Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.

Makalah ini berisikan tentang Sejarah, Cara Pengolahan, Pemasaran Sasirangan.


Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4

2.1 Sejarah Sasirangan ....................................................................................................... 4

2.1.1 Warna Sasirangan dan Maknanya ......................................................................... 4

2.1.2 Perkembangan Sasirangan .................................................................................... 5

2.1.3 Ciri – Ciri Sasirangan ........................................................................................... 5

2.2 Cara Pengolahan Sasirangan ....................................................................................... 6

2.2.1 Penjelasan Sebelum Mengolah Sasirangan .......................................................... 7

2.3 Pemasaran Sasirangan ................................................................................................. 8

2.3.1 Contoh Pemasaran yang Cocok untuk Usaha Sasirangan .................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 11

3.2 Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kemampuan masyarakat di Indonesia yang dapat diselenggarakan dalam
membentuk perkembangan ekonomi adalah pemahaman dengan keterampilan dalam
mengelola karya seni tradisional. Ditemukan berbagai macam ragam batik disetiap pulau
dan antar kabupaten atau kota dari Sabang sampai merauke. Salah satu dari berbagai macam
batik di Indonesia, terdapat kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan yang diwariskan
secara turun temurun sejak abad XII. Salah satu jenis kain tradisional yang memilki beraneka
ragam motif dan corak adalah Kain Sasirangan khas daerah Kalimantan selatan.

Kain sasirangan biasa disebut orang luar pulau Kalimantan dengan sebutan batik
Banjar, padahal itu bukanlah batik. Perbedaan proses pembuatan sasirangan yang membuat
kain sasirangan tidak disebut batik. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dijelaskan lebih
rinci tentang Sejarah, Cara Pengolahan, Pemasaran Sasirangan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah dari Sasirangan ?


2. Bagaimana Cara Pengolahan Sasirangan ?
3. Bagaimana Pemasaran Sasirangan dilakukan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dibuatnya makalah ini ialah agar menambah wawasan para pembaca
mengenai Kain Sasirangan lebih dalam sehingga mendapatkan ilmu yang bermanfaat
nantinya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Sasirangan
Sasirangan pada mulanya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada
acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan sendiri berasal dari kata menyirang yang
berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur. Sasirangan adalah kain adat
suku Banjar di Kalimantan Selatan. Kain sasirangan didapat dari proses pewarnaan rintang
dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya, menurut corak
dan motif tertentu.

Menurut sejarahnya, sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII saat
Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan dikenal sebagai kain
untuk “batatamba” atau penyembuhan orang sakit. Kain sasirangan harus dipesan khusus
terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembuatan kain sasirangan seringkali mengikuti
kehendak pemesannya.

Oleh karena itu, Urang Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang
artinya permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini juga
merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat. Pada zaman dulu kain
sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana
pelengkap dalam terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu.

2.1.1 Warna Sasirangan dan Maknanya


Awalnya kain sasirangan diberi warna dengan zat pewarna yang dibuat dari bahan-
bahan alami, yakni dari biji, buah, daun, kulit, atau umbi tanaman yang tumbuh liar di hutan
atau sengaja ditanam di sekitar tempat tinggal para pembuat kain sasirangan itu sendiri.

Ada 6 warna utama kain sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami dimaksud, yakni :

 Kuning, bahan pembuatnya adalah kunyit atau temulawak.


 Merah, bahan pembuatnya adalah gambir, buah mengkudu, lombok merah, atau
kesumba
 Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe
 Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
 Ungu, bahan pembuatnya adalah biji buah gandaria (bahasa Banjar Ramania)

4
 Coklat, bahan pembuatnya adalah uar atau kulit buah rambutan

Supaya warnanya menjadi lebih tua, lebih muda, dan supaya tahan lama (tidak
mudah pudar), bahan pewarna di atas kemudian dicampur dengan rempah-rempah lain
seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, cuka, atau terusi. Warna
yang melekat pada kain sasirangan mempunyai makna khusus bagi orang Banjar. Berikut ini
makna warna kain sasirangan:

 Kain sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa).
 Kain sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia)
 Kain sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke)
 Kain sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal
 Kain sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera)
 Kain sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang
dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress)

2.1.2 Perkembangan Sasirangan


Saat ini, Sasirangan banyak digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, seperti
pakaian. Pada awalnya, kain untuk membuat Sasirangan dari bahan serat kapas atau katun
dengan pewarna alam. Pada perkembangannya, Sasirangan dibuat pada bahan saten, sutera,
dan katun dengan bahan sitetis. Pewarna alam hanya digunakan untuk Sasirangan pamintan
yang sudah jarang ditemui. Kain Sasirangan merupakan salah satu pencapaian kebudayaan
masyarakat Kalimantan Selatan.

2.1.3 Ciri – Ciri Sasirangan


Kain Sasirangan memiliki ciri khas berupa rangkaian motif yang umumnya tersusun
dalam komposisi vertikal. Jarang dijumpai, kain Sasirangan dalam motif horizontal.
Komposisi motif inilah yang membedakan kain Sasirangan dengan batik di Jawa atau di
tempat lain. Warna dasar kain putih akan berubah beraneka warna setelah menjadi kain
Sasirangan, seperti merah, biru, hijau, cokelat, dan lain sebagainya. Setelah, kain dicelup

5
warna. Pada selembar kain Sasirangan umumnya akan didominasi garis-garis berganda atau
berjajar dua maupun tiga. Garis tersebut tersusun vertikal bersebelahan dengan motif
tradisional Banjar atau inovasi baru, yang juga tersusun vertikal.

2.2 Cara Pengolahan Sasirangan


Sasirangan adalah kain tradisional khas suku banjar di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Sasirangan sendiri, berasal dari kata bahasa Banjar yaitu “sirang” yang berarti menjelujur.
Motifnya dibuat dengan jahitan menggunakan teknik menjelujur. Dulu, kain sasirangan
diyakini dapat mengobati penyakit dan mengusir roh jahat sehingga pembuatannya dibatasi.

Berikut beberapa cara pembuatan Kain Sasirangan :

1. Menyiapkan Kain Putih

Kain putih polos adalah material utama untuk membuat kain sasirangan. Sedangkan
ukurannya, disesuaikan dengan keinginan atau selera.

2. Membuat Pola Desain pada Kain Putih

Membuat pola desain atau gambar, yang biasanya bermotif tradisional atau motif lain
yang diinginkan. Pola-pola motif ini yang akan dijadikan patokan, dalam menjahit kain
tersebut nantinya.

3. Menjahit Jelujur

Dijahit secara jelujur menggunakan benang dengan jarak satu sampai dua mili meter
(mm) atau bisa lebih. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan pola, kemudian
ditarik (jelujur) sampai membentuk kerutan-kerutan.

4. Memberi Warna pada Kain

Dalam proses mewarnai atau memberikan warna terdapat tiga teknik yang harus
dikuasai :

 Pecoletan

Pencoletan biasanya dilakukan karena warna yang diinginkan melebihi satu warna.

 Pencelupan

6
Pencelupan digunakan untuk proses satu warna saja. Kain yang dijelujur maka tidak
dicelub. Artinya, tetap dibiarkan warna dasar yaitu putih.

 Kombinasi keduanya

Cara yang menggabungkan kedua cara tersebut, di mana pertama dilakukan


pencelupan, selanjutnya colet dengan variasi warna yang diinginkan.

5. Melepas Jahitan Jelujur dan Mencucinya

Setelah seluruhnya dilepaskan, langkah selanjutnya adalah mencuci sampai bersih.

6. Pengeringan dan Finishing atau Disetrika

Dalam proses pengeringan, lakukan pada tempat yang agak teduh dan tidak terkena
matahari secara langsung. Terakhir, disetrika agar menjadi rapi dan lembut.

2.2.1 Penjelasan Sebelum Mengolah Sasirangan


Jenis bahan sasirangan sendiri pun bermacam-macam, mulai dari sutra ATBM (alat
tenun bukan mesin), sutra serat nenas, sutra grand/super/organdi/chiffon, prima, katun
Jepang, satin dan dorbi. Harganya cukup bervariasi tergantung jenis bahan dan motif yang
anda pilih. Untuk jenis sutra, semakin sulit pembuatan corak/motif atau yang disebut motif
berpola, maka harganya pun semakin mahal.

Untuk mendapatkan motif sasirangan yang bagus diperlukan ketelitian pengrajin


bagian sirang atau merajut, jika penusukan jarum yang mengikuti pola motif yang ada pada
lembaran kain itu jaraknya tidak terlalu jauh dan juga menarik ikatan benangnya pada
masing-masing motif itu kuat, istilah bahasa banjarnya pisit maka hasilnya akan jauh lebih
baik dan motif sasirangan terlihat jelas.

Proses pembuatan kain sasirangan cukup rumit/unik, dikerjakan melalui tahap-


tahapan mulai dari mendesign motif, merajut, mencelup, membuka rajutan, mencuci dan
menstrika. Keseluruhan penyelesaiannya dikerjakan oleh masing-masing pengrajin sesuai
dengan keahliannya dan tidak menggunakan alat mekanis.

Untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan pemilihan bahan baku dan pewarna
yang berkualitas, kalau kita menggunakan bahan warna yang berkualitas maka hasil yang
diperoleh pun akan memiliki mutu yang tinggi, hal ini bisa kita lihat dengan kecerahan warna
yang lekat pada kain (tidak kelihatan suram), awet dan tahan lama.

7
Jika para pengrajin menggunakan bahan pewarna yang bagus dan berkualitas maka kesan
atau image dari masyarakat yang mengatakan kain sasirangan itu luntur akan hilang dengan
sendirinya. Karena itu para pengrajin berusaha menjaga kualitas. Namun perlu diketahui,
anda akan menemui perbedaan harga antara masing-masing pengrajin, hal tersebut
dipengaruhi oleh jenis bahan pewarna maupun kain yang mereka gunakan.

Alat yang dibutuhkan :

 Gunting
 Pensil
 Benang jeans
 Rafia
 Karet gelang
 Jarum
 etc (manik-manik, biji buah, dll)
 buah ember
 Kaos tangan karet

Bahan yang digunakan :

 Kain primisima
 Pewarna batik/ zat warna Naphtol

Proses pembuatan kain sasirangan saat ini bersifat terbuka, artinya siapa saja dapat
melakukan pembuatan kain khas Banjar tersebut, asal memiliki keterampilan. Diperlukan
adanya kesungguhan, ketelitian dan kecermatan, sehingga menghasilkan selembar kain
sasirangan yang baik, sempurna dan bermutu.

2.3 Pemasaran Sasirangan


Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan
bertukar sesuatu yang bernilai dengan pihak lain. ( Kotler & Amstrong dalam Priansa,
2017:3). Pemasaran produk merupakan suatu hal yang paling penting karena manajemen
pemasaran yang baik yaitu dengan memperhatikan konsep strategi pemasaran atau yang bisa
disebut marketing mix.

8
Dan tidak disadari perkembangan kain sesirangan di kalimatann selatan sendiri
sebelum semaju kain batik di pulau jawa . Banyak hal yang menyebabkan belum semaju
kain batik di pulau jawa diantaranya masih terbatasnya usaha dan upaya para pengrajin ,
terbatasnnya modal , faktor media promosi, belum berkembangnnya usaha dan aktivitas
pemasaran dan hal-hal lain yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah serta faktor-faktor
dukungan dari berbagai pihak didalam dan diluar daerah Kalimantan Selatan ( Syamsiar
Seman, 2013:32)

Untuk itulah, strategi pemasaran harus dilakukan agar kain sasiranagan dapat di
diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya , dan dapat dikenal secara
internasional karena kain sasirang merupakan salah satu dari sekian banyak warisan budaya
bangsa yang tidak saja memiliki nilai ekonomis , namun memiliki nilai budaya dan nilai
sosial yang lain .

2.3.1 Contoh Pemasaran yang Cocok untuk Usaha Sasirangan


Setiap pengusaha sasirangan mempunyai strategi yang berbeda-beda dalam usahanya
untuk menarik minat konsumen. Sebagai perusahaan penghasil sasirangan yang cukup besar
Contohnya Citra Sasirangan Banjarmasin menggunakan strategi perluasan atau ekspansi
atau menambah daerah peredaran barang hasil produksinya, yaitu dengan cara membuka
cabang-cabang baru agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai daerah di
Kalimantan.Perluasan cabang Citra Sasirangan ini ditujukan untuk menyebarkan hasil
produksinya, meningkatkan volume penjualan, dan memenuhi kebutuhan konsumen dari
luar daerah Banjarmasin.

Adapun contoh lain dari teknik pemasaran Sasirangan ialah :

1. Merek
Merek merupakan sebuah nama,istilah, simbol, desain yang mengidentifikasi sebuah
produk sehingga membedakan dari produk pesaing. Dalam menentukan merek
produknya adalah dengan mempergunakan nama perusahaan yang identic dan berciri
khas.
2. Kemasan
Individual packing ini berupa produk yang sudah dikemas dalam plastik dikemas
kembali dalam plastik besar atau disebut dengan Master packing fungsi dari
pengemasan ini yaitu melindungi produk dari kotoran dan air sehingga produk tidak

9
mudah rusak dan aman dipakai oleh penggunanya serta memudahkan penyimpanan
dan transportasi kemasan yang dipakai dalam melindungi produknya dapat
mempermudah penyimpanan dan transportasi karena bentuk dari kemasan tersebut.
Individual Packing juga berfungsi untuk menarik perhatian pembeli karena kemasan
yang sangat mewah.
3. Mutu
Mutu merupakan alat penentu kepuasan konsumen atau pelanggan sehingga mutu
yang bagus dapat memberikan manfaat kepada perusahaan yaitu konsumen membeli
ulang. Contohnya : KUALITAS JANGAN DIRAGUKAN, DIJAMIN PREMIUM
mutu yang bagus dan setiap konsumen yang pernah membeli produk pada took kita
akan melakukan pembelian kembali karena konsumen merasa puas pada produk
sasirangan kita.
4. Harga
Penetapan sebuah harga ini merupakan hal yang sangat, karena dapat mempengaruhi
terhadap permintaan pasar. Harga juga sering dipergunakan sebagai alat persaingan
maka untuk itu perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan harga. Perusahaan
apabila salah dalam menetapkan harga, maka akan menimbulkan kesulitan untuk
perusahaan dan tidak jarang tindakan yang keliru dapat mengakibatkan kegagalan
usaha dan untuk perusahaan. Dan jangan berpelit hati memberikan diskon kepada
calon pembeli.
5. Promosi
Kegiatan strategi promosi merupakan aspek penting dalam menunjukkan kegiatan
usaha untuk meningkatkan omset penjualan, minimal dalam mempertahankan
tingkat penjualan yang telah dicapai. Contohnya seperti mempromosikan Kain
Sasirangan kita ke Platform Instagram, Tiktok, Facebook. Disana kita bisa
memasang iklan, melakukan Live Selling dan membuat konten yang dapat menarik
perhatian netizen.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketidaktahuan masyarakat umum maupun perajin tentang makna dan cerita dibalik
Sasirangan itu disebabkan kurangnya referensi dan informasi tentang topik terkait serta rasa
kepedulian terhadap warisan budaya Banjar. Hal ini dapat menjadi masalah dikemudian hari
mengingat perkembangan zaman yang terus berubah dan Sasirangan kemudian akan
dilupakan generasi-generasi mendatang.

Pemahaman tentang cerita dan informasi Sasirangan Banjarmasin diharapkan dapat


menambah wawasan audience mengenai ragam pola Sasirangan klasik yang ada serta
menjadi media panduan informasi untuk wisatawan ketika berkunjung ke Banjarmasin,
sehingga memperkaya pengetahuan dan dapat memberikan inspirasi dalam mengembangkan
Sasirangan tanpa melupakan unsur-unsur dan cerita sakral yang pernah ada pada Sasirangan.

3.2 Saran
Perancangan ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan waktu
dalam proses penelitian dan perancangan sehingga untuk mereka yang di kemudian hari akan
membahas Sasirangan, perlu membahas lebih dalam lagi tentang perajinnya dan konten-
konten lain yang belum sempat dibahas dalam makalah ini. Serta perlunya menyebarkan
pengetahuan tentang Sasirangan dan budaya Banjarmasin tidak hanya dalam bentuk cetak
saja, namun dapat pula dengan media lain seiring luasnya perkembangan media untuk
mencakup audience yang lebih luas.

Perancangan makalah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi perancang-


perancang mendatang baik dengan tema maupun gaya serupa, dan menghadirkan
perancangan yang menjadi solusi dari permasalahan yang muncul di masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://binus.ac.id/character-building/2021/01/selayang-pandang-asal-usul-kain-sasirangan/

https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kain-sasirangan/

https://jkpjournal.kalselprov.go.id/index.php/menu/article/download/132/102

https://koranbanjar.net/6-cara-membuat-kain-sasirangan/

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/159/99311067%20Rosmalina%20Ama
lia.pdf?sequence=15&isAllowed=y

12

Anda mungkin juga menyukai