak ada data
Waktu Detensi 2–6 3,12 jam Memenuhi
Weir Loading Rate 124 - m3/m.hari Tidak ada data
Sumber: Hasil Analisis, 2020
*)
(Eddy, 2003)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam laporan kerja praktik tentang
evaluasi IPAL di PT EJIP dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Sumber air limbah yang diolah pada IPAL berasal dari tenant yang berada
di kawasan industri milik PT EJIP dengan jumlah 89 tenant. Tenant yang
dilayani, sebagian besar bergerak dalam industri electronic manufacture,
machine and tools, automotive manufacture, dan textile.
2. Proses pengolahan pada IPAL milik PT EJIP terdiri dari pengolahan primer,
pengolahan sekunder dengan proses biologi, dan pengeringan lumpur
dengan tekanan. Kapasitas desain IPAL 14.000 m3/hari dan debit aktual
rata-rata influent IPAL adalah 7.000 m3/hari.
3. Evaluasi terhadap kualitas influent IPAL, terdapat parameter yang tidak
memenuhi baku mutu estate regulation, yaitu parameter sulfida.
Sedangkan, kualitas effluent IPAL telah memenuhi baku mutu Permen LH
No. 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.
4. Evaluasi efektivitas removal penyisihan parameter pencemar TSS
(89,53%), COD (89,42%), NH3 (97,36%) dan BOD (82,99%) terklasifikasi
sangat efektif.
5. Evaluasi unit IPAL dilakukan pada unit sand separation basin
(menyesuaikan rasio dimensi bak), mechanical fine screen (perbaikan unit),
dan equalization basin (menyesuaikan dimensi bak dengan kriteria desain).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama kerja praktik, maka saran yang dapat
direkomendasikan adalah sebagai berikut.
1. Perawatan unit pengolahan dilakukan secara berkala untuk menjaga kinerja
unit pengolahan dan mencegah agar tidak terjadi kerusakan.
2. Menambahkan alat ukur debit digital serta melakukan pengujian parameter
TSS dalam air limbah di titik inlet dan outlet aeration tank. Sehingga rasio
F/M dan umur lumpur dapat dipantau setiap hari.
96
Institut Teknologi Nasional
97
97
Institut Teknologi Nasional
6 DAFTAR PUSTAKA
Andayani, A. (2018). Pabrik Asam Sulfat (H2SO4) dari Gas Hidrogen Sulfida
(H2S) Dengan Proses Kontak Double Absorber [Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya]. In SKRIPSI Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
https://repository.its.ac.id/57066/1/PABRIK H2SO4 DARI H2S.pdf
Angkat, M. A., Pasya, M. H., & Gani, A. (2011). Penghilangan Senyawa Hidrogen
Sulfida (H2S) Pada Biogas Menggunakan Kompos. Inovasi Ramah
Lingkungan, 116(3), 156–161.
Anwari, F., Muslim, R., & Mirwan, A. (2011). Studi Penurunan Kadar BOD, COD
TSS dan pH Limbah Pabrik Tahu Menggunakan Metode Aerasi Bertingkat.
Prestasi. Jurnal Prestasi, 1(1).
Azie, K. F. (2022). Verifikasi Metode Pengujiann Sulfida dalam Air Limbah Secara
Iodometri di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. In Universitas
Islam Indonesia. Program Studi Diploma III Analisis Kimia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. (2021). Kabupaten Bekasi Dalam Angka
2021. In BPS Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius.
Ertek, B., Vu, D. L., Cervenka, L., & Dilgin, Y. (2012). Flow Injection
Amperometric Detection of Sulfide Using a Prussian Blue Flow Injection
98
Institut Teknologi Nasional
99
Hanny Aryantie, M., Unon Purwati, S., H Harianja, A., & Yusup Hidayat, M.
(2018). The Effect of Demonstration Site Station on Decreasing of
Household’s Wastewater Concentration Around Ciliwung River. Jurnal
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 15(2), 149–163.
https://doi.org/10.20886/jpsek.2018.15.2.149-163
Istarani, F., & Pandebesie, E. (2014). Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd)
terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. 3(1), 1–6.
Jayaning Ratri, S., & Argoto Mahayana. (2022). Analisis Kadar Total Suspended
Solid (TSS) dan Amonia (NH3-N) Pada Limbah Cair Tekstil. Jurnal Kimia
Dan Rekayasa, 3(1), 1–10. http://kireka.setiabudi.ac.id
Mahendra, I. (2019). Analisis Efisiensi Removal Kadar pH, Krom, dan Ammonia
dalam Pengolahan Limbah Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Metode
Elektro Fenton. Universitas Brawijaya.
Nugroho, Y. B., Yulistyorini, A., & Mujiyono. (2022). Evaluasi Kinerja Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT Wahana Kreasi Hasil Kencana (WKHK)
Tangerang. Jurnal Teknologi Lingkungan Lingkungan, 23(2), 172–179.
https://doi.org/https://doi.org/10.29122/jtl.v23i2.5108
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P68 Tahun. (2016).
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 (pp. 10–27).
Prasetia, A., & Walukow, A. F. (2021). Analisis mutu air Danau Area Gelanggang
Expo dengan Metode Indeks Pencemaran di Kota Jayapura. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 8(1), 42. https://doi.org/10.31258/dli.8.1.p.42-47
Sari, A. P., & Yuniarto, A. (2016). Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) industri Agar-agar. IPTEK, 72, 174–182.
https://doi.org/10.12962/j23373539.v5i2.17094
Ulliaji, A., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2016). Efeketivitas Variasi Dosis Kaporit
dalam Menurunkan Kadar Amoniak Limbah Cair Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang. 4, 1–23.
Wathoni, A. Z., Pratiwi, A. I., & Suci, F. C. (2021). Penurunan Kadar Logam Berat
Nikel Limbah Cair Industri Pada Pengolahan Air Limbah Industri Di
Karawang. Journal of Industrial Process and Chemical Engineering
(JOICHE), 1(2), 40–45. https://doi.org/10.31284/j.joiche.2021.v1i2.2440
Lampiran 1
Tabel 1 Daftar Tenant dan Jenis Industri di Kawasan PT EJIP
No Tenant Jenis Industri
103
Institut Teknologi Nasional
104
Keterangan:
P = Penanya (Nandra)
N = Narasumber (Farras, S.KL.)
106
Institut Teknologi Nasional
107
Bagian engineering tanggung jawabnya perihal teknis operasional. Kalau ada permasalahan
alat, kerusakan jalan dalam kawasan, perpipaan atau saluran air yang bocor, itu semua
bagian engineering. CS tugasnya melayani keluhan dari tenant kemudian menyampaikan ke
N: department yang bersangkutan supaya ditindak lanjut. kalau Watec tanggung jawabnya
lebih ke lingkungan kawasan industri. Mengawasi tenant supaya tidak mencemari
lingkungan, mengolah air bersih untuk kebutuhan tenant, manajemen air limbah, dan
menindaklanjut ketika terjadi pencemaran di area kawasan industri EJIP.
P: Terima kasih ya bu Farras penjelasannya.
Keterangan:
P = Penanya (Nandra)
N = Narasumber (Farras, S.KL.)
108
Institut Teknologi Nasional
Lampiran 4
Transkip Wawancara dengan Farras, S.KL.
Staff Health, Safety, and Environment, Watec Department, PT EJIP
Wawancara Sesi 3: Mengetahui Kepegawaian
Tempat: Kantor Watec Department, PT EJIP
Waktu: Selasa, 20 Oktober 2020. Pukul 11.00 – 12.00 WIB
Keterangan:
P = Penanya (Nandra)
N = Narasumber (Farras, S.KL.)
109
Institut Teknologi Nasional
Lampiran 5
Data Kualitas Inlet dan Outlet IPAL Hasil Pengujian Lab PJT II
110
Institut Teknologi Nasional
111
116
Institut Teknologi Nasional
117