Anda di halaman 1dari 18

Tumbuhan Jelutung

BUDIDAYA JELUTUNG
Di Indonesia terdapat dua jenis jelutung, yaitu: Dyera costulata Hook. F. dan Dyera lowii
Hook. F. Kedua jenis ini termasuk famili Apocynaceae. Jelutung, di Kalimantan disebut
pantung, di Sumatera disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di
Thailand disebut teen-peet-daeng.

Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya bias mencapai 25-45 m, dan diameternya
bisa mencapai 100 cm. Kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur
kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya
memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai
daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting.
Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya
berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya
yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya.
Jelutung tumbuh baik di daerah hutan hujan tropis yang beriklim tipe A dan tipe B menurut
Schmidt & Ferguson; tanah berpasir, tanah liat, dan tanah rawa; dengan ketinggian
tempat tumbuhnya 20-80 m dari permukaan laut.

Pohon kemenyan adalah pohon penghasil getah kemenyan. Pohon kemenyan merupakan salah
satu pohon asli Indonesia. Tumbuhan ini tersebar alami di pulau Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Resin (getah kemenyan) yang dihasilkan dari tanaman ini telah diperdagangkan
sejak 5.000 tahun silam. Bersama dengan barus, kemenyan telah menjadi komoditi andalan
nusantara sejak beratus tahun silam. Getah kemenyan yang diperdagangkan untuk kebutuhan
mistik, medis, hingga kosmetik ini dihasilkan oleh tanaman dari famili Styracaceae genus Styrax.
Terdapat beberapa tanaman dari genus Styrax yang menghasilkan getah kemenyan. Namun yang
paling dikenal diantaranya adalah Styrax benzoin Dryand, Styrax paralleloneurum Perkins,
danStyrax tonkinensis (Pierre) Craib ex Hartwich.

Styrax paralleloneurum | wikimedia

Di Indonesia biasanya disebut sebagai Kemenyan Durame (Styrax Benzoine), Kemenyan Bulu
(Styrax Benzoine var. hiliferum), Kemenyan Toba (Styrax paralleloneurum), dan Kemenyan
Siam (Styrax Tokinensis). Styrax benzoin memiliki beberapa nama sinonim seperti Benzoin
officinale Hayne; Benzoina vera Rafin.; Cyrta dealbata Miers;Lithocarpus benzoin Royle;
Plagiospermum benzoin Pierre; Styrax benjuifer Stokes; danStyrax dealbata Gürke, dengan
subspesies Styrax Benzoine var. hiliferum. Kemenyan Toba (Styrax paralleloneurum)
bersinonim dengan Styrax sumatranusJ.J.Smith.

Pidada merah
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Pidada Merah

Pidada merah, Sonneratia


caseolaris
Dari Labuan Bakti, Teupah
Selatan, Simeulue

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Myrtales

Famili: Lythraceae

Genus: Sonneratia

Spesies: S. caseolaris

Nama binomial

Sonneratia caseolaris
(L.) Engl.

Sinonim

Sonneratia acida L.

Pidada merah atau perepat merah (Sonneratia caseolaris) adalah sejenis pohon penghuni
rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu,
Sonneratiaceae).

Pidada merah adalah salah satu jenis pidada yang kerap ditemui. Secara lokal, pohon ini sering
disebut pidada atau perepat saja. Nama-nama lainnya, di antaranya: alatat (Sim.); berembang
(Mly.); pedada, perepat merah, rambai (Banjarm.); bogem (Sd.); betah, bidada, bogem,
kapidada (Jw.); bhughem, poghem (Mad.); wahat merah, warakat merah (Amb.); posi-posi
merah (Ternate) dan lain-lain.[1]

Juga hikau-hikauan, ilukabban, palapat, palata, pagatpat, payar, pedada (Fil.); bãn sè (Viet.);
lam phu, lampoo (Thai.); ampou-krohom (Kamb.); serta mangrove apple (Ingg.).[2]

Tanaman Balam Suntai

Maret 31, 2017

Balam Suntai, merupakan salah satu jenis tumbuhan atau tanaman yang dilindungi di Indonesia,
dimana keberadaannya yang semakin punah dan hampir tidak ditemukan. Namun, dalam beberapa
spesies, di Indonesia ini jelas sudah dilindungi dan kelas keawetan tanaman langka ini adalah kelas
IV dan kekuatannya kelas II. maka tidaklah heran kalau tanaman langka ini banyak dicari orang.
Tanaman ini semakin langka derhubung banyak dicari dan diburu oleh manusia karena
keberadaannya, kualitas kayu dan nilai ekonmisnya yang tinggi. Tumbuhan ini juga ternyata jarang
ditemukan di daerah ataupun di negara asing, wajar saja tumbuhan ini banyak dicari orang dan
tumbuhan sempat dijadikan sebagai salah satu tumbuhan keajaiban dunia.

Balam Suntai tumbuh di daerah rawa gambut, oleh sebab itu tumbuhan ini banyak ditemukan di
Kalimantan, Sumatera utara, dan sebagian di daerah sulawesi. Tanaman ini tumbuh setinggi kurang
lebih 45 meter

Enau
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Enau

Sinonim

Arenga saccharifera Labill.


"Aren" dialihkan ke halaman ini. Untuk komune di Prancis, silakan lihat Aren, Prancis dan untuk
kotamadya di Spanyol, silakan lihat Arén

Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang terpenting setelah kelapa
(nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama
seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan
Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di
Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain.[1]

Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpalm atau zuikerpalm dan bangsa Jerman
menyebutnya zuckerpalme. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau Gomuti palm.

Aren adalah tumbuhan yang dilindungi oleh undang-undang.


Daftar isi

Bayur
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Bayur

Bayur, Pterospermum javanicum


Simeulue, NAD

Bayur, bayor atau wadang (Pterospermum javanicum) adalah sejenis pohon penghasil kayu
pertukangan berkualitas baik. Pohon yang biasa didapati di dataran rendah ini dikenal juga
dengan nama-nama lain, seperti bayur, cayur (Sd.); bayur, wayur, wadang, walang (Jw.);
phenjur (Md.); dan lain-lain[1]. Juga bolang (Bal.); buli (Slw.); damarsala (NTT); teunggi leuyan
(Kal.)[2]. Bayur diketahui menyebar luas di dunia, khususnya di wilayah tropis, mulai dari India
bagian selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara, dan juga Amerika Tengah serta Brasil.[3]

Dalam perdagangan, kelompok kayu bayur dari Indonesia juga mencakup beberapa spesies
Pterospermum yang lain, terutama P. celebicum dan P. diversifolium. Kayu ini dikenal pula di
dunia sebagai bayor, bayok, bayuk atau litak.[4]

Daftar isi

Eukaliptus
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Eucalyptus
natural range

Eukaliptus (Dari bahasa Yunani: ευκάλυπτος = "tertutupi dengan baik") adalah sejenis pohon
dari Australia. Ada lebih dari 700 spesies dari Eukaliptus, kebanyakan asli dari Australia, dengan
beberapa dapat ditemukan di Papua Nugini dan Indonesia dan juga sampai Filipina.

Anggota genus pohon ini dapat ditemukan hampir di seluruh Australia, karena telah beradaptasi
dengan iklim daerah tersebut; bahkan tidak ada satu benua yang dapat digambarkan dengan
sebuah genus pohon seperti Australia dengan eukaliptusnya.

Merbau
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Merbau

Macrolobium bijugum Colebr.[2]


Intsia amboinensis DC.
Intsia retusa (Kurz) O.K.

Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras berkualitas tinggi anggota
suku Fabaceae (Leguminosae). Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan Papua barat kayu
ini juga dinamai kayu besi. Di Papua Nugini, kayu ini dikenal sebagai kwila; sedangkan nama-
namanya dalam bahasa Inggris adalah mirabow, Moluccan ironwood, Malacca teak, dan lain-
lain.[3][4]
Pengenalan

Habitus

Pohon berperawakan sedang hingga besar, dapat mencapai tinggi 50m, dengan batang bebas
cabang sekitar 20m dan gemang hingga 160(-250) cm.[3] Dengan banir (akar papan) yang tinggi
dan tebal. Pepagan berwarna abu-abu terang atau coklat pucat, halus dengan bintil-bintil kecil
lentisel, mengelupas serupa sisik bulat-bulat.[5]

Daun majemuk dengan 2 pasang anak daun, terkecuali daun-daun di ujung yang hanya memiliki
sepasang anak daun. Anak daun bundar telur miring tak simetris, 2,5-16,5 × 1,8–11 cm, dengan
ujung tumpul atau melekuk dan pangkal membundar, permukaannya gundul dan licin, tulang
daun utama berambut panjang di sisi bawah.[5]

Daun

Bunga-bunga terkumpul dalam karangan di ujung (terminal), panjang hingga 10 cm, berambut
halus. Mahkota berwarna putih, yang berubah menjadi jambon atau merah; benangsari
seluruhnya merah atau ungu. Buah polong, 10-28 × 2–4 cm, berbiji 1-8 butir, hitam dan besar, 2-
3,5 × 1,5-3 × 0,7-0,8 cm.[5]

Intsia bijuga kebanyakan tumbuh di daerah pantai, seringkali pada zona di belakang hutan
bakau.[

Kulim
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Untuk nama-nama tempat, lihat Kulim (disambiguasi) dan Kayu bawang (disambiguasi).

Kulim

Kulim, Scorodocarpus borneensis


dari Tanjung Beringin, Tabir
Barat, Merangin

Kulim, kayu bawang, atau bawang hutan (Scorodocarpus borneensis) adalah sejenis pohon
kayu, anggota satu-satunya dari marga Scorodocarpus, suku Olacaceae.[4] Dinamai demikian,
karena pepagan dan kayunya mengeluarkan bau bawang yang kuat.

Daun-daun muda

Ujung penetes

Pohon besar, tinggi 10-40 (jarang -60) m, gemang batangnya 20-80(-150) cm, batang bebas
cabang hingga 25 m; setiap bagian pohon mengeluarkan bau seperti bawang, terutama setelah
hujan atau jika dilukai. Tajuknya padat; batang biasanya lurus, bertakik, kadangkala dengan
banir kecil; pepagan berwarna kelabu hingga cokelat-merah gelap, memecah dan lepas-lepas
dalam kepingan persegi tipis; pepagan dalam menyerabut, merah keunguan dengan noda-noda
jingga. Ranting-ranting halus dan lokos di ujung; bagian yang lebih tua berwarna gelap dengan
banyak lentisel memanjang.[4][5]
Daun-daun tunggal, tersusun dalam spiral, bertepi rata, tanpa daun penumpu.[5] Helaian
umumnya jorong-lonjong, 7-15(-22, -32) × 3-5(-7, -12) cm, ujungnya meruncing membentuk
ujung penetes (acumen) sepanjang 1-2 cm, pangkalnya membundar atau bentuk baji, seperti atau
hampir seperti jangat, hijau mengilap di sebelah atas, lebih pucat di sisi bawah, lokos, dengan 4-
5(-7) pasang tulang daun sekunder; tangkai daun 1-1,5(-2) cm, menggembung di sisi distal.[4]

Perbungaan berupa tandan pendek di ketiak daun, berambut beledu pendek warna karat hingga
kelabu; poros tandan 2(-4) cm panjangnya; bunga-bunga melekat sendirian atau mengelompok 2
sampai 3 kuntum, bertangkai 1,5-2 mm. Kelopak bunga kecil membentuk mangkuk dengan tepi
menggelombang atau bergigi; mahkota bunga lonjong-sempit, 8-10(-15) × 2 mm, melengkung
membalik ke arah luar, kekuningan, merah-jambu, atau biasanya putih-krem; benang sari kuning,
3-4 mm. Buah batu hampir bulat atau agak seperti pir, (3-)4-5(-7,5) cm, hijau, gundul, dengan
garis samar vertikal serupa rusuk, berdaging tipis, berbiji satu.[4][5]

Kayu hitam sulawesi


Loncat ke navgasi Loncat ke pencarian

Kayu hitam sulawesi di Manado

Kayu-hitam Sulawesi adalah sejenis pohon penghasil kayu mahal dari suku eboni-ebonian
(Ebenaceae). Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica, yakni diturunkan dari kata "celebes"
(Sulawesi), dan merupakan tumbuhan endemik daerah itu.

Pohon, batang lurus dan tegak dengan tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian
bawah dapat mencapai 1 m, sering dengan banir (akar papan) besar. Kulit batangnya beralur,
mengelupas kecil-kecil dan berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat muda dan di
bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan.

Daun tunggal, tersusun berseling, berbentuk jorong memanjang, dengan ujung meruncing,
permukaan atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau tua, permukaan bawahnya
berbulu dan berwarna hijau abu-abu.
Bunganya mengelompok pada ketiak daun, berwarna putih. Buahnya bulat telur, berbulu dan
berwarna merah kuning sampai coklat bila tua. Daging buahnya yang berwarna keputihan kerap
dimakan monyet, bajing atau kelelawar; yang dengan demikian bertindak sebagai agen pemencar
biji. Bijinya berbentuk seperti baji yang memanjang, coklat kehitaman.

lampis
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Untuk nama-nama tempat dan pengertian yang lain, lihat Klampis (disambiguasi).

Klampis

Klampis, Acacia tomentosa


di tengah hutan jati Jurangjero, Bogorejo,
Blora

Acacia chrysocoma Miq., 1855

Sawakecik adalah sejenis pohon dari suku Fabaceae (=Leguminosae, polong-polongan)


penghuni sabana, hutan jati dan hutan musim di daerah kering atau agak kering. Pohon kecil ini
ditemukan menyebar mulai dari India, Asia Tenggara, hingga Indonesia.

Nama-nama daerahnya antara lain klampis (Jw.); kolampis (Sd.); klampès, longghay (Md.); ai
kendara, ai kĕndarĕ, manggalawa (Sumba)[2]. Sedangkan di negara-negara lain dikenal sebagai
krathin-phiman, khaya, nam khao (Thai), böröbu (Vietnam), dan lain-lain[3]
Pepagan dan percabangan

Pohon kecil hingga sedang, tingginya 5–10(–18) m, dan gemang batangnya hingga 50 cm;
menggugurkan daun. Tajuk serupa payung; ranting-ranting muda berambut kuning, rapat;
dengan banyak duri berukuran besar dan panjang (Acacia: berduri, tomentosa: berambut padat).
Pepagan cokelat gelap, memecah tak beraturan.[3]

Daun-daun dan ranting berduri

Daun penumpu berupa duri, lurus, panjang hingga 4,5 cm. Daun-daun majemuk menyirip
berganda, terletak berseling, dengan tangkai daun 0,6–1 cm dan rakis (2,5–)3–9 cm; dengan satu
kelenjar tepat di bawah pertemuan sirip-sirip terbawah, bentuk jorong, lk 1–2,5 mm, rata atau
sedikit melekuk; satu-dua kelenjar yang lain di dekat ujung rakis, membundar, lk 0,8 mm. Sirip-
sirip (7–)12–25 pasang, 0,9–2,5 cm; beranak daun 12–50, yang tersusun berhadapan, duduk,
helaiannya seperti kertas, seperti garis, 1–4 × 0,4–1 mm, pangkalnya asimetris, terpangkas,
ujungnya menumpul, berambut halus di sisi bawah dan di tepinya, atau hampir gundul.[4]

Bunga majemuk berupa bongkol-bongkol bertangkai lk 2,5 cm, 1–7 bongkol berkumpul di ketiak
daun dekat ujung ranting. Bunga duduk, putih atau putih kekuningan, berbilangan–4 atau –5.
Kelopak lk 0,9–1,2 mm, tabungnya gundul kecuali pada ujung dan pada gigi-giginya yang
berambut; gigi menyegitiga runcing, 0,1–0,2 mm. Mahkota 2,8–3,5 mm, gundul, taju bundar
telur atau bundar telur-jorong, runcing, 0,5–1 mm. Benang sari banyak, panjang lk 5 mm; bakal
buah gundul, 0,8–1 mm, duduk. Buah polong cokelat gelap, membelulang, tipis rata, sedikit
membenjol pada biji, lurus atau membengkok, 9–18 cm × 0,8–1 cm, dengan urat-urat yang
membujur memanjang buah, memecah pada kedua kampuhnya. Biji pipih, jorong atau lonjong,
6,5–9 × 4–5,5 mm.[4]

Sonokeling, Kayu Mewah Asli Jawa


Posted on 11 Desember 2014 by alamendah

Kayu Sonokeling (atau Sanakeling) dikenal sebagai kayu mewah yang asli pulau Jawa,
Indonesia. Bersama dengan kayu jati, Sonokeling menjadi primadona. Selain mempunyai tingkat
keawetan sangat baik dan kuat, tektur kayu ini khas dan indah. Tidak mengherankan jika harganya
pun menjadi mahal. Sayangnya, tumbuhan asli Indonesia (Jawa) ini mulai sulit ditemukan di
habitat aslinya, Daftar Merah IUCN mendaftarnya sebagai spesies Vulnerable (rentan).

Nama latin tumbuhan ini adalah Dalbergia latifolia Roxb., dengan nama sinonim Amerimnon
latifolium (Roxb.) Kuntze dan Dalbergia emarginata Roxb. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan
beberapa sebutan seperti Indonesian Rosewood, Bombay Blackwood, Indian Rosewood, Malabar
Rosewood, dan Java palisander. Sedang di Indonesia Sonokeling terkadang disebut Linggota,
Sono Sungu, atau Sonobrit.

Sonokeling atau Sanakeling merupakan tumbuhan penghasil kayu keras dari famili (suku)
Leguminosae (atau disebut juga Fabaceae). Pohonnya berukuran sedang hingga besar dengan
tinggi mencapai antara 20-40 meter. Batangnya mampu memiliki diameter hingga 1,5 meter.
Pepagan (kulit bagian luar) berwarna abu-abu kecoklatan dengan alur pecah-pecah membujur.

Pohon Sonokeling (Dalbergia latifolia)

Surian
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Surian
Toona ciliata

Klasifikasi ilmiah

Kingdom: Plantae

(tanpa takson): Angiospermae

(tanpa takson): Eudikotil

(tanpa takson): Rosidae

Ordo: Sapindales

Famili: Meliaceae

Genus: Toona

"Suren" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Suren (disambiguasi).

Toona sinensis

Surian atau suren adalah beberapa jenis tumbuhan anggota marga Toona, suku Meliaceae.
Tumbuhan ini dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas baik. Di alam ia ditemukan mulai dari
Afganistan terus ke timur hingga Australia dan Korea.[1]

Jenis-jenis yang biasa dikenal sebagai surian dalam perdagangan kayu adalah

 Toona calantas - kalantas


 Toona ciliata (syn. T. australis) - Australian Red Cedar
 Toona febrifuga - suren vietnam
 Toona sinensis - suren
 Toona sureni - suren

Perbedaan antara mereka sulit diidentifikasi karena terdapat pula variasi di dalam spesies.[2]

Benuang laki
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Benuang laki

Benuang laki (Duabanga moluccana


Bl.)

Klasifikasi ilmiah

Benuang laki, disebut pula magas, sawik, dan binuang laki (Duabanga moluccana) adalah
tumbuhan yang digunakan sebagai kayu lapis (plywood) dan digunakan pula sebagai bahan
konstruksi.

Daftar isi

 1 Deskripsi
 2 Persebaran dan habitat
 3 Kegunaan
 4 Referensi

Deskripsi

Benuang laki merupakan pohon yang tinggi yang umumnya mencapai 45 m, dengan diameter
150 cm. Batangnya tegak, bulat torak, tidak berbanir, dengan panjang bebas cabang 25 m. Kulit
batang berwarna abu-abu/coklat, beralur dangkal, sedikit mengelupas. Pepagan berwarna coklat
hingga kuning muda, pada bagian dalam berwarna putih atau kuning muda. Tajuk membulat,
percabangan agak mendatar. Ranting muda dan daun muda tertutup bulu coklat yang pendek dan
lebat. Daunnya saling berhadapan, tunggal,[1][3] tebal, kaku, bundar panjang hingga melanset,
yang pada awalnya membentuk hati dan ujungnya melancip. Benuang laki berurat daun banyak
dan urat daun sekunder melengkung pada tepi sehingga membentuk urat daun pinggir. Urat daun
yang lebih kecil tersusun seperti jala.[3]

Bunga tersusun dalam perbungaan dalam malai yang tumbuh di ujunga ranting. Buahnya berupa
buah kotak, yang bila sudah kering, akan pecah dan berbentuk bulat telur panjang. Musim
berbunga sekalian berbuah terjadi pada Juli-Agustus.[3] Buahnya kecil-kecil diisi dengan biji
yang bersayap.[1]

Tembesu
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Tembesu

Fagraea cochinchinensis
Cyrtophyllum giganteum
Cyrtophyllum peregrinum

Tanaman Tembesu kecil.


Tembesu /tem·be·su/ (Latin: Fagraea fragrans) termasuk suku Loganiaceae adalah salah satu
tanaman asli Indonesia juga Burma, tumbuh di daerah Sumatra dan Malaysia.[1][2] Tembusu
tersebat di beberapa wilayah seperti di Indoa, Myanmar, Singapura, dan Filipina[3]

Ada beberapa jenis tembesu, tetapi yang dianggap tembesu asli adalah Fagraea cochinchinensis
(dinamai oleh A. Chev).[2] Pohon tembesu merupakan pohon yang tumbuhnya lambat, setelah
berumur 30 tahun baru cukup tua untuk ditebang.[2] Kayunya berwarna kuning pucat dengan
bercak lembayung, berbau asam waktu baru ditebang, keras, berat, dan tahan lama.

Daftar isi

 1 Ciri Fisik
 2 Pemanfaatan
 3 Referensi
 4 Bacaan lebih lanjut

Ciri Fisik

Pohon tembesu dapat tumbuh antara 10-25 meter, bahkan ada yang mencapai 35 meter.[1],
dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai hitam, beralur
dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat jingga,
dan termasuk ke dalam kelas awet satu[4]. Akarnya cukup kokoh diterjang arus banjir.[1].
Bunganya berbau wangi, kelopaknya mencapai panjang 2.3 cm, berwarna putih kekuning-
kuningan.[3] Ciri umum kayu tembesu adalah kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda
dan kayu gubal umumnya berwarna lebih muda. Tekstur kayu halus sampai agak halus.
Permukaan kayu agak mengkilap.[4]

Deskripsi Kayu Kuning


Kayu kuning adalah tanaman terna merambat yang sering kita jumpai berada disekitar kita. Nama
latin tanaman kayu kuning adalah Arcangelisia Flava Merr. Sedangkan dalam bahasa Inggris
tanaman kayu kuning mempunyai nama Yellow-fruited moonseed. Menurut sejarah asal usul
tanaman kayu kuning berasal dari Hainan (China). Persebaran tanaman kayu kuning dari daerah
Semenanjung Malaysia (Perak), Vietnam, Thailand, Laos, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Filipina ,
Sulawesi, Talaud Island., Halmahera, New Guinea. Ciri-ciri fisik tanaman akar kuning ini
memiliki kayu yang berwarna kuning dengan daun yang berbentuk bulat lonjong. Fungsi dan
kegunaan tanaman kayu kuning bagi sebagian masyarakat guna kayu kuning mungkin dianggap
sebagai tanaman liar saja. Namun yang tak kita ketahu tanaman kayu kuning ini dapat juga
digunakan sebagai obat kayu kuning dalam pengobatan berbagai macam penyakit yang ada
ditubuh.

Bunga lawang
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Bunga Lawang / Pekak

Buah Pekak (Illicium verum)

Illicium verum
Hook.f.

Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah rempah yang memiliki rasa yang
mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia.
Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri
dari lima jenis rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat
gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan
kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di Tiongkok, rempah ini
mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih popularitas.
Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya
bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa
mencapai 8 meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang
berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan
bantuan cahaya matahari.

Kegunaan

Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit
kayu manis dan bunga cengkih. Bunga lawang juga banyak dipakai dalam masakan India yang
kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak
memakai bunga lawang untuk penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di
beberapa daerah yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh,
Rendang Minang, masakan Jawa, dan Bali.

Selain menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat kesehatan. Bumbu ini baik
untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran
kencing. Selain itu digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit
sendi. Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan
campuran minum teh, diantaranya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan campuran
teh hitam dan bubuk bunga lawang dan Wedang Pekak, minuman traditional khas Kabupaten
Demak. Teh dari bunga lawang juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi
gejala mual-mual bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat (shikimic acid)
dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat obat
antiflu burung, tamiflu. Hal ini menyebabkan stoknya sempat menghilang dari pasaran dan
harganya melambung

Garung
Garung/mantal merupakan tumbuhan liar, biasanya tumbuh di hutan muda. Batangnya memiliki duri
yang tajam. Ketika masih muda, baru tumbuh batangnya dipenuhi bulu – bulu halus, tapi sebenarnya itu
adalah duri.Mantal tumbuh menjalar dengan daun mirip daun sirih, hanya saja daun mantal kaku dan
lebar.
Pucuk mantal yang masih muda bisa dijadikan lalapan atau di sayur. Rasanya agak pahit, tapi lumayanlah
jika kepepet di hutan bisa dimakan.

Anda mungkin juga menyukai