Anda di halaman 1dari 5

TUMBUHAN ETNIS YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SOURVENIR

1. DAUN DAYO (Curculigo latifolia)

Dayo merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di hutan-hutan tropis
Indonesia. Tanaman ini termasuk ke dalam family Hypoxidaceae. Dayo adalah sebutan bagi
orang kalimantan timur, namun tumbuhan ini dikenal juga dengan Marasi yang aslinya
dari Afrika Barat. Di Papua dikenal juga dengan nama cua mok. Orang Prabumulih
(Palembang) malah lebih ekstrim, mereka menyebutnya buah tahi (sebenarnya sih
lengkapnya lentahi). Salah satu bagian yang khas dari tanaman ini adalah buahnya yang
memiliki rasa manis yang unik. Rasa manis dari buah tersebut akan tertinggal di lidah
sehingga saat mengkonsumsi air putih maka air tersebut akan terasa manis. Rasa manis
tersebut bukan berasal dari karbohidrat tetapi dari protein jenis curculin (Yamashita et al.,
1990). Curculin merupakan senyawa yang rendah kalori sehingga dapat dijadikan sebagai
alternative pemanis alami yang menyehatkan (Heyne, 2005).

Dayo adalah herba yang sering dijumpai di pinggiran hutan di seluruh wilayah
Indonesia hingga sebagian besar Asia Tenggara. Sosoknya tegak, dengan tinggi kurang dari 1
m. Daun tumbuh langsung dari batang dalam tanah atau rizoma. Bentuknya memanjang dan
bertekstur seperti lipatan-lipatan kecil.Sekilas ia tampak seperti anakan salak atau anggrek
tanah. Seperti halnya daun,bunga marasi juga muncul dari rizoma, sehingga terlihat seakan-
akan tumbuh daritanah. Bunga berwarna kuning cerah, kecil, dengan 6 kelopak. Buahnya
berwarna bening keputihan berukuran kira-kira 1 cm dan berbiji banyak kecil-kecil hitam
seperti dragon fruit. Tanaman merumpun setinggi 80 cm itu tumbuh liar, terutama di area
yang ternaungi pepohonan besar. Marasi cocok di lingkungan yang lembab dan cenderung
gelap (Heyne, 2005).

Pemanfaatan Daun Dayo Sebagai Sourvenir Kain Tenun Ulap Doyo Khas Kalimantan
Timur, Suku Dayak Benuaq

 Daun doyo dijadikan bahan dasar serat pembuatan sourvenir berupa kain tenun ulap doyo
yang berasal dari kalimantan timur, suku dayaq benuaq
 Sebelum dijadikan bahan untuk kain tenun, daun doyo harus dikeringkan dan disayat
sampai menjadi serat yang halus. Serat daun ini lalu dilinting sampai membentuk benang
kasar.
 Benang-benang itu lalu diberi warna dengan pewarna dari tumbuhan. Warna yang paling
sering ditemui adalah merah dan cokelat. Warna merah berasal dari buah glinggam, kayu
oter, dan buah londo. Sedangkan warna cokelat berasal dari kayu uwar (Heyne, 2005).
2. PECOT (Lepironia articulata)

Pecot (Lepironia articulata) adalah sejenis rumput anggota suku teki-tekian


(Cyperaceae) yang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman. Rumput ini
tumbuh di paya dan rawa-rawa. Nama-nama daerahnya, di antaranya, purun, purun danau
(Banjar); tekor, tiker (Lampung). Juga dikenal sebagai purun, pecot (Bangka), dan kerejut
(Lingga).
Rumput dengan batang berongga seperti buluh, tidak berdaun. Rimpang mengayu,
menjalar datar, tertutupi sisik-sisik bentuk bundar telur, meruncing, kecokelatan. Batang
ramping, muncul satu-satu dari rimpang, kaku, licin, hijau keabu-abuan atau keputihan,
sangat berubah-ubah ukurannya, 40-150(-200) cm × 2-5(-8) mm, sekat ruang (septae)
dalam batang berdekatan, hanya terlihat dari luar manakala batang mengering. Daun
tereduksi menjadi seludang yang membungkus batang, tanpa helai daun, tepinya saling
menangkup, kuning jerami hingga kecokelatan, yang teratas jauh lebih panjang daripada
yang bawah, panjang 10-30 cm (Kern, 2006).
Perbungaan berupa spikelet tunggal, muncul ke samping pada suatu daun
pembalut yang merupakan kelanjutan batang; daun pembalut bentuk tabung, berujung
runcing, 2-5 cm. Spikelet bulat telur hingga elipsoid lonjong, berujung runcing, 1-2(-4)
cm × 5-10(-15) mm. Glume (daun pelindung bunga) bundar telur terbalik sangat lebar
atau hampir bundar sepenuhnya, sangat menumpul, sering robek di ujungnya, tidak atau
sangat jarang bertepian bening keputihan, tak berurat, tak berlunas, cokelat atau cokelat
berangan berkilau, panjang 4-6 mm dan demikian pula kurang lebih lebarnya. Bunga
sepanjang atau sedikit lebih pendek dari glume; benang sari 2-3 mm panjangnya. Buah
keras (bulir) bulat telur terbalik atau memipih hampir bundar, beralur-alur memanjang,
halus kecuali di tepinya yang kasar mendekati ujung, cokelat, 3-4 mm × 2,5-3 mm (Kern,
2006).

Pemanfaatan Pecot Sebagai Sourvenir Sumpet, Kerajinan Tangan Khas Suku Lom
atau Suku Mapur Bangka Belitung

 Pecot menjadi bahan dasar Salah satu kerajinan tangan suku lom atau suku mapur di
Bangka belitung. Kerajinan tangan ini disebut juga dengan Sumpet, sumpet sering
dijual sebagai souvenir kepada para wisatawan
 Sumpet merupakan wadah dari anyaman tumbuhan pucot, yang dipakai untuk
menaruh nasi.
 Proses pembuatan sumpet : pucot dipotong dan diluruskan. Kemudian dicelor atau
direndam dengan air panas. Setelah beberapa lama dicelor, pucot digantung agar
kering. Kemudian kembali direndam dengan air dingin dan dibiarkan selama kurang
lebih 2 hari. Setelah direndam barulah kemudian dijemur saat hari teduh dan angin
tidak terlalu kencang. Dalam prosesnya, pembuatan sumpet ini cukup rumit dan
memakan waktu cukup lama, tak tanggung – tanggung untuk menganyam satu buah
sumpet membutuhkan waktu kurang lebih dua belas jam dalam sekali posisi duduk
(Heyne, 2005).
REFERENSI
Heyne, K. 2005. Tumbuhan Berguna Indonesia, jilid. 5. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal.
1475-1476.
Kern, J.H. 2006. Cyperaceae. Flora Malesiana. Ser. I Vol 7(3): 460-2. Jakarta :
Noordhoff-Kolff,

Anda mungkin juga menyukai