Anda di halaman 1dari 10

BIODISEL MINYAK JELANTAH

Oleh :

Vyra Kredha Nagari (1709065027)


Kukuh Anggitya Putra (1709065028)
Deltania Ekaristi (1709065029)
Natasya Anindhita Cools (1709065030)
Mardiana Ningsih (1708065031)
Nelsa Rabimardani (1709065032)
Khusnul Khatimah (1709065033)
Shafira Amalia (1709065034)

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya untuk mengurangi kebutuhan bahan bakar untuk transportasi
adalah menciptakan bahan bakar alternatif, seperti biodiesel dan bioetanol.
Biodiesel, yang terdiri dari campuran mono-alkil ester dari rantai panjang asam
lemak, adalah bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang terbuat dari minyak
nabati atau lemak hewan. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar memiliki
banyak keuntungan di antaranya berasal dari sumber yang dapat diperbaharui dan
mudah ditemukan, mudah terurai secara biologis, dan dapat mengurangi emisi gas
rumah kaca, kecuali NOx. Biodiesel memiliki bilangan setana dan titik nyala lebih
tinggi sehingga lebih mudah disimpan.

Selain itu biodiesel tersedia dalam bentuk cairan sehingga memudahkan


transportasinya.Salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel adalah minyak
jelantah. Seiring dengan meningkatnya konsumsi minyak goreng, maka potensi
minyak jelantah juga akan meningkat. Selama ini minyak jelantah masih
dimanfaatkan dalam pengolahan bahan makanan. Penggunaan minyak jelantah
untuk pengolahan makanan bisa membahayakan kesehatan karena trigliserida yang
ada sudah mengalami kerusakan dan bersifat karsinogenik (penyebab kanker).
Pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel merupakan salah satu alternatif
yang perlu dikaji dalam pemanfaatan minyak jelantah.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana proses pembuatan minyak jelantah

1.3 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui proses sederhana pembuatan biodiesel minyak jelantah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di Indonesia bahan baku yang berpotensi menghasilkanminyak biodisel meliputi,


kelapa sawit, jarak pagar, minyak jelantah, kelapa, kapuk/randu, nyamplung, alga, dan
lain sebagainya.Dari beberapa jenis bahan yang berpotensi sebagai bahan baku
biodiesel tersebut,salah satunya adalah minyak jelantahyang mudah ditemui dan
terjangkau.Potensi dari minyak jelantah adalah ketersediaan produksinya kontinyu
dibandingkan jenis bahan yang lain. Sampai tahun 2101diperkirakanIndonesiadapat
mengatasikrisisenergi dengan adanyasuplemenbiodiesel(Kuncahyo, dkk. 2013).

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
baik minyak baru maupun bekas penggorengan melalui proses transesterifikasi,
esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel digunakan sebagai
bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Biodiesel dapat
diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar
pada tingkat konsentrasi tertentu (Hambali, dkk., 2007).

Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan
sebagai bahan pangan, penambah cita rasa, ataupun shortening yang membentuk
tekstur pada pembuatan roti. Sebanyak 49% dari totalpermintaan minyak goreng
merupakankonsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan konsumsi untuk
makanan pada perhotelan dan restoran-restoran. Pertumbuhan jumlah penduduk dan
perkembangan industri perhotelan, restoran dan usaha fastfood yang pesat
menyebabkan permintaan akan minyak goreng semakin meningkat. Hal ini
menyebabkanminyak goreng bekas dalam jumlah yang cukuptinggi (Listiadi dan Putra,
2013).
BAB III
METODODLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
1. Panci
2. Sendok
3. Gelas ukur
4. Timbangan
5. Saringan
6. Gelas

3.2 Bahan
1. Minyak Jelantah
2. Soda api
3. Alcohol

3.3 Prosedur pembuatan


1. Disiapkan minyak jelantah, disaring dan diukur sebanyak 200 mL
2. Ditimbang Soda api sebanyak 1 gram

3. Diukur alcohol sebanyak 40 mL dan dilarutkan soda api pada alcohol


4. Dipanaskan minyak sekitar 50℃ - 60 ℃ selama 5 menit

5. Dimasukkan larutan alcohol dan soda api


6. Diaduk selama 20 menit

7. Didinginkan dan didiamkan selama 12 jam


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan ini deiperoleh biodiesel dari minyak jelantah setelah didiamkan
selama 12 jam. Pada percobaan ini digunakan metode transesterifikasi sehingga
biodiesel yang diperoleh kurang baik kadar kadar FFA dari minyak jelantah tidak
diketahui. Seharusnya dilakukan metode esterifikasi terlebih dahulu karena kadar
FFA dari mintak jelantah umumnya diatas 5%.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Biodiesel minyak jelantah dari percobaan ini diperoleh dengan cara proses
transesterifikasi dengan katalis soda api.

5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan metode esterifikasi sebelum dilakukan metode
transesterifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri dan R. Hendroko.2007.


Teknologi Bioenergi. Jakarta. Agomedia.42hlm.

Haryanto, Agus., Silviana, Ully., Triyono, Sugeng., 2015. Produksi Biodiesel Dari
Transesterifikasi Minyak Jelantah Dengan Bantuan Gelombang Mikro:
Pengaruh Intensitas Daya Dan Waktu Reaksi Terhadap Rendemen Dan
Karakteristik Biodiesel. Agritech, Vol. 35, No. 2., Lampung

Kuncahyo, P., A. Z. M. Fathallah, dan Semin. 2013. Analisa PrediksiPotensi Bahan


Baku Biodiesel Sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel diIndonesia.
Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2(1): 2301–9271.

Listiadi, A. P. dan I M. B. Putra. 2013. Intensifikasi Biodiesel dari Minyak Jelantah


dengan Metode Transesterifikasi dan Pemurnian Dry Washing.
Skripsi.Universitas Sultan Agung Tirtayasa. Banten.

Anda mungkin juga menyukai