Anda di halaman 1dari 20

Aplikasi Bahan Alami di Dunia Industri

”Pewarna Makanan dari Daun Pandan”

Disusun Oleh :
Andhika Dasilva Rustandy Putra (2110641043)
Rafidan Azimansyah (2110641039)
Daifir Rohman Nurdiansyah (2110641041)
Bagus Dwi Kurniawan (2110641038)

Dosen Pengampu :
Rohimatush Shofiyah, S.SI., M.SI.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah dengan materi “Aplikasi Bahan Alami
di Dunia Industri” yang berjudul ”Pewarna Makanan dari Daun Pandan”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rohimatush
Shofiyah, S.Si., M.Si. yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan juga wawasan tentang pewarna makanan dari daun
pandan dan penggunaan nya dengan baik dan benar. Kami pun menyadari bahwa di
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat
dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Jember, 21 November 2021

Penyusun

II
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian..............................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pandan..........................................................................................................3

2.1.1 Daun Pandan Wangi...........................................................................................3


2.1.1.1 Taksonomi Daun Pandan Wangi.......................................................................4

2.1.2 Daun Pandan Suji.................................................................................................4

2.1.2.1 Taksonomi Daun Pandan Suji...........................................................................4

2.1.3 Kegunaan Daun Pandan.......................................................................................4

2.2 Pewarna Alami........................................................................................................5

2.3 Klorofil....................................................................................................................5

2.4 Mekanisme Analisa Zat Pewarna Alami Daun Pandan..........................................6

2.5 Spektrofotometri.....................................................................................................7

2.5.1 Spektrofotometri..................................................................................................7

2.5.2 Komponen Utama Spektrofotometri....................................................................8

2.6.1 Hukum Bouguer (Lambert)..................................................................................9

2.6.2 Hukum Beer.......................................................................................................10

III
2.6.3 Hukum Gabungan Bouguer-Beer.......................................................................10

2.7 Kesalahan Dalam Spektrofotometri.......................................................................11

BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus............................................................................................................12

3.2 Pembahasan...........................................................................................................13

BAB IV KESIMPULAN...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pewarna alami merupakan zat pewarna alami yang diperoleh dari tumbuhan, hewan
atau sumber-sumber mineral (Winarno, 1997). Tanaman memiliki warna yang bisa
digunakan sebagai pewarna alami pada makanan.

Pandan merupakan segolongan tumbuhan monokotil dari genus Pandanus. Sebagian


besar anggotanya merupakan tumbuh di pantai-pantai daerah tropika. Anggota
tumbuhan ini dicirikan dengan daun yang memanjang (seperti daun palem atau rumput),
seringkali tepinya bergerigi. Akarnya besar dan memiliki akar tunjang yang menopang
tumbuhan ini. Buah pandan tersusun dalam karangan berbentuk membulat, seperti buah
durian. Ukuran tumbuhan ini bervariasi, mulai dari 50 cm hingga 5 meter, bahkan di
Papua banyak pandan hingga ketinggian 15 meter. Daunnya selalu hijau (hijau abadi,
evergreen), sehingga beberapa di antaranya dijadikan tanaman hias.1 Paling sedikit ada
600 jenis pandan di seluruh dunia, di antaranya adalah Buah merah (Pandanus
conoideus) dari Papua, Pandan wangi (Pandanus ammaryllifolius), Pandan laut
(Pandanus tectorius), Pandan duri, Buah merah Papua (Pandanus conoideus), Pandan
Melintir (Pandanus utilis), Pandan putih (Pandanus baphtisii), Pandan afrika (Pandanus
pygmeus).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius)


terhadap bakteri Bacillus cereus dan Eschericia coli?

2. Berapakah besar zona bening yang didapat dari ekstrak daun pandan terhadap
bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli? 3. Berapakah Konsentrasi Hambat
Minimum dari ekstrak daun pandan terhadap bakteri Bacillus cereus dan Escherichia
coli?

1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas antibakteri
ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius), besar zona bening dan
Konsentrasi Hambat Minimum terhadap Bakteri Bacillus cereus dan Escherichia
coli.

2. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah

a. Bagi Pembaca
Memberikan informasi kepada pembaca tentang aktivitas antibakteri
ekstrak daun pandan (Pandanus amaryllifolius) terhadap Bakteri Escherichia
coli dan Bacillus cereus

b. Bagi Petani Pandan


Memberikan informasi bahwa pandan dapat di olah sehingga dapat
digunakan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri dengan
teknik yang sederhana dan dapat diaplikasikan dalam skala pedesaan.

c. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bahwa daun pandan dapat dijadikan tumbuhan
yang dapat menghambat kerja bakteri yang ada di dalam tubuh kita.
Sehingga penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati oleh ekstrak
daun pandan ini. Sebagaimana yang tertulis dalam Hadis shahih, yaitu:
“Allah menurunkan penyakit dan menurunkan pula obatnya, diketahui oleh
yang mengetahui dan tidak akan diketahui oleh orang yang tidak mengerti.
(HR. Bukhari dan Muslim)”

d. Bagi Penulis
Untuk menambah dan memperluas serta mengembangkan pengetahuan
dan pengalaman penulis dalam bidang ilmu kimia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pandan

Banyak orang seringkali bingung membedakan daun padan wangi maupun daun
pandan suji. Sepintas keduanya memang terlihat sama namun sebenarnya keduanya
mempunyai manfaat yang berbeda-beda dalam makanan. Daun pandan wangi
biasanya sering digunakan sebagai pengharum kue tradisional, minuman maupun
makanan, namun seringkali juga digunakan sebagai pewarna makanan. Sedangkan
daun pandan suji lebih sering digunakan sebagai pewarna makanan, sedangkan
manfaatnya sebagai penghasil aroma kurang bisa difungsikan karena aroma daun
pandan suji tidak seharum daun pandan wangi. Keduanya dapat digunakan sebagai
pewarna alami makanan, namun untuk mengetahui daun pandan wangi atau pandan
suji yang lebih efektif digunakan sebagai pewarna alami makanan perlu dilakukan
penelitian yang lebih lanjut.

2.1.1 Daun Pandan Wangi

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) atau biasa disebut pandan saja adalah
jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan komponen
penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama antara lain: Pandan
Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan
Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni,
Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan
Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara) (Eri Weni A. D., 2009).

Pandanus amaryllifolius Pandan wangi merupakan tumbuhan berupa perdu dan


rendah, tingginya sekitar dua meter. Batangnya menjalar, pada pangkal keluar
berupa akar. Daun berwarna hijau kekuningan, diujung daun berduri kecil, kalau
diremas daun ini berbau wangi. Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau
tumbuh liar di tepi-tepi selokan yang teduh. Daun tunggal, duduk, dengan pangkal
memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk
pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar
3 - 5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian

3
ujungujungnya, warna hijau dan berbau wangi. Beberapa varietas memiliki tepi
daun yang bergerigi (Eri Weni A. D., 2009).

2.1.1.1 Taksonomi Daun Pandan Wangi


Kandungan kimia yang terdapat pandan wangi antara lain: Alkaloida,
Saponin, Flavonoida, Tanin, Polifenol, Zat warna.

2.1.2 Daun Pandan Suji

Tanaman suji atau lebih sering dikenal dengan daun pandan suji
(Dracaena angustifolia) merupakan tanaman perdu dari keluarga Liliceae yang
banyak tumbuh liar dipulau jawa. Tinggi tanaman ini dapat mencaoau 2-7 meter.
Daun tanaman ini berwarna hijau gelap, berbentuk lancet garis, kaku, dan
meruncing dengan panjang rata-rata 10-25 cm dan lebar 0.9-1.5 cm.

Daun pandan suji tumbuh tersebar diberbagai negara di Asia, di


Indonesia sendiri sering dijumpai daun pandan suji dengan nama yang berbeda,
di Jawa disebut sujen (Jawa Tengah), dan suji (Jawa Barat). Sedangkan di
Sulawesi disebut tawaang im bolai (Minahasa), di Maluku disebut pendusta utan
(Ambon), ngose kolotidi (Temale). Tanaman ini sudah banyak sudah banyak
ditanam dipekarangan rumah penduduk dengan potongan rimpangannya atau 7
ditanam sebagai pagar hidup, namun belum banyak yang menanamnya dalam
skala besar atau perkebunan. (Diana Sofiatun, 2013)

2.1.2.1 Taksonomi Daun Pandan Suji

Tabel 2. Klasifikasi Ilmiah Pandan Wangi Kingdom Plantae Divisi


Spermatophta Kelas Monocotyledoneae Ordo Liliales Famili Liliaceae Genus
Dracaena Spesies Dracaena angustifolia, Roxb. (Sumber : Diana Sofiatun, 2013)

2.1.3 Kegunaan Daun Pandan

Manfaat daun pandan untuk kehidupan manusia adalah sebagai zat


pewarna alami makanan sekaligus sebagai pewangi, karena daun pandan
terutama daun pandan wangi menimbulkan aroma yang khas. Selain untuk
pengawet dan pewangi, tanaman daun pandan wangi juga dapat digunakan
sebagai obat tradisional dapat digunakan sebagai obat rematik, lemah syaraf,
pegal linu, dan dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Selain

4
itu juga dipakai sebagai bahan alami untuk perawatan rambut (Eka Tri, 2010).
Daun pandan suji secara tradisional digunakan sebagai pewarna makanan namun
seiring perkembangan jaman, daun pandan suji dapat digunakan sebagai
pewarna teksil batik. Serta juga digunakan sebagai obat tradisional sebagai obat
gonorhoe, obat beri-beri, obat kencing nanah dan lainlain. (Diana Sofiatun,
2013)

2.2. Pewarna alami

Pewarna makanan merupakan salah satu bahan tambahan (aditif)


makanan yang ditambahkan untuk tujuan memberikan warna pada makanan 8
atau minuman agar mempunyai penampilan yang menarik. Bahan pewarna
makanan ini dapat berupa bahan sintetis maupun bahan alami. Berikut adalah
jenis-jenis pewarna alami (uncertified colour) antara lain :

 Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun,
sehingga sering disebut zat warna hijau daun.

 Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah


orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara
lain, lumut, tomat, cabe merah, wortel.

 Anthosianin, warna pigmen anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat


pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Zat pewarna yang termasuk dalam
uncertified color ini adalah zat pewarna mineral, walapun ada juga beberapa zat
pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat dibuat secara
sintetik. Penggunaan zat pewarna ini bebas dari prosedur sertifikasi dan
termasuk daftar yang telah tetap. Satusatunya zat pewarna uncertified yang
penggunaanya masih bersifat sementara adalah carbon black (Nurul Fatkhiyah,
2013).

2.3. Klorofil

Warna hijau biasanya diperoleh dari daun-daunan yang mengandung


klorofil. Klorofil atau biasa disebut zat hijau daun adalah pigmen yang dimiliki
oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul berperan utama dalam
proses fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun dan tumbuhan hijau
dan alga hijau, tetapi juga dimiliki oleh beberapa kelompok bakteri fotosintetik
(Wikipedia, 2015). Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru dan ungu,

5
serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri
9 warnanya. Klorofil terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang
diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis.
Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua
tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan
tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta
diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta.
Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan
bantuan cahaya matahari (Muh Yahya N., 2011). Klorofil mengandung
antioksidan, antiperdangan, dan merupakan zat yang dapat menyembuhkan luka.
Beberapa manfaat klorofil bagi kesehatan tubuh antara lain:

 Membantu pertumbuhan dan perbaikan jaringan dan menetralkan polusi yang


kita hirup maupun dari asupan makanan

 Membantu darah membawa oksigen serta menstimulasi sel-sel darah merah


untuk menyediakan suplai oksigen yang dibutuhkan tubuh

 Mengandung zat antimutasi dan antikarsinogenik yang berfungsi melindungi


tubuh melawan efek samping obat (Yudiati Resti Praswati, 2010) Sumber
klorofil adalah sayuran hijau dan daun-daunan hijau. Daundaunan yang biasa
digunakan sebagai bahan pewarna makanan antara lain daun suji, daun pandan
dan daun katu. Daun-daun yang digunakan sebagai bahan pewarna makanan
selain menghasilkan warna hijau, dipilih juga daun yang memberikan aroma
yang sedap pada makanan. 10

2.4. Mekanisme Analisa Zat Pewarna Alami Daun Pandan

Zat warna dari daun pandan dapat diambil dengan menggunakan teknik
ekstraksi dan filtrasi membran dan untuk analisa stabilitas zat warna yang
dihasilkan, digunakan metode analisa absorbansi dengan spektrofotometri.
Ekstraksi dapat dipandang sebagai operasi pemisahan solute C dari
campurannya dengan diluen A, dengan menggunakan sejumlah massa solven B
sebagai tenaga pemisah (Mass Separating Agent, MSA). Dimana solven yang
digunakan dalam penelitian ini adalah air. Filtrasi membran adalah metode
pemisahan suatu zat dari campuran homogennya dengan zat lain pada fase cair -
cair dengan menggunakan sebuah membran. Membran adalah lapisan tipis yang
memisahkan dua fasa yang membolehkan perpindahan spesi-spesi tertentu yang
disukai dan menahan spesi lain yang tidak disukai. Membran telah banyak
digunakan dalam proses pemisahan (filtrasi), salah satunya adalah dalam

6
pemekatan jus. Sudah lama ahli kimia menggunakan warna sebagai suatu
pembantu dalam mengidentifikasi zat kimia. Dalam penggunaan dewasa ini,
istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi
cahaya oleh suatu sistem kimia sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi,
demikian pula pengukuran pengabsopsian yang menyendiri pada suatu panjang
gelombang tertentu. Di dalam metode spektrofotometri, apabila nilai absorbansi
semakin besar atau transmitansi semakin kecil, menunjukkan bahwa konsentrasi
dari suatu zat dalam larutan sampel semakin besar, begitu juga sebaliknya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Muh Yahya N. (2011) untuk absorbansi daun
pandan wangi pada variabel suhu 30, 40, 50, 60, 70 80, dan 90oC diketahui
bahwa suhu optimum adalah pada 75 oC dengan nilai 11 absorbansinya 0,735.
Pada penelitian tersebut menggunakan waktu selama 30 menit untuk setiap
variabel pemanasan ekstrak daun pandan wangi. Teori ini didukung dengan
SEAFAST Center (2012) yang menyatakan bahwa pemanasan optimum untuk
daun pandan suji yaitu 30 menit pada temperature 75 oC. Sedangkan pada daun
pandan wangi, kandungan klorofil pada daun ini akan semakin menurun dengan
semakin meningkatnya temperature (variabel temperature yaitu 63, 70, 80, dan
90 oC).

2.5. Spektrofotometri

merupakan salah satu metode analisis instrumental yang menggunakan


dasar interaksi energi dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada panjang
gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panjang
gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum . Salah satu
prinsip kerja spektrofotometer didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh
spesi kimia tertentu di daerah ultra violet dan sinar tampak (visible) (Susila
Kristianingrum, 2014).

2.5.1. Spektrofotometri

Sinar Tampak Cahaya atau sinar tampak adalah radiasi elektromagnetik


yang terdiri dari gelombang. Seperti semua gelombang, kecepatan cahaya,
panjang gelombang dan frekuensi dapat didefinisikan sebagai : Dimana : C =
kecepatan cahaya ( 3 x 108 m/s) V = frekuensi dalam gelombang per detik
(Hertz) λ = panjang gelombang dalam meter 12 λ Gambar 3. Radiasi
Elektromagnetik dengan panjang gelombang λ Cahaya/ sinar tampak terdiri dari

7
suatu bagian sempit kisaran panjang gelombang dari radiasi elektromagnetik
dimana mata manusia sensitif. Radiasi dari panjang gelombang yang berbeda ini
dirasakan oleh mata kita sebagai warna yang berbeda, sedangkan campuran dari
semua panjang gelombang tampak seperti sinar putih. Sinar putih memiliki
panjang gelombang mencakup 400-760 nm ( nm). Spektrometri molekular (baik
kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar tampak, sama halnya
seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan daerah sinar inframerah. Gambar 4.
Spektrum gelombang elektromagnetik lengkap Arah rambatan sinar 13 Persepsi
visual tentang warna dibangkitkan dari penyerapan selektip panjang gelombang
tertentu pada peristiwa penyinaran obyek berwarna. Sisa panjang gelombang
dapat diteruskan (oleh obyek transparan) atau dipantulkan (oleh obyek yang
buram) dan dilihat oleh mata sebagai warna dari pancaran atau pantulan cahaya.
Oleh karena itu obyek biru tampak berwarna biru sebab telah menyerap sebagian
dari panjang gelombang dari cahaya dari daerah oranyemerah. Sedangkan obyek
yang merah tampak merah sebab telah menyerap sebagian dari panjang
gelombang dari daerah ultraviolet-biru. Bagaimanapun, di dalam spektrometri
molekul tidak berkaitan dengan warna dari suatu senyawa, yaitu warna yang
dipancarkan atau pantulkan, namun berkaitan dengan warna yang telah
dipindahkan dari spektrum, seperti panjang gelombang yang telah diserap oleh
suatu unsur di dalam suatu larutan. Energi gelombang seperti bunyi dan air
ditentukan oleh amplitudo dari getaran (misal tinggi gelombang air) tetapi dalam
radiasi elektromagnetik energi ditentukan oleh frekuensi ν, dan quantized, terjadi
hanya pada tingkatan tertentu : dimana : h = konstanta Planck, 6,63 x 10-34 J.s
Tabel 3. Panjang gelombang berbagai warna cahaya λ (nm) Warna yang
teradsorbsi Warna tertransmisi *) (komplemen) 400-435 Violet Hijau-Kuning
435-480 Biru Kuning 480-490 Biru-Hijau Oranye 490-500 Hijau-Biru Merah
500-560 Hijau Ungu 560-580 Hijau-Kuning Violet 580-595 Kuning Biru 595-
650 Oranye Biru-Hijau 650-760 Merah Hijau-Biru *) Warna Larutaannya 14.

2.5.2 Komponen Utama Spektrofotometer

Gambar 5. Blok diagram prinsip kerja spektrofotometer

1. Sumber Sinar Sumber sinar yang biasa digunakan pada spektroskopi


absorbsi adalah lampu wolfarm, deuterium lampu hidrogen. Lampu wolfarm
digunakan untuk daerah visibel (tampak) sedangkan untuk lampu hidrogen atau
deuterium digunakan untuk sumber daerah UV.

2. Monokromator Monokromator merupakan serangkaian alat optik yang


menguraiakan radiasi polikromatik dan berfungsi untuk memunculkan garis

8
resonansi dari semua garis yang tidak diserap yang dipancarkan oleh sumber
radiasi. Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Macam - macam
monokromator : - Prisma - Kuarsa untuk daerah UV - Kisi difraksi - Kaca untuk
daerah sinar tampak - Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR Keuntungan
menggunakan kisi : - Dispersi sinar merata - Dispersi lebih baik dengan ukuran
pendispersi yang sama - Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum Sel
Sampel Sumber Monokromator Detektor Indikator Amplifier 15

3. Sel Sampel Berfungsi untuk sebagai tempat untuk meletakkan sampel.


- UV, Vis dan UV-Vis menggunakan kuvet sebagai tempat untuk memasukkan
sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa
memiliki kualitas yang lebih baik.

4. Detektor Peranan detektor penerima adalah memberikan respon


terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor yang digunakan
dalam UV – VIS disebut “ detektor fotolistrik” Persyaratan - persyaratan penting
untuk detektor meliputi :

1. Sensivitas tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya yang


mempunyai tingkatan rendah sekalipun

2. Waktu respon yang pendek.

3. Stabilitas yang panjang

4. Sinar elektronik yang mudah diperjelas dan sistem pembacaan.


Macam - macam detektor : - Detektor foto - Photocell - Phototube -
Hantaran foto - Dioda foto - Detektor panas

5. Penguat (amplifier) Berfungsi untuk memperbesar arus yang


dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca oleh indikator.

6. Indikator Dapat berupa : - Recorder - Komputer 16 2.6 Hukum


Kuantitatif

2.6.1 Hukum Bouguer (Lambert)

Hubungan antara absorbsi radiasi dan panjang jalan medium


penyerap pertama kali dirumuskan oleh Bouguer (1729) meskipun
kadang-kadang dianggap berasal dari Lambert (Underwood;1998). Bila
sebuah medium penyerap yang homogen seperti larutan kimia dibagi
menjadi lapisan-lapisan maya masing-masing dengan ketebalan sama,

9
maka tiap-tiap lapisan akan menyerap bagian yang sama dari suatu sinar
radiasi monokromatik yang diarahkan melewati medium tersebut atau
tiap lapisan mengurangi tenaga radiasi sinar dengan bagian yang sama.
Penemuan Bouguer dapat dirumuskan secara matematik sebagai berikut:
k1p Bila persamaan tersebut diintegrasikan antara batas-batas p0 dan p
dan 0 dan b akan menghasilkan persamaan : ln k1b

2.6.2 Hukum Beer

Hubungan antara konsentrasi macam-macam zat penyerap dan


besarnya absorpsi dirumuskan oleh Beer pada tahun 1859. Hukum Beer
analog dengan Hukum Buoguer dalam menguraikan pengurangan
eksponensial dalam tenaga transmisi dengan suatu peningkatan aritmatik
dalam konsentrasi. log k4c

2.6.3 Hukum Gabungan Bouguer – Beer

Hukum-hukum Bouguer dan Beer bila digabung akan


menghasilkan suatu persamaan : log 17 Istilah log (po/p) dinamakan
absorbansi dan diberi tanda A. Sedangkan b, c dan k berturut-turut
merupakan panjang jalan lewat medium penyerap. Konsentrasi zat
penyerap dan tetapan. Bila konsentrasi (c) dalam satuan gram per liter
maka tetapan tersebut disebut absorptivitas dengan tanda a. Apabila c
dengan satuan mol per liter, tetapan disebut absorptivitas molar dengan
tanda є. Maka sistem disarankan, hukum Bouguer – Beer dapat berupa
dua bentuk : A = a b c atau A= є b c Dimana : A = absorbansi a =
absorpsivitas b = panjang jalan sinar c = konsentrasi є = tetapan /
absorpsivitas molar Karena a dan b tetap maka terdapat hubungan yang
linear antara A (absorbans) versus c (konsentrasi).

10
2.7 Kesalahan Dalam Spektrofotometer

Kesalahan - kesalahan dalam penggunaan alat spektrofotometer adalah:

1. Kesalahan dalam hal penggunaan alat atau pengoperasian instrumen


dari alat spektrofotometer tersebut, seperti pada cara memegang sel kuvet
harus sesuai dengan petunjuk) karena sidik jari dapat menyerap
pengukuran daerah ultra ungu.

2. Gelombang gas tidak ada dalam lintasan optik.

3. Penyerapan panjang gelombang dari alat harus diteliti dan


ketidakstabilan dalam sirkuit harus diperbaiki.

4. Ketidak tetapan contoh dalam konsentrasi zat.

11
BAB III

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

1. Cuci bersih daun pandan, lalu potong dari akarnya. Potong kecil-kecil dengan
ukuran sesuai dengan mesin penggilingnya. Jika daun pandan ingin ditumbuk, baiknya
potong daun sehalus mungkin. Namun jika menggunakan blender atau food processor,
potong ukuran sekitar lima sentimeter. Baca juga: Cara Pilih Daun Pandan yang Bagus,
Cek Aroma dan Daunnya

2. Haluskan menggunakan blender atau food processor: Masukkan daun pandan


ke dalam food processor, tambahkan air secukupnya. Proses hingga daun pandan
menjadi potongan kecil dan airnya berubah hijau.

3. Haluskan menggunakan lesung atau alu: haluskan daun pandan dengan


gerakan memutar. Lakukan hingga daun pandan halus. Beri sedikit air, kemudian giling
kembali. Tambahkan air, aduk hingga rata.

4. Saring daun pandan dengan menggunakan saringan teh atau saringan tahu
yang berupa kain tipis. Peras daun pandan untuk mendapatkan rasa dan warna yang
lebih pekat. Baca juga: Resep Pukis Pandan Isi Kelapa Muda, Bikin Tanpa Mixer Jika
menggunakan saringan, gunakan bagian belakang sendok untuk menekan daunnya.
Namun, jika memakai saringan kain, peras kain tersebut sekeras mungkin. Air pandan
yang sudah disaring sebaiknya digunakan sesegara mungkin aromanya lebih pekat.
Atau, simpan dalam wadah tertutup, lalu gunakan maksimal dua hari ke depan.

12
3.2 Pembahasan

Dari percobaan didapat jumlah zat warna daun pandan dan biji kesumba yang
dihasilkan dengan bahan sebanyak 1 kg dan pelarut sebanyak 5 liter air didapatkan zat
warna dengan volume hasil untuk daun pandan 6,0179 L dan volume hasil biji kesumba
6,8319 L.

Dari hasil proses ekstraksi dan distilasi tersebut kemudian dilakukan analisa
absorbansi dan pH pada zat warna hasil ekstraksi dan 34 E K U I L I B R I U M Vol.
10. No. 1. Januari 2011 : 31 – 35 distilasi dengan berbagai perlakuan seperti penyinaran
terhadap cahaya lampu dengan daya 14 watt selama 2 hari, penyinaran terhadap
matahari selama 1 hari dan tanpa penyinaran. Sehingga dapat diketahui pigmen zat
warna peka terhadap warna atau tidak. Hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Tabel 2.

Tabel 1. Absorbansi dan pH Zat Warna Daun Pandan Ekstraksi Perlakuan


Absorbansi Tanpa Penyinaran (A) 0,052 0,03 0,025 0,015 0,012 Penyinaran dengan
Cahaya Lampu (A) 0,025 0,02 0,018 0,012 0,01 Penyinaran dengan Cahaya Matahari
(A) 0,02 0,018 0,015 0,01 0,006 Distilasi Perlakuan Absorbansi Tanpa Penyinaran (A)
0,69 0,47 0,31 0,235 0,18 Penyinaran dengan Cahaya Lampu (A) 0,51 0,215 0,085
0,045 0,03 Penyinaran dengan Cahaya Matahari (A) 0,35 0,135 0,045 0,06 0,035 pH
antara 5 – 6, Panjang gelombang (λ) = 520 nm

Pada Tabel 1 dan Table 2, penyimpanan larutan zat warna yang disertai
penyinaran cahaya lampu menyebabkan menurunnya absorbansi larutan. Pada
penyimpanan selama 2 hari penurunan absorbansi larutan mencapai sekitar 50 %.

Berdasarkan Tabel 1 dan Table 2 dapat dikatakan bahwa larutan zat warna
sangat tidak stabil terhadap paparan cahaya matahari. Hal ini dapat dilihat dari
penurunan nilai absorbansi yang sangat besar hingga mendekati 0. Penurunan
absorbansi cahaya matahari lebih besar dari pada dengan cahaya lampu karena suhu
pencahayaan matahari lebih besar dari pada suhu pencahayaan lampu.

Pada Tabel 1 dan Table 2 dapat dilihat bahwa jika konsentrasi semakin besar
maka nilai absorbansi zat warna akan semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena
semakin besar konsentrasi maka zat warna semakin pekat, sehingga cahaya semakin
sulit diterusakan dan mengakibatkan nilai absorbansi semakin besar. Dari hasil distilasi
didapatkan konsentrat zat warna yang diketahui dari nilai absorbansi yang semakin
besar.

Tabel 2. Absorbansi dan pH pada Zat Warna Biji Kesumba Ekstraksi Perlakuan
Absorbansi Tanpa Penyinaran (A) 0,53 0,26 0,165 0,12 0,095 Penyinaran dengan
Cahaya Lampu (A) 0,35 0,13 0,1 0,065 0,035 Penyinaran dengan Cahaya Matahari (A)

13
0,21 0,07 0,055 0,045 0,035 Distilasi Perlakuan Absorbansi Tanpa Penyinaran (A) 0,92
0,85 0,75 0,67 0,5 Penyinaran dengan Cahaya Lampu (A) 0,83 0,75 0,62 0,51 0,4
Penyinaran dengan Cahaya Matahari (A) 0,71 0,64 0,42 0,3 0,25 pH = 5, Panjang
gelombang (λ) = 520 nm

Selain hal itu, didapat bahwa nilai absorbansi zat warna dari daun pandan dan
biji kesumba mempunyai kisaran absorbansi yang berbeda antara warna hijau sampai
warna orange.

Nilai pH juga dapat menentukan warna dari masing-masing zat warna tersebut.
Semakin besar pH maka warna semakin menuju ke kisaran orange sampai kuning untuk
biji kesumba dan sedangkan daun pandan semakin besar pH maka warna akan menuju
ke kisaran warna hijau tua sampai cokelat.

Penyinaran yang dilakukan pada daun pandan maupun biji kesumba diperoleh
perbedaan warna yang signifikan dari masingmasing perlakuan. Hal ini dapat dilihat
Tabel 1 dan Table 2. Perbedaan warna tersebut dapat diartikan bahwa zat yang
terkandung dalam zat warna peka terhadap panas. Sehingga jika dilakukan penerapan
zat warna pada makanan yang pembuatannya dengan proses pemanasan akan
menimbulkan perubahan warna dengan sebelum dilakukan pemanasan.

14
BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan cara membuat pewarna alami dapat disimpulkan bahwa
daun pandan dan biji kesumba mengandung zat warna yang dapat diambil dengan
melalui dua proses yaitu ekstraksi dan dilanjutkan distilasi, dengan berat zat warna daun
pandan yang dihasilkan sebanyak 60,66 gr zat warna sedangkan berat zat warna biji
kesumba yang dihasilkan sebanyak 119,148 gr zat warna.

Hasil bisa terlihat pada perbandingan 1 kg bahan : 5 liter air, dengan hasil
analisa sebagai berikut : Untuk daun pandan dengan konsentrasi 2363,014 ppm, panjang
gelombang (λ) = 520 nm absorbansi = 0,69., pH = 6. Untuk biji kesumba dengan
konsentrasi 791,058 ppm, panjang gelombang (λ) = 520 nm, absorbansi= 0,92., pH = 5.

Uji coba pada makanan basah yaitu bolu kukus dan klepon. Pada uji coba zat
warna cair pekat ke makanan dari daun pandan menghasilkan warna cokelat sedangkan
zat warna cair pekat dari biji kesumba menghasilkan warna orange (bolu kukus) dan
merah tua (klepon).

Uji coba pada makanan kering yaitu rengginan. Pada uji coba zat warna cair
pekat ke makanan dari daun pandan menghasilkan warna hijau tua sedangkan zat warna
cair pekat dari biji kesumba menghasilkan warna merah tua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,Pandan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pandan, diakses (20:34, 22 Maret 2013).


(2013).
Hapsari, L. (2010). Pembuatan konsentrat zat warna untuk bahan makanan dari daun
pandan(Pandanus AMaryllifolius Roxb.) dan Biji Kesuma (Bixa orcellana Linn)
beserta penerapannya. Laporan Tugas Akhir (DIII), 7–9.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/16488/Pembuatan-konsentrat-zat-warna-
untuk-bahan-makanan-dari-daun-pandan-Pandanus-Amaryllifolius-Roxb-dan-biji-
kesumba-Bixa-orellana-Linn-beserta-penerapannya
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2002). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN
PUSTAKA 2.1. 1–64.
Lyliana, L. (2014). Cara Buat Pewarna Alami dari Daun Pandan, Bekal Bikin Kue.
Kompas.Com. https://www.kompas.com/food/read/2021/04/09/090900575/cara-
buat-pewarna-alami-dari-daun-pandan-bekal-bikin-kue-?page=all
Ririn Arifah. (2014).https://hsgm.saglik.gov.tr/depo/birimler/saglikli-beslenme-
hareketli-hayat-db/Yayinlar/kitaplar/diger-kitaplar/TBSA-Beslenme-Yayini.pdf
Yulianto. (2020). Lebih Sehat Dengan Pewarna Makanan Alami. Yulianto.
https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/family-style/12965-Lebih-Sehat-dengan-
Pewarna-Makanan-Alami

16

Anda mungkin juga menyukai