Anda di halaman 1dari 16

Apakah Tumbuhan Itu?

Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup yang memiliki inti sel dan mengandung
klorofil. Tumbuhan tidak dapat bergerak atau berpindah tempat sendiri layaknya hewan
dan manusia.

Tumbuhan memiliki keistimewaan yaitu dapat membuat makanannya sendiri, karena


tumbuhan memiliki klorofil (zat hijau daun) dan dengan bantuan sinar matahari
tumbuhan melakukan proses pembuatan makanan.

Kekayaan Tumbuhan di Papua

Papua diperkirakan memiliki tumbuhan sebanyak 246 suku, 1.500 marga serta 20.000-
25.000 jenis tumbuhan berpembuluh. Lebih dari setengah jumlah jenis tersebut adalah
endemic atau hanya terdapat di Papua.

Manfaat Tumbuhan Bagi Penduduk Papua

Kekayaan tanah Papua akan flora membawa manfaat bagi masyarakat Papua. Sekitar
650 jenis tumbuhan dimanfaatkan masyarakat Papua sebagai bahan obat-obatan,
rumah, perahu, berbagai kerajinan dan sebagai bahan makanan. Pemanfaatan
tumbuhan di Papua sangat unik dan menarik. Papua memiliki 250 suku atau etnik,
masing-masing suku memiliki cirri tersendiri. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa
daerah dan kepulauan lain yang ada di Indonesia.

Pengetahuan Pemmanfaatan Tumbuhan di Papua

1. Tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pangan


Berbagai macam tumbuhan yang dapat digunakan untuk makanan, baik bagi
manusia, maupun hewan.
Makanan Pokok masyarakat khas Papua adalah sagu (Metroxylon sagu Rottb.),
ubi jalar (Ipomoea batatas) atau petatas (orang di Wamena menyebut dengan
nama Hipere), pokem adalah tanaman sorelia lokal biak numfor, pisang (Musa X
paradisiaca) dan buah-buahan.
Sagu (Metroxylon sagu Rottb.)

Sagua adalah tumbuhan yang diolah sebagai bahan makanan pokok, hampir di seluruh
wilayah pesisir atau rawa-rawa di Papua, kecuali daerah Pegunungan seperti Wamena,
Tolikara, Yahokimo, Pegunungan Bintang.

Cara pengolahan sagu-pun berbeda menurut daerah atau wilayah tertentu, misalnya:
orang Papua yang berada di bagian Utara mengolah sagu dengan cara melarutkan
sagu dengan air panas yang dikenal dengan sebutan Papeda.

Sedang di bagian Selatan, sagu diolah dengan cara dibakar bersama tumbuhan lain
yaitu kelapa (Cocos nucifera) atau dengan daging hewan yang dicampur dengan sagu
dan kemudian dibakar. Bahkan, ada pula yang membakar sagu tanpa menggunakan
campuran apa-apa.

Ciri-ciri Pohon Sagu

Pohon sagu sering dijumpai di daerah yang berair seperti rawa-rawa. Tingginya
mencapai 20 meter. Berakar serabut besar. Batangnya berbentuk silinder, tidak
berkayu dan tidak bercabang tetapi pada bagian dalamnya setelah kulit mempunyai
empulur yang sangat banyak. Empulur ialah yang diolah untuk menjadi tepung sagu
yang selanjutnya diolah untuk menjadi makanan pokok orang Papua.

Bunganya bertangkai seperti tanduk rusa, merupakan bunga majemuk yang keluar dari
ujung batang, berwarna merah kecoklatan. Buahnya berbentuk bulat seperti buah salak
yang tersusun dalam tandan, warna coklat kekuningan. Pohon sagu berbuah apabila
tumbuhan ini telah berusia 8-15 tahun, tergantung dari jenis dan tempat tumbuhnya.
Buah biasanya dimakan oleh burung, salah satunya adalah Kasuari selain itu dapat
dibuat kalung dan gelang sebagai asesoris pakaian tradisional Papua.
Pokem atau Otong

Ini adalah salah satu tumbuhan yang menggunakan nama daerah atau nama lokal dari
etnik Numfor. Karena menyerupai tumbuhan gandum (Triricum sp), maka pokem
disebut juga dengan nama gandum papua.

Pokem adalah makanan poko penduduk Pulau Numfor yang berada disebelah Utara
Papua. Dalam bahasa Numfor, pokem berarti melimpah ruah, ini sesuai dengan gizi
yang terkandung dalam tanaman ini, yaitu: lemak, protein, karbohidrat, vitamin A, B1,
B2,C,D. Kandungan gizi pokem lebih tinggi jika dibandingkan dengan kandungan gizi
dari tumbuhan gandum.

Buah khas Papua

Buah Matoa (Pometia acuminata) merupakan buah khas Papua yang memiliki beragam
rasa maupun rupa. Masyarakat Papua menyebut buah matoa yang bervariasi dengan
nama lokal yang berbeda-beda, antara lain: matoa kelapa, matoa papeda.

Ciri-ciri Morfologi Matoa

Akar tunggang, batang berkayu, diameter batang mencapai 100 cm. tinggi pohon: lebih
dari 35 meter. Daun: majemuk, anak daun berbentuk memanjang. Buah: walau memiliki
kulit licin dan keras, kulit matoa sangat lembut sehingga mudah pecah. Biji matoa
keras, berwarna coklat muda berselimut endosperm yang berair, berwarna putih,
rasanya manis seperti layaknya buah kelengkeng.

Habitat dan Penyebaran

Tumbuh pada tanah yang tergenang air tawar, tanah berpasir, berlempung, berkarang
dan baerbatu cadas. Tumbuh pada ketinggian 0-1200 meter di atas permukaan laut.
Dapat ditemukan beberapa tempat di Papua misalnya: di Jayapura, Pulau Meoswaar,
Manokwari, Mamberamo.
2. Tumbuh-tumbuhan sebagai sandang/pakaian
Tumbuhan dapat juga dimanfaatkan menjadi bahan pakaian seperti benang
untuk industri pakaian. Biasanya bahan pakaian menggunakan serat dari
tumbuhan nenas, kapas, dan dari berbagai kulit.

Masyarakat di pedalaman Papua memang unik! Ini tercermin dari cara mereka
mengolah tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pakaian dan asesorisnya. Contoh:
koteka dan Sali, keduanya merupakan pakaian tradisional masyarakat suku Dani
yang terbuat dari tumbuhan.

3. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai asesoris


Masyarakat Papua memanfaatkan biji-bijian, batang, buah, untuk pembuatan
kalung atau aksesoris pakaian tradisional. Misalnya buah sagu dan rotan
dimanfaatkan untuk kalung, batang dari anggrek Dendrobium spp digunakan
untuk variasi pada gelang, kalung, atau aksesoris lainnya.

Tumbuhan jenis Dipcranoteris linearis yang merupakan jenis dari Pteridophyta


(paku-pakuan) dimanfaatkan oleh masyarakat Wamena untuk gelang dan
banyak digemari wisatawan.

4. Tumbuhan sebagai bahan obat-obatan

Sarang Semut (Myrmecodia spp)

Myrmecodia spp lebih dikenal dengan sarang semut. Dari suku Rubiaceae.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan epifit, yaitu tumbuhan yang hidupnya
menempel pada pohon.

Keunikan Myrmecodia adalah pada bagian umbi. Pada bagian umbi inilah semut
menjadikannya sebagai rumahnya.

Tumbuhan sarang semut ada yang berukuran kecil seukuran jempol. Bagian
umbi sarang semut akan menggelembung seiring dengan bertambahnya umur.
Berat dari umbi dapat mencapai 10 kg bahkan lebih. Bila umbi itu dibelah dua
akan tampak bilik-bilik tak beraturan berisi koloni semut.
Tanaman ini bukan merupakan tanaman endemik Papua. Di Indonesia M.
tuberosa (sarang semut) paling mudah ditemukan di beberapa tempat selain
Papua, yaitu Pulau Siberut, Flores, Kalimantan, dan Maluku.

Suku Njali dan Dani di Barat Jayawijay, Wamena, serta suku-suku di Bogondini
dan Tolikara memanfaatkan sebagai obat rematik dan asam urat. Penelitian
menyatakan tanaman ini ternyata dapat mengatasi beragam penyakit seperti:
kanker, diabetes, hipertensi, lever, jantung.

Hutan Habema, Papua di Wamena di dominasi oleh Myrmecodia pendens dan


M. tuberosa dan dihuni oleh semut dari marga Ochetellus.

Jenis Myrmecodia pendens dan M. tuberosa banyak dijumpai di hutan Habema


Papua.

Gayang (Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosberg) dari family Fabaceae

Merupakan tumbuhan asli Papua Nugini. Digunakan sebagai sumber bahan makanan
karena mengandung karbohidrat dan protein. Kulit kayu dan akar tunggangnya
digunakan sebagai obat tradisional penyakit diabetes dan diare. Sedangkan bagian
batang dapat dijadikan kayu bakar untuk memasak.

Gayang (Inocarpus fagifer (Parkinson) Fosberg) tingginya dapat mencapai 30 meter,


berakar tunggang, berbanir. Batangnya berkulit tebal, berkayu, diameter 10-120 cm,
mempunyai getah pada batang berwarna merah muda. Daunnya tunggal, bukan daun
lengkap, ujung daun meruncing, susunan daun pada ranting menyirip berseling.
Buahnya bertangkai dengan panjang berkisar 0,5-1 cm, lebar buah berkisar 4-7 cm,
panjang buah 5-9 cm, berbentuk pipih, kulit luar buah berwarna hijau, bagian dalam
setelah kulit berserat, daging buah tebal.

Tumbuh secara liar dan alami di hutan dataran rendah pada tanah yang tidak berbatu,
daerah pesisir pantai, juga daerah lumpur atau basah. Biasanya tumbuh di hutan
sekunder dataran rendah.
Perkembangbiakkannya secara generative yaitu dengan biji. Penyebaran biji dari
tumbuhan ini dapat dibantu oleh hewan, angin dan air.

PRA KEPEY atau PANDAN PANTAI (Dilenia nemorosa)

Masyarakat kampung Tablasupa, Depapre dan sekitarnya menyebut tanaman ini


dengan pandan pantai atau pra kepey. Meskipun jenis ini bernama pandan pantai,
bukan berarti dari suku Pandanaceae, tetapi dari suku Liliaceae, dapat dimanfaatkan
sebagai obat patah tulang, kanker, paru-paru basah, luka dalam dan luar, asma, serta
masa nifas.

Termasuk tanaman terna, merumpun, tinggi mencapai 1-1,5 meter. Berakar serabut,
panjang ±15-30 cm, warna coklat kehitaman. Jika besar akar menjadi umbi dan
membentuk tunas baru. Batangnya hampir tak terlihat, pangkal menyatu dengan daun,
berwarna hijau. Daun berwarna hijau tua, seperti pita, tepi bergerigi halus hingga rata,
tulang sejajar, ujung lancip. Berbunga majemuk, buahnya menyerupai buah cherry,
warna biru keunguan. Pra kepey tumbuh melimpah pada daerah yang kanopinya
sangat tertutup.

Daun Gatal (Urticaceae)

Hampir seluruh masyarakat Papua memanfaatkan tumbuhan daun gatal. Daun gatal
terdiri dari berbagai jenis.

Cara pemanfaatannya berbeda-beda, misalnya masyarakat suku Rarankwa dan suku


Yowena pengobatan dengna daun gatal jenis Laportea decumana (Roxb.) Wedd,
digunakan dengan menepuk-nepuk permukaan bawah daun pada bagian tubuh yang
terasa sakit. Namun apabila cara ini belum manjur mereka akan meminum rebusan
daun gatal yang telah disaring.

Efek Daun Gatal (Urticaceae)

Efek dari penggunaan daun Laportea decumana (Roxb.) Wedd adalah bagian tubuh
yang terkena daun akan terasa gatal, kemudian timbul bintik-bintik. Setelah 30 menit
bintik-bintik akan hilang ini pertanda kondisi tubuh akan sembuh atau membaik.
Tanaman ini bermanfaat sebagai obat: malaria, pegal-pegal, rematik, sakit perut,
bengkak karena terbentur atau patah tulang.

Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.)

Berasal dari suku Pandanaceae (pandan-pandanan), diperkirakan ada sekitar 600 jenis
dalam marga Pandanus. Salah satunya adalah buah merah. Buah merah merupakan
buah khas Papua dan tanaman endemik Papua. Nilai jual buah ini sangat mahal
dibandingkan dengan buah-buah lainnya di Papua.

Buah merah tidak dapat dikonsumsi secara langsung melainkan harus diolah terlebih
dahulu, secara tradisional masyarakat menggunakan sebagai bahan campuran pada
makanan dan juga dapat digunakan senagai obat tradisional untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit.

Buah merah, Pandanus coinoideus tingginya mencapai 16-17 m. Akar serabut dan
memiliki akar tunjang yang muncul dari bagian batang dekat permukaan tanah, berguna
untuk menopang berdirinya batang dari pohon tersebut.

Batang berkayu, berbentuk silinder, berwarna coklat. Berdaun tunggal, memeluk batang
dan berseling, warna hijau tua, berbentuk laset sungsang, pangkal merompang,
permukaan atas daun licin mengkilat, dibawah permukaan daun berwarna hijau muda
dan berduri pada ibu tulang daun, tulang daun garis atau sejajar, tepi daun berduri,
ujung meruncing.

Buahnya bertangkai, silindris, berselimut daun pelindung yang runcing, dengan duri
pada tulang utama, warna buah merah bata saat muda dan merah terang setelah
matang. Panjang buah dapat mencapai 1 m, berat mencapai 7-8 Kg. buah tersusun dari
ribuan biji yng berbaris rapi membentuk kulit buah.

Biji kecil memanjang 9-13 mm. Bagian pangkal menempel pada lapisan dalam dari
buah yang agak keras. Bagian atas meruncing terlihat bertotol-totol pada bagian kulit
buah. Biji berwarna hitam kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak berwarna
merah.
Buah merah termasuk tumbuhan yang muda dibudidayakan karena mudah tumbuh
pada daerah yang kurang subur sekalipun, baik dataran rendah hingga dataran tinggi.
Tanaman ini juga memerlukan tanaman pelindung. Tumbuh berkoloni dan banyak
terdapat di hutan-hutan. Banyak terrdapat di Paparan Sahul yaitu daerah Papua, Papua
Nugini, dan daerah Maluku bagian Barat.

Saat pohon buah merah tumbuh dan berbuah maka muncullah tunas-tunas disekitar
tanaman induk. Biasanya tunas muncul dari akar atau batang. Tunas-tunas ini
membuat tanaman buah merah yang tumbuh di alam berumpun atau berkoloni.

Perbanyakan dengan biji biasanya dengan bantuan burung Cenderawasih. Tanaman


buah merah berbuah apabila telah berumur 3 tahun dan berbuah 2 kali setahun yaitu di
bulan Juni-Juli dan November-Desember. Di Papua buah merah dapat tersedia
sepanjang tahun karena setiap daerah di Papua memiliki masa panen berbeda dengan
selang 1-2 minggu. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, masa pematangan buah lebih
lama. Produksi buah yang optimal tercapai pada umur 10-15 tahun dengan jumlah 4-5
buah per pohon.

Abuah merah memiliki variasi buah. Diperkirakan lebih dari 30 kultivar yang tersebar di
dunia termasuk di Papua. Empat kultivar yang ada di Papua banyak dikembangkan
karena memiliki nilai ekonomis yaitu kultivar merah panjang, kuning, merah coklat, dan
merah pendek.

Rumput Kebar

Di sebut rumput kebar karena bentuknya menyerupai rumput: pendek dan kecil.
Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal diseputar Kecamatan Kebar.
Ini alas an mengapa Biophytum ptersianum disebut dengan rumput kebar.

Walaupun bernama rumput kebar tanaman ini berasal dari suku Oxelidaceae, bukan
suku Poaceae (rumput-rumputan). Banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk
meningkatkan kesuburan pada pasangan usia subur yang belum mendapatkan
keturunan. Pengetahuan tersebut merupakan warisan nenek moyang suku Anjai dan
saat ini banyak pula digunakan oleh masyarakat suku lain yang bermukim di Papua.
Rumput kebar merupakan tumbuhan herba. Akarnya tunggang. Batang basa, bulat,
permukaan berbulu, terkadang berwarna merah bata dan hijau ketika muda, tumbuh
tegak lurus dengan tinggi 7-10 cm, tidak bercabang. Daun majemuk, tulang anak daun
menyirip, berwarna hijau suram pada bagian bawah, tepi rata dan ada duri kecil-kecil.
Cukup unik, karena akan tertutup pada malam hari atau bila tersentuh. Bunga terletak
secara berkelompok di pusat, susunan bunga bersimetri banyak, termasuk bunga
lengkap karena mempunyai tangkai bunga, mahkota, benang sari, dan putik. Buahnya
termasuk kotak sejati (capsula) dengan biji seperti spiral.

Tumbuh di atas tanah berpasir, dengan curah hujan yang cukup tinggi. Perbanyakan
tanaman ini menggunakan biji.

Zodia

Banyak yang mengatakan tanaman ini merupakan tanaman asli Papua. Tetapi,
pernyataan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Zodia adalah nama lokal
untuk jenis tumbuhan yang dikenal dengan nama ilmiah Evodia suaveolens Scheff, dari
suku Rutaceae atau jeruk-jerukan.

Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk dan jenis serangga lainnya.
Fakta menunjukkan bahwa tidak ada serangga yang menghampiri kawasan di sekitar
pohon zodiac. Hal ini disebabkan karena aroma yang dikeluarkan oleh zodiac ternyata
mengandung senyawa alkaloid bernama evodiamine dan rutaecarpine. Kedua bahan
aktif inilah yang diduga membuat nyamuk dan serangga tidak menyukai tanaman ini.

Dunia Kesehatan kini memanfaatkan tumbuhan zodiac sebagai obat anti nyamuk
demam berdarah, penghancur sel kanker, menyembuhkan sakit kepala, serta disentri.
Minyak yang disuling dari daun zodiac mengandung linanool dan pinene. Kandungan
linanool inilah yang berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Selain mencegah serangan
nyamuk juga dapat di gunakan untuk mengobati pembengkakan akibat gigitan nyamuk
dengan cara menggosok daun zodiac pada luka gigitan nyamuk tersebut.
Ciri-ciri Zodia

Merupakan tanaman semak dengan tinggi 0,3-2 m. Batangnya berkayu dan bercabang.
Daunnya hijau kekuningan berbentuk lanset menyempit, tepi rata, runcing pada kedua
ujungnya. Dikembangbiakkan dengan menyemai biji atau stek batang, tumbuh di tanah
yang gembur. Tumbuh pada dataran menengah hingga dengan ketinggian 400-1000
meter di atas permukaan laut.

5. Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan minuman

WATI (Piper methysticum Forst)

Wati adalah nama daerah dari suku Marind. Suku Marind mendiami daerah Pantai
Selatan Papua (Kabupaten Merauke). Berbeda dengan Suku Marind di Papua, maka
penduduk asli Vanuatu, Fiji, Samoa (Polinesia), menyebut tanaman ini dengan nama
Kava atau Kawa.

Wati adalah tanaman perdu dan pohon. Akarnya rhizoma sedikit berkayu. Batang
beruas-ruas, berkambium. Berdaun tunggal, berpelepah panjang, tangkai pendek,
warna permukaan atas lebih hijau dari permukaan bawah. Daun berbentuk seperti
jantung, permukaan licin, tulang daun melengkung, tepi rata, ujung meruncing.

Tumbuh dengan baik di daerah tropis dan memiliki kelembapan tinggi. Proses
penanaman wati memerlukan media tanah bercampur lumpur. Wati adalah tanaman
yang membutuhkan cahaya matahari tidak langsung. Perlindungan pada tanah
dilakukan dengan menggunakan daun rumput alang-alang agar tanah tetap lembab.
Tanaman ini cukup rentan terhadap kerusakan oleh tiupan angin sedang hinga
kencang.

Wati digunakan oleh masyarakat Suku Marind sebagai “Minuman Pusaka”. Karena
dalam setiap perayaan adat dan ritual dalam kehidupan suku Marind, minuman ini
selalu ada. Efek minuman air perasan wati adalah mabuk dan tidur dalam rentang
waktu yang panjang (dapat mencapai 12 jam bahkan lebih). Ini terjadi disebabkan oleh
beberapa senyawa yang tekandung pada tumbuhan ini.
Selain itu, tumbuhan ini sering dimanfaatkan sebagai mas kawin pihak perempuan
dalam upacara pernikahan suku Marind. Harga jual tanaman ini pun cukup tinggi.

6. Tumbuh –tumbuhan Sebagai Bahan Papan

Umumnya bahan pembuatan rumah tradisional di Papua terbuat dari tumbuhan-


tumbuhan, mulai dari lantai rumah hingga atap rumah. Masing-masing suku memiliki
perbedaan jenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk pembuatan rumah tradisional.

Tumbuhan biasa dipakai dalam pembangunan rumah modern juga sebagai bahan
pembuat tiang, rangkai rangka atap, kusan jendela dan ;pintu. Jenis tumbuhan yang
biasa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah adalah jenis Intsia bijuga Ok,
Pometia spp, Xantostemon newguinensis sebagai batang tiang penopang rumah.
Kualitas bahan dari ketiga jenis kayu tersebut sangat baik dan kuat sebagai tiang
penopang rumah.

Kayu Besi (Intsia bijuga ok)

Termasuk suku Fabaceae, orang Papua menyebutnya dengan nama daerah antara
lain: rang, tangibe, kayu besi (Skow-Jayapura), babrie babili (Sentani-Jayapura), bat
(Kemtoek-Jayapura), djem (Hattam-Manokwari), piam (Amberbaken-Manokwari), sekka
(Manikiong-Manokwari), paseh (Asmat-Merauke), kayu besi merbau (Maleis-Fak-fak),
osa (Waropen), kaboei (Noemfor-Biak). Kayu dari tumbuhan ini biasanya
diperdagangkan dengan nama perdagangan merbau (Indonesia, Malaysia), mirabow
(Inggris), ipil (Papua New Guinea), inzia (Italia), moluks ijzerhout (Belanda).

Di Papua dikenal dua macam kayu besi yaitu Intsia bijuga OK dan Intsia palembanica
Miq.

Pohon kayu besi besar dengan diameter batang lebih dari 200 cm, tinggi pohon lebih
dari 40 meter. Tegak, silindris tidak sempurna, berakar banir/papan,. Kayu jenis ini
termasuk kayu berat, sangat keras, kuat dan tahan lama. Kayu ini mudah kering,
memiliki daya pagut yang tinggi terhadap paku maupun sekrup walau sebelumnya
harus dibor terlebih dahulu, mudah digergaji dan diserut hingga licin permukaannya.
Jenis kayu besi tumbuh di hutan dataran rendah, tanah berbatu, berpasir, maupun
tanah lliat yang tidak selalu tergenang air. Biasanya tumbuh bersama dengan pohon
yang lain. Penyebarannya hampir diseluruh daerah Papua antara lain Jayapura,
Merauke, Manokwari, Biak, Numfor, Yapen, Yapen Waropen.

Matoa

Habitat tumbuh pada tanah yang kadang tergenang air tawar, berpasir, berlempung,
berkarang, dan berbatu cadas. Penyebarannya di Papua antara lain di Jayapura, Pulau
Meoswaar, Manokwari, Mamberamo.

Pohonnya besar, tinggi lebih dari 35 meter, diameter batang mencapai 100 cm.
kayunya sedikit keras dan berat, tidak tahan terhadap serangan rayap dan lumut, sukar
dikeringkan, mudah bengkok. Mudah digergaji, mudah dicat. Dianjurkan jangan pakai di
daerah yang kelembabannya tinggi karena kembangkerutnya besar.

Xantostemon

Xanthostemon adalah tumbuhan kayu suku jambu-jambuan (myrtaceae). Berasal dari


bahasa Yunani: Xantho artinya menguning dan stemon artinya benang sari. Genus
Xanthostemon secara umum diperkirakan sekitar 45 jenis dan lebih banyak di temukan
di Australia.

Tingginya kurang lebih mencapai 35 meter. Berakar tunjang. Kulit berwarna coklat dan
menempel pada batang, biasanya mengelupas. Berdaun tunggal, bentuk bulat telur.
Bunga menyerupai jambu-jambuan, kelopak bunga berwarna hijau, bermahkota,
benang sari banyak sekali, putik berwarna merah dan ada juga bunga yang berwarna
putih. Buah berwarna hijau pada saat muda dan berwarna coklat ketika matang. Dalam
biji terdapat 4 ruang, dimana setiap ruang menyimpan biji yang masih sangat kecil.

Tumbuh alami di hutan hujan basah Papua. Biasa tumbuh pada tanah berbatu, dan
tandus. Tersebar di bagian Selatan Pegunungan Cyclops. Xanthostemon lebih
menyukai lahan dan hutan yang agak kering, lahan bekas terbakar serta tempat-tempat
yang memiliki kemiringan dan cukup sinar matahari. Merupakan tumbuhan pionir atau
pendahuku karena terdapat pada hutan sekunder dan bekas terbakar.
Terdapat 2 jenis Xanthostemon yang tumbuh di Papua yaitu: Xanthostemon
novaguinense dan X. brasii.

Kayu ini banyak dimanfaatkan masyarakat Papua, khususnya masyarakat Sentani yang
bermukim di sekitar Danau Sentani. Kayu tersebut digunakan sebagai bahan utama
(tiang) dalam pembuatan rumah, pembuatan senjata, perkakas rumah, tiang kerambah,
dan pagar hewan. Bentuk rumah tradisional masyarakat Sentani adalah rumah
panggung, mereka menggunakan kayu jenis ini sebagai tiang-tiang penyangga.

Xanthostemon sering digunakan dalam berbagai upacara adat, digunakan pula sebagai
bahan mas kawin (robhoni) dan pembayaran kepala dalam kematian (yung robhoni)

Di Selatan Pegunungan Cycloop, jumlah penduduk migrant telah melebihi penduduk


asli setempat (Sentani). Peningkatan jumlah migran ini mengakibatkan terjadinya
perluasan area perumahan penduduk. Hal ini memacu tingginya penggunaan kayu
Xanthostemon, sehingga dikhawatirkan dapat mengancam kelestarian jenis ini.

7. Tumbuh-tumbuhan Sebagai Kesenian, Kerajinan dan Keindahan.

Puring (Codiaeum variegatum)

Puring oleh masyarakat Papua dikenal dengan nama daerah: Anggin (masyarakat
Marind-Merauke), Qrna (Tehit-Sorong). Masyarakat Papua di daerah Kepala Burung
hingga daerah Pantai Selatan (Merauke) banyak memanfaatkan puring sebagai
asesoris dalam tari-tarian tradisional. Banyak digunakan sebagi pagar karena tanaman
ini tinggi, rimbun, dan memiliki variasi warna dan bentuk.

Taksonomi

Pada awalnya, Carolus Linnaeus menyebut tanaman ini Croton. Tetapi terjadi
kesalahan sesuai dengan aturan botani maka nama tersebut di rubah oleh G.E.
Rumphius tahun 1660 menjadi Codiaeum variegatum termasuk dalam family atau
keluarga Euphorbiaceae.

Varietas dari Codiaeum variegatum sangat banyak yaitu ada ribuan varietas di dunia.
Kantong Semar

Nepenthaceae merupakan salah satu tumbuhan yang tergolong dalam pemangsa


hewan dengan memanfaatkan kantong, sehingga lebih dikenal sebagai “pitcher plant”.
Tumbuhan ini menjadi penting karena nilai ekonomi dan ekosistem dari kantong yang
unik.

Tumbuhan Nepenthes termasuk dalam kelompok tumbuhan yang langka. Di Indonesia


semua jenis Nepenthes dilindungi. Karena keunikan kantongnya maka tanaman ini
dijadikan sebagai tanaman hias.

Tersebar di hutan tropika seperti Indonesia, Malaysia dan beberapa spesies tumbuh di
Madagaskar, Australia, dan Kaledonia. Bahkan keberadaan lain yang merupakan hasil
persilangan telah merambah ke berbagai Negara karena jenis tanaman ini cukup unik
dan beragam. Penyebaran Nepenthes di dunia memang terbatas pada daerah hutan
tropika saja yang meliputi wilayah Asia terutama Indonesia.

Tumbuhan Nepenthes mengalami dua macam pertumbuhan yaitu pertumbuhan


vegetatif dan generatif. Pertumbuhan vegetatif dimulai dengan pembentukan roset,
yaitu ruas-ruas batang tumbuh sangat rapat dan daun yang tumbuh berukuran kecil.
Pada ujung daun terdapat sulur yang lurus, bengkok atau melingkar dan pada ujung
sulur tumbuh kantong. Pertumbuhan generatif dimulai dengan munculnya bunga
sampai pembentukan buah dan biji. Pertumbuhan generatif Nepenthes terletak pada
ujung batang karena kedudukan bunganya yang terminalis. Nepenthes yang tumbuh di
alam berinteraksi dengan tanaman lain seperti tanaman paku-pakuan (Gleichenia
linearis), rumput-rumputan, dan teki-tekian.

Beberapa Variasi Jenis Nepenthes

Salah satu jenis Nepenthes yang terdapat diPapua adalah Nepenthes mirabilis (Lour).
Druce. Jenis ini memiliki variasi jenis berdasarkan atas bentuk kantong dan morfologis
warna, jenis yang terdapat di Papua adalah diantaranya Nepenthes mirabilis (Lour).
Druce warna hijau, merah, warna kuning kemerahan.
Perbanyakan Nepenthes

Bisa dengan cara generatif yaitu pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji. Cara lain
yaitu dengan pertumbuhan steak batang. Cara ini lebih mudah dan murah dilakukan.
Para kolektor lebih suka menggunakan cara steak terlebih jika bertujuan untuk
memperbanyak tanaman. Jika ingin menghasilkan kantong yang bervariasi, maka cara
yang dapat dilakukan adalah dengan menyilangkan jenis-jenis Nepenthes yang
mempunyai kantong yang unik.

8. Tumbuh-tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Pewarna.

Warna yang dihasilkan adalah warna coklat. Bagian tanaman yang digunakan untuk
menghasilkan warna coklat adalah buah. Isi dalam dari buah bakau tersebut ditumbuk
sampai hancur lalu dapat digunakan untuk pengecatan pada perahu atau pada kulit
kayu. Selain itu dapat juga dipakai untuk mendempul perahu.

Bakau dapat didefiniskan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai
daerah tropis dan sub tropis yang terlindung. Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh
pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang
surut air laut. Biasanya terdiri dari jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan
Nypa.

Apa Saja Manfaat Bakau?

1. Melindungi pantai dari gelombang, angin dan terpaan badai. Tegakan mangrove
dapat melindungi pemukiman, bangunan dan pertanian dari angin kencang atau
intrusi air laut.
2. Bagi Perikanan pantai, tanaman ini berperan penting mempertahankan
kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan moluska karena lingkungan mangrove
menyediakan makanan untuk organisme yang hidup pada perairan sekitarnya.
3. Apabila pulau kehilangan hutan bakaunya bisa dipastikan pulau tersebut mudah
disapu ombak dan arus air itu.
Ciri-ciri Morfologi Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.)

Berperawakan pohon, tingginya maksimal 27 m. Memiliki 2 macam akar yaitu tunjang


dan akar nafas.

Tumbuhan bakau dengan akar nafas:


Buah bentuknya lonjong/panjang terkadang berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
berwarna hijau kecoklatan, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil.

Buah jatuh ke tanah dengan posisi vertikal yang dapat tumbuh menjadi anakan
tumbuhan bakau.

Habitat: tumbuh pada daerah keras dan berpasir. Tumbuh berkelompok, dekat atau
pada pematang sungai pasang surut dan muara sungai, jarang sekali tumbuh pada
daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang
tergenang dalam serta pada tanah yang kaya akan humus. Anakan pohon seringkali
dimakan oleh kepiting sehingga pertumbuhannya terlambat.

Penyebaran: Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, Seluruh Malaysia


dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia.

Anda mungkin juga menyukai