Anda di halaman 1dari 24

Jeungjing

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jeungjing

Pohon jeungjing, Paraserianthes


falcataria
dari Darmaga, Bogor

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Magnoliophyta

Kelas:

Magnoliopsida

Ordo:

Fabales

Famili:

Fabaceae

Upafamili:

Mimosoideae

Genus:

Paraserianthes

Spesies:

P. falcataria
Nama binomial

Paraserianthes falcataria
(L.) I.C. Nielsen

Sinonim
Albizia falcataria (L.) Fosberg
Falcataria moluccana (Miq.) Barneby
& J.W.Grimes

Jeungjing, jeunjing atau sengon laut adalah nama sejenis pohon penghasil kayu
anggota suku Fabaceae. Pohon yang diklaim memiliki pertumbuhan tercepat di dunia ini, dapat
mencapai tinggi 7m dalam waktu setahun, nama ilmiahnya adalah Paraserianthes falcataria.
[1]
Jeunjing menghasilkan kayu ringan yang berwarna putih, cocok untuk konstruksi ringan, peti-peti
pengemas, papan partikel (particle board) dan papan lapis (blockboard).
Nama-nama lainnya adalah sika, selawaku (Maluku), bae, bai, wai,
wahogon (Papua), batai (Mly.), kalbi, albasiah atau albise (Jw.. Dalam bahasa Inggris disebut
dengan nama-nama Moluccan sau, falcata, atau white albizia.[1][2][3]
Daftar isi
[sembunyikan]

1Pengenalan

2Sifat-sifat kayu

3Pemanfaatan

4Anak jenis dan kerabat dekat

5Ekologi dan silvikultur

6Referensi

7Pranala luar

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Semai (anak pohon) jeungjing

Pohon, sedang sampai agak besar, mencapai tinggi 40m dan gemang hingga 100cm atau lebih.
Batang utama umumnya lurus dan silindris, dengan tinggi batang bebas cabang (clear bole)
mencapai 20m. Pepagannya tidak berbanir, berwarna kelabu atau keputih-putihan, licin atau agak
berkutil, dengan jajaran lentisel.[1] Bertajuk rindang, berbentuk payung, dan renggang. [4] Ranting
yang muda bersegi, berambut.
Daun majemuk menyirip ganda, anak daunnya kecil-kecil, mudah rontok, [4] dengan satu kelenjar
atau lebih pada tangkai atau porosnya, 2330 cm. Sirip-sirip daun berjumlah 6-20 pasang, masingmasing berisi 6-26 pasang anak daun yang berbentuk elips sampai memanjang, dengan ujung yang
sangat miring, runcing, 0,6-1,8 0,5 cm.[5]
Bunganya kecil, putih kekuningan, berbulu,[4] berkelamin dua, terkumpul dalam malai bulir yang
bercabang, 1025 cm, terletak di ketiak daun. Berbilangan 5, kelopak bunga bergigi setinggi lk.
2mm. Tabung mahkota bentuk corong, putih dan lalu menjadi kekuningan, berambut, tinggi lk. 6mm.
Benangsari berjumlah banyak, putih, muncul keluar mahkota, pada pangkalnya bersatu menjadi
tabung.[5]
Buah polong tipis serupa pita, lurus, 6-12 2 cm, dengan tangkai sepanjang 0,51 cm. Polong
memecah ketika sudah tua dan sepanjang kampuhnya. Biji 16 atau kurang. [4][5]

Sifat-sifat kayu[sunting | sunting sumber]


Kayu terasnya berwarna hampir putih atau coklat muda; kayu gubalnya hampir tak terbedakan dari
kayu teras.[2]
Kayu jeungjing memiliki permukaan yang licin atau hampir licin, dan mengkilap; dengan tekstur yang
agak kasar dan merata. Kayu yang masih segar berbau seperti petai, yang lambat laun menghilang
apabila kayunya menjadi kering.[2]
Termasuk ke dalam kayu ringan, jeungjing memiliki berat jenis sekitar 0,33. Kayu ini termasuk ke
dalam kelas kuat IV-V, dan kelas awet IV-V. Kayu jeungjing cukup mudah diawetkan (keterawetan
sedang) dan mudah pula dikeringkan, meskipun pada kayu yang seratnya tidak lurus mudah terjadi
pencekungan dan pemilinan. Pengeringan alami papan dengan ketebalan 2,5 cm hingga kadar air
sekitar 20% memerlukan waktu kurang-lebih 33 hari.[2]

Kayu jeungjing relatif mudah dikerjakan: digergaji, diserut, dibentuk, diamplas, dan dibubut.
Pemboran dan pembuatan lubang persegi kadang-kadang memberikan hasil yang kurang
memuaskan.[2]

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Penggergajian kayu jeungjing di Jasinga, Bogor

Secara tradisional, kayu jeungjing di Jawa Barat banyak digunakan sebagai bahan ramuan rumah:
papan-papan, kasau, balok, tiang dan sebagainya. Di Maluku, pada masa lalu kayu jeungjing biasa
digunakan sebagai bahan pembuatan perisai karena sifatnya yang ringan, liat dan sukar ditembus.
Penggunaannya sesuai dengan kelas dan kualitas kayu, yaitu untuk bahan bangunan ringan atau
untuk keperluan lain yang sifatnya sempurna. Kini kayu jeungjing biasa digunakan untuk pembuatan
papan, peti-peti pengemas, venir, pulp (bubur kayu), papan serat(fiber board), papan
partikel (particle board), papan lapis (blockboard), korek api, kelom (alas kaki), peti sabun,
perabotan rumah tangga, bahan mainan, bahan pembungkus, korek api, kertas -kadang-kadang
juga untuk membuat sampang- dan kayu bakar.[2][4]
Jeungjing akan menjadi lebih awet dan tahan sesudah dicat dan dikapur atau diberi perlakuan lain
yang dianggap perlu.[4]
Jeungjing juga kerap ditanam sebagai tanaman hias, pohon peneduh dan pelindung di perkebunan,
pengendali erosi, pupuk hijau, serta sebagai penghasil kayu bakar. Daun-daunnya dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak (ayam dan kambing). Pepagannya menghasilkan zat penyamak,
yang digunakan sebagai ubar jala.[1][3]

Anak jenis dan kerabat dekat[sunting | sunting sumber]


Paraserianthes falcataria memiliki tiga anak jenis[1]:

P.f. falcataria, aslinya menyebar di Maluku dan Papua

P.f. salomonensis Nielsen, dari Kepulauan Solomon

P.f. fulva (Lane-Poole) Nielsen (sinonim: Albizia fulva Lane-Poole dan Albizia
eymae Fosberg), dari pegunungan Papua.

Jeungjing dibawa ke Kebun Raya Bogor oleh Johannes Elias Teijsmann dari Pulau Banda dan sejak
tahun 1871 tanaman ini mulai menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara.[3]Sekarang jeungjing
telah ditanam di pelbagai negara tropis, terutama untuk produksi kayunya; lebih-lebih di Jawa Barat.
Jeungjing ditemukan tumbuh di Jawa, Sumatera,Sulawesi, Papua, dan Filipina.[4]
Di Papua Nugini bagian tenggara, didapati jenis Paraserianthes pullenii (Verdc.) Nielsen. Pohon ini
kemungkinan menghasilkan kayu yang serupa dengan P. falcataria.[1]Kemlandingan
gunung (Paraserianthes lophanta (Willd.) Nielsen) adalah pohon kecil yang ditemukan menyebar di

pegunungan-pegunungan di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok danFlores, dan melompat


ke Australia barat daya.[6]

Ekologi dan silvikultur[sunting | sunting sumber]

Tegakan jeungjing di Darmaga, Bogor

Habitat asli P. falcataria adalah hutan-hutan primer, namun kemudian sering ditemui di hutan
sekunder dan dataran banjir di tepian sungai, serta kadang-kadang di hutan pantai.[1] Umumnya,
jenis ini terdapat di dekat perkampungan, tepi-tepi jalan, tepi sungai, ladang,
pematang sawah,perkebunan teh, kopi, maupun di tegalan. Jeungjing juga hidup di tempat terbuka
dan suka tanah lempung, pada ketinggian 1650 mdpl.[4]
Jeungjing cocok di tempat yang beriklim basah hingga agak kering, mulai dari dataran
rendah hingga ke pegunungan pada ketinggian 1.500 m dpl. Pohon ini dapat tumbuh pada tanah
yang tidak subur, tanah becek maupun yang agak asin. [2]
Permudaan alami jarang terjadi karena bijinya sukar tumbuh. Sebelum disemaikan, biji jeunjing perlu
disiram air mendidih dan dibiarkan terendam selama 24 jam dan bisa juga direndam dahulu di dalam
air panas. Untuk mempercepat pertumbuhan, bisa juga lewat pencangkokan.[4]Setelah itu dapat
disemaikan dalam bedengan, dan dipindahkan ke lapangan setelah berumur 2-3 bulan. Anakan
pohon di atas 3 bulan dapat dipindahkan dalam bentuk stump. [2]
Biji-biji jeungjing cukup dikeringkan di udara selama 10-15 hari sebelum kemudian disimpan.
Penyimpanan yang baik dalam wadah yang kering dan tertutup dapat mempertahankan daya
tumbuh benih hingga setahun.[2]
Jeungjing umum ditanam dalam jarak 2m 2m hingga 4m 4m. Untuk keperluan produksi kayu,
tegakan ini pada umur 4-5 tahun kemudian dijarangi menjadi 250 batang perhektare; dan pada umur
10 tahun menjadi 150 batang/ha. Penebangan biasa dilakukan setelah tegakan berumur 12-15
tahun. Selain itu perlu pula dilakukan pemangkasan, karena jeungjing cenderung bercabang 2-3,
yang kurang baik bagi produksi kayu. Untuk produksi pulp, jeungjing biasa dipanen lebih awal, yakni
pada umur 8 tahun.[1]
Tumbuh dengan cepat, pada rotasi tebangan 8-12 tahun riap volume rata-rata tahunan kayu
jeungjing adalah antara 2530 m/ha. Pada tanah-tanah yang subur di Indonesia, riap ini bahkan
dapat mencapai 5055 m/ha/tahun.[1]
Jeungjing juga sering ditanam dalam bentuk wanatani, bercampur dengan aneka komoditas lain[1],
termasuk padi ladang, cabai, kapulaga, hingga ke salak pondoh.
Saat ini tanaman jeungjing mengalami serangan hama parah yaitu karat puru, dan
diganti jabon sebagai tanaman alternatif yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Referensi[sunting | sunting sumber]

1.

^ a b c d e f g h i j Soerianegara, I. dan RHMJ. Lemmens (eds.). 2002. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA Balai Pustaka.
Jakarta. ISBN 979-666-308-2. Hal. 343-349

2.

^ a b c d e f g h i Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir. 1989. Atlas
Kayu Indonesia, jilid II: 59-64. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor.

3.

^ a b c Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Hal. 869-870.

2.

^ a b c d e f g h i SASTRAPRADJA, SETIJATI; KARTAWINATA, KUSWATA; SOETISNA, USEP; ROEMANTYO;


WIRIADINATA, HARI; SOEKARDJO, SOEKRISTIJONO (1981). Kayu Indonesia. 14:38
39. Jakarta:LBN - LIPI bekerjasama dengan Balai Pustaka.

3.

^ a b c Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal.
214-215 (sebagai Albizzia falcta Backer).

4.

^ Steenis, CGGJ van. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Puslit Biologi LIPI, Bogor. Lembar gambar 26
(sebagai Albizia lophanta (Willd.) Benth.)

MENGENAL KAYU SENGON


(Paraserianthes falcataria)
Desember 18, 2008 ~ sanoesi

MENGENAL SENGON (Paraserianthes


falcataria)
MORFOLOGI DAN ANATOMI
A. Morfologi
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub Famili : Mimosoidae
Marga : Paraserianthes
Jenis : Paraserianthes falcataria
Sinonim :
Albizia
falcataBacker; Albizia falcataria (L.) Fosberg.
Nama
lokal/daerah
:
Sengon

moluccana Miq. Albizia


(umum),

jeungjing

(Sunda), sengon laut (Jawa), sika(Maluku), tedehu pute (Sulawesi),


bae,
wahogon
(Irja).
Deskripsi
botani
Batang

Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat


mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir,
kulit
licin,
berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa
bisa
mencapai
cm atau lebih. Tajuk berbentuk perisai, jarang, selalu hijau.
Daun
Daun

sengon

tersusun

majemuk

menyirip

100

ganda

panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 15 pasang anak


tangkai
daun
yang
berisi 15 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan
mudah
rontok.
Warna daun
makanan

sengon

hijau

pupus, berfungsi
dan

untuk

memasak
sekaligus

sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.


Akar
Sengon
memiliki
akar
tunggang
yang
cukup
kuat
menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak
rimbun
tidak menonjol kepermukaan tanah.

dan

Akar
rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu
tanah
disekitar
pohon sengon menjadi subur.
Bunga
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai
berukuran sekitar 0,5 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan
sedikit
berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan
bunga

betina,

dengan
cara
penyerbukan
oleh angin atau serangga.
Buah
Buah

sengon

berbentuk

polong,

yang

pipih,

dibantu

tipis,

tidak

bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6 12 cm. Setiap polong


buah
berisi
15

30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau
dan
jika
sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat
kehitaman,agak
keras,
dan berlilin
Benih
Pipih, lonjong, 3
bagian tengah coklat.

4 x 6 7 mm, warna hijau,


Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya

berkecambah
80%. Berat 1.000 butir 16 26 gram.
Kegunaan
Merupakan

kayu

serba

guna

rata-rata

untuk

konstruksi

ringan,

kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat
musik,
pulp. Daun sebagai pakan ayam dan kambing. Di Ambon kulit
batang
digunakan
untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti sabun.
Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan
penghijauan.
B. Anatomi

Nama

botanis:

(Paraserianthes

falcataria (L)
Nielsen),
syn.
Albizia
falcata
Backer,
famili Mimosaceae. Nama daerah :Albizia, bae, bai, jeungjing,
jeungjing
laut,
jing laut, rare, salawaku, salawaku merah, salawaku putih,

salawoku,
sekat,
sengon laut, sengon sabrang, sika, sika bot, sikas, tawa sela, wai,
wahagom,
wiekkie.Nama lain

Batai

(Malaysia

Barat,

Sabah,

Philipina,

Inggris,
Amerika
Serikat, Perancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman); kayu machis
(Sarawak);
puah (Brunei). Penyebaran : Seluruh Jawa, Maluku, Irian Jaya.
Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat
muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak
berbeda
dengan
kayu
teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus,
bergelombang
lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak
mengkilap.
Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat
laun
hilang
jika
kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas
awet
IV/V
dan
kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan
mempunyai
nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut
2,5
persen
dan
5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji,
tetapi
tidak
semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat
tanpa
cacat
yang
berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung
atau
(Martawijaya dan Kartasujana, 1977).

memilin.

Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah,


papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai

dan
korek api, pulp, kertas dan lain-lain
Studi
Perbandingan

Metode

kotak

Sampling

untukPengukuran
Dimensi
Serat
Kayu

Bor

Riap

dengan

Disk

Proporsi
dan
Sengon
Salomon(Paraserianthes

falcataria, (L.) Nielsen)


Penggunaan
metoda

bor

riap

dan

metoda

disk

tidakmemberikan perbedaan yang nyata untuk pengukuran dimensi


serat. Demikian juga terhadapproporsi sel juga tidak memberikan
perbedaan
yang nyata

sebagai

akibat

perbedaan

penggunaan
kedua metoda
tersebut.
Letak
kedudukan kayu pada arah radial tidak memberikan perbedaan
yang
nyata
terhadap
hasil pengukuran proporsi tipe sel. Untuk dimensi serat terdapat
variasi sebagai berikut Panjang serat berbeda nyata pada arah
radial, dimana panjang serat untuk bagian dekat kulit lebih panjang
dibanding
bagian dekat

hati,

demikian

juga

untuk

tebal

kayu. Diameter serat dan diameter lumen


nyata pada arah radial kayu (Praptoyo,2005)

dinding

tidak

sel

berbeda

DAFTAR PUSTAKA
Martawijaya.

A,

I.

Kartasujana.

1977.

Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia.


Publikasi

Khusus

No.

41. LPHH, Bogor.


Praptoyo,H.,2005.

Studi

Perbandingan Metode Sampling Bor Riap dengan Disk untuk

Pengukuran

Proporsi

dan

Dimensi Serat Kayu Sengon Salomon (Paraserianthes falcataria,


(L.)
Nielsen) J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3 No. 2 2005
www.dephut.go.id/budidayasengon/j/54/5

diakses

desember 2008.

Kegunaan dan Manfaat Kayu Sengon

Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk
beragam keperluan.

Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung
protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.Daun sengon tersusun
majemuk menyirip ganda
panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 15 pasang anak tangkai daun yang
berisi 15 25 helai daun, dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok.
Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus
sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Perakaran

Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini
menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan
openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya
menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan
pendapatan petani penggarapnya.Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat
menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan
tidak menonjol kepermukaan tanah.
Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah

disekitar pohon sengon menjadi subur.

Bunga
Bunga
tanaman
berukuran
sekitar
0,5

1
berbulu.
Setiap
kuntum
bunga

sengon
cm,
mekar

tersusun
dalam
bentuk
berwarna
putih
kekuning-kuningan
dan
terdiri
dari
bunga
jantan
dan
bunga

malai
sedikit
betina,

dengan
cara
oleh angin atau serangga.

penyerbukan

yang

dibantu

Buah
Buah
bersekat-sekat
dan
30
biji.
Bentuk
sudah
tua
biji
dan berlilin

sengon
berbentuk
polong,
pipih,
tipis,
tidak
panjangnya
sekitar
6

12
cm.
Setiap
polong
buah
berisi
15

biji
mirip
perisai
kecil,
waktu
muda
berwarna
hijau
dan
jika
akan
berubah
kuning
sampai
berwarna
coklat
kehitaman,agak
keras,

bibit sengon

Benih
Pipih,
lonjong,
3

4
bagian
tengah
coklat.
Jumlah
benih
80%. Berat 1.000 butir 16 26 gram.

x
40.000

butir/kg.

7
Daya

mm,
warna
berkecambah

hijau,
rata-rata

Kayu

sengon kualitas baik

sengon dengan perawatan yang cukup baik

Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang
cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa
papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam
kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll. Merupakan kayu serba guna
untuk konstruksi ringan, kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik, pulp. Daun sebagai
pakan ayam dan kambing. Di Ambon kulit batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai
pengganti sabun. Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan penghijauan.

Anatomi
Nama botanis: (Paraserianthes)
falcataria (L)
Nielsen),
syn.
Albizia
falcata
Backer,
famili
Mimosaceae.
Nama
daerah
:Albizia,
bae,
bai,
jeungjing,
jeungjing
laut,
jing
laut,
rare,
salawaku,
salawaku
merah,
salawaku
putih,
salawoku,
sekat,
sengon
laut,
sengon
sabrang,
sika,
sika
bot,
sikas,
tawa
sela,
wai,
wahagom,
wiekkie.Nama
lain
:
Batai
(Malaysia
Barat,
Sabah,
Philipina,
Inggris,
Amerika
Serikat,
Perancis,
Spanyol,
Italia,
Belanda,
Jerman);
kayu
machis
(Sarawak);
puah (Brunei). Penyebaran : Seluruh Jawa, Maluku, Irian Jaya.
Ciri umum : Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat
muda pucat (seperti daging) warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu
teras. Teksturnya agak kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang
lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap.
Kayu yang masih segar berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika
kayunya menjadi kering. Sifat kayu : Kayu sengon termasuk kelas awet IV/V dan
kelas IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai
nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2,5 persen dan
5,2 persen (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji, tetapi tidak
semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat yang
berarti. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin.
(Martawijaya dan Kartasujana, 1977).

Studi Perbandingan Metode Sampling Bor Riap dengan Disk untukPengukuran


Dimensi Serat Kayu Sengon Salomon(Paraserianthes falcataria, (L.) Nielsen)

Proporsi

dan

Penggunaan
metoda
bor
riap
dan
metoda
disk
tidakmemberikan perbedaan yang nyata untuk pengukuran dimensi serat. Demikian juga terhadap proporsi sel juga
tidak
memberikan
perbedaan
yang
nyata
sebagai
akibat
perbedaan
penggunaan
kedua
metoda
tersebut.
Letak
kedudukan
kayu
pada
arah
radial
tidak
memberikan
perbedaan
yang
nyata
terhadap
hasil pengukuran proporsi tipe sel. Untuk dimensi serat terdapat variasi sebagai berikut Panjang serat berbeda nyata
pada
arah
radial,
dimana
panjang
serat
untuk
bagian
dekat
kulit
lebih
panjang
dibanding
bagian dekat hati, demikian juga untuk tebal dinding sel kayu. Diameter serat dan diameter lumen tidak berbeda
nyata

pada

arah

radial

Akibat Penggundulan Hutan Kita Secara Liar

kayu

(Praptoyo,2005)

Sungguh kasihan tanah kita yang selalu teraniaya

Dampak Utama dari Pengundulan Hutan adalah Longsor, Banjir dan Kekeringan.
Tanah longsor sering terjadi di Indonesia, diakibatkan penggundulan hutan bertahuntahun. Pegiat lingkungan hidup memperingatkan tanah longsor disebabkan penebangan
hutan secara eksesif dan gagalnya penanaman kembali hutan.
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir di Wilayah Kabupaten Cianjur menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. Hujan dan Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan
bumi. Banjir akan bisa menjadi lebih besar jika penyimpan air (water saving) tidak bisa menahan air limpasan. Hal ini
bisa terjadi ketika hutan yang berfungsi sebafai daya simpan air tidak mampu lagi menjalankan fungsinya. Hutan
dapat mengatur fluktuasi aliran sungai karena peranannya dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Kejadian banjir ini
akan menjadi kejadian tahunan daerah hilir yang rawan bencana apabila pengelolaan bagian hulu tidak diperbaiki
dengan
segera,
baik
melalui
reboisasi/penghijauan
dan
upaya
konservasi
tanah.
Bencana

Tanah

longsor

terjadi disebabkan tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan
kerusakan. Apalagi untuk wilayah Cianjur Selatan merupakan daerah perbukitan dan bertebing. Daerah Cianjur
Selatan ini termasuk dalam kategori daerah Rawan Longsor. Jika Jika Penggundulan Hutan dibiarkan terus
berlangsung, Longsor dan banjir Akan datang silih berganti, bukan mustahil akhirnya lingkungan berubah menjadi
padang tandus, pada akhirnya kekeringan tak dapat di elakan. Kekeringan akan terjadi sebab pasokan air hujan ke
dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air di musim kemarau berkurang ini yang menyebabkan terjadi
kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air.
Upaya pelestarian Lingkungan dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau
penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan
yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air
hujan.
Pelestarian hutan Perlu dan Harus secapatnya dilaksanakan. Eksploitasi hutan yang terus menerus
berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan
menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya
menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah,
dan menyimpan cadangan air.

Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian semakin merebak karena untuk usaha pertanian bergeser dari
lahan subur yang terus berkurang ke lahan marginal yang kurang subur (hutan), demikian pula penebangan hutan
tak terkendali untuk memenuhi kebutuhan kayu baik untuk bahan bagunan, bahan perkakas rumah tangga, maupun
untuk bahan bakar. Kita bisa menghitung berapa volume kayu untuk semua kebutuhan tadi, dan berapa dari luar
Jawa yang masuk, dan berapa yang dihasilkan oleh Perhutani, maka akan tidak seimbang, sehingga kekurangan itu
berasal dari hutan di sekitar kita sendiri, yang seharusnya kita lestarikan dan kita jaga bersama.
Upaya yang perlu dilakukan untuk melestarikan hutan:
1.

Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2.

Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3.

Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.

4.

Menerapkan sistem tebangtanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5.

Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan. Oleh
sebab itu, kepada semua pihak yang bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan lindung, baik Perum
Perhutani, Dinas Kehutanan, maupun Pemda setempat Harus lebih aktif dalam proses pelestarian alam.
Pemahaman masyarakat mengenai dampak dari penebangan hutan sangatlah kurang. Sosialisasi
mengenai lingkungan hidup perlu dan harus dilakukan. Masyarakat tidak sepenuhnya memahami akibat
yang akan terjadi nantinya. Upaya penanganan dan pencegahan harus segera dilakukan, mulai dari
reboisasi, rehabilitasi lahan kritis, pengelolaan hutan, serta menindak tegas para pelaku penebangan liar.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SEMUA JENIS KAYU


TABLOID RUMAH IDAMAN
ADD COMMENT
BAHAN BANGUNAN
SELASA, 08 SEPTEMBER 2015

Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas tips sederhana memilih furnitur, nah kali ini
kita akan membahas yang berhubungan dengan furniture yaitu kelebihan dan kekurangan
semua jenis kayu yang ada di Indonesia, sebelum anda membaca kelebihan dan kekurangan
dari setiap macam dan jenis kayu, usia kayu itu sendiri sangat menentukan kualitas kayu
tersebut.

Macam-macam kayu di Indonesia


Yang kami tulis disini adalah jenis kayu yang sering digunakan untuk bahan bangaunan dan
furniture, karena Indonesia banyak sekali macam dan jenis kayu, yang tidak mungkin kami

bahas satu persatu...


Kayu Kalimantan
Ada banyak jenis kayu kalimantan yang biasa dipakai dalam pembuatan meubel atau
furniture juga kusen, pintu, jendela dll, dan masing- memiliki kelebihan dan kekurangannya
sendiri, berikut jenis-kayu kalimantan :
a) Balo merah
Kayu ini umumnya berwarna merah kecoklatan dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap
serangan hama seperti rayap dan teter jga tahan terhadap cuaca panas dan lembab, karena
kualitasnya yang baik kayuini relatif mahal.
b) Kamfer Samarinda.
Jenis kayu yang ke-2 ini masih mirip-mirip sifatnya seperti balo merah namun kayu ini
berbobot lebih ringan dan sangat cocok untuk bahan daun pintu minimalis, dan juga untuk
bahan kontruksi atap dan plafon, apalagi jika melalui proses pengeringan dengan oven.
c) Bengkirai
Kayu bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yang berkualitas bagus. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada saat dalam proses pengerjaan (pengerjaan kayu bengkirai). Kayu bengkirai
ini mudah diproses seperti diserut, dipotong, diukir dll. Oleh sebab itu, banyak orang yang
memasukkan kayu bengkirai ini ke dalam golongan jenis-jenis kayu pertukangan.
Dan dalam prakteknya, saat ini banyak sekali orang-orang yang menggunakan kayu
bangkirai ini untuk memproduksi beraneka macam produk dari kayu. Hal tersebut memang
tidak bisa dilepas dari kualitasnya yang memang terbukti benar-benar baik oleh dunia
pertukangan. Dan hingga saat ini, permintaan terhadap kayu bengkirai sangatlah banyak,
oleh sebab itu, kayu bengkirai ini masuk ke dalam daftar jenis kayu yang memiliki nilai
komersial, Kayu bengkirai identik dengan kayu kuat, karena kayu jenis ini biasanya berbobot
lebih berat dan keras, namun kayu ini rentan tehadap cuca panas yang biasanya
menyebabkan retak pada permukaan kayu.
d) Kompas/kempas
Kayu ini masih satu family dengan kayu bengkirai namun serat kayunnya yang kebanyakan
tida kteratur atau melintang menyebabkan kayu ini terlalu mudah ratak parah dan biasanya
sampai berlubang. Pada kayu kelas super kayu ini berwarna coklat kemerah-merahan,
namun pada kelas menengah warna kayu biasanya bercorak putih seperti bendera.
e) Kruing
Jenis kayu ini biasanya berwarna coklat memiliki serat yang lurus dan biasanya berminyak.
Dalam keadaan kering kayu ini mirip seperti kamfer. Namun kayu ini dapat terserang hama
kayu.
f) Meranti
Kayu meranti ada yang berwarna putih, dan coklat berserat lurus, dan berbobot ringan, jenis
kayu ini kurang cocok untuk di jadikan kusen namun masih aman bila di jadikan bahan daun
pintu.
Kayu jawa
a) Mahoni
Kayu mahoni berwarna merah jika yang sudah tua, banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan
bahan bangunan, terutama pada rumah-rumah di Jawa kayu mahoni digunakan untuk
kerangka atap dan plafon, mempunyai tekstur halus dan berat, kayu mahoni sangat kuat
untuk menahan beban tetapi kayu ijni mudah terserang rayap, dan kurang tahan pada
perubahan suhu yang ekstrim.
b) Sengon
Kayu sengon mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena umurnya yang relatif singkat,
kayu sengon bisa dipanen pada usia 5 tahun sehingga banyak petani yang menanam jenis
kayu ini, tetapi tidak banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan furniture karena faktor
ketahanan karena sangat rentak dimakan rayap dan jika terkena air sedikit saja rentan
lapuk, kayu sengon cocok untuk bahan baku kemasan dan juga sebagai komiditi eksport.
c) Kayu Jati

Karakteristik dari kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan daya
tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu pula
karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati
lebih mahal.
Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang
ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. Kecepatan tumbuh pohon
jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh 40 cm
dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh.
Warna Kayu
Coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian kayu gubal berwarna krem atau
bahkan putih kecoklatan. Pada beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada
saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di letakkan di udara terbuka dan terutama di
bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.
Keawetan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap
jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga memiliki daya
tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu Jati
membuat kekuatan Jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Pengeringan
Beberapa manufaktur menggunakan cara pengeringan yang sedikit berbeda pada kayu jati.
Jika biasanya pada bentuk papan lembaran biasa masuk ke ruang pengering, mereka
melakukan dengan cara membentuk kayu menjadi komponen setengah jati ke dalam ruang
pengeringan. Disisakan sepersekian milimeter untuk proses amplas setelah pengeringan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu jati adalah sekitar 14-25 hari dengan
temperature maksimum 80 derajat Celcius.
Proses Mesin & Konstruksi
Susunan serat kayu Jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang halus dan
rata. Bisa dihasilkan kepala kayu yang halus pada saat proses pemotongan melawan arah
serat.
Karena kelebihan kayu Jati dari warna serat dan kelas awetnya, sebagian besar produsen
furniture atau pemakai kayu jati tidak melapiskan bahan finishing karena lapisan minyak/lilin
alaminya sudah merupakan bahan pengawet.
- See more at: http://tabloidrumahidaman.blogspot.co.id/2015/09/kelebihan-dan-kekurangan-semuajenis.html#sthash.XBOlaY1o.dpuf

Anda mungkin juga menyukai