Anda di halaman 1dari 18

Tugas Biodiversitas Sulawesi

Dari
Febrigita Pangisian 18507052

10 Tumbuhan Endemik di Sulawesi

A. Diosporus Celebica
1. Botani
Kayu-hitam Sulawesi adalah sejenis pohon penghasil kayu mahal dari suku eboni-
ebonian (Ebenaceae). Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica, yakni diturunkan
dari kata "celebes" (Sulawesi), dan merupakan tumbuhan endemik daerah itu (Palu,
Sulawesi Tengah).
Pohon, batang lurus dan tegak dengan tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang
bagian bawah dapat mencapai 1 m, sering dengan banir (akar papan) besar. Kulit
batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan berwarna coklat
hitam. Pepagannya berwarna coklat muda dan di bagian dalamnya berwarna putih
kekuning-kuningan.

Daun tunggal, tersusun berseling, berbentuk jorong memanjang, dengan ujung


meruncing, permukaan atasnya mengkilap, seperti kulit dan berwarna hijau tua,
permukaan bawahnya berbulu dan berwarna hijau abu-abu.
Bunganya mengelompok pada ketiak daun, berwarna putih. Buahnya bulat telur,
berbulu dan berwarna merah kuning sampai coklat bila tua. Daging buahnya yang
berwarna keputihan kerap dimakan monyet, bajing atau kelelawar; yang dengan
demikian bertindak sebagai agen pemencar biji. Bijinya berbentuk seperti baji
yang memanjang, coklat kehitaman.

Pohon ini menghasilkan kayu yang berkualitas sangat baik. Warna kayu coklat
gelap, kehitaman, atau hitam berbelang-belang kemerahan. Dalam perdagangan
internasional kayu hitam sulawesi ini dikenal sebagai Macassar
ebony, Coromandel ebony, streaked ebony atau juga black ebony. Nama-nama
lainnya di Indonesia di antaranya kayu itam, toetandu, sora, kayu lotong, dan kayu
maitong. Kayu hitam berat dengan berat jenis melebihi air, sehingga tidak dapat
mengapung.
a. Taksonomi

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Famili : Ebenaceae
Genus : Diospyros
Spesies : D. Celebica

Nama binomial
Diospyros celebica
Bakh. F.

b. Persebaran di sulawesi
Jenis ini hanya terdapat di Pulau Sulawesi, di hutan primer pada tanah
liat, pasir atau tanah berbatu-batu yang mempunyai drainase baik, dengan
ketinggian mencapai 600 m dpl. Secara alami, kayu hitam sulawesi ditemukan
baik di hutan hujan tropika maupun di hutan peluruh.
c. Pemanfataan tumbuhan Diosporus Celebica
Kayu hitam sulawesi terutama digunakan untuk mebel mahal, ukir-ukiran dan
patung, alat musik (misalnya gitar dan piano), tongkat, dan kotak perhiasan.
Banyak dipakai untuk meubel mewah, ukiran dan patung, kipas, barang
bubutan, alat-alat dekorasi, venir mewah, alat musik tiup dan lainnya.
d. Aspek konservasinya/pelestarian
Kayu ini telah diekspor ke luar negeri semenjak abad ke-18. Pasar utamanya
adalah Jepang. Pasar sekunder adalah Eropa dan Amerika Serikat.
Karena perkembangan populasi yang lambat dan karena tingginya tingkat
eksploitasi di alam, kini kayu hitam sulawesi telah terancam kepunahan.
Ekspor kayu ini mencapai puncaknya pada tahun 1973 dengan jumlah sekitar
26,000 m3, dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya terus menurun karena
kekurangan stok di alam.
B. Elmerrillia celebica
1. Botani
Kayu cempaka merupakan salah satu jenis kayu komersil primadona di Sulawesi
Utara. Jenis kayu ini merupakan unsur kayu yang wajib ada pada sebuah rumah adat
Minahasa dan tidak tergantikan oleh jenis kayu lainnya. 
Pertumbuhan
Faktor kesuburan tanah, tekstur tanah, serta ketinggian tempat tumbuh yang berbeda di
kedua lokasi tidak menjadi faktor penghalang dari pertumbuhan cempaka.
Pohon cempaka dapat tumbuh menjadi pohon sedang dan besar dengan ketinggian 20-
25 meter. Ia memiliki usia yang cukup panjang dan banyak hidup di hutan-hutan
kering.

2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
Genus : Elmerrillia
Spesies : Elmerrillia celebica (Koord.)

3. Persebaran sulawesi
Jenis Elmerrillia celebica  ini hanya terdapat di Pulau Sulawesi.
4. Pemanfataan tumbuhan Elmerrillia celebica 
Kayu cempaka juga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan meubel, interior
ruangan, alat musik, kerajinan tangan, perahu, panel, alat olahraga, dan plywood. 
5. Aspek konservasinya/pelestarian
Sebagai masyarakat kita juga bisa melakukan upaya melestarikan tumbuhan
Elmerrillia celebica  :
 Tidak menebang pohon sembarangan
 Melakukan tebang pilih
 Penanaman kembali tanaman yang telah dimanfaatkan
 Pemelliharaan tanaman dengan benar.
 Menanam tanaman kembali.
 Dengan cara membuat cagar alam.
 Dilarang membakar hutan.

C. Agathis Celebica
1. Botani
Pohon damar (Agathis Celebica ) adalah sejenis pohon anggota tumbuhan runjung
(Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia.
Pohon yang besar, tinggi hingga 65m; berbatang bulat silindris dengan diameter yang
mencapai lebih dari 1,5 m. Pepagan luar keabu-abuan dengan sedikit kemerahan,
mengelupas dalam keping-keping kecil.
Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung yang membundar.
Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak berbentuk bulat
telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm.

Damar tumbuh secara alami di hutan hujan dataran rendah sampai ketinggian sekitar
1.200 m dpl.[2] Namun di Jawa, tumbuhan ini terutama ditanam di pegunungan.
2. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : A. Dammara

Nama binomial
Agathis dammara
(Lamb.) Rich., 1826

3. Persebaran sulawesi
Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan Samar).
Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah
damar ini diolah untuk dijadikan kopal.
4. Pemanfataan tumbuhan Elmerrillia celebica 
Damar teristimewa ditanam untuk diambil resinnya, yang diolah
menjadi kopal. Resin ini adalah getah yang keluar tatkala kulit (pepagan) atau kayu
damar dilukai. Getah akan mengalir keluar dan membeku setelah kena udara beberapa
waktu lamanya. Lama-kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat dipanen; yang
dikenal sebagai kopal sadapan. Getah juga diperoleh dari deposit damar yang
terbentuk dari luka-luka alami, di atas atau di bawah tanah; jenis yang ini
disebut kopal galian.
Pada masa lalu resin damar terutama dihasilkan dari tegakan-tegakan alam di Maluku
dan Sulawesi.Kini kopal juga dihasilkan dari hutan-hutan tanaman Perhutani di Jawa.
5. Aspek konservasinya/pelestarian
Pohon damar sejak beberapa tahun lalu tengah menghadapi tekanan yang cukup
serius, baik tekanan yang berasal dari luar (eksternal) maupun dalam (internal). Getah
damar saat ini juga belum efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
menjaga kelestarian pohon damar.
Alternatif tindakan sebagai strategi pelestarian damar yaitu :
a. Alternatif untuk meningkatkan nilai tambah damar
b. Budaya tumbuhan damar
c. Keadaan alam
d. Pelindungan terhadap harga getah damar.
e. Pelestarian hutan

D. Acorus calamus
1. Botani
Jeringau (acorus calamus adalah tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan
obat-obatan. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi, menyukai tanah
basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat. Diperkirakan, tumbuhan ini asli
berasal dari anak benua India dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui
perdagangan rempah-rempah. di benua Amerika, jeringau kerap dipertukarkan dengan
kerabatnya yang asli dari sana, Acorus americanus. Dringo (A. calamus L.)
mempunyai rimpang yang berbau wangi. Kulit rimpangnya berwarna coklat muda
dengan warna putih di dalamnya. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti pedang.
Apabila daunnya dikoyakkan akan menghasilkan bau yang wangi. Jerangau
merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri. Tanaman jerangau berkembang
biak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman
baru.

2. Taksonomi
Jeringau

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
(tanpa takson):Angiospermae
(tanpa takson):Monokotil
Ordo : Acorales
Famili : Acoraceae
Genus : Acorus
Spesies : A. calamus

Nama binomial
Acorus calamus
L.

3. Persebaran disulawesi
Persebaran tumbuhan ini adalah di Sulawesi utara
4. Pemanfaatan
Tumbuhan tersebut Acorus calamus digunakan untuk mengurangi selera makan,
diare, gangguan saluran pencernaan, bronchitis, sakit didada, dan gangguan syaraf
(Chandra and Prasad 2017). Berdasarkan hasil bioessaynya senyawa kimia yang
terdapat pada A. calamus memiliki aktivitas biologi seperti anti bakteri, antifungal
(Devi and Ganjewala 2009; Ravindran and Balachandran 2004), anti yeast (Devi and
Ganjewala 2009) dan anti-cancer (Haghighi et al. 2017). Bahsan selanjutnya akan
difokuskan pada biaoktivitas A. calamus sebagai anti mikroba dan anti kanker.
5. Aspek Konservasinya/ pelestariannya
Perlu dilakukakan inventarisasi potensi tumbuhan obat dikawasan hutan dan bentuk
pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar hutan tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendukung kelestarian pemenfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
sekitar hutan.
E. Jatropha curcas
1. Botani
Jarak pagar (Jatropha curcas) adalah tumbuhan semak berkayu yang banyak
ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan
mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan
pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan
bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak
serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang
bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.
Berdasarkan pengamatan terhadap keragaman di alam, tumbuhan ini diyakini berasal
dari Amerika Tengah, tepatnya di bagian selatan Meksiko, meskipun ditemukan pula
keragaman yang cukup tinggi di daerah Amazon. Penyebaran ke Afrika dan Asia
diduga dilakukan oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan bukti-bukti
berupa nama setampat. Ke Indonesia, tumbuhan ini didatangkan oleh Jepang ketika
menduduki Indonesia antara tahun 1942 dan 1945. Tumbuhan ini direncanakan
sebagai sumber bahan bakar alternatif bagi tank dan pesawat perang sewaktu Perang
Dunia II.
Kemampuan untuk diperbanyak secara klonal menyebabkan keanekaragaman
tumbuhan ini tidak terlalu besar. Walaupun demikian, karena ia termasuk tumbuhan
berpenyerbukan silang maka mudah terjadi rekombinasi sifat yang membawa pada
tingkat keragaman yang cukup tinggi. Biji (dengan cangkang) jarak pagar
mengandung 20-40% minyak nabati, namun bagian inti biji (biji tanpa cangkang)
dapat mengandung 45-60% minyak kasar.

2. Taksonomi
Jarak pagar
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Embryophyta
Kelas : Spermatopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : J. curcas

Nama binomial
Jatropha curcas
Linnaeus 1753.

3. Persebaran disulawesi
Keragaman Tanaman Jarak. Pagar (Jatropha curcas L.) di Sulawesi Utara.

4. Pemanfaatan Tumbuhan Jatropha curcas L.)


Minyak biji jarak pagar
Jarak pagar dipandang menarik sebagai sumber biodiesel karena kandungan
minyaknya yang tinggi, tidak berkompetisi untuk pemanfaatan lain (misalnya jika
dibandingkan dengan kelapa sawit atau tebu), dan memiliki karakteristik agronomi
yang sangat menarik. Tumbuhan ini diintroduksi ke Indonesia oleh administrasi
pendudukan Jepang dengan maksud sebagai sumber bahan bakar murah. Minyak dari
bijinya dapat diolah menjadi biodiesel. Seusai kemerdekaan, pemanfaatannya
terbengkalai.
Kandungan minyak bijinya dapat mencapai 63%,[2] melebihi kandungan minyak biji
kedelai (18%), linseed (33%), rapa (45%), bunga matahari (40%) atau inti sawit
(45%). Minyaknya didominasi oleh asam oleat (44.7%) dan asam linoleat (32.8%)
sementara asam palmitat (14.2%) dan asam stearat (7%) adalah tipe asam lemak
jenuhnya.Sebagai biodiesel, minyak biji jarak pagar perlu diproses dengan metilasi
terlebih dahulu, sebagaimana minyak nabati lain. Selanjutnya, ia dapat digunakan
tersendiri atau, yang lebih umum, dicampurkan dengan minyak diesel dari sumber
mineral dengan komposisi 30:70. Pengembangan pemanfaatan minyak jarak pagar
sebagai bahan bakar melalui pendekatan ilmiah di Indonesia dimulai sejak tahun 1997
di ITB dengan fokus ekstraksi minyak. BPPT kemudian juga terlibat. Minyak jarak
pagar mulai menjadi sorotan dunia semenjak melonjaknya harga minyak mineral dan
isu lingkungan diangkat dalam pemanfaatan biodiesel karena sumber-sumbernya
banyak yang kurang mempertimbangkan keseimbangan ekosistem dan, khususnya
pada kelapa sawit, keberlanjutan (sustainability). Pertamina telah menyatakan siap
menampung biodiesel. DaimlerChrysler, perusahaan otomotif dunia terkemuka, sejak
2004 merilis bahan bakar biodiesel "SunDiesel" dan memproduksi Mercedes-Benz
seri C yang disesuaikan dengan biodiesel.
Negara-negara dengan kesadaran lingkungan tinggi bahkan telah mewajibkan
penjualan biodiesel di stasiun pengisian bahan bakar, seperti negara-negara Eropa
Barat dan Jepang.
Sisa ekstraksi
Fasa padatan setelah ekstraksi minyak dari biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan pupuk organik. Produk sampingan dari proses trans-esterifikasi
(metilasi) dapat diperdagangkan sebagai bahan baku industri yang memanfaatkan
asam lemak, seperti kertas berkualitas tinggi (high quality paper), pil energi, sabun,
kosmetik, obat batuk, dan agen pelembab pada tembakau.

5. Aspek Konservasinya/ pelestariannya


Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh
baik pada tanah yang kurang subur asalkan memiliki drainase baik (tidak tergenang)
dengan pH tanah optimal 5.0–6.5. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman tahunan
jika dipelihara dengan baik dapat hidup lebih dari 20 tahun. Ia sanggup menghasilkan
secara ekonomis pada tempat dengan curah hujan hanya empat bulan, berbeda dari
kelapa sawit yang memerlukan curah hujan konstan untuk hasil terbaiknya.
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun benih. Jika
menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup berkayu. Untuk benih
dipilih dari biji yang telah cukup tua yaitu diambil dari buah yang telah masak
biasanya berwarna hitam.
Pembibitan dapat dilakukan di polibag atau di bedengan yang diberi naungan. Setiap
polibag diisi media tanam berupa tanah lapisan atas (top soil) dan dapat dicampur
pupuk kandang. Setiap polibag ditanami satu bibit Lama pembibitan 2–3 bulan.
Penanaman dapat juga dilakukan secara langsung di lapangan (tanpa pembibitan)
dengan menggunakan stek cabang atau batang.
Kegiatan persiapan lahan meliputi pembukaan lahan, pengajiran, dan pembuatan
lubang tanam. Penanaman dengan kerapatan 1600 sampai 3400 pohon per ha (jarak
tanam 2 m × 3 m sampai 1.5 m × 2 m). Pada areal yang miring sebaiknya digunakan
sistem kontur. Lubang tanam dibuat biasanya dengan ukuran 40 cm × 40 cm × 40 cm.
Penanaman bibit sehat dengan ketinggian melebihi 50 cm dilakukan pada awal atau
selama musim penghujan sehingga kebutuhan air bagi tanaman cukup tersedia.
Pemupukan dapat dilakukan sesuai tingkat kesuburan tanah setempat. Pemberian
pupuk organik disarankan untuk memperbaiki struktur tanah. Perawatan mencakup
pengairan, pemangkasan, dan pembersihan dari gulma. Perlindungan dari hama dan
penyakit dilakukan bila terjadi serangan besar. Jarak pagar relatif tidak memiliki
pengganggu.
Bunga terbentuk setelah umur 3 – 4 bulan, sedangkan pembentukan buah mulai pada
umur 4 – 5 bulan. Pemanenan dilakukan jika buah telah masak, dicirikan kulit buah
berwarna kuning dan kemudian mulai mengering. Biasanya buah masak setelah
berumur 5 – 6 bulan. Produksi maksimum baru tercapai pada usia tanam enam tahun,
dan akan terus menghasilkan secara ekonomis sampai 20 tahun.
Cara pemanenan dengan memetik buah yang telah masak dengan tangan atau gunting.
Produktivitas per pohon jarak pagar berkisar antara 3.5 – 4.5 kg biji per tahun.
Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 – 3300 pohon / ha, dapat dihasilkan 10
ton buah per tahun. Dengan rendemen rata-rata minyak sebesar 35% maka setiap ha
lahan dapat diperoleh 2.5 – 5 ton minyak per tahun. Untuk mengganti 20% diesel
dengan biodiesel dari jarak pagar diperlukan sekitar 3,5 juta hektare luas penanaman.

F. Cempaka (Elmerrillia ovalis)

1. Botani
Tanaman cempaka (E. ovalis), pohon besar, tinggi dapat mencapai 45 meter dengan
tinggi bebas cabang 12-16 meter dan diameter mencapai 200 cm. batang silinder, kulit
luar mengelupas dan pecah-pecah berwarna putih kecoklatan. Ranting, stipula, dan
tangkai daun muda tanpa bulu atau dengan bulu panjang yang rapuh berwarna
kekuningan tetapi akan segera hilang pada waktu tua. Daun berbentuk elips dengan
panjang 7-36 cm dan lebar 4-16 cm. bunga tumbuh diketiak daun dan berwarna putih
kekuningan tangkai bunga berbulu halus.

2. Taksonomi
Pengelompokan/klasifikasi tanaman cempaka (E. ovalis ):
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Magnoliales
Famili: Magnoliaceae
Genus: Elmerrillia
Spesies: E. Ovalis

3. Persebaran disulawesi
Pohon cempaka hutan kasar biasa hidup di tanah dengan ketinggian 1000 m dpl.
Tumbuhan tersebut juga biasa hidup di hutan tropis. Kawasan tempat hidupnya adalah
dataran dengan cukup persediaan cairan. Kawasan persebaran cempaka hutan kasar
meliputi Sulawesi dan Maluku. Tanaman yang masih berkerabat dekat dengan
cempaka kuning ini, bukan termasuk tanaman yang langka. Tanaman ini masih
tersedia cukup banyak di kawasan asalnya yaitu Sulawesi dan Maluku.
4. Manfaat tumbuhan cempaka (E. ovalis)
Kayu cempaka disulawesi utara dimanfaatkan sebagai bahan baku industry
pembuatan rumah tradisional, alat music, perahu, dan perabotan, sehingga permintaan
akan kayu cempaka terus meningkat sejalan dengan tingginya permintaan akan
produk-produk tersebut, bukan hanya dari pasar domestiktapi juga dari pasar
internasional.
5. Aspek konservasinya/ pelestariannya
Pohon endemic Sulawesi utara ini sudah terancam apunah pada habitatnya. Dengan
kontribusi FGS (forum cempaka disulawesi utara) dengan melibatkan unsur peneliti
dari balai penelitian dan pengembangan lingkungan hidup dan kehutanan manado,
akademisi, petani cempaka dan pengusaha pengguna kayu cempaka ini dipimpin
langsung oleh kepala dinas kehutanan daerah provinsi sulawesi utara dalam upaya
pelestariam dan pemanfaatan cempaka disulawesi utara yang nantinya dapat
menjamin keberlangsungan tersedianya bahan baku bagi industry.

G. Pohon Gharu (Horsfieldia irya)


1. Botani
Pada tumbuhan Horsfieldia irya ungko memakan biji dari buah masak karena buah
yang masak dari tumbuhan ini akan pecah,
Morfologi : Tinggi pohon 10—47 m. Batang dengan getah merah. Stipula tidak ada,
Daun sering melengkung ke arah puncak.
Habitat dan Ekologi : Sedikit di pantai, rawa dan
campuran dipterocarpaceae hutan hingga 450 m
dpl.  Biasanya pada daerah yang tergenang,
kadang-kadang dalam zona pasang surut di
sepanjang sungai atau aliran, atau rawa-
rawa. Pada berpasir tanah liat. Benih
mengandung ruang udara untuk penyebaran air.

2. Taksonomi:
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Family : Myristicaceae 
Genus : Horsfieldia
Spesies : Horsfieldia irya
3. Persebaran di selawesi
Tumbuhan gharu ini Persebarannya di selawesi
4. Manfaat
Pohon gharu dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan parfum
Bermanfaat sebagai obat-obatan
Sebagai bahan untuk kebutuhan religius
5. Aspek konservasinya/Pelestariannya
Jenis tumbuhan ini termasuk dalam kawasan hutan lindung dan merupakan
konservasi yang ditata oleh pemerintah.
Pelestariannya yaitu : jangan menebang pohon gharu, harus diatata dengan baik agar
supaya tumnuhan gharu tidak mati.

H. Rotan Tohiti (Calamus inops)


1. Botani
Penentuan jenis rotan dapat melalui identifikasi berdasarkan karakter morfologi organ
tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Produksi
rotan dunia 85% berasal dari Indonesia, sehingga tidak berlebihan apabila kita
kampanyekan "The Real Rattan is Indonesia" dan membawa atau mengusulkan rotan
sebagai warisan dunia kepada UNESCO.
Morfologi : batang dari pangkal sampai keujung semakin besar, warna batang hijau
tua, licin, panjang batang 15 - 120 m, tumbuh vertikal ke atas kemudian melilit pada
pohon disekitarnya. Diameter batang pada pangkal 0,8 - 2 cm pada ujung antara 2 - 4
cm dan panjang ruas antara 20 - 35 cm sama besar sampai keujung batang, buku pada
ruas melingkar miring, berwarna hitam dan berlekuk.
Habitat dan Ekologi : Hidup soliter, tumbuh menyebar secara merata pada ketinggian
300 - 1200 m,

2. Taksonomi: Pengelompokan jenis-


jenis rotan lazimnya didasarkan
atas persamaan ciri yang dimiliki
setiap jenis.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :  Liliopsida
Ordo : Arecales
Family : Ebenaceae
Genus : Calamus
Spesies : Calamus inops
3. Penyebaran
Khusus di Sulawesi, rotan banyak ditemukan di Kendari, Kolaka, Tawuti, Donggala,
Poso, Buol Toli-toli, Gorontalo, Palopo, Buton dan Pegunungan Latimojong
(Alrasjid, 1980).
4. Manfaat
Jenis rotan ini bernilai ekonomi tinggi, dipergunakan sebagai bahan baku meubeler.
Rotan ini mudah di temukan di Hutan Lindung Wilayah Kecamatan Dampelas Sojol
dan memjadi prioritas utama untuk dipungut oleh masyarakat sekitar hutan.
5. Aspek konservasinya/Pelestariannya
Jenis rotan ini termasuk dalam kawasan hutan lindung dan merupakan konservasi
yang ditata oleh pemerintah.
Pelestariannya yaitu : jangan menebang pohon rotan, jangan membiasakan petani
membabat habis rotan saat memetiknya. Harpannya, kelak, 3-5 tahun kedepan rotan
akan tumbuh lagi dan bisa mereka petik kembali.
I. Vitex cofassus
1. Botani
Bitti atau Gupasa (Vitex cofassus) adalah Tumbuhan dari Family
Lamiaceae yang berupa pohongugur berukuran sedang hingga besar yang tumbuh
setinggi 40 meter. Batang biasanya tanpa penopang, meskipun beralur dalam dan
kuat. Diameternya bisa mencapai 130cm.
Kayunya adalah kayu keras yang banyak dicari dan berguna, diekspor dalam jumlah
yang cukup besar dari Papua Nugini dan Kepulauan Solomon, terutama ke
Jepang.  Tumbuhan Bitti tersebar di Asia Tenggara - Indonesia hingga Papua Nugini.

Gupasa (Vitex cofassus) adalah Tumbuhan terutama di dataran rendah tropis lembab,


meskipun dapat ditemukan pada ketinggian hingga 2.000 meter. Tumbuh paling baik
di daerah di mana suhu tahunan rata-rata adalah 22 - 28 ° c, curah hujan tahunan rata-
rata berada di kisaran 1.500 - 3.500 mm, dan ada musim hujan dan kemarau yang
berbeda.
Membutuhkan posisi yang cerah. Tumbuh baik pada tanah kapur kering dengan
tekstur tanah liat sampai berpasir. Pohon Bitti muda tumbuh cukup lambat. Pohon
dapat mulai berbunga dan menghasilkan benih ketika berumur sekitar 5 tahun. Lokal
dominan di hutan dataran rendah, di mana ia dapat ditemukan pada ketinggian hingga
2.000 meter.
Pohon gufasa atau biti berukuran sedang hingga besar dan dapat mencapai tinggi
hingga 40 meter. Batangnya biasanya tanpa banir dan diameternya dapat mencapai
130 cm, beralur dalam dan jelas, kayunya padat dan berwarna kepucatan. Kayunya
tergolong sedang hingga berat, kuat, tahan lama dan tidak mengandung silika. Kayu
basah beraroma seperti kulit.
Daun bersilangan dengan atau tanpa bulu halus pada sisi bawahnya. Susunan bunga
terminal, merupakan bunga berkelamin ganda, dimana helai kelopaknya bersatu pada
bagian dasar membentuk mangkuk kecil, sedang helai mahkotanya bersatu pada
bagian dasar yang bercuping 5 tidak teratur. Mahkota putih keunguan, terdapat
tangkai dan kepala sari di dalam rongga mahkota, bakal buah di atas dasar bunga
(superior). Buah berdaging, bulat hingga lonjong, dengan diameter 5-12 mm yang saat
masak berwarna ungu tua. Terdapat 1 – 4 biji dalam setiap buahnya.

Batang pohon gofasa (Vitex cofassus)

2. Taksonomi
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Vitex
Spesies: Vitex cofassus Reinw. ex Blume

3. Persebaran di Sulawesi
Pohon gufasa atau kayu biti (Vitex cofassus) yang merupakan flora identitas provinsi
Gorontalo, tumbuh tersebar secara alami di Sulawesi, Maluku, Papua Nugini,
Kepulauan Bismarck, dan Pulau Solomon.
Habitat pohon gupasa ini adalah hutan di dataran rendah sampai ketinggian 2000 m
dpl. Gufasa (Vitex cofassus) tumbuh baik pada tanah berkapur dengan tekstur mulai
lempung hingga pasir. Dijumpai di daerah dengan musim basah dan kering yang
nyata. Pada musim kemarau, pohon gufasa menggugurkan daunnya.
4. Pemanfaatan tumbuhan tersebut (dimanfaatkan kayunya, digunakan untuk bahan
obat)
Kayu gufasa biasa dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi rumah, kapal dan perkakas
rumah tangga seperti mangkok dan piring. Ekspor kayu dalam jumlah cukup besar
berasal dari Sulawesi, Papua Nugini dan Pulau Solomon, terutama ke Jepang.
Untunglah pohon gofasa dengan nama latin Vitex cofassus ini bukan
termasuk tumbuhan langka dan tidak termasuk dalam Redlist IUCN. Di beberapa
tempat sepeerti di Bulukumba, Sulawesi Selatan, pohon gupasa ditanam dalam hutan
rakyat.

5. Aspek konservasinya/Pelestariannya
Tidak menebang pohon sembarangan

J. Dillenia Serrata
1. Botani
Pohon tinggi mencapai 30m dengan garis tengah batang mencapai 70 cm. Daun
tunggal, lonjong sampai lanset, panjang 20-45 cm dan lebar 8-19 cm, tangkai daun
bersayap. Perbugaan tandan dengan 2-6 bunga tanpa daun mahkota, berdaun kelopak
5, garis tengah bunga sekitar 7,5 cm. Buah menyerupai buah beri, tidak pecah, bulat
agak gepeng, bergaris tengah sekitar 6cm,daun-daun buah (karpela) tertutup oleh
daun-daun kelopak .
Karpel masak berukuran 25mm X 16mm,berbiji sampai 5. Biji hitam, tanpa arilus.
Jenis pohon ini sangat berkerabat dekat dengan rerer (Dilenia celebica), bedanya
pohon ini mempunyai bunga yang lebih besar, junlah daun buah (karpela) yang lebih
banyak serta sayap pada tangkai daunya yang lebar ke ujung.
2. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Dillenniales
Family : Dilleniaceae
Genus : Dilenia
Spesies : Dillenia Serrata

3. Persebaran di Sulawesi
Penyebaran jenis pohon ini merupakan tumbuhan endemic tersebar di Sulawesi dan
kadang-kadang juga dibudidayakan.

4. Pemanfaatan tumbuhan tersebut (dimanfaatkan kayunya, digunakan untuk bahan


obat)
Pohon soni (Dillenia serrata) digunakan untuk bahan obat.

5. Aspek konservasinya/Pelestariannya
Perlu dilakukakan inventarisasi potensi tumbuhan obat dikawasan hutan dan bentuk
pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar hutan tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mendukung kelestarian pemenfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat
sekitar hutan.

Anda mungkin juga menyukai