Anda di halaman 1dari 14

SUKUN (pohon)

Sukun adalah nama sejenis pohon dan buahnya sekali. Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Ingg.: breadfruit; Bld.: broodvrucht, dll.). Sukun sesungguhnya adalah kultivar yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti jambu klutuk dan durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai timbul, kulur (bahasa Sunda), atau kluwih (bahasa Jawa). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru, ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis. Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai. Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 8-10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duriduri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau segi-6 di kulitnya. Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun.

Hasil dan kegunaan


Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju

yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng. Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.

Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak. Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal. Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet. Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu.

Timbul, kulur, atau kluwih (yang berbiji) lebih banyak dipetik tatkala muda, untuk dijadikan sayur lodeh, sayur asam, atau ditumis dengan cabai. Biji timbul yang tua juga kerap direbus, digoreng, atau disangrai untuk dijadikan camilan.

Penyebaran dan ekologi


Asal-usul sukun diperkirakan dari kepulauan Nusantara sampai Papua. Mengikuti migrasi sukusuku Austronesia sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, tanaman ini kemudian turut menyebar ke pulau-pulau di Pasifik. Diperkirakan pada masa perdagangan rempah di akhir zaman Majapahit, sukun menyebar ke Jawa dari Maluku. Karena pengaruh kolonisasi bangsa-bangsa Eropa, sukun ini lalu menyebar ke barat antara tahun-tahun 1750-1800 ke Malaysia, India, Srilangka, Mauritius, dan pada 1899 tiba di Afrika. Kini sukun telah menyebar luas di berbagai belahan dunia terutama di lingkar tropis. Sukun menyukai iklim tropis: suhu panas (20-40C), banyak hujan (2000-3000 mm pertahun) dan lembap (lengas nisbi 70-90%), dan lebih cocok di dataran rendah, di bawah 600 m dpl., meski dijumpai sampai sekitar 1500 m dpl. Anakan pohon lebih baik tumbuh di bawah naungan, namun kemudian membutuhkan matahari penuh untuk tumbuh besar. Meskipun kebanyakan kultivarnya akan tumbuh dengan baik pada tanah-tanah aluvial yang subur, dalam dan berdrainase baik, akan tetapi variasi kemampuannya sangat besar. Maka ada varietas-varietas yang tumbuh baik di tanah berawa, tanah kapur, tanah payau dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa daun sukun yang telah tua dan gugur, dapat digunakan untuk pengobatan tradisional pembesaran prostat, menurunkan gula darah, serta pengobatan gagal ginjal. Namun hal ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut. http://id.wikipedia.org/wiki/Sukun_%28pohon%29

Budidaya Sukun
Adanya penyebaran satu jenis tanaman ke daerah lain, tentulah karena tanaman tersebut berguna. Penyebaran akan cepat terjadi bila tanaman merupakan bahan makanan, terutama sebagai bahan pangan. Demikian pula dengan sukun (Artocarpus communis). Karena tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, maka sukun menyebar ke seluruh daerah tropis. Banyaknya nama daerah untuk sukun menunjukkan bahwa bahan pangan yang ini sesungguhnya telah cukup lama memasyarakat. Kegunaan sukun sebagai bahan pangan di Indonesia telah dikenal sejak lama. Namun, sejak jaman penjajahan Belanda sukun lebih populer sebagai pangan alternatif. Di beberapa daerah sukun dimakan sebagai makanan pengganti nasi. Namun di daerah lain, sukun dimakan sebagai makanan sampingan (cemilan). Hasil olahan dari sukun sangat beragam dan masingmasing daerah mempunyai cara mengolah yang berbeda. Selama ini baru 4 (empat) tanaman yang dianggap sebagai pendamping padi/beras sebagai makanan pokok, yaitu jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kentang. Adapun sukun belum dilirik sama sekali, padahal kandungan gizi (karbohidrat dan energi) sukun sesungguhnya tidak kalah dengan keempat komoditi pendamping itu, bahkan kandungan gizi sukun melebihi kandungan gizi kentang yang merupakan tanaman pangan alternatif yang paling banyak diminati masyarakat diberbagai belahan dunia. Tabel 1. Komposisi gizi sukun dan bahan pangan lainnya per 100 g bahan. No Energi (kal) Jenis bahan pangan 1.Tepung sukun 2.Sukun tua 3.Beras 4.Jagung 5.Ubi kayu 6.Ubi jalar 7.Kentang 302 108 360 129 146 123 83 Protein (g) 3,6 1,3 6,8 4,1 1,2 1,8 2,0 Lemak (g) 0,8 0,3 0,7 1,6 0,3 0,7 0,1 Karb.(g) 78,9 28,2 78,9 30,3 34,7 27,9 19,1 Bgn yg dimakan (%) 100 70 100 28 75 86 85

Sumber: FAO, dalam harian terbit, 1993 Potensi lain dari sukun adalah waktu panen sukun dapat terjadi hampir tanpa kenal musim. Saat bahan pangan lainnya dalam keadaan paceklik karena baru melalui periode panjang musim kemarau, sukun masih berproduksi. Produksi sukun akan semakin bertambah saat terjadi kemarau kering. Selain itu pohon sukun sangat cocok digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu mengurangi erosi tanah akibat angin kencang. Perakarannya yang mencengkram tanah dengan kuat dapat mengurangi erosi, terutama di lereng-lereng gunung. Bahkan tanaman ini dapat menyimpan air hujan, sehingga dapat dikatakan di mana ada kumpulan pohon sukun di situ ada sumber mata air.

Kegunaan lain dari sukun adalah kayu dari batang sukun dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Perabotan sederhana seperti meja, kursi, atau rak dapat dibuat dari kayu batang sukun yang telah tua. Di Ambon kulit pohon sukun digunakan sebagai campuran sejenis jamu yang diberikan kepada wanita nifas (sehabis melahirkan), dengan maksud untuk melancarkan peredaran darah. Budidaya Sukun Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal pada suhu dengan kisaran 20-40 oC. Daerah dingin kurang mendukung pertumbuhan tanaman sukun. Kalaupun mampu tumbuh, sukun tidak akan berbuah optimal, melainkan cenderug menghasilkan daun yang rimbun. Kelembaban udara yang diinginkan sukun ialah 70-90 persen. Kelembaban penting untuk menunjang pertumbuhan, pembungaan, dan pembesaran buah. Sewaktu muda tanaman sukun lebih senang ternaungi, tetapi setelah dewasa sukun membutuhkan sinar matahari penuh. Sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik merah kuning, tanah berkapur, dan rawa pasang surut. Namun tanaman sukun akan berproduksi lebih baik pada tanah aluvial yang kaya humus. A. Benih Sukun tidak dapat diperbanyak dengan biji karena memang tidak berbiji. Jadi sukun hanya dapat diperbanyak secara vegetatif yaitu dengan stek akar, okulasi, cangkok, atau tunas akar. (a) Stek akar Benih sukun dengan cara stek akar merupakan alternatif utama yang dipakai para pembenih. Cara ini timbul karena secara alami akar sukun mampu menumbuhkan tunas sebagai tanaman baru. Keuntungan pembenihan dengan cara ini adalah mampu menghasilkan benih sekaligus dalam jumlah yang besar dan seragam pertumbuhannya. Pohon induk untuk stek akar dipilih pohon yang sehat, berbatang tegak, daunnya mengkilap dan segar, serta berproduksi cukup tinggi. Setelah pohon induk ditebang, akar pohon sukun digali dan dibongkar. Potong akar dari pangkal leher. Selanjutnya akar ditarik sambil dibantu penggalian tanah agar akar dapat diambil utuh memanjang. Akar yang diambil yaitu akar pokok yang besar beserta cabang. Untuk mendapatkan potongan stek, akar dipotong-potong sepanjang 15-20 cm. Potongan stek akar sebaiknya diistirahatkan 1-2 hari sebelum disemai. Hal ini untuk menyembuhkan luka potongan secara alami. Untuk merangsang pertumbuhan akar, stek yang telah diistirahatkan direndam dalam larutan hormon perangsang akar, seperti Dharmasri 5 EC atau dioleskan hormon Rootone F. Penggunaan rootone F dengan memasukkan 4 sendok makan dalam baskom plastik ditambah 4 sendok makan air setelah kental dioleskan pada bagian bawah stek akar. Proses selanjutnya, stek akar yang sudah diberi hormon perangsang tumbuh disemaikan dalam bedengan pasir. Bedengan sebaiknya diberi atap daun kelapa atau alang-alang untuk mengurangi penguapan. Jarak semai dalam bedengan ini cukup rapat yakni 3-5 cm. Lakukan penyiraman secara teratur pagi dan sore hari untuk memenuhi kelembaban yang dibutuhkan. Setelah 1 bulan, biasanya stek akar sudah menumbuhkan tunas. Sebagai media semai dalam plastik atau polybag dapat digunakan tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 2:2:1. Masukkan media sebanyak bagian plastik atau polybag.

Kemudian stek akar disemaikan. Tindakan penyiraman tetap harus dilakukan. Setelah 1,5 bulan dalam polybag, stek menumbuhkan tunas daun. Selain itu, akarnya pun sudah terbentuk. Benih asal stek ini siap ditanam setelah berumur 4-6 bulan sejak mulai semai. (b) Okulasi Cara okulasi dilakukan dengan menempelkan mata tunas sukun pada benih keluwih. Teknik ini dipilih bila ingin mendapatkan benih yang banyak dalam tempo singkat. Cara ini lebih sulit dibandingkan cara perbanyakan sukun lainnya karena membutuhkan keterampilan khusus. Benih keluwih yang dipilih sebagai batang bawah haruslah sehat. Sebaiknya calon batang bawah ini sudah mempunyai 4-6 helai daun atau berumur sekitar 5-6 bulan sejak biji disemai. Mata tunas dari sukun yang hendak ditempelkan ke batang bawah dikerat dengan pisau okulasi. Biarkan sebagian kulit kayunya terbawa. Getah yang keluar dikeringkan dengan menaruh mata tunas pada pasir. Selanjutnya kulit batang bawah dikelupas, besarnya kelupasan diperkirakan sama dengan keratan mata tunas yang sudah disiapkan. Okulasi yang berhasil ditandai dengan timbulnya tunas sukun. Bila tunas sudah tumbuh, tali rafia yang membalut dibuka. Setelah tunas sukun memiliki 3-5 helai daun, daun keluwih yang masih ada dibuang. Dengan demikian benih okulasi ini hanya memiliki tunas sukun saja. Benih ini dapat ditanam 6-8 bulan kemudian terhitung dari proses awal okulasi. (c) Cangkok. Kelebihan dari cangkok yaitu dapat dilakukan pada tanaman dewasa maupun yang masih muda. Pada tanaman dewasa yang dicangkok adalah cabang yang telah berwarna coklat. Pada tanaman muda yang dicangkok adalah batangnya, hal ini bisa dilakukan pada benih dari stek akar maupun tunas akar yang tumbuh secara alamiah. Waktu cangkok yang tepat adalah awal musim hujan, karena pada saat itu kelembaban cukup tinggi untuk merangsang tumbuhnya akar dan menyiapkan tumbuhan baru. Cangkok Batang. Cara pencangkokan pada cabang yaitu sebagai berikut : Pilih batang yang merupakan cabang muda yang terletak pada cabang utama yang produktif. Diameter cabang tidak terlalu kecil atau besar, sekitar 3-5 cm. Kelupas kulit cabang selebar 3-5 cm. Panjang batang yang tersisa dari bagian yang akan dikelupas sebaiknya jangan terlalu panjang, cukup sekitar 40-60 cm. Getah yang keluar dari bekas kelupasan ini dibiarkan mengering sehari. Setelah getah mengering, dilepaskan dari kulit. Bekas luka dolesi hormon perangsang tumbuh akar (Rootone F) dengan bantuan kuas. Tutup bagian tersebut dengan tanah atau moss yang sudah dibasahi dengan air sehingga dapat menggumpal dan membalut batang. Balutan tersebut dibungkus dengan plastik putih tipis yang diikat erat dengan tali plastik untuk menguatkan balutan. Beri beberapa lubang pada plastik untuk pelancar penyiraman dan menjaga kelembaban agar tidak berlebihan. Setelah berumur 1-2 bulan, biasanya cangkokan sudah tumbuh dengan baik dan siap dipotong. Cangkokan ini jangan langsung ditanam di lahan. Buka bagian balutannya. Masukkan dalam polybag yang sudah diisi media campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Lakukan perawatan dan penyiraman sehingga benih cangkokan siap sebagai tanaman muda yang akan dipindah ke lahan satu bulan kemudian. Cangkok tunas akar. Cara yang dilakukan pada batang sukun dan tunas akar tidaklah berbeda. Hanya pencangkokan tunas akar sudah dapat dilakukan sejak ukuran batang sebesar pensil atau lebih kecil lagi asal tunas tersebut mulai berkayu di bagian bawahnya. Pencangkokan pada tunas

akar lebih gampang dilakukan dan lebih mudah dikontrol dan dirawat sehingga tingkat keberhasilannya lebih tinggi dibandingkan cangkok batang. B. Penanaman Langkah-langkah penanaman : 1) Bersihkan lahan dari rumput, batu dan kotoran 1 bulan sebelum tanam. 2) Buat lubang tanam dengan ukuran 75 x 75 x 75 cm pada jarak 12 x 12 m hingga 15 x 15 m. Tanah sebelah atas ditaruh di sebelah kiri, tanah sebelah bawah di sebelah kanan. 3) Tanah bagian atas dicampur dengan 1 blek pupuk kandang 4) Buka plastik/polybag penutup benih 5) Masukkan benih dalam lubang. Timbun dengan tanah bagian bawah terlebih dahulu baru tanah bagian atas. Saat penimbunan ini dapat ditaburkan pupuk NPK sebanyak 100 g per lubang. 6) Beri sedikit air agar tanah dapat agak dipadatkan sehingga posisi tanaman menjadi kokoh. Selanjutnya tanaman perlu dirawat dan disiram secara teratur agar mampu tumbuh dengan baik. Tabel 2. Perkiraan kebutuhan pupuk untuk tanaman sukun. Umur tanaman 0-1 thn 2-5 thn 5 thn lebih Urea (gr) 30-75 130-200 150-200 SP-36 (gr) 40-75 80-150 150-250 KCl (gr) 25-40 80-150 150-300 Pupuk kandang (blek) 1 2 3

C. Panen Kriteria panen : - Kulit buah yang semula kasar kini menjadi halus, kulit yang bertonjolan kecil kini membesar, selain itu kulit cenderung datar tidak terlalu nampak lagi tonjolannya. - Warna kulit buah yang semula hijau cerah berubah kekuning-kuningan. Buah tua yang terlalu kuning tidak terlalu enak dikonsumsi. - Buah sukun tua tampak padat, tetapi cenderung agak lunak bila ditekan. Buah yang terlalu lunak menandakan sukun kelewat umur bahkan sedang mengalami proses pembusukan.
http://www.bbpp-lembang.info/index.php/en/arsip/artikel/artikel-pertanian/501-budidaya-sukun

Rambah China Lewat Sukun


Buah sukun, populer saat ini sebagai pangan alternatif pengganti nasi. Tapi jangan abaikan daunnya, rahasia khasiatnya telah terungkap. Heran sekaligus takjub. Inilah yang dirasakan Mikhael Wuryaning Setyawati, herbalis di kawasan Rawabadak, Jakarta Utara. Selama bertahun-tahun berpraktik, penyakit yang berhubungan dengan asam urat, rematik, dan osteoporosis, termasuk yang sangat sulit ditangani. Jujur ya, ini sangat sulit diatasi. Memang ada herbal seperti mahkota dewa atau sida guri, tapi itu lama, kata wanita yang dikenal dengan nama Ning Harmanto ini. Ketidaksengajaan membuat Ning menemukan daun sukun. Berawal dari perjalanannya sebagai peserta Pekan Nasional Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (Penas KTNA) XIII di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Juli 2011 silam. Dalam perjalanan, Ning duduk berdekatan dengan Ida Farida yang juga salah satu peserta Penas. Ternyata dia baru sembuh dari osteoporosis yang sampai membuat dia nggak bisa jalan, sembuh karena minum air rebusan daun sukun, kenang Ning. Sebagai herbalis, dia jelas penasaran lalu mendalami lagi khasiat daun tanaman bernama ilmiah Artocarpus altilis ini. Wanita 65 tahun ini pun menemukan campuran yang pas sehingga menghasilkan teh daun sukun. Semangat Ning semakin berkobar setelah banyak pasiennya yang merasakan manfaat teh daun sukun dalam waktu singkat. Yani, salah satunya, menderita osteoartritis dan jantung. Konsumsi teh daun sukun pada pagi dan sore hari, hanya dalam dua hari konsumsi, penyakitnya pun tidak dirasakannya lagi. Untuk mengatasi asam urat, satu lembar daun sukun direbus dalam satu liter air hingga airnya tinggal 500 cc. Ini secara tradisional. Tapi daun sukun ini tidak cocok untuk penderita maag dan tekanan darah rendah. Kalau dalam teh ini, sudah saya campurkan juga herbal untuk menetralisir maag, tambah ibu tiga anak ini. Merambah Pasar China Produk teh daun sukun dengan merek dagang Ostea+ yang dirintis Ning sejak Juli 2011 ini telah memberdayakan petani di dua kecamatan kawasan Cireundeu, Serang, Banten. Padahal, sebelum Ostea+ diproduksi, daun sukun dibiarkan mengering begitu saja. Setiap bulan, lebih dari dua ton daun sukun kering dikirim ke Jakarta dari Cireundeu. Untuk mendapatkan dua ton kering, dibutuhkan 20 ton daun sukun tua tetapi yang masih berwarna hijau. Dua ton daun sukun kering dapat dijadikan sekitar 50 ribu kotak Ostea+ dengan isi 20 teh dalam kantung bundar. Tentu saja masih ada campuran herbal lainnya dalam teh ini. Namun 50% dari bahan yang digunakan adalah daun sukun. Saat ini pemasaran Ostea+ melalui distributor. Hanya Rp1,5 juta, itu 5 lusin teh (Ostea+), sudah dapat banner dan brosur, juga ada beberapa sachet untuk promosi. Tinggal menjalankan saja, papar Ning. Dengan harga pasaran Rp35 ribu/kotak, keuntungan distributor mencapai Rp600 ribu. Ning pun tidak menutup kesempatan bagi yang baru ingin mencoba. Kalau mau coba dulu sedikit, misalnya beli satu lusin juga boleh, paling jadinya Rp30 ribu, cetus Presiden Direktur PT Mahkotadewa Indonesia ini. Dengan sistem distribusi, saat ini Ostea+ dapat terjual sekitar 5.000 kotak/bulan di dalam negeri.

Tidak hanya dalam negeri, Ning juga merambah pasar ekspor sejak April 2012. China menjadi negara tujuan ekspor pertama. Ekspor pertama satu kontainer, itu sekitar 50 ribu kotak Ostea+. Rencananya ini akan kontinu tiap bulan. Setelah ini masih ada Ukraina, Rusia, dan Lebanon yang menunggu. Kalau Ukraina, rencananya bulan Juni kami akan ekspor 10 kontainer. Kami sedang siapkan perizinannya, katanya sumringah. Tertarik mencoba membantu atasi penyakit sekaligus berbisnis? Renda Diennazola http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=12&aid=3590

Produk Tepung Sukun Menarik Minat Pengunjung Pameran Pangan Nusa V - 2010

Pameran Pangan Nusa 2010 yang diselenggarakan bersama Trade Expo Indonesia (TEI) 2010 menghadirkan ragam cita rasa kuliner dan pangan olahan nusantara. Pameran Pangan Nusa adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Direktorat Usaha Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan. BB-Pascapanen, bersama Puslitbangtan, mewakili Kementrian Pertanian ikut serta memeriahkan pameran pangan nusa dengan berbagai macam produk unggulannya. BB-Pascapanen memamerkan berbagai macan teknologi pembuatan tepung, yaitu: tepung kasava bimo, tepung sukun, tepung iles-iles, tepung jagung, dan tepung talas. Pada kesempatan ini, BB-Pascapanen mencoba menghadirkan kue-kue yang dibuat dari tepungtepung hasil produksinya, yaitu : biskuit tepung kasava, biskuit tepung sukun, donat tepung sukun, bolu tepung kasava dan bakpao tepung talas. Beberapa pengunjung dari Sulawesi Selatan menanyakan proses pembuatan tepung sukun karena produksi buah sukun di propinsi tersebut cukup banyak dan belum termanfaatkan secara maksimal. Pada kesempatan lain ada salah satu eksportir menanyakan produksi tepung sukun yang cukup untuk diekspor ke Timur tengah, karena menurut beliau tepung sukun sangat potensial untuk dijadikan komoditi ekspor karena belum mempunyai pesaingnya dan mempunyai citarasa yang cukup menarik. Pengunjung yang telah mencicipi biskuit dengan bahan dasar tepung sukun menyatakan bahwa biskuit tersebut memiliki citarasa yang unik, bahkan pengunjung dari Filipina menyatakan bahwa kue tersebut cukup enak dan layak untuk dikomersialkan. Pengusaha ina cookies juga menyatakan minatnya untuk menjadi konsumen tepung sukun karena permintaan kue kering dari tepung sukun juga meningkat akhir-akhir ini,

namun kebutuhannya belum tercukupi karena tidak adanya produsen yang memproduksi secara komersial. Semoga tepung sukun dapat segera diproduksi secara komersial sehingga masyarakat dapat menikmati citarasa uniknya.(BennyEW)
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/id/berita/108

PRODUK HERBAL: Eksportir asing berminat


JAKARTA: Produk herbal Indonesia untuk mengatasi kanker, diabetes dan jantung, diminati eksportir dari China, Ukraina dan Beirut. Ning Harmanto, Presdir PT Mahkotadewa Indonesia, mengatakan produk yang diminati adalah teh celup daun sirsak dan teh celup daun sukun. Hal yang paling membahagiakan saya selama ini produk herbal China yang menyerbu di Indonesia. Tapi sekarang herbal Indonesia bisa masuk China," katanya, Sabtu, 24 Maret 2012. Berbicara pada komunitas entrepreneur Miliadermawan Mulia, Ning mengatakan eksportir Malaysia Harin Corporation Sdn Berhad yang memasukan herbal buatannya ke China. "Rupanya eksportir itu sendiri sebelum melakukan kerjasama sudah melakukan riset dan uji lab sehingga akhirnya minta kami kirim teh celup dari daun sukun dan daun sirsak itu ke China," jelas Ning. Untuk tahap awal, ujarnya, disepakati pengiriman masing-masing satu kontainer. Teh celup daun sukun manfaatnya untuk kesehatan tulang, jantung, ginjal dan hati. Teh daun sirsak manfaatnya untuk kesehatan pencernaan, detoks, ambeien dan kanker. Sebagai pengusaha UKM, untuk pasar ekspor ini pihaknya mendapat bantuan dari industri teh PT Sariwangi terutama dalam hal pengemasan produk. Ukraina juga berminat pada produk teh herbal meski sebelumnya justru berminat ekspor 20 kontainer kopi mulai Juni. Pengusaha Beirut berminat untuk produk herbal dalam kapsul terutama untuk atasi diabetes, jantung dan penyakit kanker. (tw) http://www.bisnis.com/articles/produk-herbal-eksportir-asing-berminat

Sukun Mulai Menjajah Pasar Pasar Internasional


Selain populer sebagai bahan pangan alternatif pengganti nasi, ternyata daun sukun mempunyai kelebihan tersendiri. Kelebihan tersebut yaitu mampu mengobati bermacam-macam penyakit seperti osterporosis, asam urat, rematik, bahkan jantung. Memang ada beberapa herbal yang lebih popular dari daun sukun seperti mahkota dewa atau sidaguri tapi herbal tersbut membutuhkan waktu lama untuk dapat menyembuhkan si penderita.

Beberapa penelitian menyebutkan rebusan daun sukun yang bernama ilmiah Artocarpus altilis mampu menyembuhkan penderita osteoporosis yang bahkan tidak bisa berjalan. Selain itu beberapa penderita juga berhasil sembuh dari penyakit jantung setelah meminum rebusandaun sukun dalam waktu kurang dari seminggu. Untuk mengatasi penyakit yang sederhana seperti asam urat, cukup merebus satu lembar daun sukun didalam satu liter air sampai airnya tinggal setengah. Namun, rebusan daun sukun tidak cocok untuk penderita maag dan tekanan darah rendah. Sekarang ada beberapa orang yang memanfaatkan khasiat dari daun sukun ini untuk membuat produk herbal yang serius. Salah satunya adalah Ostea+ yang dirilis oleh seorang ibu 3 anak bernama Mikhael Wuryaning Setyawati atau akrab diasaba Ning. Ning memulai usahanya sejak Juli 2011 dengan memberdayakan petani di dua kecamatan kaasan Cireundeu, Serang, Banten. Setiap bulan, Ostea+ mendapatkan pesanan lebih dari 2 ton dari Jakarta. Membutuhkan 20 ton daun sukun tua yang masih berwarna hijau untuk mendapatkan 2 ton daun kering. 2 ton daun kering tersebut dapat dijadikan 50 ribu kotak Ostea+ dengan isi per kotak sebanyak 20 the dalam kantung bundar. Walaupun teh tersebut tidak semuanya berisi daun sukun, namun kandungan daun sukun yang ada lebih dari 50 % per kantung. Pemasaran teh Ostea+ ini masih melalui distributor. Harga pasarannya Rp. 35 ribu/kotak. Saat ini Ostea+ dapat terjual sekitar 5000 kotak setiap bulannya, itu hanya didalam negeri saja. Perusahaannya juga merambah pasar luar negeri sejak april 2012 kemarin. Tujuan utama ekspornya adalah ke China. Ekspor pertama sampai satu container yang berisi sekitar 50 ribu kotak. Selain China, ada juga beberapa Negara lain yang tertarik untuk mengimpornya seperti Rusia, Ukraina, dan Libanon. Rencananya bulan ini Ning akan mengekspor 10 kontainer ostea+. Dengan hasil produksi yang besar serta harga jual yang lumayan, ternyata daun sukun punya potensi yang luar biasa untuk di investasikan.

Tertarik mengikuti jejak Ning? Atau ingin membudidayakan sukun sendiri? Kami CV Mitra Bibit menyediakan bibit sukun berkualitas. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pemesanan bibit, silahkan menghubungi contact person yang tersedia.

http://www.mitrabibit.com/2012/07/sukun-mulai-menjajah-pasar-pasar.html

Keripik sukun, camilan ini sekilas memang tampak sepele. Tapi jangan pernah remehkan wirausaha keripik sukun yang di jalankan oleh Hasnah. Walaupun baru di pasarkan di Belitung dan Bangka, namun omset sebulannya tembus Rp 50 juta per-bulan. Simak kisahnya di bawah ini. Meski bukan penganan jenis baru, keripik sukun memiliki banyak penggemar. Rasanya yang gurih dan renyah tak membosankan lidah. Pengusaha keripik sukun pun mampu mendulang omzet hingga jutaan rupiah. Mereka juga berinovasi mengembangkan produk baru. Kudapan kecil bernama keripik memang sudah sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia. Maklum, camilan ini sangat cocok dinikmati di sela-sela waktu santai berteman kopi atau teh hangat. Salah satu adalah keripik sukun. Lihat saja rezeki yang diperoleh Hasnah, produsen keripik sukun asal Manggar, Belitung. Perempuan ini telah mulai membuat keripik sukun sejak 1996. Ia memanfaatkan buah sukun karena, meski tak banyak, pasokannya relatif stabil. Hasnah membuat tiga jenis produk keripik, yakni keripik biasa, keripik lebar, dan stik. Jika keripik biasa dibuat dari buah sukun yang sudah tua, keripik lebar dibuat dari buah sukun muda. Selain keripik, buah sukun yang sudah tua juga dibuat menjadi stik. Bagian luarnya dibuat keripik, bagian dalam dibuat stik, jelas Hasnah. Kini, Hasnah mampu memproduksi hingga 500 bungkus keripik sukun per hari. Ia membubuhi kemasan keripik sukunnya itu dengan merek Nuansa Baru. Dengan harga jual Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per bungkus, Hasnah bisa mendulang omzet hingga Rp 50 juta sebulan. Hanya, ia masih membatasi pemasaran keripiknya di sekitar Belitung dan Bangka. Pasalnya, ia belum bisa mendapatkan pasokan buah sukun secara rutin. Pasokan sukun sangat tergantung musim. Jika musim hujan, kami bisa mendapatkan buah sukun yang lebih banyak dan bagus, timpal Ronal Indrawan, putra Hasnah. Jika persoalan itu bisa teratasi, Hasnah ingin menjual keripik sukun Nuansa Baru ini ke pasar yang lebih luas. Apalagi, keripik ini memiliki daya tahan hingga tiga bulan. Selain dari Belitung, banyak pula pengusaha keripik sukun asal Yogyakarta. Salah satunya Ronny Dahlan. Pemilik CV Gema Lestari ini mulai membuat keripik sukun sejak 2009.

Meski begitu, Ronni mengakui, berbagai olahan sukun ini merupakan makanan khas masyarakat Pulau Sumatra, khususnya dari Belitung. Ia mendapatkan ide membuat olahan sukun dari orang tuanya yang berasal dari Belitung. Tak hanya keripik, Ronni juga mengolah sukun menjadi bolu. Bahkan, mulai tahun ini, ia menambah variasi produk berupa pizza sukun. Saya terus berinovasi mengolah buah sukun, supaya konsumen tidak bosan, ujarnya. Memang, dari berbagai olahan itu, keripik sukun menuai penggemar paling banyak. Keripik lebih disukai karena merupakan camilan ringan, berbeda dengan roti dan pizza yang terkesan sebagai makanan berat, ujar Ronni. Ia menjual keripik sukun ini dengan harga Rp 15.000 per bungkus. Dalam sebulan, dari penjualan keripik, Ronni mengaku mengantongi omzet hingga Rp 20 juta. Pria berusia 30 tahun ini optimistis, produk olahan sukun akan terus berkembang. Sebab, buah yang banyak mengandung karbohidrat ini kaya akan serat, sehingga baik untuk kesehatan. Selain itu, sukun juga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Sukun memiliki indeks glikemik yang rendah, katanya. Ronni menjual produk olahan sukun ini di beberapa minimarket yang tersebar di Yogyakarta dan Semarang. Ia juga memasok keripik, roti dan pizza sukun ke kantin-kantin kampus. Ronni sengaja mengincar pasar mahasiswa karena biasanya kaum muda tertarik mencoba produkproduk baru. Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com
http://www.blog.binder724studio.com/?p=1461

Sukun Sumber Karbohidrat Pengganti Beras


Ditengah kelangkaan pangan dewasa ini, maka Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) dapat merupakan alternatif sumber karbohidrat, disamping itu salah satu komoditas buah yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi karena dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan sebagai alternatif pangan pengganti beras. Ditengah kelangkaan pangan dewasa ini, maka Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg) dapat merupakan alternatif sumber karbohidrat, disamping itu salah satu komoditas buah yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi karena dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan sebagai alternatif pangan pengganti beras. Pada daerah tertentu umumnya tanaman sukun ditanam pada lahan-lahan pekarangan rumah dengan pemilikan pohon antara 1-5 pohon per keluarga. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap pangan terutama beras, terus meningkat. Padahal sebagaimana dimaklumi upaya peningkatan produksi

beras di tanah air tidak mudah untuk dilakukan karena sudah mengalami kejenuhan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan mencari bahan pangan alternatif pengganti beras. Salah satu bahan pangan yang direkomendasikan sebagai subsitusi beras adalah buah sukun karena mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari setiap 100 gram buah sukun segar mengandung 27,12 gram karbohidrat, 108 kalori, 17 mg kalsium, 29 mg vitamin-C, dan 490 mg kalium. Sedangkan dari setiap 100 gram sukun tua yang diolah menjadi tepung bisa menghasilkan energi sebanyak 302 kalori dan karbohidrat 78,9 gram. Dari kandungan kalori dan karbohidrat yang dihasilkan mendekati kandungan yang dimiliki beras yaitu 360 kalori dengan karbohidrat 78,9 gram. Sebagai perbandingan pada tabel dibawah ini disajikan kandungan karbohidrat dan energi yang dihasilkan dari beberapa bahan pangan. Tabel Komposisi sukun dan bahan pangan lainnya per 100 gram bahan No. Jenis bahan pangan Energi (kal.) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tepung sukun dari buah tua Sukun tua Beras Jagung kuning muda Ubi kayu Ubi jalar Kentang 302 108 360 129 146 123 83 Protein (gram) 3,6 1,3 6,8 4,1 1,2 1,6 2,0 Lemak (gram) (gram) 0,8 0,3 0,7 1,3 0,3 0,7 0,1 78,9 28,2 78,9 30,3 34,7 27,9 19,1 100 % 70% 100% 28% 75% 86% 85% Karbohidr at Bagian yg dapat dimakan

Sumber : FAO Produksi sukun di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2000 produksi sebesar 35.435 ton, meningkat menjadi 62.432 ton pada tahun 2003 dan meningkat lagi menjadi 66.994 ton pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 menjadi 73.637 ton dengan luas panen 6.725 ha. Sentra produksi sukun terbesar adalah Propinsi Jawa Barat sebesar 14.252 ton, Jawa Tengah sebanyak 13.063 ton, , Jawa Timur sebesar 6.400 ton, D.I Yogyakarta sebesar 6.577 ton, Kalimantan Timur sebesar 5.744 ton, Sumatera Selatan 4.321 ton, Lampung sebesar

3.458 ton, Sulawesi Selatan 3.266 ton, Nusa Tenggara Timur sebesar 1.156 ton, dan Jambi sebesar 1.921 ton. Prospek agribisnis sukun masa mendatang sangat menjanjikan karena tanaman sukun tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus dan dapat tumbuh subur pada kondisi ekologi yang beragam. Tanaman sukun dapat tumbuh pada pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl, tumbuh baik pada tanah liat berpasir, dengan kondisi bulan kering 1-4 bulan dan bulan basah 612 bulan. Tanaman sukun berproduksi setelah berumur 35 tahun setelah ditanam, dan dapat dipanen dua kali setahun. Panen pertama disebut dengan panen raya terjadi pada musim hujan yang jatuh pada bulan Januari-Februari, sedangkan panen kedua atau panen susulan pada musim kemarau jatuh pada bulan Juni-Juli. Guna merangsang petani agar mau mengembangkan tanaman sukun, maka Departemen Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan pengembangan agribisnis sukun pada tahun 2003, dengan menggunakan dana dekonsentrasi (APBN) seluas 380 hektar yang tersebar di beberapa propinsi diantaranya adalah; Propinsi Jawa Timur (Kab. Gresik, Lumajang, Kediri), Propinsi Kalimantan Tengah (Kab. Sukamara, Seruyan), Propinsi Sulawesi Selatan (Kab. Bone), Propinsi Sulawesi Tengah (Kab. Toli-toli), Propinsi Maluku (Kab. Maluku Tenggara), dan Propinsi Maluku Utara (Kab. Halmahera Tengah). Sejauh ini sukun lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk pangan goreng-gorengan (keripik) namun, melihat potensi dan peluang pengembangan sukun yang demikian besar serta banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman dan buah sukun, maka sudah saatnya dicanangkan gerakan pemanfaatan buah sukun sebagai pengganti beras. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan mengembangkan teknologi pengolahan pangan dari sukun, sehingga dapat menyajikan buah sukun dan hasil olahannya dalam menu makanan sehari hari. Suatu hal penting yang perlu dilakukan adalah promosi dan kampanye konsumsi sukun, baik sebagai menu jajanan maupun makanan sehari-hari. Disamping itu riset pengembangan produk perlu dikembangkan sehingga dapat ditampilkan dalam performan menarik, tahan lama dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.

Anda mungkin juga menyukai