Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena sampai
pada detik ini kita masih di beri nikmat oleh-Nya. Salah satunya adalah nikmat sehat,
sehingga kita dapat berkumpul dalam Acara Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tanpa
kekurangan suatu apapun.
Ki Hajar Dewantara (1889-1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia yang merintis
berdirinya lembaga pendidikan Taman Siswa. Terkenal dengan filsafat “Ing Ngarso Sun
Tulodo” artinyaIng ngarso yaitu di depan atau dimuka. Sun berasal dari kataIngsun yang
artinya saya. Tulodo berarti tauladan. Jadi makna “Ing Ngarso Sun Tulodo” adalah menjadi
seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya.
“Ing Madyo Mangun Karso”, Ing Madyo artinya di tengah, Mangunberarti membangun dan
Karso berarti mau atau memiliki kemauan. Jadi makna dari kata itu adalah seseorang di
tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. “Tut
Wuri Handayani”, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan
dorongan semangat. Menurut Ki Hajar Dewantara, adalah hak tiap orang untuk
bermasyarakat, oleh karena itu pengajar tidak hanya mendidik anak menjadi manusia yang
cerdas dalam bidang intelektual, tetapi juga dalam budi pekertinya. Pengajaran jangan hanya
mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal itu dapat memisahkan orang tepelajar dengan
rakyat.
Pada masa sekarang telah dibangun sekolah-sekolah di seluruh wilayah Republik
Indonesia untuk memenuhi kebijakan pemeintah, yaitu Wajib Belajar 9 Tahun. Karena letak
geografis Indonesia yang sangat luas, ditunjang oleh budaya, sosial, dan ekonomi
masyarakat yang berbeda, sehingga pendidikan 9 tahun belum merata tercapai. Ini dapat
dibuktikan masih banyak sekolah yang kondisinya meprihatinkan termasuk sarana, fasilitas
teknologi, serta sumberdaya manusia yang belum memadai. Padahal kemajuan suatu
bangsa akan ditentukan oleh pendidikan yang berkualitas.
Melalui Hari Pendidikan Nasional ini kita berharap semoga Bangsa Indonesia dapat
meningkatkan dan mencerdaskan generasi penerus bangsa. Dan kepada para pelajar,
marilah kita tingkatkan peran dalam membangun bangsa dan Negara kita, agar mampu
bersaing di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah bagian yang sangat penting bagi suatu bangsa. Karena tingkat
pendidikan mempengaruhi status suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
bangsa atau negara, maka akan semakin tinggi pula status Negara kita di mata dunia
internasional.
Maka marilah kita menuntut ilmu setinggi-tingginya karena ilmu adalah bekal yang
tidak akan habis termakan waktu. Sekian pidato yang saya sampaikan, jika ada kekurangan
dalam bertuturkata baik yang sengaja atau pun yang tidak saya sengaja, saya mohon maaf.
Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT. Yang masih memberikan kita kesempatan, kekuatan, dan
kesehatan sehingga kita dapat melaksanakan upacara bendera ini dengan penuh khidmat. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tetap tercurahkan keharibaan Baginda besar Muhammad SAW, sosok
figure pemimpin sejati yang menjadi teladan bagi kita sekalian.
Pada kesempatan yang baik ini saya selaku pembina upacara menyampaikan “Selamat Hari Pendidikan
Nasional, tanggal 2 Mei 2014”. Semoga dunia pendidikan kita semakin maju, semakin berkualitas, dan semakin
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat baik di desa maupun diperkotaan. Perkenankan pula, saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan,
pemerintah pusat dan daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan atas segala ikhtiar, kepedulian dan
perhatian yang telah diberikan dalam memajukan dunia pendidikan.
Anak-anakku sekalian yang saya banggakan,
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya memanusiakan manusia untuk membangun peradaban yang unggul.
Pemerintah dengan Program Nasional Wajib Belajar 9 tahun, dengan tegas dan terang benderang tidak
menghendaki adanya rintangan bagi rakyat indonesia untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Contoh yang
telah kita rasakan adalah adanya program sekolah gratis bagi anak usia SD dan SMP.
Adalah suatu keharusan bagi kita, yang bisa menikmati suasana yang baik ini untuk bersyukur. Bersyukur dalam
artian meneguhkan dalam hati, menuangkannya dalam tindakan, dan membuktikannya dalam hasil, suatu
prestasi yang seharusnya lebih baik dari pada tahun-tahun terdahulu.
Adalah suatu kerugian apabila masih ada di antara kita yang menyia-nyiakan kondisi ini. Apa kata dunia kalau
rakyat Indonesia, lebih-lebih siswa SD Negeri Jagapura 01, justru patah semangat dalam mencari ilmu.
Oleh karena itu, sangat tepat apabila SD Negeri Jagapura 01 dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional kali
ini memilih tema BANGKITNYA GENERASI EMAS INDONESIA.
“Tentang belum cairnya, itu karena adanya perubahan akun,” jelas M. Nur Kholis, Jakarta, Kamis (16/04)
saat dikonfirmasi mengenai banyaknya pertanyaan dari guru-guru madrasah terkait belum cairnya dana
tunjangan sertifikasi mereka.
Meski demikian, M. Nur Kholis Setiawan mengaku pihaknya terus mengupayakan agar tunjangan sertifikasi
guru swasta bisa dapat segera dicairkan. Menurutnya, dari sisi administrasi, selama ini anggaran tunjangan
sertifikasi guru madrasah swasta tercatat dalam mata anggaran bantuan sosial (bansos) dengan kode 57.
Pengadministrasian yang seperti ini sudah berlangsung sejak lama sehingga begitu SK penerima tunjangan
sertifikasi guru madrasah diterbitkan, maka proses pencairan selanjutnya tinggal pemindahbukuan (transfer)
dari KPPN ke rekening satker. “Kalau 57 itu kan bansos, begitu ada SK, lalu pemindahbukuan dari KPPN ke
Satker, selesai,” terangnya.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, lanjut guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, sesuai Surat
Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, anggaran tunjangan sertifikasi guru dimasukan dalam mata
anggaran belanja pegawai dengan kode 51. Artinya, harus dilakukan revisi akun dari 57 menjadi 51. Selain
itu, proses revisi akun ini juga bersamaan dengan revisi APBN-P 2015 dan sampai saat ini hal itu masih
dalam proses penyelesaian.
“Saat ini hanya tinggal menunggu proses finalisasi dari mekanisme yang baru. Mestinya di akhir April ini
sudah final atau awal Mei,” terangnya.
Demikian juga dengan perubahan akun dana BOS, berimplikasi pada perubahan mekanisme pencairan.
Pencairan dana BOS saat ini, tidak bisa lagi dilakukan dengan mekanisme pemindahbukuan atau transfer
dari Satker Kanwil ke rekening madrasah. Mekanisme yang baru diberlakukan pada tahun 2015 ini
mengharus madrasah terlebih dahulu mengajukan rencana kebutuhan, serta bukti pembelanjaan (kwitansi)
sebagai dasar mencairkan dana BOS.
Selain itu, dana BOS madrasah yang awalnya sebagian besar berada di Kanwil Kemenag Provinsi, juga
banyak yang memerlukan proses revisi untuk direlokasi menjadi anggaran Kankemenag Kabupaten/Kota.
“Hal administratif semacam ini yang menjadi implikasi dari adanya perrubahan akun menyebabkan dana
tunjangan profesi dan dana bos tidak bisa langsung dicairkan,” jelasnya.
Upaya Kemenag
Meski demikian, M. Nur Kholis mengaku telah melakukan beberapa upaya agar dana-dana tersebut bisa
segera dicairkan. Sekiranya tidak ada kebijakan perubahan akun dari Kementerian Keuangan, lanjut M. Nur
Kholis, dana BOS madrasah bahkan semestinya bisa cair lebih awal karena juknisnya sudah diterbitkan dan
diedarkan ke Kanwil sejak 10 Januari 2015.
Namun karena ada kebijakan baru terkait perubahan akun, juknis tersebut direvisi dengan menyesuaikan
mekanisme pencairan mata anggaran belanja pegawai (51) untuk dana tunjangan sertifikasi guru dan
belanja barang non operasional lainnya (521219) untuk dana BOS madrasah.
Sebelumnya, M. Nur Kholis mengaku sudah melakukan beberapa kali negosiasi dengan pihak Kementerian
Keuangan, baik dilakukan secara langsung maupun melalui surat, agar proses pencairan ini bisa dipermudah.
M. Nur Kholis mencatat bahwa Dirjen Pendidikan Islam sudah berkirim surat ke Dirjen Perbendaharaan
Kemenkeu tertanggal 10 Februari. Kemenag juga mengundang pihak Dirjen Perbendaharaan untuk
melakukan diskusi internal pada 14 Februari. Bahkan pada 20 Februari lalu, Sekjen Kemenag juga berkirim
surat lagi ke Dirjen Perbendaharaan untuk mencari solusi terbaik terkait hal ini.
“Saya dengan Pak Sekjen bahkan datang sendiri ke Dirjen Perbendaharaan pada 7 April kemarin untuk
berdiskusi tentang hal ini dengan teman-teman di sana,” terang M. Nur Kholis.
Atas beragam upaya yang sudah dilakukan, pihak Ditjen Perbendaharaan meminta agar proses pencairan
tetap dilakukan sesuai dengan aturan yang ada. “Intinya cuma satu, tidak bisa mengubah akun 521219
kembali ke akun 57 sehingga kita harus menerima apa adanya. Ini yang tentu menjadi kendala utama
keterlambatan pencairan,” terang M. Nur Kholis Setiawan.
Pada tanggal 14 – 16 April 2015, lanjut M. Nur Kholis, pihaknya mengadakan Rakor Nasional BOS yang
diikuti para penanggung jawab BOS daerah se-Indonesia. Rakor ini bertujuan untuk mempersiapkan proses
implementasi dari Surat Dirjen Perbendaharan terkait perubahan akun yang berimplikasi pencairan BOS
tidak per triwulan, tapi persemester.