Anda di halaman 1dari 12

Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah Sebagai Upaya Pemberdayaan

Masyarakat Dusun Jati Guna Meningkatkan Efisien Ekonomi

I. PENDAHULUAN

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi
oleh seluruh lapisan masyarakat. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah
dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Tingkat konsumtif minyak goreng
pada masyarakat sangatlah besar karena menjadi suatu kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat dan tanpa sadar menghasilkan limbah yang
melimpah yaitu minyak goreng bekas atau dikenal sebagai minyak jelantah. Minyak jelantah
ini seringkali tidak dipedulikan dan dibuang begitu saja tanpa adanya tindakan pemanfaatan
kembali sehingga menumpuk dan menjadi salah satu sumber pencemaran karena banyaknya
limbah yang dihasilkan. Jika dilihat kembali, minyak jelantah memiliki potensi yang baik
untuk dapat dimanfaatkan kembali maupun menjadi bahan baku dalam bidang industri, salah
satunya adalah pembuatan sabun dari minyak jelantah. Minyak merupakan bahan baku yang
jika direaksikan dengan basa akan menjadi sabun dengan sifat pembersih pakaian, cucian
piring, tekstil dan hal yang berkaitan sesuai yang diinginkan. Minyak jelantah banyak
diproduksi oleh industry makanan maupun rumah tangga, sehingga di Dusun Jati Desa Jati
pun menjadi penyumbang besar minyak jelantah(Riyanta et al., 2016).

Dusun Jati Desa Jati secara teritorial masuk ke dalam wilayah Kabupaten
Karanganyar yang termasuk ke daerah perkotaan Karanganyar. Mata pencaharian warga
Dusun Jati sangat beraneka ragam, mulai dari pekerja atau buruh industri sampai petani
dengan banyaknya sektor industri dan lahan pertanian pertanian yang luas tersebar di
seluruh dusun, selain itu warga memiliki berbagai UMKM, toko kelontong dan warung
makan. Dusun Jati terdiri dari 3 RW dan 13 RT yang menandakan bahwa luas wilayah
dusun sangatlah luas dan jumlah penduduk yang terbilang cukup padat. Hal tersebut
menekan kebutuhan kebutuhan sehari-hari khususnya makanan dimana berbagai macam
masakan memerlukan proses penggorengan yang pasti menghasilkan limbah minyak
jelantah. Banyaknya jumlah rumah yang terdapat di Dusun Jati menyebabkan jumlah
minyak jelantah jika dikumpulkan dapat mencapai 130L per bulan dan 1560L per tahun.
Jumlah tersebut tentunya sangatlah besar dan jika terus-menerus dibuang sembarangan tanpa
atau pengolahan lebih lanjut akan menjadi masalah lingkungan. Maka dari itu, minyak
jelantah yang sebeleumnya dibuang dan tidak diolah harus dimanfaatkan kembali menjadi
produk berbahan dasar minyak yaitu sabun(Hajar et al., 2016)

Minyak goreng Merupakan salah satu bentuk dari minyak nabati, berupa senyawa
gliserida dari berbagai asam lemak yang ada dalam gliserida itu sendiri. Pemanfaatan
minyak goreng baik untuk industri maupun rumah tangga menghasilkan minyak jelantah
yang masih mengandung asam lemak yang cukup tinggi(Ningrum et al., 2013). Setelah
digunakan sekitar 3 sampai 4 kali proses penggorengan, minyak goreng tersebut akan
mengalami perubahan dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi selama proses
penggorengan. Perubahan sifat ini menjadikan minyak goreng tersebut tidak layak lagi
digunakan sebagai bahan makanan. Oleh karena itu minyak goreng yang telah dipakai atau
minyak jelantah akan menjadi barang buangan atau limbah dari rumah tangga dan pabrik
industri penggorengan, jika tidak di daur ulang akan menjadi limbah yang mencemari
lingkungan(Hajar et al., 2016)

Minyak jelantah(dalam bahasa inggris : waste cooking oil) adalah minyak limbah
yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak
sayur, minyak samin, dan sebagainya. Bahaya mengkonsumsi minyak goreng bekas dapat
menimbulkan penyakit yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun, namun
apabila minyak goreng bekas tersebut dibuang dapat mencemari lingkungan(Riyanta et al.,
2016). Minyak goreng bekas dapat mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit. Minyak goreng bekas dapat mengendapkan
lemak dalam pembuluh darah, dan kanker hati(Prihanto et al., 2018). Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia dan
mengurangi tingkat kecerdasan generasi berikutnya. Sehubungan dengan banyaknya minyak
goreng bekas dari sisa industri maupun rumah tangga dalam jumlah tinggi dan menyadari
adanya bahaya mengkonsumsi minyak jelantah, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk
memanfaatkan minyak jelantah tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan.
Pemanfaatan minyak jelantah dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali
sebagai bahan baku industri non pangan yang berbasis minyak seperti sabun(Husnah et al.,
2019). Apabila minyak goreng bekas dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk
berbasis minyak seperti sabun, maka masalah pencemaran lingkungan karena pembuangan
minyak goreng bekas juga dapat dicegah(Widyasari et al., 2018). Sabun tersebut dapat
dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, dan juga dapat bernilai ekonomis serta
merupakan salah satu solusi mengurangi minyak goreng bekas(Hajar et al., 2016).

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan noda jika di terapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspense, mudah di bawa oleh air bersih. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun
cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang
digunakan dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi
sesuai dengan sifat dan jenis sabun, sabun memiliki sifat sebagai berikut(Husnah et al.,
2019).

1. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini
tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih
setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap. CH 3(CH2)16COONa +
CaSO4 → NaSO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
2. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis
parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air berifat basa. CH 3(CH2)16COONa
+ H2O → CH3(CH2)16COOH + OH
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia koloid,
sabun(garam natrium dari asam lemak), digunakan untuk mencuci kotoran yang
bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non
polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3CH2)16 yang bersifat
hidrofobik (tidak suka air) sedangkan COONa + bersifat hidrofilik (suka air) dan larut
dalam air. Polar : COONa+ (larut dalam air,hidrofobik dan juga memisahkan kotoran
polar) Nonpolar: CH3CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga memisahkan
kotoran nonpolar)
4. Penghilang kotoran

Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 800C-1000C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi.

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal
lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian
teknis, reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis
trigliserinida. Trigliserinida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat.
Produknya, sabun yang terdiri dari garam asam-asam lemak. Fungsi sabun dalam
keanekaragaman cara adalah sebagia bahan pembersih. Sabun menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga memungkinkan air untuk membasahi bahan yang dicuci dengan
lebih efektif. Sabun bertindak sebagai suatu zat pengemulsi untuk mendispersikan minyak
dan sabun terabsorbsi pada butiran kotoran(Siti K., 2013). Minyak goreng bekas memiliki
kandungan asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolinat.
Kandungan ini masuk ke dalam trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku
alternatif pembuatan sabun padat menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan
produk samping proses pengolahan minyak goreng(Riyanta et al., 2016). Perihal bahan
tambahan yang menunjang dalam pembuatan sabun dari minyak jelantah juga dapat
meningkatkan ketertarikan dalam pengolahan minyak jelantah(Turmudi et al., 2019). Bahan
tersebut biasa digunakan untuk menghilangkan bau tidak sedap seperti serai, kopi dan
pandan. Selain itu juga arang yang digunakan untuk mengaktivasi minyak yang sudah rusak
sencara struktural molekul bahkan penambahan essensial oil sebagai pewangi untuk produk
sabun(Sumiati et al., 2019).

Hal tersebut dapat digunakan sebagai solusi atas melimpahnya produksi minyak
jelantah di Dusun Jati yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya. Maka,
Tim Kuliah Kerja Nyata Universitas Sebelas Maret Surakarta(KKN UNS) Tematik
Integratif kelompok 135 mengabdi pada masyarakat di Dusun Jati dengan
menyelenggarakan workshop terhadap ibu rumah tangga dalam mengolah kembali minyak
jelantah menjadi sabun cuci piring, kain kotor dan sebagainya sehingga memiliki fungsi
lebih maksimal. Kelompok 135 mengabdi pada masyarakat Dusun Jati sebagai bentuk
pemberdayaan masyarakat dalam proses kemandirian dan efisiensi perekonomian Dusun
melalui pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi produk rumah tangga sehingga
prospek jangka panjangnya dapat memiliki Home Industry yang baik untuk perekonomian
dan keramahan terhadap lingkungan di Dusun Jati tersebut. Pemberdayaan ini dapat
membantu menciptakan ketentraman dan kenyaman dalam kehidupan bermasyarakat dengan
meningkatkan softskill dan hardskill melalui pelatihan kewirausahaan, mendorong Home
Industry bahkan pemasaran produk. Hal tersebut dapat meningkatkan taraf hidup kepada
warga Dusun Jati sehingga Dusun Bulu dapat lebih maju dalam sektor pengolahan limbah
yang ramah lingkungan serta memberdayakan masyarakat yang mandiri secara ekonomi(Siti
K., 2013).

Masyarakat di Dusun Jati Desa Jati Kec. Karanganyar Kab. Karanganyar


merupakan masyarakat yang kooperatif dan memiliki antusiasme tinggi dalam mempelajari
hal baru yang bermanfaat. Masyarakat aktif ikut serta dalam workshop pengolahan minyak
jelantah menjadi sabun sehingga dapat melatih ketrampilan dan meningkatkan efisiensi
pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan kondisi tersebut maka tim KKN UNS Kelompok
135 menyepakati bersama dengan pihak Dusun Jati tentang problematika di Dusun tersebut
sehingga dapat diatasi melalui kegiatan pengabdian berupa penyuluhan dengan mengacu
pada aspek pengolahan limbah dan produksi sabun. Penyelenggaraan workshop difokuskan
pada pemberian pengetahuan kepada warga Dusun Jati mengenai potensi limbah minyak
jelantah, pelatihan keterampilan pada warga Dusun Jati mengenai pengolahan limbah
minyak jelantah menjadi sabun cuci piring dan kain kotor, serta pemberian wawasan akan
proses pengendalian pencemaran air dan tanah(Riyanta et al., 2016).

A. Apakah tim KKN UNS 135 dapat melaksanakan kegiatan workshop “pembuatan
sabun dari minyak jelantah” di Dusun Jati, Desa Jati?
B. Apakah minyak jelantah dapat dibuat kembali menjadi sabun cuci piring?
II. METODE

Metode pelaksanaan kegiatan penyuluhan terdiri dari empat tahap sebagai berikut.

A. Tahap Persiapan
Persiapan ini diawali dengan membuat daftar alat dan bahan yang diperlukan.
Setelah dilakukan pedataan, anggota KKN berbelanja berbagai keperluan tersebut.
Alat yang diperlukan diantaranya baskom, corong, gelas pelastik, pengaduk, cetakan,
gelas ukur dan timbangan. Bahan yang diperlukan diantaranya soda api, kopi, minyak
jelantah, bibit parfum dan pembusa. Alat dan bahan dibeli di toko serba ada dan toko
bahan kimia..
B. Tahap Uji Coba
dilakukan kegiatan praktek uji coba(trial&error) dalam praktek pembuatan
sabun menggunakan berbagai alat dan bahan yang telah disediakan. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk membuat takaran yang tepat untuk setiap pembuatan sabun sehingga
mendapatkan kualitas sabun yang diinginkan. Alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut
Alat
a. Wadah bahan
b. Baskom
c. Timbangan kue
d. Gelas Takar
e. Pengaduk
f. Gelas plastik
g. Botol plastik
h. Corong
i. Kain penyaring
j. Cetakan

Bahan(per paket)

a. Minyak jelantah 100 mL


b. Arang secukupnya
c. NaOH (soda api) sebanyak 17 gram
d. Air sebanyak 35 mL
e. (serai/pandan/kopi) secukupnya
f. Pewangi (essential oil) sebanyak 5 Ml
g. Surfaktan/pembusa

Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Pada percobaan pertama, sabun yang dihasilkan
tidak memiliki warna dan masih memiliki bau yang kurang sedap. Pada percobaan
kedua dilakukan pengadaan aroma pada sabun. Dan pada percobaan ketiga dilakukan
pewarnaan dan pemasukan pembusa sehingga mendapatkan sabun yang padat,
berwarna dan memiliki wangi yang harum.

C. Tahap Packing dan Persiapan Kegiatan


dilakukan proses packing dan persiapan sebelum kegiatan belangsung. Proses ini
meliputi pembagian alat dan bahan sejumlah 20 paket dimana setiap paketnya dapat
digunakan seorang peserta untuk membuat sabun pada saat hari acara. Anggota KKN
melakukan koordinasi dengan kepala dusun untuk menjadwalkan acara dengan peserta
ibu-ibu.
D. Tahap Workshop
Tahap Follow Up diselenggarakan pada tanggal 31 Januari 2021 yang
merupakan tahap utama dalam program “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah”.
Agenda diadakan melalui koordinasi dengan kepala dusun, bertempat di rumah salah
satu RT Dusun Jati dengan peserta ibu rumah tangga berjumlah kurang lebih 20
peserta.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pemberdayaan masyarakat diupayakan dengan menyelenggarakan
workshop yang berupa pelatihan pengolahan minyak jelantah menjadi sabun secara
langsung. Pelatihan dilaksanakan tanggal 31 Januari 2021 dengan peserta yang berasal dari
warga Dusun Jati Desa Jati, Karanganyar dengan jumlah 20 peserta yang merupakan ibu
rumah tangga dan didampingi oleh Ibu Kepala Dusun Jati dengan pemandu acara yang
berasal dari Tim KKN UNS Kelompok 135. Sebelum pelaksanaan workshop, dilakukan
koordinasi antara Tim KKN UNS Kelompok 135 dengan pihak Dusun Jati melalui Ibu
Kepala Dusun jati di Whatsapp. Koordinasi dengan Kepala Dusun bertujuan untuk
menentukan waktu dan tempat agenda kegiatan serta menyebarluaskan publikasi tentang
penyelenggaraan program workshop “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah” kepada calon
peserta. Hal tersebut dapat meningkatkan pendekatan terhadap warga dan konsolidasi warga
Dusun Jati untuk meningkatkan antusiasme dari perwakilan setiap RT. Proses persiapan
peralatan dan bahan untuk pengolahan minyak jelantah menjadi sabun dilakukan oleh Tim
KKN UNS Kelompok 135 dan belanja peralatan dan bahan dilakukan sebelum kegiatan.
Proses pre-treatment pertama dilakukan pada minyak jelantah dengan merendam minyak
menggunakan arang kayu selama 24 jam kemudian dikocok. Perendaman menggunakan
arang ini bertujuan untuk mengaktivasi bagian-bagian dari molekul minyak jelantah yang
sudah rusak supaya dapat meningkatkan efisiensi persentase produk sabun yang terbentuk.
Pre-treatment kedua juga dilakukan pada air dengan menyeduh kopi guna menghilangkan
bau tidak sedap ketika proses pencampuran dengan minyak jelantah. Pre-treatment yaitu
persiapan larutan soda api, yaitu melarutkan soda api ke air kopi supaya mencegah
kecelakaan yang berpotensi terjadi karena reaksi antara air dan soda api dapat menghasilkan
panas berlebih sehingga berbahaya jika dilakukan oleh pemula. Ketiga pre-treatment
tersebut dilakukan mulai dua hari sebelum kegiatan.
Pentingnya sosialisasi perihal persiapan sebelum kegiatan juga dilakukan dengan
cara memberikan wawasan berupa daftar alat, bahan dan cara pembuatan sabun dari limbah
minyak jelantah yang dititipkan melalui Ibu Kepala Dusun Jati dan diteruskan ke grup
Whatsapp ibu-ibu PKK. Berikut ini adalah langkah pembuatan sabun dari minyak jelantah.
A. Minyak jelantah 500ml direndam dengan arang selama 24 jam
B. Air 175ml direndam atau diseduh dengan daun serai/pandan/kopi selama 24 jam
C. NaOH ditimbang sebanyak 85 gram
D. Minyak jelantah yang sudah direndam kemudian disaring menggunkan kain sehingga
diperoleh minyak jelantah bersih tanpa arang
E. Rendaman air dicampurkan dengan NaOH yang sudah ditimbang secara perlahan, dan
didinginkan
F. Minyak jelantah yang sudah disaring ditambahkan secara perlahan ke campuran air dan
NaOH yang sudah dingin
G. Campuran minyak jelantah dengan air serai dan NaOH diaduk selama 3 menit
H. Bibit pewangi(essential oil) ditambahkan sebanyak 5 ml
I. Campurkan dituang dalam cetakan dan didiamkan sampai mengeras

Tahapan pembuatan sabun dari minyak jelantah dijelaskan kembali secara langsung
pada sesi pelatihan melalui praktik dengan pre-treatment yang sudah disiapkan di awal.
Kegiatan pelatihan diselenggarakan di rumah RT Dusun Jati dengan peserta sejumlah 20
yang merupakan ibu rumah tangga dengan didampingi Ibu Kepala Dusun Jati dan anggota
Tim KKN UNS Kelompok 135. Pelatihan difokuskan pada proses pencampuran bahan dan
pemahaman bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun. Minyak goreng yang
telah teraktivasi oleh arang dituangkan pada wadah pencampur kemudian ditambahkan
dengan air yang sudah direndam kopi kemudian diaduk. Pengadukan dilakukan secara
konstan selama 3 menit sehingga campuran akan bereaksi membentuk campuran sabun.
Penambahan bibit parfum atau essential oil bertujuan untuk menghilangkan bau tak sedap
dan tengik dari minyak jelantah menjadi bau yang harum sesuai dengan pewangi yang
digunakan. Sabun yang diperoleh dari pelatihan tersebut adalah sabun batang karena
pemakaian reaktan berupa soda api(NaOH) menyebabkan minyak memiliki struktur baru
yang mengandung ion Natrium. Penambahan surfaktan atau pembusa juga bertujuan untuk
memperbanyak busa yang dihasilkan saat menggunakan sabun sehingga mempercantik
penggunaan sabun tersebut. Campuran yang sudah homogen dapat dicetak sesuai dengan
keinginan masing-masing. Bentuk cetakan dapat divariasikan guna meningkatkan antusias
dalam membuat sabun seperti bentuk binatang atau bunga.

Setelah pencampuran selesai maka sabun didiamkan sampai mengeras dan dapat
memalui pendiaman selama 3-4 minggu. Proses pendiaman tersebut dinamakan proses
curing atau penstabilan terkstur sabun. Warna sabun yang diperoleh berwarna coklat karena
menggunakan kopi sebagai campurannya. Warna sabun dapat diubah sesuai keinginan
dengan menggunakan pewarna makanan. Pewarna tekstil tidak dapat digunakan karena
sabun yang dibuat berfungsi sebagai sabun cuci piring dan kain sehingga dapat
menimbulkan bahaya jika terlalu sering terkena kulit. Sabun yang dihasilkan memiliki
kepadatan yang baik dengan bentuk yang berbeda-beda sesuai cetakan yang digunakan. Bau
yang dikeluarkan dari produk sabun merupakan wangi lemon sehingga cocok digunakan
untuk cuci piring. Maka dari itu, produk sabun pun sudah siap untuk digunakan oleh
masyarakat. Berdasarkan hasil observasi, maka diperoleh evaluasi yang dilakukan oleh Tim
KKN UNS Kelompok 135 selaku pemandu pengelolaan minyak jelantah melalui pelatihan
terhadap warga Dusun Jati yaitu berhasil memberikan wawasan yang baik mengenai
pentingnya mengolah limbah minyak jelantah kepada warga Dusun Jati. Hal ini terlihat dari
antusiasme peserta yang ikut pada program pelatihan dalam perlakuan dan pertanyaan yang
muncul dari peserta kegiatan. Pembiasaan pola hidup bermasyarakat yang ramah lingkungan
sangat penting untuk diterapkan secara terus menerus sehingga dapat menjadi lingkungan
yang nyaman sehingga berdampak positif untuk masyarakat dan lingkungan. Tentunya
pengabdian masyarakat oleh Tim KKN UNS Kelompok 135 di Dusun Jati tersebut dapat
memberdayakan warga setempat dengan cara yang tepat serta sangat mempertimbangkan
faktor kesehatan, lingkungan dan efisiensi ekonomi.

IV. KESIMPULAN
Kegiatan workshop “Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah” berupa pelatihan
pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah yang dimaksudkan sebagai bentuk
pengabdian masyarakat di Dusun Jati Desa Jati Kec. Karanganyar Kab. Karanganyar yang
diinisiasi oleh Tim KKN UNS Kelompok 135 dalam upaya memberdayakan masyarakat
dalam factor kesehatan, lingkungan dan efisiensi ekonomi.. Pemberian wawasan kepada
warga Dusun Jati yaitu ibu rumah tangga dapat mencerdaskan masyarakat dalam upaya
penanggulangan limbah minyak jelantah. Penyelenggaraan pelatihan juga meningkatkan
keterampilan masyarakat dalam mengolah suatu limbah menjadi produk yang memiliki nilai
guna lebih tinggi. Dilakukannya kegiatan pelatihan ini juga dapat menginisiasi produktivitas
dari masyarakat dengan prospek jangka panjangnya terhadap peluang industri sabun dari
minyak jelantah guna menyongsong pemberdayaan warga Dusun Jati yang mandiri. Sabun
cuci piring dan kain yang diperoleh tersebut bersifat aman terhadap kesehatan dan ramah
lingkungan serta berpotensi menjadi sabun yang lebih baik jika dikembangkan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Hajar E.W.I., Purba A.F.W., Handayani P., & Mardiah. (2016). Proses Pemurnian Minyak
Jelantah Menggunakan Ampas Tebu untuk Pembuatan Sabun Padat. Jurnal Integrasi
proses, 6(2), 57-63
Husnah, Effendi T., & Febrina O. (2019). Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Kelor
Terhadap Warna, Aroma, Tekstur, Daya Buih, pH, pada Pembuatan Sabun Mandi
Padat. FTI UPP, 4(1), 44-51
Prihanto A., & Irawan B. (2018). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun
Mandi. Metana, 14(2), 55-59
Ningrum N., & Kusuma A.I. (2013). Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit
Buah Kapuk Randu Sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis
Teknologi Ramah Lingkungan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(2), 275-285
Riyanta A.B., & Nurniswati. (2016). Adsorpsi Minyak Jelantah Menggunakan Karbon Aktif
dan Serbuk Kopi Pada Pembuatan Sabun Padat Ramah Lingkungan. Senit, 1(2), 118-
123
Siti K.(2013). Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau dari Kinetika
Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia NU Al-Ghazali, 1-11XSumiati, S., Munandar, T. A.,
Febriasari, A., Suryaman, S., Sulasno, S., & Dwijayanti, A. (2019). Pemberdayaan
Kelompok Ibu Rumah Tangga Melalui Pembentukan Home Industry Sabun Pencuci
Lantai Berbahan Dasar Limbah Minyak Jelantah. Al-Khidmat, 2(1), 29–34

Widyasari E., Farhan D.Y., & Rifqi N.A. (2018). Sabun Minyak Jelantah Ekstrak Daun Teh
Hijau (Camellia sinensis) Pembasmi Staphylococcus aureus. Bioedukasi, 11(2), 68-73

Anda mungkin juga menyukai