Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STUDI KASUS BANJIR ROB


HIDROLOGI LINGKUNGAN TL-A

“ANALISIS PENYEBAB BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR


STUDI KASUS: JAKARTA UTARA, SEMARANG TIMUR,
KABUPATEN BREBES, PEKALONGAN”

OLEH :

IHWANDA SAPUTRA (2010943021)


SHERLI FEBIOLA (2110941005)
DHANIL (2110941014)
ROFIQ FIQRI (2110941026)

DOSEN PENGAMPU :
ANSIHA NUR, S.T., M.T

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
STUDI KASUS | 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................4

DAFTAR TABEL............................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................6

1.1 Latar Belakang................................................................................6

1.2 Maksud dan Tujuan.........................................................................6

1.2.1 Maksud Penulisan.................................................................6

1.2.2 Tujuan Penulisan...................................................................6

1.3 Prosedur Penelitian.........................................................................7

1.4 Ruang Lingkup................................................................................7

1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................9

2.1 Umum.............................................................................................9

2.2 Timbulan Sampah...........................................................................9

2.3 Komposisi Sampah.........................................................................10

2.4 Karakteristik Sampah......................................................................10

2.5 Pengolahan Sampah........................................................................10

BAB III STUDI KASUS.................................................................................12

3.1 Tata Cara Sampling dan Analisis....................................................12

3.2 Timbulan Sampah...........................................................................13

3.3 Komposisi Sampah.........................................................................13

3.4 Karakteristik Sampah......................................................................14

3.4.1 Karakteristik Fisik Sampah...................................................14

3.4.2 Karakteristik Kimia Sampah.................................................14


STUDI KASUS | 2
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................16

4.1 Data.................................................................................................16

4.1.1 Timbulan Sampah.................................................................16

4.1.2 Komposisi Sampah...............................................................16

4.1.3 Karakteristik Sampah............................................................18

4.1.3.1 Karakteristik Fisik Sampah......................................18

4.1.3.2 Karakteristik Kimia Sampah....................................18

4.1.3.2.1 Kadar Air Sampah.....................................19

4.1.3.2.2 Kadar Volatil Sampah................................19

4.1.3.2.3 Kadar Abu Sampah....................................19

4.2 Pembahasan.....................................................................................20

4.2.1 Timbulan Sampah.................................................................20

4.2.2 Komposisi Sampah...............................................................20

4.2.3 Karakteristik Sampah............................................................21

4.2.3.1 Karakteristik Fisik Sampah......................................21

4.2.3.2 Karakteristik Kimia Sampah....................................21

4.2.3.2.1 Kadar Air Sampah.....................................21

4.2.3.2.2 Kadar Volatil Sampah................................22

4.2.3.2.3 Kadar Abu Sampah....................................22

BAB V PENUTUP...........................................................................................23

5.1 Kesimpulan.....................................................................................23

5.2 Saran...............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24

STUDI KASUS | 3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Sampah Domestik di Kota


Bukittinggi.....................................................................................

Gambar 2. Timbulan Sampah Domestik Kota Bukittinggi Berdasarkan


Musim dan Tingkat Pendapatan dalam Satuan Volume.................

Gambar 3. Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi Berdasarkan


Musim............................................................................................

Gambar 4. Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi Berdasarkan


Tingkat Pendapatan........................................................................

Gambar 5. Analisis Perkiraan Sampah Domestik Kota Bukittinggi pada


Musim Kemarau............................................................................

Gambar 6. Analisis Perkiraan Sampah Domestik Kota Bukittinggi pada


Musim Hujan.................................................................................

STUDI KASUS | 4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Timbulan Sampah Domestik Kota Bukittinggi...................................16

Tabel 2. Komposisi Sampah Domestik Kota Bukittinggi.................................16

Tabel 3. Komposisi Sampah Organik Domestik Kota Bukittinggi...................17

Tabel 4. Komposisi Sampah Anorganik Domestik Kota Bukittinggi...............17

Tabel 5. Faktor Pemadatan Sampah Domestik Kota Bukittinggi.....................18

Tabel 6. Berat Jenis Sampah Domestik Kota Bukittinggi................................18

Tabel 7. Kadar Air Sampah Domestik Kota Bukittinggi..................................19

Tabel 8. Kadar Volatil Sampah Domestik Kota Bukittinggi.............................19

Tabel 9. Kadar Abu Sampah Sampah Domestik Kota Bukittinggi...................19

STUDI KASUS | 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia sangat mempengaruhi perkembangan


kota. Hal ini mempengaruhi permintaan akan kebutuhan lahan sebagai kawasan
pemukiman, pendidikan, industri hingga perdagangan dan jasa. Meningkatnya
permintaan terhadap hal tersebut juga mempengaruhi permintaan air baku tanah.
Permintaan air baku tanah terus menerus meningkat khususnya di kota-kota besar,
hal ini sangat memungkinkan terjadinya over pumpage pada air baku tanah
(Chandra, 2013: 25). Over pumpage pada air baku tanah menyebabkan adanya
rongga pada lapisan akuifer yang jika terus menerus diabaikan akan menyebabkan
penurunan muka tanah (Maghfira, 2018).

Penurunan muka tanah yang terus menerus terjadi akan menyebabkan naik nya air
laut ke daratan saat terjadi pasang. Naik nya air laut ke daratan diartikan sebagai
genangan banjir rob. Genangan banjir rob ini juga dipengaruhi oleh permukaan air
laut yang lebih tinggi dari permukaan tanah (Pryambodo dkk. 2017: 151).
Genangan rob dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas umum, kekurangan
air bersih, mengganggu transportasi umum, bahkan dapat menenggelamkan rumah
dan kawasan terdampak. Apabila genangan rob yang disebabkan oleh land
subsidence tidak ditangani oleh pemerintah dan masyarakat setempat, maka
luasan dari wilayah terdampak akan semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke
tahun. Hal ini memperlihatkan betapa pentingnya data dan informasi terkait
luasan dan kawasan terdampak genangan banjir rob sebagai dasar untuk
menanggulangi permasalahan banjir rob (Shidik, 2019).

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Penulisan

Maksud dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi syarat tugas studi kasus
mata kuliah Hidrologi Lingkungan.

STUDI KASUS | 6
1.2.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab banjir rob
yang marak terjadi di kawasan perkotaan yang berada di pesisir. Penelitian ini
menggunakan pendekatan dengan metode deskriptif yang bersifat ekplorasi, yaitu
dengan menggambarkan permasalahan hingga analisis dan solusi dari beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan yang berkaitan dengan landsubsidence
dan banjir rob.

1.3 Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan berupa kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur


studi. Metode deskriptif ini digunakan untuk memberi gambaran dengan
penjabaran kondisi mengenai wilayah yang terdampak genangan banjir rob.
Pendekatan literatur studi digunakan untuk melakukan kajian dengan
menggunakan minimal 4 studi kasus yaitu di Jakarta Utara, Semarang,
Pekalongan dan Brebes.

1.4 Ruang Lingkup

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, prosedur penelitian, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang referensi dalam pembuatan makalah dan acuan lainnya yang
berhubungan dengan banjir rob.

BAB III STUDI KASUS

Berisi tentang penjabaran dan informasi yang didapatkan dari studi kasus banjir
rob.

STUDI KASUS | 7
BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang data dan hasil yang didapat serta pembahasan mengenai bagaimana
hasil studi kasus.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang bisa ditarik dari studi kasus dan saran yang bisa
diberikan setelah melakukan studi kasus tersebut.

STUDI KASUS | 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir ROB

Banjir rob adalah banjir akibat muka air laut sama dengan atau bahkan melebihi
tinggi elevasinya terhadap suatu daerah, sehingga pada waktu pasang terjadi
genangan, baik di aliran sungai maupun pada daerah rendah. Dibeberapa bagian
daerah memiliki beberapa daerah yang rawan terhadap rob, karena rata-rata
ketinggian muka air tanahnya tidak berbeda jauh dengan permukaan air laut.
Genangan ini tidak hanya terjadi pada saat musim hujan, melainkan juga terjadi
pada saat tidak turun hujan yaitu akibat rob atau pasang air laut. Air pasang
tersebut dapat menggenang akibat adanya kontak dengan daratan melalui sungai
atau saluran yang bermuara ke pantai. Dimensi saluran yang tidak memadai untuk
menampung debit air hujan, air buangan kota, dan air pasang yang masuk ke
sungai menyebabkan air melimpah ke daratan. Genangan yang terjadi di daerah
yang tidak produktif tidak menimbulkan masalah, tetapi untuk daerah yang
produktif dapat menimbulkan kerugian (Kusumaning, 2014).

Banjir rob adalah genangan air pada bagian daratan pantai yang terjadi pada saat
air laut pasang merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah
dari muka air laut. Banjir rob merupakan bencana yang muncul berkaitan dengan
siklus gerak bulan. Dengan demikian banjir ini berulang bulanan. Daerah yang
terkena bencana ini adalah dataran pantai di daerah pesisir yang rendah atau
daerah rawa-rawa pantai. Genangan banjir ini dapat diperkuat dengan banjir
karena curah hujan. Jadi, banjir ini dapat terjadi lebih hebat di saat musim hujan
(Kusumaning, 2014).

Banjir Pasang Air Laut (rob) adalah pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi
oleh gaya tarik benda-benda angkasa, terutama oleh Bulan dan Matahari terhadap
massa (berat jenis) air laut di bumi. Banjir pasang air laut termasuk bencana banjir
yang disebabkan oleh masuknya air laut ke daratan sebagai akibat dari pasang air
laut yang tinggi. Wilayah utara pulau Jawa rawan terhadap bencana banjir karena
STUDI KASUS | 9
kondisi utara Pulau Jawa bertopografi landai sehingga banjir dapat dengan mudah
masuk jauh sampai ke daratan.Fenomena alam ini dapat dikategorikan sebagai
bencana alam karena berhubungan dengan manusia dan aktivitasnya (Ikhsyan,
2017).

2.2 Penyebab Banjir ROB

Banjir rob terjadi karena dua hal yaitu banjir yang terjadi pada daerah rawan
banjir dan banjir yang terjadi karena limpasan air sungai maupun air laut. Berikut
ini beberapa sebab alami dan buatan terjadinya banjir diantaranya curah hujan,
erosi dan sedimentasi, pengaruh pasang surut air laut, daya tampung drainase,
persampahan dan kawasan kumuh. Banjir rob merupakan bencana alam yang
biasanya terjadi pada wilayah pesisir pantai dengan ketinggian permukaan tanah
yang tidak lebih tinggi dari pasang air laut tertinggi. Hal ini menyebabkan saat
terjadinya pasang laut maka terdapat wilayah yang tergenang banjir. Pasang surut
air laut adalah penyebab utama dari terjadinya banjir rob (Syafitri, 2021).

2.3 Dampak Banjir Rob

Periode dan waktu genangan banjir rob juga sesuai dengan waktu dan periode
pasang surut air laut. Biasanya banjir rob hanya terjadi beberapa jam saja. Sebaran
genangan banjir rob biasanya meliputi wilayah pesisir pantai, rawa dan dataran
rendah di sekitar pantai. Luas sebaran genangan banjir rob dapat ditentukan
dengan ketinggian air laut saat pasang, namun hal ini akan semakin berbahaya
jika terjadi penurunan muka tanah di daerah genangan tersebut (Syafitri, 2021).

Banjir rob menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan di tengah masyarakat.


Faktor yang menjadi penyebab dari banjir rob ini diantaranya adalah kenaikan
muka air laut yang dan penurunan muka tanah, selain itu juga terdapat faktor
kritnggian kawasan daratan serta sistem drainase yang ada juga dapat
mempengaruhi keberadaan banjir rob. Untuk mengurangi luas genangan banjir
rob yang terjadi maka diperlukan informasi terkait penggunaan lahan guna
melakukan perubahan dan penanganan penggunaan lahan agar dapat disesuaikan
dengan bencana yang terjadi. Semakin luasnya sebaran banjir rob dapat
mempengaruhi harga tanah dan bangunan yang ada diatasnya. Hal itu
STUDI KASUS | 10
menyebabkan pentingnya analisis terkait sebaran banjir rob guna mengetahui
upaya penanganannya (Syafitri, 2021).
Disebutkan bahwa fenomena banjir akibat pasang air laut (rob) ini telah
memberikan dampak negatif terhadap kawasan permukiman pesisir. Dampak
banjir akibat pasang air laut (rob) telah merubah fisik lingkungan dan memberikan
tekanan terhadap masyarakat, bangunan, dan infrastruktur permukiman yang ada
dikawasan tersebut. Banjir akibat pasang air laut (rob) akan berdampak terhadap
rusaknya sarana dan prasarana lingkungan (air bersih, persampahan, drainase,
sanitasi) serta penurunan kualitas lingkungan yang ditandai dengan turunnya
kualitas kesehatan masyarkat (Putra, 2015).

2.4 Penanganan Banjir Rob

Beberapa alternatif penanganan rob telah dikemukakan para ahli, antara lain:
1. Adaptasi Maksud dari adaptasi ini adalah penyesuaian masyarakat terhadap
kondisi rob, yaitu (Ramadhani, 2016)
a. Pindah ke lokasi yang lebih tinggi.
b. Membangun polder dan pompa.
c. Menambah tanah di tempat yang mempunyai topografi rendah.
d. Merubah jenis bangunan rumah (rumah panggung dan rumah susun).
e. Menambah tinggi rumah (urug).
2. Memaksimalkan fungsi drainase. Diantaranya dengan pembangunan drainase
pasang surut dengan sistem polder. Sistem ini disinergikan dengan normalisasi
sungai, pembangunan kolam penyimpanan air, pompa dan pintu air. Sistem
drainase, terutama dikawasan pantai merupakan prasarana dasar pemukiman
yang sangat penting, mengingat persoalan banjir akibat air pasang dan air
hujan yang selalu menggenangi kawasan tersebut.
3. Alternatif lain teknik pengendalian banjir di daerah rob yang ramah lingkungan
adalah gabungan atau kombinasi antara pemakaian tendon air (parit yang
sejajar pantai) dan pemompaan dengan tenaga angin.
4. Pembangunan dam lepas pantai.

STUDI KASUS | 11
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Bencana Banjir ROB di Jakarta Utara

Jakarta Utara berada pada ketinggian 0-3 meter diatas permukaan laut. Oleh
karena itu Jakarta Utara rentan tergenang banjir rob saat terjadinya pasang laut.
Ketinggian banjir rob di Jakarta Utara mencapai 100 cm. Penyebab utama banjir
rob di Jakarta Utara adalah naiknya muka air laut dan penurunan muka tanah .
Curah hujan bukan faktor utama dari terjadinya banjir rob. Kebaikan muka air laut
di Jakarta Utara berkisar 0,5 cm per tahun. Sedangkan penurunan muka tanah
berkisar 20-28 cm per tahun. Kondisi ini diperburuk dengan adanya aktifitas
reklamasi pantai utara Jakarta untuk kawasan pemukiman. Reklamasi ini
menghilangkan sebagian hutan mangrove yang berfugnsi sebagai pelindung alami
wilayah daratan dari pasang air laut (Chandra, 2013). Dampak dari bencana banjir
rob di Jakarta Utara adalah terjadinya kemacetan karena kendaraan harus melintas
dengan perlahan. Selain itu hal ini tentu saja berdampak pada aktifitas bongkar
muat di Pelabuhan Tanjung Priok karena genangan membanjiri dengan ketinggian
sekitar 30-50cm.

3.2 Bencana Banjir Rob di Semarang Timur

Semarang Timur merupakan wilayah pesisir Kota Semarang yang terdampak


banjir rob. Hal ini dipengaruhi oleh faktor alam maupun keberadaan infrastruktur
pengendali banjir. Kondisi tanah di wilayah pesisir Kota Semarang cenderung
jenuh dan menyebabkan genangan air laut dapat bertahan lama di daratan. Kondisi
tanah yang jenuh merupakan jenis tanah aluvial yaitu tanah muda yang berstruktur
halus, lembek dan mudah ambles sehingga kurang cocok untuk kawasan
pemukiman dengan padatnya pemukiman dan tingginya tingkat pengambilan air
tanah.

Faktor alam yang paling utama menjadi penyebab banjir rob di Semarnag Timur
adalah kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah. Kenaikan muka air laut
dapat mencapai 5mm per tahun, sedangkan penurunan muka tanah mencapai
angka 5,58 cm tiap tahunnya. Keadaan alam ini diperburuk dengan kondisi
STUDI KASUS | 12
infrastruktur pengendali banjir di Kota Semarang yang tidak terawat dan perlu
perhatian lebih dari pemerintah. Kondisi tanggul dan drainase sudah berlubang
dan tidak terawat. Selain itu kondisi sungai di Semarang Timur yang kian hari
semakin dangkal dikarenakan sedimentasi sampah dan material (Ikhsyan, 2017).
Dampak banjir rob dapat melumpuhkan perekonomian dikawasan tergenang
karena tidak berfungsinya sarana dan prasarana yang ada. Selain itu banjir rob
juga dapat menimbulkan kemacetan, merusak infratsruktur dan fasilitas umum,
meningkatkan sebaran penyakit, hingga keberadaan sampah beserta lumpur di
bantaran sungai.

3.3 Bencana Banjir ROB di Kabupaten Brebes

Bencana Banjir ROB di Kabupaten Brebes Geomorfologi di pesisir Kabupaten


Brebes didominasi oleh jenis tanah alluvial dengan topografi yang relative datar.
Kelerengan diwilayah tersebut berkisar antara 0-3% yang tergolong landai dan
datar. Kondisi fisik alam di pesisir Kabupaten brebes menjadikan daerah ini
sangat berpotensi terjadinya land subsidence hingga banjir rob. Banjir rob yang
terjadi di Kabupaten Brebes juga dipengaruhi oleh kenaikan muka air laut.
Kenaikan muka air laut ini berada di angka 3,87 cm per tahun dan diprediksi pada
tahun 2022 terdapat 5.114,74 Ha wilayah yang tergenang banjir rob. Pengukuran
besaran tinggi banjir rob di Kabupaten Brebes dilakukan menggunakan data
DEM. Dampak yang ditimbulkan dari banjir rob ini adalah tergenangnya lahan
pemukiman, tambak, sawah dan daratan yang selanjutnya merusak infrastruktur
dan fasilitas umum (Wijaya, 2019).
3.4 Bencana Banjir Rob di Pekalongan

Wilayah pesisir yang terdampak banjir rob berada di 5 kecamatan pada 20 desa di
Kabupaten Pekalongan dan 1 kecamatan pada 7 kelurahan di Kota Pekalongan.
Banjir rob ini terjadi pada kurun waktu 5 tahun terkahir. Banjir rob disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya endapan sedimentasi yang mengurangi
tampungan debit air pada sungai, land subsidence, kenaikan muka air laut pada
sata pasang, sampah dan kondisi tanggul banjir yang rusak (Salim, 2018)..

STUDI KASUS | 13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Faktor utama yang menyebabkan banjir rob dikawasan pesisir adalah penurunan
muka tanah dan kenaikan muka air laut pada saat terjadinya pasang. Jenis tanah
sangat berpengaruh pada fenomena penurunan muka tanah yang menyebabkan
banjir rob. Hal ini semakin diperparah dengan tingginya angka permintaan air
baku tanah sehingga mempercepat angka penurunan muka tanah. Selain itu juga
infratsruktur pengendali banjir yang tidak berfugnsi secara maksimal juga turut
andil menjadi penyebab banjir rob yang tiap tahun semakin meluas dan genangan
semakin tinggi.

Dampak yang ditimbulkan dari bencana banjir rob diwilayah pesisir ini adalah
kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum. Hal ini tentu saja merugikan
masyarakat selaku pengguna dan merugikan pemerintah selaku penyedia fasilitas
umum. Jalan dan drainase menjadi hal yang patut diperhatikan saat terjadinya
bencana banjir rob. Saat jalan terendam air pasang, maka konstruksi jalan akan
semakin cepat rusak. Sama hal nya dengan drainase, terjadinya sedimentasi dari
penumpukan sampah dan lumpur tidak dapat dihindari, maka perlu dilakukan
perbaikan dan pengurasan pada drainase.

Kelumpuhan ekonomi juga dapat terjadi di wilayah tergenang banjir rob. Hal ini
disebabkan oleh tidak berfungsinya sarana dan prasarana yang ada, seperti halte
bis, terhambatnya bongkar muat di pelabuhan hingga kemacetan. Masalah
kesehatan juga menjadi dampak dari terjadinya banjir rob. Wilayah tergenang
banjir rob tak jarang berubah menjadi wilayah kumuh dan sumber penyakit seperti
diare, penyakit kulit, iritasi dank utu air akibat dari terpapar secara langsung
dengan genangan banjir rob.

STUDI KASUS | 14
4.2 Bangunan Pengendali Banjir ROB

4.2.1 Sistem Polder

Sistem polder merupakan salah satu teknologi pengendalian banjir rob yang
diterapkan untuk mengatasi permasalahan banjir dan rob di kota-kota besar. Cara
kerja penanggulangan banjir menggunakan sistem ini adalah dengan bangunan
fisik yang terdiri dari sistem drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi
kawasan dan pompa/pintu air. Sistem polder juga biasa disebut sebagai kawasan
pengelolaan tata air yang terpadu. Sistem ini mempertegas lokasi rawan banjir
dengan membatasi kawasan menggunakan tanggul, sehingga elevasi muka air,
debit dan volume air yang ahrus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan (H.
Nugroho, 2016).

4.2.2 DLP (DAM Lepas Pantai)

DAM lepas pantai dapat dijadikan solusi alternatif dalam penanganan banjir rob
di wilayah pesisir. DAM dapat menahan laju air dari laut lepas dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai pelindung agar volume air laut yang bertambah tidak
memasuki daratan yang dapat mengakibatkan banjir

STUDI KASUS | 15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil simpulan sebagai berikut:


1. Faktor utama yang menyebabkan banjir rob dikawasan pesisir adalah
penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut pada saat terjadinya pasang;
2. Dampak yang ditimbulkan dari bencana banjir rob diwilayah pesisir ini adalah
kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum contonya pada infrastruktur jalan
dan drainase;
3. Kelumpuhan ekonomi, masalah kesehatan juga dapat terjadi di wilayah
tergenang banjir rob;
4. Penanggulangan dari Banjir Rob dapat berupa yaitu pembangunan infrastruktur
pengendali banjir seperti polder dan DLP (DAM Lepas Pantai).

5.2 Saran

Berikut saran yang dapat diberikan terkait Banjir rob ini:

1. Pemerintah sebaiknya merencanakan pembangunan infrastruktur pengendali


banjir rob itu sendiri;

2. Dibutuhkan partisipasi masyarakat terdampak untuk mengatasi banjir dengan


menigkatkan kepedulian masyarakat terhadap banjir rob;

3. Sebagai Sarjana Teknik Lingkungan diharapkan nanti dapat mengembangkan


teknologi penanggulangan , pengendalian Banjir rob yang lebih efektif dan
ramah lingkungan.

STUDI KASUS | 16
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, S. (2013). Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Jurnal Teknik
Pomits, 2(1), 25.

Handoko, Kurniawan, A. (2011). Apakah Surabaya Terjadi Land Subsidence?


Kajian Awal Land Subsidence Surabaya. Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Prasarana Wilayah. Surabaya: Teknik Geomatika ITS.

Wijaya, P. K. dk. (2019). Analisis Genangan Akibat Pasang Air Laut di Kabupaten
Brebes. Indonesian Journal of Oceanography, 01(01),.

Salim, M. A. dk. (2018). Penanganan Banjir dan Rob di Wilayah Pekalongan.


Teknik Sipil.

Ramadhani, F. (2016). Implementasi Program Penanganan Banjir Rob di Wilayah


Pesisir Kota Pekalongan. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Diponegoro.

Kusumaning, T. (2014). Kajian Strategi Penanganan Banjir Rob Di Pelabuhan


Tanjung Emas Semarang Flood Managemet Strategy In Port Of Tanjung
Emas Semarang. Vol. 16. Semarang

Ikhsyan, N. (2017). Analsis Sebaran, Dampak, dan Adaptasi Masyarakat Terhadap


Banjir Rob Di Kecamatan Semarang Timur Dan Kecamatan Gayamsari
Kota Semarang. Jurnal GeoEco. 03 (02). Semarang.

Putra, R, D. (2015). Identifikasi Dampak Banjir Rob Terhadap Lingkungan


Permukiman Di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Jurnal Bumi
Indonesia.

Syafitri, W, A. (2021). Analisis Penyebab Banjir Rob di Kawasan Pesisir Studi


Kasus: Jakarta Utara, Semarang Timur, Kabupaten Brebes, Pekalongan.
Jurnal Kajian Ruang. Vol 1 No 1.
STUDI KASUS | 17

Anda mungkin juga menyukai