PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
II. PEMBAHASAN
3. Gembili
budaya yang tinggi, yaitu sebagai mas kawin serta pelengkap pada upacara
adat. Tanpa gembili, suku Kanum tidak dapat melaksanakan pernikahan.
Dengan demikian, budidaya gembili bagi suku Kanum merupakan suatu
keharusan. Tingginya perhatian masyarakat suku Kanum terhadap gembili
merupakan peluang sekaligus tantangan untuk mengembangkan gembili di
masa mendatang. Masyarakat suku Kanum membudidayakan berbagai kultivar
gembili, menamakan kultivar gembili berdasarkan karakter morfologi umbi.
Sistem budi daya bergantung pada jenis gembili yang ditanam. Umumnya
gembili dibudidayakan dengan menggunakan tajar dari bambu dengan tinggi
2,504 m. Untuk menjamin keberlanjutan konsumsi, gembili yang dipanen
disimpan di suatu tempat dalam rumah kecil yang diberi nama keter meng.
Rumah kecil tersebut terbuat dari bambu dan beratapkan kulit kayu bus
(Melaleuca sp.) agar gembili terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Sukun
Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang
kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada
sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di
sana.
Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan
kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2%lemak.
Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat
yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian
lokal. Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal)
perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet. Kayu sukun atau timbul berpola
bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat
rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu. Timbul, kulur, atau
kluwih (yang berbiji) lebih banyak dipetik saat muda, untuk dijadikan
sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua juga
kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan camilan.
5. Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri
(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa,
yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Di Indonesia jagung diberdayakan untuk memenuhi berbagai keperluan
baik pangan maupun non pangan. Sebagai bahan pangan beberapa hasil
olahannya meliputi: pati, tepung jagung, snack, berondong (pop corn), jenang,
nasi jagung, sirup jagung dan lain sebagainya. Sebagai bahan non pangan
beberapa manfaat dari jagung adalah sebagai berikut, misalnya digunakan
sebagai bahan pakan ternak, pupuk kompos, bahan pembuat kertas dan kayu
bakar. Di Indonesia beberapa sentra penghasil utama tanaman jagung ialah
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
D.I. Yogyakarta, dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman jagung yang dapat
tumbuh dan berproduksi secara merata di manapun, dikarenakan karakteristik
tanaman jagung yang merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah subtropis maupun tropis.
10
11
6. Sagu
12
7. Kentang
13
14
9. Jawawut
15
dibanding gandum (Triticum sp.) yaitu 69%. Ini menunjukkan bahwa jawawut
berpotensi sebagai sumber pangan fungsional, terutama sebagai sumber energi.
Jawawut berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memperkuat
ketahanan pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Jawawut
memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lain,
seperti dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah kurang
subur, tahan kekeringan, mudah dibudidayakan, umur panen pendek, dan
kegunaannya beragam. Petani umumnya menanam jawawut dengan sistem
tambur benih secara langsung setelah lahan dibakar.
16
III. KESIMPULAN
17