Anda di halaman 1dari 2

Landasan Teori

1. Pengertian Lilin

Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat
yang mudah terbakar. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi
(yang banyak mengandung asam stearat). Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin.
Sebelum penemuan penerangan listrik, lilin dan lampu minyak biasa digunakan untuk penerangan.
Di daerah tanpa listrik, lilin masih digunakan secara rutin sebagai salah satu sumber penerangan.
Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan
estetika, misalnya perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, makan malam yang romantis, tujuan
keagamaan atau ritual, penerangan darurat saat listrik padam, dan sebagainya.

Untuk menyalakan lilin, sumber panas yang umumnya berasal dari nyala api atau korek api
digunakan untuk menyalakan sumbu lilin yang meleleh dan menguapkan sedikit demi sedikit bahan
bakar lilin. Setelah menguap, bahan bakar yang tergabung dengan oksigen di atmosfer membentuk
nyala api yang konstan. Nyala api ini memberikan panas yang cukup untuk menjaga lilin tetap
menyala hingga bahan bakarnya habis.

2. Sejarah Lilin

Lilin dikenal bukan hanya sebagai sumber cahaya, tetapi lilin selama berabad-abad dipergunakan
untuk kegiatan yang bersifat simbolik dan ritual keagamaan. Lilin juga dipergunakan sebagai sarana
pelengkap peringatan perayaan suatu acara. Berdasarkan sejarah sekitar 3000 SM, lilin pertama kali
ditemukan oleh bangsa Mesir dan Kreta dengan ditemukannya artefak tempat lilin di Mesir dan
Pulau Kreta. Berdasarkan beberapa sumber bahwa temuan adanya tempat lilin baru muncul pada
abad ke-1. Politisi Romawi yang hidup di sekitar abad I dan II, Pliny The Younger, menguraikan
tentang benang rami berlapis ter dan lilin alang-alang (batang alang-alang dikupas lalu dicelup lilin).
Bangsa Mesir membuat lilin dari bantuan lebah dikenal dengan sebutan lilin lebah. Lilin lebah atau
beeswax adalah lilin yang dihasilkan dari sarang lebah, sebagai bahan baku utama pembuatan lilin.
Kebutuhan lilin lebah saat itu hanya sebagai alat penerang buatan bila malam telah tiba, mereka
memerlukan cahaya di dalam gua, tenda dan rumah bahkan kerajaan. Cahaya yang dihasilkan oleh
obor berasal dari lilin sarang lebah dengan mempergunakan alang-alang sebagai sumbunya. Lilin
yang dihasilkan oleh lebah memiliki kualitas yang bagus, bertekstur lembut, mempunyai bau yang
khas/wangi, masa bakarnya lamadan sangat akrab dengan lingkungan. Pada perkembangannya
cahaya penerangan buatan tidak hanya bersumber dari sarang lebah (lilin lebah), tetapi dari minyak
lemak hewan. Minyak hewan yang dipergunakan antara lain: lemak dari sapi, domba dan lemak ikan
paus. Lilin dengan lemak ikan paus (spermaceti) ditemukan pada masa Qui Shi Huang (259-210 SM)
Kaisar pertama dari Dinasti Qin (221-206 SM). Pada makamnya ditemukan lilin dibuat dari lemak
ikan paus. Pencahayaan lilin yang mempergunakan lemak binatang menghasilkan bau yang tidak
enak, dan berasap hitam. Bau yang tidak menyenangkan karena di dalam lemak lilin tersebut
mengandung gliserin. Lemak dari sapi dan domba menjadi bahan yang digunakan dalam standar lilin
di Eropa. Di abad berikutnya, orang-orang Mesir Kuno mengganti batang alang-alang dengan sumbu
serat yang dicelupkan ke dalam lemak cair, didinginkan, dan kembali dicelupkan ke dalam lemak cair,
proses pencelupan berulang-ulang agar diperoleh ketebalan lilin yang diinginkan. Sehingga
diperkirakan bentuk awal lilin silinder langsing berwarna putih tersebut yang masih ada bertahan
sampai saat ini.
3. Lilin Air

Lilin air adalah lilin yang berbahan dasar air dan minyak, bukan parafin seperti bahan dasar
pembuatan lilin pada umumnya. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat lilin air adalah

 Air
 Hiasan dalam air yang bersifat tahan air (seperti manik-manik dan kelereng)
 Minyak kelapa atau minyak sayur
 Gelas kecil
 Sumbu berbahan katun

Anda mungkin juga menyukai